Anda di halaman 1dari 7

Laporan Praktikum Uji Alkalinitas dan Besi

Aditya Pramana Putra


Prodi S1 Kesehatan Lingkungan
Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur

A. Latar Belakang

Kualitas air merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi suatu
perairan yang dijadikan sebagai tempat budidaya. Dengan kualitas air yang baik,
produktifitas dan kesuburan perairan akan lebih baik dan menjanjikan untuk
memperoleh hasil yang lebih baik pula. Kualitas air yang di perlukan yaitu  adanya
pH  yang  cukup. Salah satu  faktor kimia dari kualitas air tersebut adalah Alkalinitas.

Alkalinitas secara umum menunjukkan konsentrasi basa atau bahan


yang mampu menetralisir keasamaan dalam air. Secara khusus, alkalinitas sering
disebut sebagai besaran yang menunjukkan kapasitas pembuffferan dari ion
bikarbonat, dan sampai tahap tertentu ion karbonat dan hidroksida dalam air. Ketiga
ion tersebut di dalam air akan bereaksi dengan ion hidrogen sehingga menurunkan
keasaman dan menaikkan pH. Alkalinitas biasanya dinyatakan dalam satuan ppm
(mg/l) kalsium karbonat (CaCO3).

Air dengan kandungan kalsium karbonat lebih dari 100 ppm disebut sebagai
alkalin, sedangkan air dengan kandungan kurang dari 100 ppm disebut sebagai lunak
atau tingkat alkalinitas sedang. Pada umumnya lingkungan yang baik bagi kehidupan
ikan adalah dengan nilai alkalinitas diatas 20 ppm (Lesmana, 2005). Melihat
pentingnya peran alkalinitas dalam perairan, maka di laksanakan praktikum untuk
mengetahui kadar alkalinitas yang baik dan buruk dalam perairan.

Alkalinitas merupakan gambaran dari kapasitas air untuk menetralkan asam


atau yang lebih kenal dengan nama ANC (Acid Neutralizing Capacity). Selain itu,
alkalinitas juga didefinisikan sebagai kapasitas penyangga (buffer capacity) yang
menetralkan perubahan pH perairan yang sering terjadi (Effendi, 2003).

 Alkalinitas merupakan kapasitas penyangga (buffer capacity) terhadap pH


perairan yang terdiri atas anion-anion seperti anion bikarbonat (HCO 3-), karbonat
(CO32-) dan hidroksida (OH-), Borat (H2BO3-), silikat (HSiO3-), fosfat (HPO42- dan
H2PO4-) sulfide (HS-) dan amonia (NH3) dalam perairan yang dapat menetralkan
kation hidrogen. Namun pembentuk alkalnitas yang utama adalah bikarbonat,
karbonat dan hidroksida (Irianto, 2005).

Besi (Fe) adalah satu dari lebih unsur-unsur penting dalam air permukaan dan
air tanah. Besi (Fe) merupakan salah satu mikro elemen yang dibutuhkan oleh tubuh,
besi (Fe) banyak berperan dalam proses metabolisme tubuh. Namun, kelebihan kadar
besi (Fe) dalam tubuh dapat mengakibatkan rusaknya organ-organ penting, seperti
pankreas, otot jantung dan ginjal. Air yang mengandung besi (Fe) sangat tidak
diinginkan dalam keperluan rumah tangga karena dapat menyebabkan bekas karat
pada pakaian, porselin dan alat-alat lainnya serta menimbulkan rasa yang tidak enak
pada air minum.

Air dan kesehatan merupakan dua hal yang saling berhubungan. Kualitas air
yang dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat
tersebut. Selain bermanfaat bagi manusia, air juga merupakan media sarang dan
penularan penyakit berbahaya bagi manusia. Selain itu, tingginya tingkat pencemaran
air akibat perkembangan industri juga menjadi penyebab gangguan kesehatan pada
manusia. Persayratan kualitas air secara kimiawi (Permenkes No.
907/Menkes/SK/VII/2002) bahan-bahan inorganik (yang memungkinkan dapat
menimbulkan keluhan pada konsumen) untuk parameter besi kadar maksimum yang
diperbolehka 0,3 mg/L (Astuti dkk., 2012).

Sumber besi (Fe) antara lain berasal dari hematit ataupun magnetit. Mineral
yang sering berada dalam air dengan jumlah besar adalah kandungan besi (Fe).
Apabila besi (Fe) tersebut berada dalam jumlah yang banyak akan muncul berbagai
gangguan lingkungan.

B. Metode Uji Alkalinitas dan Besi

1. Alat dan Bahan Alkalinitas

a) Alat

1) Buret automatic

2) Neraca analitis

3) Erlenmeyer 250 ml
4) Gelas ukur 50 ml

5) Labu takar 1000 ml

6) Bola karet

7) Pipet volume 10 ml

b) Bahan

1) Air Minum Dalam Kemasan

2) Larutan Standar EDTA 0,01 N

3) Larutan Standar H2SO4 0,02 N

4) Indikator BCG (Bromo Cressol Green)

5) Indikator EBT (Eriocrome Black T)

6) Na2CO3 (Natrium Karbonat)

2. Pembuatan Reagen

a) Pembuatan Reagensia untuk pengujian Alkalinitas

1) Pembuatan Larutan Standar H2SO4 0,02 N

a. Dipipet 0,56 ml H2SO4 pekat

b. Ditambahkan Air minum dalam kemasan sebanyak

1 L dalam Labu Takar

c. Dihomogenkan

2) Pembuatan Larutan Standar Na2CO3

a. Ditimbang 0,2 gram Na2CO3

b. Dilarutkan Air minum dalam kemasan sebanyak

100 ml

c. Dihomogenkan
3) Standarisasi Larutan Standar H2SO4 0,02 N

a. Dipipet 10 ml larutan standar Na2CO3 dan


dimasukkan

Erlenmeyer 250 ml

b. Dititrasi dengan larutan H2SO4 0,02 N sampai terjadi

perubahan warna dari biru menjadi kuning

c. Dicatat volume H2SO4 yang terpakai

4) Pembuatan Indikator BCG (Bromo Cressol Green)

a. Ditimbang 0,1 gram BCG


b. Dilarutkan dengan aquadest sebanyak 100 ml
c. Dihomogenkan

3. Prosedur Uji Alkalinitas


a) Penentuan Kadar Alkalinitas
Penentuan alkalinitas pada air minum dalam kemasan
menggunakan metode titrasi asam basa.
1. Dimasukkan sampel air minum dalam kemasan kedalam
erlenmeyer sebanyak 100 ml
2. Ditambahkan 8 tetes indikator BCG (Bromo Cressol Green)
3. Dititrasi menggunakan larutan standar H2SO4 0,02 N sampai
terjadi perubahan warna dari biru menjadi hijau kekuningan
4. Dicatat volume titran yang terpakai
5. Dihitung kadar alkalinitasnya

4. Perhitungan Kadar Alkalinitas


Alkalinitas adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa
penurunan nila pH larutan. Diidentikkan dengan senyawa CaCO3.

Langkah 1. Hitung Berat Ekivalen (BE) dengan membagi BM


senyawa dengan valensinya.
100 g /mol
BE CaCO3 = = 50 g/ek
2ek /mol

CaCO3 tersusun dari 1 atom kalsium, 1 atom karbon, dan 3 atom oksigen.
Untuk menentukan Mr CaCO3 kita menggunakan cara menjumlahkan semua
massa atom relatif unsur-unsur penyusun senyawa kalsium karbonat.
- Ar Ca = 40 g/mol
- Ar C = 12 g/mol
- Ar O = 16 g/mol

Mr CaCO3 = Ar Ca + Ar C + 3(Ar O)
Mr CaCO3 = 40 + 12 + 3(16)
Mr CaCO3 = 100
Jadi massa molekul relative (Mr) kalsium karbonat adalah 100 g/mol.

- Perhitungan
mg V titrasi x N H 2 SO 4 x 1000 x 50
Alkalinitas ( )=
L V sampel

5. Alat dan Bahan Uji Besi Fe


a) Alat
1) Spectrophotometer DR 2800 1 unit
2) Vortex mixer 1 unit
3) Cuvet 4 buah
4) Rak tabung cuvet 1 buah
5) Pipet ukur 1 buah
6) Bulp 1 buah
7) Gelas beaker 1 buah
8) Gunting 1 buah
b) Bahan
1) Sampel air danau
2) Aquadest
3) Ferro Ver Iron Reagent Powder Pillow
4) Tissue
5) Kertas label

6. Uji Kandungan Besi Fe


a) Disiapkan 2 buah cuvet yang masing-masing diberi label “blanco
besi” sebagai cuvet blanco dan label “sampel besi” sebagai cuvet
sampel.
b) Dimasukkan air sampel sebanyak 10 ml pada cuvet blanco dan 10
ml pada cuvet sampel.
c) Dimasukkan 1 bungkus Ferro Ver Iron Reagent Powder Pillow ke
dalam cuvet sampel dan dihomogenkan dengan menggunakan vortex
mixer selama 3 menit.
d) Dihomogenkan setelah selama 3 menit, cawan sampel didiamkan
selama 5 menit.
e) Diatur alat Spectrophotometer DR 2800 ke program besi (No. 265).
f) Dimasukkan cuvet blanco ke dalam Spectrophotometer DR 2800
lalu ditekan zero sampai ditunjukkan angka nol.
g) Dimasukkan cuvet sampel setelah 5 menit ke dalam
Spectrophotometer DR 2800 dan ditekan read.
h) Ditunjukkan angka yang dicatat sebagai hasil pemeriksaan
kandungan besi dalam air.

C. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari praktikum kali ini, yaitu:

1. Perhitungan alkalinitas akan diperoleh jika sudah mendapatkan nilai volume


titrasi air sampel yang digunakan
2. Nilai total alkalinitas
3. Alkalinitas diperlukan untuk mencegah terjadinya fluktuasi pH yang besar, selain
itu juga merupakan sumber CO2 untuk proses fotosintesis fitoplankton. Nilai
alkalinitas akan menurun jika aktifitas fotosintesis naik, sedangkan ketersediaan
CO2 yang dibutuhkan untuk fotosintesis tidak memadai
Daftar Pustaka

Yulfiperius, Y., Toelihere, M. R., Affandi, R., & Sjafei, D. S. (2006). Pengaruh Alkalinitas
terhadap kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Ikan Lalawak (Barbodes sp.). Majalah
Ilmiah Biologi BIOSFERA: A Scientific Journal, 23(1), 38-43.
Bintoro, A., & Abidin, M. (2016). Pengukuran total alkalinitas di perairan estuari sungai
indragiri Provinsi Riau. Buletin Teknik Litkayasa Sumber Daya dan Penangkapan, 12(1), 11-
14.
Wijayanti, H. (1993). Pengaruh pH, Alkalinitas Dan Nutrient Terhadap Produksi Gas
Methan Pada Pengolahan Limbah Industri Alkohol Secara Anaerobik Dengan Dan Tanpa
Pengadukan (Doctoral dissertation, Institut Technology Sepuluh Nopember).
Padmono, D. (2007). Kemampuan Alkalinitas Kapasitas Penyanggan (Buffer Capacity)
Dalam Sistem Anaerobik Fixed Bed. Jurnal Teknologi Lingkungan, 8(2).
Supriyantini, E., & Endrawati, H. (2015). Kandungan logam berat besi (Fe) pada air,
sedimen, dan kerang hijau (Perna Viridis) di perairan Tanjung Emas Semarang. Jurnal
Kelautan Tropis, 18(1).
Febrina, L., & Ayuna, A. (2015). Studi penurunan kadar besi (Fe) dan mangan (Mn) dalam
air tanah menggunakan saringan keramik. Jurnal Teknologi, 7(1), 35-44.
Nunik, P., & Okayadnya, D. G. (2013). Penyisihan logam besi (Fe) pada air sumur dengan
karbon aktif dari tempurung kemiri. Envirotek: Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan, 5(2), 33-
41.

Anda mungkin juga menyukai