Anda di halaman 1dari 15

Cara Menerapkan Metode-Metode dan Strategi Pembelajaran Di

Sekolah
Makalah ini disampaikan untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi dan Strategi
Pembelajaran

Dosen Pengampu: Drs. H. Pandaloan Harahap, M. Pd. I

Disusun Oleh
Kelompok 6 :
1. Alvia
2. Ahmad Noprizal
3. Ayu Mandaslina
4. Dedet Urian Daus
5. Midah

YAYASAN NURUL ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM YASNI BUNGO
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
selesainya Makalah yang berjudul Nikah. Penulisan makalah ini adalah salah satu
tugas mata kuliah Materi Fiqh III. Dalam penulisan makalah ini kami merasa
masih banyak kekurangan baik dalam teknis penulisan maupun materi, Mengingat
kemampuan yang kami miliki. Serta kami mengucapkan terima kasih untuk
pihak-pihak yang telah membantu kami. Semoga Allah SWT memberikan
imbalan yang setimpal kepada mereka yang telah memberikan bantuan baik
secara langsung maupun tidak langsung, Aamiin yaa Robbal Aalamiin.

Bungo, 21 November 2020

Darmawan Sani

ii
DAFTAR ISI

COVER ......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................... 2
C. Tujuan Penelitian................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Syarat dan Rukun Pernikahan............................................. 3
B. Sunnah-sunnah Dalam Pernikahan..................................... 7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................... 11
B. Kritik dan Saran.................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pernikahan adalah sesuatu yang suci dan diagungkan dalam agama, baik
islam maupun agama lainnya. Oleh karena itu, tidak setiap orang dapat
melakukannya sendirian, melainkan harus ada orang lain yang menikahkan
dan menjadi saksi atas pernikahan tersebut. Lebih dari itu, dalam pernikahan
juga terdapat kesepakatan dan perjanjian atau komitmen untuk melaksanakan
kewajiban dan tanggungjawab masing-masing (suami-istri). Stabilitas
kehidupan rumah tangga adalah modal dasar bagi upaya pembinaan keluarga
bahagia dan sejahtera.
Pernikahan itu sangat dianjurkan oleh Islam, karena merupakan cara
menjaga diri dan menyelamatkan masyarakat, serta memperbanyak keturunan
kaum muslimin. Pernikahan itu ladang untuk mendapatkan keturunan,
menenangkan diri dan hati, kesenangan dalam kehidupan, dan menjaga
anggota badan. Nikah juga merupakan nikmat dan kesenangan, sunnah dan
pelindung, serta pemeliharaan diri dan cara untuk mendapatkan keturunan
yang shalih dan bermanfaat baginya, baik sewaktu dia hidup atau sesudah
mati.
Allah berfirman dalam Surat Al-Israa’ ayat 32:
1
         
Dan janganlah kamu mendekati zina, Sesungguhnya zina itu adalah
suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk. (Q.S. Al-Israa’:32)

B. Rumusan Masalah

1
Departemen Agama RI, AL-QURAN DAN TERJEMAHANNYA, (Bandung: CV Penerbit
Diponegoro, 2005), hlm. 227.

1
1. Apa saja syarat dan rukun pernikahan?
2. Apa saja sunnah-sunnah dalam pernikahan?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apa saja syarat dan rukun pernikahan
2. Untuk mengetahui apa saja sunnah-sunnah dalam pernikahan

BAB II

2
PEMBAHASAN

A. Syarat dan Rukun Pernikahan


Ada beberapa definisi nikah yang dikemukakan ulama fiqh, tetapi
seluruh definisi tersebut mengandung esensi yang sama meskipun
redaksionalnya berbeda. Ulama Mazhab Syafi’i mendefinisikannya dengan
“akad yang mengandung kebolehan melakukan hubungan suami istri dengan
lafal nikah/kawin atau yang semakna dengan itu”. Sedangkan ulama Mazhab
Hanafi mendefinisikannya dengan “akad yang mempaedahkan halalnya
melakukan hubungan suami istri antara seorang lelaki dan seorang wanita
selama tidak ada halangan syara’.2
Pernikahan merupakan sunnatullah, karena semua yang ada di dunia ini
diciptakan berpasang-pasangan.3 Sebagaimana difirmankan Allah SWT
dalam QS. Adza-Dzariyat: 47-49. “Dan langit itu Kami bangun dengan
kekuasaan (Kami) dan seseungguhnya Kami benar-benar meluaskannya. Dan
Bumi itu Kami hamparkan maka sebaik-baik yang menghamparkan (adalah
Kami). Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu
mengingat akan kebesaran Allah” (Adz-Dzariyat: 47-49). Pada tulisan ini
penulis akan mencoba mengungkap tentang konseling pra nikah dalam
menuju kebahagiaan dengan menfokuskan pada studi pendekatan humanistik
Carl R. Rogers yang akan mengkaji bagaimanakah pendekatan ini digunakan
dalam memberikan konseling pra nikah.
1. Syarat Pernikahan
Syarat adalah sesuatu yang mesti ada yang menentukan sah atau
tidaknya suatu pekerjaan (ibadah), tetapi sesuatu itu tidak termasuk
dalam rangkaian pekerjaan tersebut. Adapun syarat sah dalam pernikahan
sebagai berikut:
a. Calon Suami

2
Agustina Nurhayati, Pernikahan Dalam Perspektif Islam, Jurnal Asas, Vol. 3, 2011,
hlm. 99.
Mubasyaroh, Konseling Pra Nikah Dalam Mewujudkan Keluarga Bahagia, Jurnal
3

Bimbingan Konseling Islam, Vol. 7, 2016, hlm. 1.

3
Seorang calon suami yang akan menikah harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut:
1) Bukan mahram dari calon istri
2) Tidak terpaksa (atas kemauan sendiri)
3) Jelas orangnya (bukan banci)
4) Tidak sedang ihram haji
b. Calon Istri
Bagi calon istri yang akan menikah juga harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut:
1) Tidak bersuami
2) Bukan mahram
3) Tidak dalam masa iddah
4) Merdeka (atas kemauan sendiri)
5) Jelas orangnyaf)Tidak sedang ihram haji
c. Wali
Untuk menjadi seorang wali dalam sebuah pernikahan,
harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1) Laki-laki
2) Dewasa
3) Waras akalnya
4) Tidak dipaksa
5) Adil
6) Tidak sedang ihram haji
d. Ijab Kabul
Ijab adalah sesuatu yang diucapkan oleh wali, sedangkan
kabul ialah sesuatu yang diucapkan oleh mempelai pria atau
wakilnya disaksikan oleh dua orang saksi.
Mahar adalah pemberian dari calon mempelai pria kepada
calon mempelai wanita, baik dalam bentuk barang atau jasa yang
tidak bertentangan dengan hukum Islam.
Sebagaimana firman Allah dalam surat An Nisa’ ayat 4:

4
            
4
  
Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi)
sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. kemudian jika mereka
menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan
senang hati, Maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai
makanan) yang sedap lagi baik akibatnya.

2. Rukun Pernikahan
Rukun adalah sesuatu yang harus ada untuk menentukan sah atau
tidaknya suatu pekerjaan (ibadah), namun sesuatu itu termasuk dalam
rangkaian pekerjaan tersebut.
a. Wali
Berdasarkan sabda Rasulullah Sallallahu `Alaihi
Wasallam:“ Wanita mana saja yang menikah tanpa izin walinya
maka nikahnya batal...batal.. batal.” (HR Abu Daud, At-Tirmidzy
dan Ibnu Majah).5
b. Saksi
Rasulullah sallallahu `Alaihi Wasallam bersabda: “Tidak
ada nikah kecuali dengan wali dan dua saksi yang adil.” (HR Al-
Baihaqidan Ad-Daaruquthni. Asy-Syaukani dalam Nailul Athaar
berkata : “Hadist dikuatkandengan hadits-hadits lain”).
c. Akad Nikah
Akad nikah adalah perjanjian yang berlangsung antara dua
pihak yangmelangsungkan pernikahan dalam bentuk ijab dan
qabul. Ijab adalah penyerahandari pihak pertama, sedangkan qabul
adalah penerimaan dari pihak kedua. Ijab daripihak wali si
perempuan dengan ucapannya, misalnya: “Saya nikahkan anak
sayayang bernama si A kepadamu dengan mahar sebuah kitab
Riyadhus Shalihin.”

op. cit, hlm. 61.


4

Wahyu Wibisana, Pendidikan Dalam Islam, Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. 14,
5

2016, hlm. 187.

5
Qabul adalah penerimaan dari pihak suami dengan
ucapannya, misalnya: “Sayaterima nikahnya anak Bapak yang
bernama si A dengan mahar sebuah kitab Riyadhus Shalihin.”
Dengan berlangsungnya akad nikah, maka muncullah hak
dan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh masing-masing pihak.
Apabila salah satu pihak tidak melaksanakan kewajiban, sehingga
pasangannya tidak mendapatkan hak, maka pihak yang dirugikan
dapat mengadukannya ke lembaga pemerintah dalam hal ini adalah
Peradilan Agama.6
Dalam aqad nikah ada beberapa syarat dan kewajiban yang
harus dipenuhi:
1) Adanya suka sama suka dari kedua calon mempelai
2) Adanya Ijab Qabul
3) Adanya Mahar
4) Adanya Wali
5) Adanya Saksi-saksi.
Untuk terjadinya aqad yang mempunyai akibat-akibat hukum
pada suami istriharuslah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1) Kedua belah pihak sudah tamyiz
2) Ijab qobulnya dalam satu majlis, yaitu ketika mengucapkan
ijab qobul tidakboleh diselingi dengan kata-kata lain, atau
menurut adat dianggap adapenyelingan yang menghalangi
peristiwa ijab qobul
d. Mahar (Mas Kawin)
Mahar merupakan tanda kesungguhan seorang laki-laki
untuk menikahi seorangwanita.Mahar juga merupakan pemberian
seorang laki-laki kepada perempuan yangdinikahinya, yang
selanjutnya akan menjadi hak milik istri secara penuh. Kita
bebasmenentukan bentuk dan jumlah mahar yang kita inginkan

6
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia: Antara Fiqh Munakahat
dan Undang-Undang Perkawinan, (Jakarta: Fajar Interpratama Offset, 2006), hlm. 159.

6
karena tidak ada batasanmahar dalam syari’at Islam,tetapi yang
disunnahkan adalah mahar itu disesuaikandengan kemampuan
pihak calon suami. Namun Islam menganjurkan agarmeringankan
mahar. Rasulullah saw. bersabda: “Sebaik-baik mahar adalah
maharyang paling mudah (ringan).”(H.R. Al-Hakim: 2692).7
B. Sunnah-Sunnah Dalam Pernikahan
1. Mendoakan kedua mempelai
Agar kedua mempelai dapat mengarungi bahtera rumah tangga
dengan baik, maka sebaiknya dipanjatkan doa setelah akad selesai.
Adapun bunyi doanya adalah:“Semoga Allah menganugerahkan barakah
kepadamu, semoga Allah juga menganugerahkan barakah atasmu, dan
semoga Dia menghimpun kalian berdua dalam kebaikan.” (HR. Abu
Dawud, Tirmidzi dan Ibn Majjah).
2. Sholat sunnah bersama istri
Terdapat sebuah riwayat tentang anjuran mengerjakan sholat
sunnah 2 rakaat bersama istri. Abu Sa’id Maula (budak yang telah
dimerdekakan) beliau mengisahkan bahwa semasa masih menjadi budak
ia pernah melangsungkan pernikahan. Ia mengundang beberapa sahabat
Rasulullah SAW, diantaranya Abdullah bin Mas’ud, Abu Dzar dan
Hudzaifah. Abu Sa’id mengatakan mereka pun membimbingku,
mengatakan, “Apabila istrimu masuk menemuimu maka shalatlah dua
rakaat. Mintalah perlindungan kepada Allah dan berlindunglah
kepadanya dari kejelekan istrimu. Setelah itu urusannya terserah engkau
dan istrimu. Abdullah bin Mas’ud pernah mengatakan kepada seseorang
yang baru menikah, “Kalau istrimu datang menghampirimu, maka
perintahkanlah dia shalat dua rakaat di belakangmu” (HR. Abu Bakr bin
Abi Syaibah)
3. Suami meletakkan tangan di atas ubun-ubun istri
Meletakkan tangan di atas ubun-ubun istri dimaksudkan untuk
mendoakan istri. Sebagaimana sabda Rasul: “Apabila salah seorang dari

7
Ibid, hlm. 188.

7
kamu menikahi wanita atau membeli seorang budak maka peganglah
ubun-ubunnya lalu bacalah ‘basmalah’ serta doakanlah dengan doa
berkah seraya mengucapkan: “Ya Allah, aku memohon kebaikannya dan
kebaikan tabiat yang ia bawa. Dan aku berlindung dari kejelekannya
dan kejelekan tabiat yang ia bawa“. (HR. Bukhari).
4. Mengadakan walimah
Terdapat sebuah riwayat yang menganjurkan diadakannya walimah
atau resepsi. “Ketika Abdurrahman bin ‘Auf tiba di Madinah, Rasulullah
mempersaudarakan dia dengan Sa’ad bin Ar Rabi’ Al Anshari, lalu
Sa’ad menawarkan membagi dua diantara dua istri dan hartanya.
Lantas Abdurrahman bin ‘Auf berkata; “Semoga Allah memberkahimu
pada keluarga dan hartamu. Beritahukanlah pasarnya kepadaku. ”Lalu
dia berjualan dan mendapat keuntungan dari berdagang minyak samin
dan keju. Setelah beberapa hari, Rasulullah melihatnya dalam keadaan
mengenakan baju dan wewangian. Maka Rasulullah bertanya
kepadanya: “Bagaimana keadaanmu, wahai ‘Abdurrahman?”
Abdurrahman menjawab; “Aku telah menikah dengan seorang wanita
Anshar.”Beliau bertanya lagi: “Berapa jumlah mahar yang kamu
berikan padanya?” Abdurrahman menjawab; “Perhiasan seberat biji
emas atau sebiji emas.” Lalu beliau bersabda: “Adakanlah walimah
(resepsi) sekalipun hanya dengan seekor kambing.” ( HR. Bukhari 3937,
Tirmizdi 1933 Nasai’3388).
5. Bersiwak
Dari al-Miqdam bin Syuraih dari bapaknya dia berkata “Saya
bertanya kepada Aisyah, aku bertanya, ‘Dengan tindakan apa
Rasulullah SAW memulai apabila masuk ke rumahnya? ‘ Dia menjawab,
‘Dengan bersiwak’.” (HR. Muslim,253). “Empat macam diantara
sunnah-sunnah para Rasul yaitu: berkasih sayang, memakai wewangian,
bersiwak dan menikah” (HR. Tirmidzi).

8
6. Bersikap lembut kepada istri
Asma’ binti Yazid binti As-Sakan ra, ia berkata: “Saya merias
Aisyah untuk Rasulullah saw. Setelah itu saya datangi dan saya panggil
beliau supaya menghadiahkan sesuatu kepada Aisyah. Beliau pun
datang lalu duduk di samping Aisyah. Ketika itu Rasulullah SAW
disodori segelas susu. Setelah beliau minum, gelas itu beliau sodorkan
kepada Aisyah. Tetapi Aisyah menundukkan kepalanya dan malu-
malu.” Asma binti Yazid berkata: “Aku menegur Aisyah dan berkata
kepadanya, ‘Ambillah gelas itu dari tangan Rasulullah SAW.” Akhirnya
Aisyah pun meraih gelas itu dan meminum isinya sedikit. (HR. Ahmad).
7. Pemanasan
Jika dalam ilmu modern disarankan untuk melakukan pemanasan
sebelum berhubungan intim, maka Islam telah mengenalkannya jauh
sebelum ilmu modern berlaku. Sebagaimana sabda Rasul: “Janganlah
salah seorang di antara kalian menggauli istrinya seperti binatang.
Hendaklah ia terlebih dahulu memberikan pendahuluan, yakni ciuman
dan cumbu rayu,” ( HR. Tirmidzi). 
8. Memberi salam sebelum masuk kamar
Dari Ummu Salamah Ra brkata, ketika Rasulullah SAW
menikahinya dan beliau hendak menggaulinya, beliau mengucapkan
salam terlebih dahulu. (HR. Abu Syaikh dengan sanad hasan shahih). 
9. Berdoa sebelum jima’
Berdoa sebelum menggauli istri adalah salah satu adab hubungan
suami istri dalam islam. Adapun doa sebelum berjima adalah sebagai
berikut: Allahumma Jannibnasy Syaithon wa Jannibisy Syaithon Maa
Rozaqtanaa Artinya:” Dengan nama Allah. Ya Allah, jauhkanlah kami
dari Syaithan dan jauhkanlah syaitan dari apa yang Engkau karuniakan
kepada kami.” (HR. Bukhari dan Muslim). Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda tentang doa ini,“Apabila Allah menakdirkan
keduanya untuk mendapatkan anak, maka anak itu tidak akan

9
mendapatkan kemudharatan dari syaithan selamanya.” (HR. Al-Bukhari
dan Ashabussunan kecuali An-Nasa’i).
Tujuan pernikahan menurut Islam adalah untuk memenuhi petunjuk
agama dalam rangka mendirikan keluarga yang harmonis, sejahtera dan
bahagia.18 Namun, pada umumnya tujuan pernikahan bergantung pada
masing-masing individu yang akan melaksanakan pernikahan karena lebih
bersifat subjektif. Namun demikian, ada tujuan yang bersifat umum yang
memang diinginkan oleh semua orang yang akan melangsungkan pernikahan
yaitu untuk memperoleh kebahagiaan dan kesejahteraan lahir batin menuju
kebahagiaan dan kesejahteraan akhirat.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian di atas maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Syarat sah dalam pernikahan sebagai berikut:
a. Calon suami
b. Calon istri
c. Wali
d. Ijam Kabul
2. Rukun dalam pernikahan:
a. Wali
b. Saksi
c. Akad nikah
d. Mahar (Mas kawin)
3. Adapun sunnah-sunnah dalam pernikahan, yaitu:
a. Mendoakan kedua mempelai
b. Sholat sunnah bersama istri
c. Suami meletakkan tangan di atas ubun-ubun istri
d. Mengadakan walimah
e. Bersiwak
f. Bersikap lembut kepada istri
g. Pemanasan
h. Memberi salam sebelum masuk kamar
i. Berdoa sebelum jima’
B. Kritk dan Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan
jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka
dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan
makalah dalam kesimpulan di atas.

11
DAFTAR PUSTAKA

Agustina Nurhayati, Pernikahan Dalam Perspektif Islam, Jurnal Asas, Vol. 3,


2011.

Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia: Antara Fiqh


Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan, Jakarta: Fajar Interpratama
Offset, 2006.

Departemen Agama RI, AL-QURAN DAN TERJEMAHANNYA, Bandung: CV


Penerbit Diponegoro, 2005.

Mubasyaroh, Konseling Pra Nikah Dalam Mewujudkan Keluarga Bahagia, Jurnal


Bimbingan Konseling Islam, Vol. 7, 2016.

Wahyu Wibisana, Pendidikan Dalam Islam, Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol.
14, 2016.

12

Anda mungkin juga menyukai