Anda di halaman 1dari 2

NAMA : ADITYA PRAMANA PUTRA

NIM : 2011102414010
TUGAS : ANTRO DAN SOSIO KESEHATAN

Malpraktik dalam dunia kesehatan


ARTIKEL 1
Kita sering mendengar kisah horor tentang prosedur operasi plastik yang gagal dan
menyebabkan pasiennya mengalami kecacatan bahkan kematian. Kali ini, cerita tersebut
datang dari Henan, China, di mana seorang wanita kehilangan nyawa di meja operasi saat
melakukan prosedur bedah plastik.

Dilaporkan oleh Oriental Daily, suami korban mendapat telepon dari klinik operasi plastik
yang mengatakan istrinya mengalami kecelakaan kecil ketika melakukan operasi. Setelahnya,
sang suami bergegas ke klinik bersama keluarganya yang lain.

Ketika sampai disana, ia tak melihat istrinya dan memaksa para staff untuk menunjukkan
keberadaannya. Para staff memintanya untuk duduk tenang dan menunggu sementara dokter
berusaha menyelamatkan nyawa istrinya.

Setelah menunggu lama, sang suami merasakan kejanggalan. Karenanya ia meminta agar
istrinya dirujuk ke rumah sakit lain namun para staff berkata, "Kami sudah kesana tetapi tak
ada gunanya. Istri Anda tidak bisa terselamatkan," demikian dikutip situs tersebut.
Tak terima, sang suami kemudian melaporkan kejadian tersebut ke pihak berwajib. Setelah
polisi tiba dan meminta untuk mengecek CCTV, ternyata semua data yang terjadi sebelum
jam 6 petang telah dihapus. Setelah memaksa pihak klinik, mereka menunjukkan dokumen
yang ditandatangani oleh sang istri yang mencantumkan operasi apa yang akan ia jalani
termasuk suntik dahi, leher, bokong dan perbaikan payudara.

Setelah ditelaah, ternyata tanda tangan istrinya dipalsukan oleh pihak klinik. Ketika sang
suami melihat mayat istrinya, lehernya telah dipenuhi lubang kecil dan darah keluar dari mata
dan hidungnya.

Saat memeriksa ponsel istrinya, diketahui bahwa sang istri 'dipaksa' menjalani operasi plastik
oleh perempuan bernama Zhao yang ternyata perawat di klinik tersebut. Polisi kemudian
melakukan investigasi dan menemukan bahwa klinik tersebut merupakan klinik abal-abal dan
Zhao telah ditangkap dan klinik ditutup permanen.

Kejadian ini memperlihatkan bahwa klinik berusaha menutupi insiden tersebut dan sang
suami akhirnya tak mengetahui penyebab pasti kematian dan waktu kematian istrinya.
ARTIKEL 2
Filler bibir banyak diminati oleh wanita yang ditujukan untuk mempercantik diri dan
penampilannya. Karenanya, mereka rela membayar sejumlah uang agar wajahnya terlihat
sempurna. Banyak yang berhasil, tapi tak sedikit juga yang gagal.

Kejadian ini dialami oleh banyak wanita dari Valley, Inggris, yang akhirnya
terkena infeksi bibir parah setelah filler. Nampaknya, mereka tergiur dengan harga yang
murah dan banyaknya ulasan positif dari mantan penggunanya.

Alexandra Garaventa mengatakan ia mendapat rekomendasi tempat filler bibir dari kawannya
di daerah Maricopa. "Setiap kali dia kesana, bibirnya tampak luar biasa, seperti tanpa cacat,"
katanya dikutip dari Fox 10.

Banyak wanita yang akhirnya mengunjungi klinik kecantikan di daerah Maricopa adalah
karena harganya yang jauh lebih murah. Menurut American Society for Aesthetic Plastic
Surgery, biaya rata-rata pengisi bibir adalah sekitar 620 dolar atau sekitar Rp 8 juta per vial
sementara di klinik tersebut hanya dipatok 80 dolar atau Rp 1 juta.

Tergiur dengan harga, Garaventa kemudian melakukan filler di klinik tersebut. "Ketika
disuntik, rasanya seperti bibirku menolaknya, seperti dipaksa," tuturnya.
Beberapa jam setelah filler, bibirnya sangat bengkak dan sakit. Bahkan bibir atas Garaventa
terlihat seperti disengat lebah saking bengkaknya. Saat Garaventa komplain, pihak klinik
berkata pembengkakan itu normal karena ia belum pernah filler sebelumnya.

Tak tahan, ia mengunjungi dokter tapi hanya diberikan berbagai antibiotik sebelum ia
akhirnya dirawat di rumah sakit sekitar seminggu setelah insiden filler.

"Tiap bangun, ada darah di seluruh mulut saya. Aku harus memeras semua nanah di bibirku.
Infeksinya makin parah meski diberi obat," sebutnya.

Dia berada di rumah sakit selama seminggu, di mana dia diberi obat tambahan dan menjalani
dua operasi. Meski demikian, operasi tak terlalu membantu sehingga dokter harus melarutkan
fillernya terlebih dahulu.

Atas kejadian ini, kepolisian telah memeriksa klinik tersebut. Disebutkan bahwa dalam
seminggu, terdapat hampir 8 orang yang dirawat di rumah sakit karena keluhan yang sama.

Anda mungkin juga menyukai