Anda di halaman 1dari 13

TUGAS RUTIN

MK METODOLOGI PENELITIAN

PROGRAM STUDI :PMAT

Skor Nilai :

TUGAS VI

T.A 2020/2021

NAMA MAHASISWA : SEPTRIANI TELAUMBANUA


NIM : 182117045
DOSEN PENGAMPU : Drs. AMIN OTONI HAREFA, M.Pd.
MATA KULIAH : METODOLOGI PENELITIAN

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN GUNUNGSITOLI


FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI MATEMATIKA
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
TUGAS VI

DESAIN PENELITIAN EKSPERIMEN

A. PENDAHULUAN

Penelitian percobaan bertujuan untuk mengetahui apakah suatu metode, prosedur,


sistem, proses, alat, bahan, serta model efektif dan efisien (produktif) jika diterapkan di suatu
tempat. Jika kita hubungkan engan penelitian deskriptif komparasi sebelumnya, maka
kesimpulannya perlu ditindaklanjuti dengan perlakuan (treatment). Penelitian percobaan
ingin mengujicobakan perlakuan agar dapat diketahui layak atau tidaknya suatu metode,
prosedur, sistem, proses, alat, bahan, dan model perlakuan itu diterapkan di suatu objek atau
tempat.

B. CIRI-CIRI PENELITIAN PERCOBAAN

Ciri-ciri penelitian percobaan adalah adanya sesuatu perlakuan yang akan dicobakan,
dan adanya objek yang menjadi sasaran perlakuan. Sebagai contoh, suatu perlakuan yang
akan dicobakan antara lain adalah model peningkatan mutu sekolah, maka yang menjadi
objek atau dikenai perlakuan antara lain kepala sekolah, guru, tenaga administrasi sekolah,
siswa, dan komite sekolah. Di samping itu, perlakuan juga dapat dikenakan pada struktur
organisasi sekolah, budaya sekolah, iklim organisasi sekolah, peraturan tata tertib sekolah,
perpustakaan, laboratorium, bengkel praktik, dan sebagainya. Suatu perlakuan yang akan
dicobakan tentu saja dipilih dengan asumsi atau keyakinan bahwa sesuatu yang diperlakukan
tersebut adalah mengubah keadaan lebih baik dari sebelum adanya perlakuan.

Dengan asumsi dan atau keyakinan bahwa perlakuan yang dicobakan memang
merupakan metode, prosedur, sistem, proses, alat, bahan, dan model yang baik dari
sebelumnya; maka metode, prosedur, sistem, proses, alat, bahan, dan model tersebut
harustidak yang seperti biasanya dilakukan atau terjadi, tetapi harus beda dari biasanya; lebih
bermutu,lebih hemat biaya, waktu dan tenaga. Oleh karena itu, dalam penelitian percobaan,
peneliti diwajibkan merumuskan hipotesisnya.
C. JENIS-JENIS PENELITIAN PERCOBAAN

Terdapat beberapa bentuk desain eksperimen yang dapat di gunakan, seperti terlihat
pada gambar berikut:

One-Shot Case Study

Pre-experimental One-Group Pretest-Posttest

Intact-Group Comparasion

Posttest Only Control Design


True-experimetal
Pretest-Control Group Design
Macam Design Eksperimen

Factorial
Experimental

Time Series Design


Quasi
experimental Nonequivalent Control Group Design

1. Pre-Eksperimental Designs (Non Designs)

Di katakan pre-eksperimental design karena desain ini belum merupakan eksperimen


sungguh-sungguh, karena masih terdapat variable luar yang ikut berpengaruh terhadap
terbentuknya varibel dependen. Jadi hasil eksperimen yang merupakan hasil variable
dependen itu bukan semata-mata di pengaruhi oleh variable independen. Hal ini dapat terjadi
karena tidak adanya variable control, dan sampel tidak di pilih secara random.

Bentuk pre-eksperimental designs ada beberapa macam yaitu:


a. One-Shot Case Study

Paradiga dalam penelitian eksperimen model ini dapat di gambarkan seperti berikut:

X = treatmen yang di berikan (Variabel Independen)


X O O = observasi ( (Variabel Dependen)

Paradigma itu dapat di baca sebagai berikut: Terdapat suatu kelompok di beri
treatmen/perlakuan dan selanjutnya di obeservasi hasilnya. (treatment adalah sebagai variable
independen, dan Hasil adalah sebagai variable dependen.

Contoh:

Pengaruh alat kerja baru diklat (X) terhadap produktivitas kerja karyawan (O).

Terdapat kelompok pegawai yang menggunakan alat kerja baru kemudian setelah beberapa
bulan di ukur Produktivitas Kerjanya. Pengaruh alat kerja baru terhadap produktivitas kerja
di ukur dengan membandingkan produktivitas sebelum menggunakan alat baru dengan
produktivitas setelah menggunakan alat baru (misalnya sebelum menggunakan alat baru
produktivitasnya 150/jam dan setelah menggunakan alat baru produktivitasnya 500/jam. Jadi
pengaruh alat baru adalah 500/jam -150/jam = 350/jam )

b. One-group Pretest-Posttest Design

Kalau pada desain One-Shot Case Study tidak ada pretest, maka pada desain ini
terdapat pretest sebelum di berikan perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat di
ketahui lebih akurat karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.
Desain dapat di gambarkan sebagai berikut:

O1 X O2 O 1= Nilai Pretest ( Sebelum Di Beri Diklat)


O2= Nilai Posttest (Stelah Di Beri Diklat)

Pengaruh Diklat Terhadap Prestasi Kerja Pegawai = (O2−O1)


c. Intact-Group Comparison

Pada desain ini terdapat satukelompaok yang di gunakan untuk penelitian, tetapi di
bagi dua, yaitu setelah kelompok untuk eksperimen (yang di beri perlakuan) dan stengan
untuk kelompok control ( yang tidak di beri perlakuan). Paradigma perlakuannya dapat di
gambarkan sebagai berikut:
X O1 O 1= Hasil pengukuran setengah kelompok yang di beri
O2 perlakuan
O 2= Hasil pengukuran setengah kelompok yang tidak di
beri perlakuan

Pengaruh Perlakuan = (O 1−O 2)

Contoh :

Terdapat sekelompok karyawan di bidang produksi yang setengah dalam


melaksanakan pekerjaannya menggunakan lampu yang sangat terang (O 1) dan
setengahnya lagi dengan lampu yang kurang terang (O2). Setelah beberapa minggu
di ukur produktivitas kerjanya, kelompoknya mana yang lebih produktif. Jadi,
pengaruh cahaya lampu terhadap produktivitas kerja adalah (O 1−O 2).

Seperti telah di kemukakan bahwa ketiga bentuk desain pre-exprement itu bila di
terapkan dalam penelitian akan banyak variable-variabel luar yang masih berpengaruh dan
sulit di control sehingga validitas internal penelitian menjadi rendah.

2. True Experimental Design

Di katakan true experimental (eksperimen yang betul-betul) karena dalam desain ini
peneliti dapat mengontrol semua variable luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen.
Dengan demikian validitas internal (kualitas pelaksanaan rancangan penelitian) dapat
menjadi tinggi. Ciri utama dari true eksperimental adalah bahwa saampel yang di gunakan
untuk eksperimen maupunsebagai kelompok control di ambil secara random dari populasi
tertentu. Jadi cirinya adalah adanya kelompok kontrol dan sampel di pilih secara random.

Bentuk True Experimental designs ada dua macam yaitu:


a. Posttest-Only Control Design

R X O2
R O4

Dalam design ini terdapat dua kelompok yang masing-masing di pilih secara random
(R). kelompok pertama di beri perlakuan (X) dan kelompok yang lain tidak. Kelompok yang
di beri perlakuan di sebut kelompok eksperimen dan Kelompok yang tidak di beri perlakuan
di sebut kelompok control. Pengaruh adanya perlakuan (treatment) adalah (O 1 :O 2). Dalam
penelitian yang sesungguhnya, pengaruh treatment di analisi dengan uji beda pakai uji
statistic t-test misalnya. Kalau terdapat perbedaan perbedaan yang signifikan antara
kelompok eksperimen dan kelompok control, maka perlakuan yang di berikan berpengaruh
secara signifikan.

b. Pretest-Posttest Control Group Design

R O1 X O2
RO3 O 4

Dalam desain initerdapat dua kelompok yang di pilih secara random, kemudian di
pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen de
ngan kelompok control. Hasil pretest yang baik bila nilai kelompok eksperimen tidak berbeda
secara signifikan.

Pengaruh perlakuan adalah (O2−O1) - (O 4 −O 3).

3. Factorial Design

Desain faktorial merupakan desian modifikasi dari desain true exprerimental yaitu
dengan memperhatikan kemungkinan adanya variable moderator yang mempengaruhi
perlakuan (variable independen). Paradigm design factorial dapat di gambarkan sebagai
berikut:
R O 1X Y1 O2
R O 3Y1 O4
R O 5X Y2 O6
R O7Y1 O8

Pada desain ini semua kelompok di pilih secara random, kemudian masing-masing di
beri pretest. Kelompok untuk penelitian di nayatakan baik bila setiap kelompok nilai
pretestnya sama. Jadi O 1=O 2=O 3 =O 4 . dalam hal ini variable moderator adalah Y 1 dan Y 2

Contoh:

Di lakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh prosedur kerja baru terhadap


kepuasan pelayanan terhadap masyarakat. Umtuk itu di pilih emapt kelompok secara
random. Variable moderatornya adalah jenis kelamin yaitu Laki-laki ( Y 1) dan
perempuan (Y 2).

Treatment/perlakuan (Prosedur kerja baru) di cobakan pada kelompok eksperiment pertama


yang telah di beri pretest (O1=kelompok laki−laki ¿ dan kelompok kedua yang telah di beri
pretest (O 5=kelompok perempuan ¿ .

Pengaruh perlakuan (X) terhadap kepuasan pelayanan untuk kelompok Laki-laki = (O2−O1)
- (O 4 −O 3).

Pengaruh perlakuan (prosedur kerja baru) terhadap nilai penjualan barang untuk kelompok
perempuan) = (O 6−O5 ) - (O8−O7 ).

Bila terdapat perbedaan pengaruh prosedur kerja baru terjhap kepuasan masyarakat
antara kelompok kerja pria dan wanita, maka penyeban utamanya adalah bukan karena
treatment yang di berikan (karena treatment yang di berikan sama), tetapi karena adanya
variable moderator, yang dalam hal ini adalah jenis kelamin. Pria dan wanita menggunakan
prosedur kerja baru yangb sama, tempat kerja yang sama nyamannya, tetapi pada umumnya
kwlompok wanita lebih ramah dalam memberikan pelayanan sehingga meningkatkan
kepuasan masyarakat.
4. Quasi Experimental Design

Bentuk desain eksperiment ini merupakan pengembangan dari True Eksperimental


design, yang sulit di laksanan.desain ini mempunyai kelompok control, tetapi tidak dapat
berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variable-variabel luar yang mempengaruhi pelaksaan
eksperimen. Walaupun demikian desain ini lebih baik dari pre-experiemntal desog. Quasi
experimental design di gunakan pada dasarnya sulit mendapatkan control yang di gunakan
untuk penelitian.

Dalam suatu kegiatan administrasi atau manajement sering tidak mungkin


menggunakan sebagian para karyawannya untuk eksperimen dan sebagian tidak. Sebagian
mengunakan prosedur kerja baru, yang lain tidak. Oleh karena itu, umtuk mengatasi kesulitan
dalam menentukan kelompok kotrol dalam penelitian, maka di kembangkan desain Quasi
Experimental.

Berikut ini di kemukakan bentuk desain quasi eksperimen, antara lain:

a. Time Series Design

O1 O2 O3 O 4 X O5 O6 O7 O8

Dalam design ini kelompok yang di gunakan untuk penelitian tidak dapat di pilih
secara random. Sebelum di beri perlakuan, kelompok di beri pretest sampai empat kali, dngan
maksud untuk mengetahui kestabilan dan kejelasan keadaan kelompok sebelum di beri
perlakuan. Jika ternyata hasil pretest selama empat kali terrnyata berbeda nilainya berbeda-
beda, berarti kelompok tersebut keadaanya labil, tidak menentu dan tidak konsisten. Stelah
kestabilan keadaan kelompok dapat di ketahui dengan jelas, maka baru di beri treatment.
Desain penelitian ini hanya menggunakan satu kelompok saja, sehingga tidak memerlukan
kelompok control.

Hasil pretest yang baik adalah O 1=O 2=O 3 =O 4dan hasil perlakuan yang baik adalah
O5=O6 =O7=O8 . Besarnya pengaruh perlakuan adalah
(O ¿ ¿ 5+O6 +O7 +O ¿ ¿ 8)−(O1+O2 +O3 +O4 )¿ ¿
Kemungkinan hasil penelitian dari desain ini di tunjukkan pada gambar berikut:

Dari gambar terlihat bahwa terdapat berbagai kemungkian hasil penelitian yang
menggunakan desain time series.

Hasil penelitian yang baik adalah di tunjukan pada grafik A. hasil pretest menunjukan
keadaan kelompok stabil dan konsisten ( O1 +O2 +O3+ O4 ) setelah di beri perlakuan
keadaannya meningkat secara konsisten (O ¿ ¿ 5+O 6 +O 7 +O ¿ ¿ 8)¿ ¿ .

Grafik B memperlihatkan adanya pengaruh perlakuan terhadap kelompok yang


sedang di eksperimen, tetapi setelah itu kembali pada posisi semula. Grafik C
memperlihatkan pengaruh luar lebih berperan dari padapengaruh perlakuan, sehingga
grafiknya naik terus. Grafik D menunjukkan keadaan klompok tidak menentu.

b. Nonequvalent Control Group Design

Desain ini hampir sama dengan Pretest-posttest control group design, hanya saja pada
desain ini kelompok eksperiment maupun kelompok control tidak di pilih secara random.
Contoh:

Di lakukan penelitian untuk mencari pengaruh perrlakuan senam pagi terhadap


derajat kesehatan karyawan. Desain penelitian di pilih satu kelompok dengan
karyawan. Selanjutnya dari satu kelompok tersebut yang setengah di beri perlakuan
senam pagi setiap hari dan setengah lagi tidak. O 1 danO3 merupakan derajat
kesehatan karyawan sebelum ada peerlakuan senam pagi. O2adalah derajat
kesehatan karyawan setelah senam pagi selama satu tahun. O 4 adalah derajat
kesehatan karyawan yang tidak di beri perlakuan senam pagi. Pengaruh senam pagi
yerhadap derajat kesehatan karyawan (O2−O! ¿−( O4 −O3 ) .

Sedangkan dalam buku Metodologi Penelitian Sosial Edisi Kedua oleh Prof. Dr.
Husaini Usman, M.Pd., MT dan Purnomo Setiadi Akbar, M.Pd, Ada tiga jenis penelitian
eksperimen yang dapat dilakukan, yaitu percobaan dengan studi kasus satu kali tembak (one
shot case study); percobaan dengan perbandingan perlakuan tanpa pretest; percobaan dengan
perbandingan sempurna dengan pretest, pemberian perlakuan berbeda dan posttest.

1. Percobaan dengan Studi Kasus Satu Kali Tembak (one shot case study)

Model jenis penelitian percobaan dengan studi kasus satu kali tembak dapat
digambarkan sebagai berikut.

L B

L adalah perlakuan dan B adalah pemberian tes yang dilakukan oleh peneliti. Tes tidak harus
formaldan tertulis, tetapi dapat juga beruap Tanya jawab nonformal. Contoh: kepala sekolah
akan meneliti penerapan model manajemen partisipatif di sekolahnya. Untuk itu, ia meminta
warga sekolah menerapkan manajemen partisipatif dalam rangka mewujudkan kerja tim yang
efektif. Karena peneliti (dalam hal ini kepala sekolah) berasumsi manajemen partisipatif
dapat mewujudkan tim kerja yang efektif, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai
berikut:
Penerapan manajemen partisipatif berpengaruh pada kerja tim yang efektif atau
Melalui manajemen partisipatif, keefektifan kerja tim dapat meningkat.
Warga sekolah diberi arahan dan kesempatan berkonsultasi dengan kepa sekolah
tentang penerapan manajemen partisipatif. Setelah kepala sekolah menilai cukup waktunya
(sesuai dengan kontrak usulan penelitian), kepala sekolah mengadakan tes terhadap warga
sekolah bagaimana cara-cara menerapkan manajemen partisipatif.tes tidak harus tertulis dan
formal, tetapi dapat berupa wawancara non formal. Kepala sekolah menanyakan bagaimana
melaksanakan manajemen partisipatif yang baik kepada warga sekolah yang dikenai
perlakuan. Jawaban dan nilai yang didapat dicatat. Nilai dari pemberian pertanyaan ini
merupakan nilai hasil percobaan. Dalam laporan penelitian percobaan, kepala sekolah yang
bersangkutan melaporkan apa saja yang dilakukan. Kemudian juga dilaporkan bagaimana
nilai dari hasil tes tersebut. Jika laporan hasil penelitiannya masuk akal (logis), lengkap dan
tuntas, serta dilampiri bukti-bukti yang mendukung, terutama telah terjadi pelaksanaan model
manajemen partisipatif dengan hasil yang baik maka penelitiannya dinyatakan berhasil.

2. Percobaan dengan Perbandingan Perilaku Perlakuan Tanpa Pretest

Untuk penelitian percobaan jenis model kedua ini,sebagai contoh, kepala sekolah
dapat melakukan hal yang sama, tetapi membandingkan dua kelompok warga sekolah. Warga
skeolah dibagi dalam dua kelompok yang relatif setara (seimbang komposisi anggotanya).
Kelompok 1 disebut Kelompok Percobaan (KP) karena mereka diberi pengarahan tentang
cara-cara melakukan manajemen partisipatif. Sedangkan kelompok 2 disebut Kelompok
Kontrol (KK) karena mereka tidak diberikan pengarahan tentang cara-cara melakukan
manajemen partisipatif dan berfungsi sebagai kelompok control. Model jenis eksperimennya
adalah sebagai berikut.

KP : L B

KK: L1 B1

Untuk penelitian percobaan jenis kedua ini, peneliti dapat merumuskan hipotesis
penelitiannya sebagai berikut.
Ada perbedaan kemampuan menerapkan manajemen partisipatif antara warga
sekolah Kelompok Percobaan dengan warga sekolah Kelompok Kontrol, atau
Manajemen partisipatif dapat mengefektifkan tim kerja.
Warga sekolah yang termasuk Kelompok Percobaan (KP) dan Kelompok Kontrol
(KK) diminta mengumpulkan pendapat-pendapatnya tentang pengalama terbaik (best
practice) mereka tentang penerapan manajemen partisipatif. Selanjutnya, kepala sekolah
memeriksa atau mencermati pendapat-pendapat ereka, kemudian hasilnya dicatat. Setelah
beberap waktu sesuai kesepakatan dengan warga sekolah kelompok 1, nilai-nilai hasil
pengamatan tersebut dianalisis, dicari rata-rata, kemudian dibandingkan dengan rata-rata nilai
kelompok 2 atau Kelompok Kontrol (KK) menggunakan rumus uji t. Dengan menggunakan
uji dapat diketahui apakah ada perbedaan atau tidak ada perbedaan antara KP dan KK.

3. Percobaan dengan Perbandingan Sempurna dengan Pretest, Pemberian


Perlakuan Berbeda, dan Posttest

Melalui penelitian percobaan jenis ini, kepala sekolah misalnya, dapat mengetahui
cara murni hasil dari perlakuan, karena sebelum diberi perlakuan kualitas manajemen
partisipatif kedua kelompok warga sekolah diteliti terlebih dahulu sehingga dapat diketahui
bagaimana posisi awal dari kedua kelompok warga sekolahnya. Dalam hal ini yang
dibandingkan adalah perolehan sebagai akibat dari adanya perlakuan yang berbeda. Sebagai
contoh, Kelompok 1 (KP) diberi perlakuan model manajemen partisipatif X dan Kelompok 2
(KK) diberi perlakuan model manajamen partisipatif Y. jika dari hasil tes awal rata-rata
kelompok 1 (KP) adalah 80 dan rata-rata kelompok 2 (KK) 70, sebenarnya tidak masalah.
Yang dicermati buka nilai sesudah perlakuan diberikan, tetapi perbedaan perolehan yaitu
selisih antara sesudah dikurangi sebelum perlakuan.

Setelah masing-masinng kelompok diberi perlakuan, yang dilihat adalah


peningkatannya. Jika nilai rata-rata kelompok 1 (KP) menjadi 90 dan nilai rata-rata kelompok
2 (KK) menjadi 85, maka perlakuan pada kelompok 2 (KK) itulah yang lebih baik, karena
peningkatan kelompok 1 (KP) hanya 10, sedangkan peningkatan kelompok 2 (KK) adalah 15.
Apabila dibandingkan posisi awal dan posisi akhir dua kelompok tersebut dapat tergambar
dalam tabel sebagai berikut.
Nilai rata-rata Kelompok 1 Nilai rata-rata Kelompok 2
Posisi
(KP) (KK)
Sebelum Perlakuan 80 70
Sesudah Perlakuan 90 85
Dampak Perlakuan 10 15

Model penelitian percobaannya adalah sebagai berikut.

KP : B1 L1 B1.1

KK: B2 L2 B2.2

Dibandingkan dengan penelitian percobaan jenis 2, yaitu penelitian percobaan jenis


percobaan tanpa pretest, perbedaannya hanya pada penilaian manajemen partisipatif
sebelumnya, baik pada kelompok 1 (KP) maupun kelompok 2 (KK). Langkah-langkah
perlakuanya dapat sama dengan penelitian percobaan jenis 2. Karena sejak awal sudah
diketahui nilai pretest-nya, maka setelah kelompok diberi posttest, peneliti membandingkan
perolehan setelah masing-masing kelompok (KP dan KK) diberi perlakuan. Dalam hal ini,
peneliti bukan menguji dampat adanya perlakuan, tetai menguji perlakuan mana yang lebih
efektif, apakah L1 atau L2. Apabila peneliti ingin merumuskan hipotesis penelitiannya, maka
hipotesis penelitiannya dapat diajukan sebagai berikut.

Ada perbedaan dampak antara perlakuan X dengan perlakuan Y, atau


Perlakuan Y mempunyai dampak lebih besar dibandinan dengan perlakua X, atau
Perlakuan X mempunyai dampak yang lebih baik dari pada perlakuan Y.

Dengan adanya tiga jenis penelitian percobaan tersebut, mungkin ada pertanyaan,
dapatka seorang peneliti melakukan ketiga jenis penelitian percobaan tersebut sekaligus?
Jawaban secara teoritisnya adalah dapat. Namun, ditinjau dari segi etika penelitian, kurang
etika penelitian, kurang etis. Karena jika peneliti menginginkan melakukan tiga penelitian
sekaligus, subjeknya harus berbeda, perlakuannya juga berbeda, supaya peningkatan profesi
peneliti mempunyai makna dan berwibawa.

Anda mungkin juga menyukai