Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU). Karena merupakan tanaman unggulan maka kemudian ditetapkan
sebagai varietas unggul nasional dengan nama Jeruk Keprok Soe (JKS). Sebelum ditetapkan sebagai
varietas unggul nasional, berbagai proyek telah dilaksanakan untuk meningkatkan luas tanam dan
membudidayakan JKS secara lebih intensif. JKS yang secara tradisional dibudidayakan dengan menanam
anakan asal biji sebagai tanaman pekarangan bercampur dengan berbagai tanaman lain kemudian
diubah menjadi ditanam dari bibit okulasi secara monokultur dalam areal di luar lahan pekarangan.
Penanaman secara intensif dan dalam areal yang luas sebenarnya sangat berpotensi menimbulkan
terjadinya eksplosi OPT. Pada tanaman jeruk keprok, OPT yang paling merusak adalah penyakit CVPD
yang disebabkan oleh bakteri yang di Asia adalah Candidatus Liberibacter asiaticus. Penyakit ini di luar
negeri sebelumnya disebut greening dan sekarang disebut ‘huanglongbing’ (pucuk menguning, disingkat
HLB). Pada 2003, peneliti dari Balai Penerapan Teknologi Pertanian Naibonat telah menemukan penyakit
ini pada JKS. Temuan tersebut diperkuat kembali oleh Kantor Karantina Kelas I Kupang pada 2007 dan
kemudian oleh Mudita & Natonis pada 2009. Tetapi pemerintah Kabupaten TTS sampai saat ini
membantah bahwa JKS telah tertular CVPD dan mengatakan peneliti yang menemukan CVPD pada JKS
sebagai peneliti yang tidak berkompeten. Menurut pemerintah Kabupaten TTS, penyakit yang diderita
oleh JKS hanyalah penyakit diplodia basah dan diplodia kering dan merekomendasikan penggunaan
bubur Kalifornia, yaitu campuran yang dibuat dari bahan belerang dan kapur yang dipanaskan dalam air,
sebagai tindakan perlindungan tanaman.
Kebijakan merupakan :
(wisdom).
(PP), Peraturan Presiden (Perpres), dan Peraturan Daerah (Perda, meliputi Peraturan
Daerah Provinsi, Peraturan Daerah Kabupaten/Kota, dan Peraturan Desa). Pada modul
pestisida pada berbagai tingkatan hierarki, dari yang tertinggi sampai yang paling
rendah.