Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa lanjut usia (lansia) atau menua merupakan tahap paling akhir dari siklus
kehidupan seseorang. Kelompok umur yang dikategorikan lansia yaitu diatas 60 tahun akan
mengalami proses yang disebut aging process atau proses penuaan (Maryam dan
Ekasari,2008). Proses penuaan merupakan kehidupan yang ditandai dengan tahapan –
tahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh. Hal tersebut disebabkan seiring
meningkatnya usia sehingga terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan serta
sistem organ. Perubahan tersebut pada umumnya akan berpengaruh terhadap kemunduran
kesehatan fisik dan psikis pada lansia (Fatmah, 2010). Selain itu lansia masih harus
menghadapi berbagai permasalahan, seperti perubahan kedudukan sosial, kehilangan
pekerjaan, risiko terkena penyakit, serta kehilangan orang yang mereka cintai. Kondisi
tersebut menyebabkan lansia menjadi lebih rentan untuk mengalami masalah mental salah
satunya adalah depresi (Suejono,2006). Depresi merupakan salah satu masalah mental yang
sering dijumpai pada lansia akibat proses penuaan (Suardana,2011).

Prevalensi lansia yang mengalami depresi di Indonesia berdasarkan Pusat Informasi


Penyakit Tidak Menular, lansia yang mengalami depresi sebesar 11,6% (Kemenkes, 2012).
Hasil laporan Riset Kesehatan Dasar 2013, menyebutkan bahwa prevalensi lansia berusia 55-
64 tahun yang mengalami depresi sebesar 15,9%, lansia usia 65-74 tahun sebesar 23,2%, dan
lansia usia diatas 75 tahun sebesar 33,7% (Kemenkes, 2013). Salah satu penelitian
menyatakan bahwa angka depresi pada lansia di Indonesia sebesar 6,5%, sedangkan angka
depresi pada lansia yang menderita suatu penyakit cenderung lebih tinggi, yakni sekitar 12-
24% (Suardana,2011).

Tingginya angka depresi yang dialami oleh lansia akan menyebabkan berbagai
dampak yang mungkin timbul. Depresi dapat menimbulkan perubahan secara fisik,
pemikiran, perasaan dan perilaku, yang mana hal ini dapat menetap dan menganggu aktifitas
keseharian seseorang, sehingga dapat menganggu kualitas hidup pada seseorang, terutama
pada lanjut usia (Utami et al., 2018). Depresi lanjut usia memberikan dampak diantaranya
memperpendek usia harapan hidup dengan memperburuk kemunduran fisik pada lansia,
menghambat pemenuhan tugas-tugas perkembangan lansia, menurunkan kualitas hidup
lansia, menguras emosi dan finansial orang yang terkena serta keluarga dan sistem
pendukung sosisal yang dimilikinya (Stanley & Beare, 2007). Konsekuensi yang serius dari
depresi pada lanjut usia apabila tidak mendapat perhatian dan penanganan adalah semakin
memburuknya penyakit yang diderita, kehilangan harga diri dan keinginan untuk bunuh diri
(Ibrahim, 2011). Sehingga sangat penting untuk dilakukan penanganan pada lansia yang
mengalami depresi untuk mengurangi tingkat depresi yang dialaminya.

Penanangan yang dilakukan yaitu dengan terapi farmakologis dan non farmakologis.
Ada berbagai macam terapi non famakologis yang dapat digunakan, salah satunya yaitu
relaksasi otot progresif. Teknik relaksasi otot progresif dapat membuat seseorang menjadi
relaks baik mental maupun fisiknya selain itu dapat menurunkan frekuensi nadi, tekanan
darah dan frekuensi pernapasan, menurunkan ketegangan otot dan meningkatkan kosentrasi
berpikir (Wulandari et al., 2015).

Berdasarkan permasalah tersebut maka kelompok kami mengambil jurnal dengan


judul “Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Terhadap Tingkat Depresi Pada Lanjut Usia
(Lansia)”

1.2 Tujuan
Tujuan Umum
Untuk mengetahui hasil analisis jurnal “Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Terhadap
Tingkat Depresi Pada Lanjut Usia (Lansia)”
Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui tinjauan teori mengenai jurnal tersebut
2. Untuk mengetahui Ringkasan jurnal
3. Untuk mengetahui critical appraisal dan analisis SWOT dari jurnal tersebut
1.3 Manfaat
Perawat
Dapat menambah intervensi keperawatan untuk lansia yang mengalami gangguan
psikososial seperti depresi
Masyarakat
Dapat menambah wawasan masyarakat mengenai cara mencegahan atau penanganan
bila menderita deoresi
Daftar Pustaka

Fatmah.(2010). Gizi Usia Lanjut. Erlangga: Jakarta Kemensos RI. (2008). Evaluasi Program
Jaminan Sosial Lanjut Usia (JSLU). www.kemensos.go.id.
Ibrahim, A. S. (2011). Gangguan Alam Perasaan. Tangerang: Jelajah Nusa

Kemenkes, RI. (2012). Data dan Informasi Kesehatan Penyakit Tidak Menular.Buletin
Jendela Data dan Informasi Kesehatan: Kemenkes, RI.
Kemenkes, RI. (2013). Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia. Jakarta: Buletin
Jendela, Data dan Informasi Kesehatan :Kemenkes, RI.
Maryam,R.,Ekasari,M.(2008). Mengenal Lanjut Usia dan Perawatannya.Salemba Medika:
Jakarta
Soejono, C.H. (2006). Pedoman Pengelolaan Kesehatan Pasien Geriatri: untuk Dokter dan
Perawat. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.
Suardana, I.W. (2011). Hubungan Faktor Sosiodemografi, Dukungan Sosial, dan Status
Kesehatan dengan Tingkat Depresi pada Agregat Lanjut Usia. Majalah
Kedokteran Indonesia, 57(7):233-8.
Stanley, M dan Beare, P.G. (2007). Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2.EGC. Jakarta
Utami, A. W., Liza, R. G., & Ashal, T. (2018). Hubungan Kemungkinan Depresi dengan
Kualitas Hidup pada Lanjut Usia di Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja
Puskesmas Nanggalo Padang. 7(3), 7.
Wulandari, N., Wihastuti, T. A., Wihastuti, T. A., Supriati, L., & Supriati, L. (2015). The
Effect of Progressive Muscle Relaxation on the Anxiety Decrease and Improving
Quality of Sleep Neurosa Patients in Health Center Area Kepanjen Kidul Blitar City.
Jurnal Ners dan Kebidanan (Journal of Ners and Midwifery), 2(2), 154–163.
https://doi.org/10.26699/jnk.v2i2.ART.p154-163
Ringkasan Jurnal

Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Terhadap Tingkat Depresi Pada Lanjut Usia
(Lansia)

Penuaan adalah suatu proses yang alami yang tidak dapat dihindari serta berjalan
secara terus – menerus dan berkesinambungan. Penuaan akan terjadi pada semua sistem
tubuh manusia dan masing – masing sistem memiliki waktu kemunduran yang tidak sama.
Masalah yang timbul pada proses penuaan (lansia) yaitu terkait fisik-biologik, sosial ekonomi
dan mental (psikologis). Gangguan psikologis yang dialami oleh lansia biasanya depresi.
Depresi pada lansia akan berdampak pada kualitas hidup yang menurun dan menghambat
perkembangan lansia. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menurunkan depresi
adalah relaksasi otot progresif. Teknik relaksasi otot progresif dapat membuat seseorang
menjadi relaks baik mental maupun fisiknya selain itu dapat menurunkan frekuensi nadi,
tekanan darah dan frekuensi pernapasan, menurunkan ketegangan otot dan meningkatkan
kosentrasi berpikir.

Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui pengaruh relaksasi otot progresif terhadap
tingkat depresi pada lanjut usia (lansia). Penelitian ini menggunakan quasi experimental
design dengan rancangan pre-test dan post-test one group design yaitu tanpa adanya
kelompok pebanding dan kontrol. Responden akan diobservasi sebanyak dua kali yaitu
sebelum dan sesusah diberikan intervensi. Teknik sampling yang digunakan yaitu purposive
sampling. Penelitian ini dilaksanakan di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Unit Abiyoso
Pakem Sleman Yogyakarta Bulan September – Oktober 2014.

Berdasarkan hasil analisis tingkat depresi responden sebelum relaksasi adalah normal
45,8%, 41,7% depresi ringan dan 12,5% depresi sedang sampai berat. Tingkat depresi setelah
teknik relaksasi otot progresif tingkat depresi dengan kategori normal meningkat 29,2%,
menurun 25% pada depresi ringan dan menurun 4,2% pada depresi sedang sampai berat.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa ada pengaruh teknik relaksasi otot progresif
terhadap tingkat depresi pada depresi lanjut usia (lansia) di Panti Sosial Tresna Werdha unit
Abiyoso Pakem Sleman Yogyakarta ( p<0,05).

Anda mungkin juga menyukai