Asio ke HAM
admin 27/02/2017 1992
Jambi- Seorang guru Taman Kanak kanak di Kota Jambi Nurjanah (39) dikabarnya
akan melaporkan sebuah klinik perawatan gigi bernama Asio kepada pihak berwajib.
Hal tersebut pun terlihat dari kehadiran Nurjanah di Kantor Kementrian Hukum dan
HAM Jambi, Senin (27/02).
Dengan ini dia meminta pendampingan oleh kuasa hukumnya dari Lembaga Bantuan
Hukum,”Ya kami akan melaporkan pak Asio kepolisi didampingi kuasa hukum, kini
kami sedang melengkapi bukti-bukti kejadian yang menimpa saya tersebut,”
ujarnya.
Kepada Nurjanah, Asio mengaku adalah seorang Dosen Gigi Akademi Kesehatan Gigi
(AKG) di kawasan Kota Baru, dan dokter spesialis gigi dan mulut.
Kejadian tersebut terjadi jumat 3 februari 2017 sekitar pukul 17.00 Wib bersama
kakaknya mendatangi prakter dokter Asio untuk melakukan perobatan terhadap
giginya.
Dia berharap pihak dokter tersebut mau bertanggungjawab atas kejadian tersebut,
karena sebelum mencabut gigi kondisinya normal dan sehat.
Hingga kini, Nurjanah masih melakukan rawat jalan di rumah sakit tersebut, untuk
memastikan kondisi kesehatannya.
Sementara itu, Pelaksana Tugas Direktur Utama RSUD Raden Mattaher, drg Iwan
Hendrawan menyatakan Asio bukan dokter gigi.“Dia itu perawat gigi, dalam kasus
pendarahan yang terjadi pada pasien yang dilayani diduga ada tindakan melebihi
kewenangan dan terindikasi malpraktek,” kata Iwan.
Jika benar adanya kejadian tersebut Iwan berharap Dinas Kesehatan dapat segera
bertindak secara tegas.“Karena itu, telah merugikan pasien, bisa saja kalau pasien
melaporkan kejadian ke polisi,” pungkas Iwan.
SuaraJatim.id - Seorang pemilik klinik gigi di Surabaya Jawa Timur ( Jatim ) bernama
Andri Prasetiawan, S.Tr.Kes, saat ini harus duduk di kursi pesakitan. Ia disidang dalam kasus
penipuan.
Sorang pasiennya mengadukan Andri kasus penipuan sebab behel giginya gampang lepas.
Korban atas nama Intan Karunia Indah. Ia mengaku kecewa lantaran behel gigi yang baru
dipasang beberapa hari lepas.
Ia menjelaskan, awalnya Ia sering melihat iklan pemasangan behel gigi di sosial media. Dia
tertarik dengan iklan tersebut akhirnya datang ke tempat praktik terdakwa di Jalan
Patmosusastro No 70B Darmo Surabaya.
"Andri sendiri yang pasang, dipatok harga 1 juta," kata saksi Intan, dikutip
dari beritajatim.com jejaring media suara.com, Selasa (15/11/2022).
Saksi menjelaskan kalau behel yang dipasang baru saja beberapa hari sudah lepas. Mendapati
behelnya lepas, saksi pun kecewa dan melaporkan Terdakwa ke polisi.
Kesaksian Intan ini ada dalam dakwaan yang dibacakan akan Jaksa penuntut Umum (JPU) Ni
Putu Parwati, dari Kejati Jatim. Terdakwa disebutkan dengan sengaja menggunakan alat,
metode memberikan pelayanan kepada masyarakat yang menimbulkan kesan seolah-olah
yang bersangkutan dokter gigi, memiliki surat tanda registrasi dokter gigi atau surat izin
praktek.
Perbuatan Terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 78 Jo. Pasal 73
ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran," katanya.
Sementara terdakwa saat dimintai keterangan mengatakan, kalau dirinya hanya perawat gigi.
Sejak 2019, dia mempromosikan usahanya dan selama ini belum ada pasien yang komplain.
"Setelah pasang behel, saya kasih tahu kalau kontrol lagi bulan depan," ucap terdakwa.
Selanjutnya pada Selasa, 2 Agustus 2022 jam 12.30 wib, petugas polisi dari Unit III Subdit
IV Tipidter Ditreskrimsus Polda Jatim mendatangi lokasi Pelayanan Kesehatan Gigi
"Gemilang Dental" di jalan Patmosusastro No. 70B Darmo Wonokromo Surabaya.
Sampai di lokasi, saksi Rudi Hariyanto dan saksi Ade Frisma Wijaya, menemukan terdakwa
sedang ada pemasangan behel seorang pasien yaitu saksi Intan Karunia Indah.
Selanjutnya, saksi menemui terdakwa Andri Prasetiawan pemilik klinik, dan melakukan
penggeledahan badan dan rumah. Di sana ditemukan beberapa alat, tang behel, karet behel,
pinset behel, 1 paket scaler, 1 unit mikromotor dll.
Terdakwa Andri lulusan dari Poltekes Surabaya dan dinyatakan lulu. Ia memiliki Surat Tanda
Registrasi Perawat Gigi Nomor Registrasi 160461118-1578845 dikeluarkan pada tanggal 2
Oktober 2018 berlaku sampai tanggal 4 Juni 2023.
Sebagai tukang gigi sejak 2020 dengan nama "Gemilang Dental", tidak memiliki izin, namun
terdakwa lulusan D4 terapis gigi/ perawat.
Pasien yang memasang behel tidak dicatat ke pembukuan “Gemilang Dental” hanya
diberikan kwitansi saja tidak ada obat khusus yang diberikan kepada pasien.
Terdakwa memasang tarif untuk memasang behel dari harga Rp 1.000.000 sampai Rp
3.000.000, yang membedakan harga adalah bahan braket yang dipakai.
Keuntungan terdakwa sebulan mencapai Rp 6 juta sampai 7 juta rupiah. Usaha jasa gigi
dipromosikan lewat sosial media Instagram atas nama Gemilang Dental sejak 2020. Alat-alat
praktik dibeli melalui media online.
Terdakwa tidak memiliki keahlian khusus untuk memasang behel, langsung dipasangkan saja
ke gigi pasien. Padahal yang berhak melakukan pemasangan behel gigi adalah spesialis
orthodontis berdasarkan standar kompetensi dokter gigi nasional.
Akibat perbuatan terdakwa, gigi dapat lepas, gigi berubah posisi, profil wajah berubah dan
estetika berubah serta dapat menimbulkan kerusakan jaringan tulang gusi.