Dosen Pengampu
Riska Susanti Pasaribu , SST,M.K.M
Oleh :
Kelompok 1
Wita Nanci Sinaga
Lasnida Banjarnahor
Yati Simanjuntak
Suci Rezeky Sitepu
Nurlia pasaribu
Sumarni
Julia hidayah
Winda risky
Arko kabeakan
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan saya
rahmat kesehatan dan kesempatan. Sehingga kami bisa menyelesaikan tugas Makalah .
Penulisan ini kami sajikan secara ringkas dan sederhana sesuai dengan kemampuan yang
kami miliki, dan tugas ini disusun untuk memenuhi tugas makalah pada mata kuliah ‘asuhan
kebidanan kegawatdaruratan maternal dan neonatal ’’
Dalam penyusunan tugas ini banyak kesalahan dan kekurangan, oleh karna itu kritik
yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi kesempurnaan tugas ini, dan
dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dan secara khusus kami berterimakasih kepada Bapak/Ibu Dosen yang telah
memberikan bimbingannya kepada kami untuk menyelesaikan tugas Makalah ini hingga
selesai.
Kelompok 1
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................5
1.3 Tujuan..............................................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................7
2.1. KETUBAN PECAH DINI............................................................................................7
2.1.1 Pengertian..................................................................................................................7
2.1.2 Etiologi.....................................................................................................................8
2.1.3 Faktor Resiko...........................................................................................................8
2.1.4.Komplikasi................................................................................................................9
2.1.5 Mekanisme...............................................................................................................9
2.1.6 Gejala Klinik...........................................................................................................10
2.1.7 Diagnosis.................................................................................................................10
2.1.8 Penanganan Awal....................................................................................................12
2.2 RUPTURE UTERI.......................................................................................................14
2.2.1 Pengertian Ruptur Uteri..........................................................................................14
2.2.2 Klasifikasi Ruptur Uteri..........................................................................................14
2.2.3 Komplikasi..............................................................................................................15
2.2.4 Diagnosa..................................................................................................................16
2.2.5. Penatalaksanaan.....................................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
.1.1 Latar Belakang
Kegawatdaruratan obstetri dan neonatal merupakan suatu kondisi yang dapat mengancam
jiwa seseorang, hal ini dapat terjadi selama kehamilan, ketika kelahiran bahkan saat hamil.
Sangat banyak sekali penyakit serta gangguan selama kehamilan yang bisa mengancam
keselamatan ibu maupun bayi yang akan dilahirkan. Kegawatan tersebut harus segera
ditangani, karena jika lambat dalam menangani akan menyebabkan kematian pada ibu dan
bayi baru lahir (Walyani & Purwoastuti, 2015).
Kejadian kematian dan kesakitan ibu masih merupakan masalah kesehatan yang sangat
penting yang dihadapi di Negara-negara berkembang. Berdasarkan riset World Health
Organization (WHO) pada tahun 2017 Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia masih tinggi
dengan jumlah 289.000 jiwa. Beberapa Negara berkembang AKI yang cukup tinggi seperti di
Afrika Sub-Saharan sebanyak 179.000 jiwa, Asia Selatan sebanyak 69.000 jiwa, dan di Asia
Tenggara sebanyak 16.000 jiwa. AKI di Negara – Negara Asia Tenggara salah satunya di
Indonesia sebanyak 190 per 100.000 kelahiran hidup, Vietnam sebanyak 49 per 100.000
kelahiran hidup, Thailand sebanyak 26 per 100.000 kelahiran hidup, Brunei sebanyak 27 per
100.000 kelahiran hidup, dan Malaysia sebanyak 29 per 100.000 kelahiran hidup (WHO,
2017).
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum dimulainya tanda – tanda
persalinan, yang ditandai dengan pembukaan serviks 3 cm pada primipara atau 5 cm pada
multipara (Maryunani, 2013). Hal ini dapat terjadi pada kehamilan aterm yaitu, pada usia
kehamilan lebih dari 37 minggu maupun pada kehamilan preterm yaitu sebelum usia
kehamilan 37 minggu (Sujiyantini, 2009). Ketuban pecah dini merupakan salah satu kelainan
dalam kehamilan. Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam ilmu obstetri,
karena berkaitan dengan penyulit yang berdampak buruk terhadap kesehatan dan
kesejahteraan maternal maupun terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterin,
sehingga hal ini dapat meningkatkan masalah kesehatan di Indonesia (Soewarto, 2010).
Insidensi ketuban pecah dini berkisar antara 8 % sampai 10 % dari semua kehamilan.Pada
kehamilan aterm insidensinya bervariasi antara 6% sampai 19 %, sedangkan pada kehamilan
preterm insidensinya 2 % dari semua kehamilan (Sualman, 2009). Kejadian ketuban pecah
dini di Amerika Serikat terjadi pada 120.000 kehamilan per tahun dan berkaitan dengan
resiko tinggi terhadap kesehatan dan keselamatan ibu, janin dan neonatal (Mercer, 2003).
Sebagian besar ketuban pecah dini pada kehamilan preterm akan lahir sebelum aterm atau
persalinan akan terjadi dalam satu minggu setelah selaput ketuban pecah. Sekitar 85%
morbiditas dan mortalitas perinatal disebabkan oleh prematusitas. Ketuban 2 Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas pecah dini merupakan salah satu penyebab prematuritas
dengan insidensi 30 % sampai dengan 40 % (Sualman,2009).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah yang dapat ditulis
mengenai studi kasus ini
1. Bagaimana penanganan kegawat daruratan pada ibu bersalin dengan ketuban pecah
dini
2. Bagaimana penanganan kegawatdaruratan pada ibu bersalin dengan rupture uteri
1.3 Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
1. Bila bagian terendah janin masih belum masuk pintu atas panggul maka
kemungkinanterjadinya prolapsus talipusat atau kompresi talipusat menjadi besar.
2. Peristiwa KPD yang terjadi pada primigravida hamil aterm dengan bagian
terendahyang masih belum masuk pintu atas panggul seringkali merupakan tanda
adanyagangguan keseimbangan feto pelvik..
2.1.2 Etiologi
Walaupun banyak publikasi tentang KPD, namun penyebabnya masih belumdiketahui
dan tidak dapat ditentukan secara pasti. Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor yang
berhubungan erat dengan KPD, namun faktor-faktor mana yang lebih berperan sulit
diketahui. Kemungkinan yang menjadi faktor predesposisi adalah:
1. Infeksi, yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenderen
darivagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPD.
2. Servik yang inkompetensia, kanalis sevikalis yang selalu terbuka oleh karena
kelainan pada servik uteri (akibat persalinan, curetage).
3. Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan
(overdistensiuterus) misalnya trauma, hidramnion, gemelli. Trauma oleh beberapa
ahli disepakatisebagai faktor predisisi atau penyebab terjadinya KPD. Trauma yang
didapat misalnyahubungan seksual, pemeriksaan dalam, maupun amnosintesis
menyebabakan terjadinyaKPD karena biasanya disertai infeksi.
4. Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah yang
menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap membr
an bagian bawah
KPD pada kehamilan yang sangat muda dan disertai dengan oligohidramnionyang
berkepanjangan menyebabkan terjadinya deformasi janin antara lain :
a. Sindroma Potter
Sindroma Potter dapat berbentuk “clubbed feet”, Hipoplasi a Pulmonal dankelainan
kranium yang terkait dengan oligohidramnion
b. Deformitas ekstrimitas
2.1.5 Mekanisme
Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi uterusdan
peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu terjadi
perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh, bukan karenaseluruh
selaput ketuban rapuh.
Terdapat keseimbangan antara sintesis dan degradasi ekstraseluler matriks.Perubahan
struktur, jumlah sel, dan katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas kolagen berubah dan
menyebabkan selaput ketuban pecah.
Degradasi kolagen dimediasi oleh matriks metalloproteinase (MMP) yangdihambat
oleh inhibitor jaringan spesifik dan inhibitor protease.Mendekati waktu persalinan,
keseimbangan antara MMP dan TIMP mengarah pada degradasi proteolitik dari matriks
ektraseluler dan membrane janin. Aktivitas degradasi proteolitik ini meningkat menjelang
persalinan.
Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada trimester ketiga,
selaputketuban mudah pecah. Melemahnya kekuatan selaput ketuban ada hubungannya
dengan pembesaran uterus, kontraksi rahim dan gerakan janin. Pada trimester terakhir, terjadi
perubahan biokimia pada selaput ketuban. Pecahnya ketuban pada kehamilan atermmerupaka
n hal fisiologis
2.1.7 Diagnosis
1.Anamnesa
Pasien mengeluarkan cairan yang banyak secara tiba-tiba dari jalan lahir .
Cairan berbau khas, dan perlu juga diperhatikan warna cairan tersebut. Tidak ada His dan pen
geluaran lendir darah.
2.Pemeriksaan
Tampak keluarnya cairan dari vagina, bila ketuban baru pecah dan jumlah airketuban
masih banyak, pemeriksaan ini akan lebih jelas.
a) Tentukan pecahnya selaput ketuban, dengan adanya cairan ketuban di
vagina.Pemeriksaan dengan spekulum pada KPD akan tampak keluar cairan
dariorifisium uteri eksternum (OUE). Jika tidak ada, dapat dicoba
denganmenggerakkan sedikit bagian terbawah janin atau meminta pasien batuk
ataumengedan maka akan tampak keluar cairan dari ostium uteri dan terkumpul
padafornik anterior. Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan dengan tes
lakmus(Nitrazin test) dimana merah menjadi biru.
c) Tentukan ada tidaknya infeksi. Tanda-tanda infeksi adalah bila suhu ibu lebih
dari38⁰C serta air ketuban keruh dan berbau. Leukosit darah > 15.000/mm³ .
Janinyang mengalami takikardi, mungkin mengalami infeksi intrauterin.
3.Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan pH vagina wanita hamil sekitar 4,5; bila ada cairan ketuban pHnya
sekitar 7,1-7,3. Antiseptik yang alkalin dapat meningkatkan pHvagina. Sekret vagina
ibu hamil pH : 4-5, dengan kertas nitrazin tidak berubah warna, tetap kuning. Tes
Lakmus (tes Nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukkan
adanya air ketuban (alkalis). pH airketuban 7 – 7,5, darah dan infeksi vagina dapat
menghasilakan tes yang positif palsu.
b) Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek
dandibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun pakis.
Pasien dengan ketuban pecah dini harus masuk rumah sakit untuk diperiksa lebih
lanjut. Jika pada perawatan air ketuban berhenti keluar, pasien dapat pulang untuk
rawat jalan. Bila terdapat persalinan kala aktif, korioamnionitis, gawat janin, kehamilanditer
minasi. Bila ketuban pecah dini pada kehamilan premature,
diperlukan penatalaksanaan yang komprehensif. Secara umum, penatalaksanaan pasien ketub
an pecah dini yang tidak dalam persalinan serta tidak ada infeksi dan gawat janin, penatalaksa
naannya bergantung pada usia kehamilan.
A. Konservatif
B. Aktif
a) Korpus Uteri
Biasanya terjadi pada rahim yang sudah pernah mengalami operasi,seperti seksio
sesarea klasik (korporal) atau miomektomi.
b) Segmen Bawah Rahim
Biasanya terjadi pada partus yang sulit dan lama (tidak maju). SBRtambah lama
tambah regang dan tipis dan akhirnya terjadilah rupturuteri.
c) Serviks Uteri
Biasanya terjadi pada waktu melakukan ekstraksi forsep atau versi danekstraksi,
sedang pembukaan belum lengkap
d) Kolpoporeksis-Kolporeksis
Robekan – robekan di antara serviks dan vagina.
2.2.3 Komplikasi.
a. Gawat janin
b. Syok hipovolemik
Terjadi kerena perdarahan yang hebat dan pasien tidak segera mendapatinfus
cairan kristaloid yang banyak untuk selanjutnya dalam waktu cepatdigantikan
dengan tranfusi darah.
c. Sepsis
Infeksi berat umumnya terjadi pada pasien kiriman dimana ruptur uteri telahterjadi
sebelum tiba di Rumah Sakit dan telah mengalami berbagai manipulasitermasuk
periksa dalam yang berulang. Jika dalam keadaan yang demikian pasien tidak
segera memperoleh terapi antibiotika yang sesuai, hampir pasti pasien akan
menderita peritonitis yang luas dan menjadi sepsis pasca bedah.
d. Kecacatan dan morbiditas.
Histerektomi merupakan cacat permanen, yang pada kasus belum punya anak
hidup akan meninggalkan sisa trauma psikologis yang berat dan mendalam.
Kematian maternal /perinatal yang menimpa sebuah keluargamerupakan
komplikasi sosial yang sulit mengatasinya
2.2.4 Diagnosa
2.2.5. Penatalaksanaan
Tindakan aman yang akan dipilih, tergantung dari beberapa faktor, antaralain:
a.Keadaan umum
b.Jenis ruptur, inkompleta atau kompleta
c.Jenis luka robekan
d.Tempat luka
e.Perdarahan dari luka
f.Umur dan jumlah anak hidup
g.Kemampuan dan keterampilan penolong
PENANGANAN AWAL
1. Menyampaikan hasil pemeriksaan (bahwa ada penyulit yang
menyertai,menjelaskan kemungkinan untuk ditranfusi darah, dan dilakukan operasi).
7. Segera merujuk ibu dengan membawa BAKSOKUDA (Bidan, Alat,keluarga, Surat
(dokumentasi), Obat, Kenderaan, Uang, Donor darah)