LEGAL OPINION
Oleh :
MAGISTER HUKUM
DENPASAR
2022
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara hukum, dengan demikian segala sesuatu yang ada di dalam negara diatur
berdasarkan atas hukum yang wajib ditaati oleh seluruh warga negara. Perbuatan atau perilaku yang
tidak sesuai atau melanggar norma hukum yang telah disepakati, serta mengganggu ketertiban dan
ketentraman individu dianggap sebagai suatu kejahatan. Sejak lahir ke dunia manusia telah bergaul
dengan manusia-manusia lain di dalam suatu wadah yang bernama masyarakat. Dimana dalam
hukum positif Indonesia melarang adanya tinda pidana narkotika dimana Tindak pidana narkotika
adalah tindak pidana penyalahgunaan narkotika tanpa hak atau melawan hukum selain yang
ditentukan dalam Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Berdasarkan Pasal 1
angka 1 Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, Narkotika adalah zat atau obat
yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam
Pengadilan Tinggi Kalimantan Barat yang memeriksa dan mengadili perkara pidana dalam
peradilan tingkat banding, telah menjatuhkan putusan seperti tersebut di bawah ini dalam perkara
terdakwa :
5) Kebangsaan : Indonesia;
6) Tempat tinggal : Jalan Firdaus Rais II Nomor 97 RT.042 RW.13 Kelurahan Pasiran,
9) Agama : Islam;
KRONOLOGI:
Berawal pada hari Senin tanggal 03 Agustus 2015 sekitar pagi hari disaat saksi korban Yenny
Hestiaty Alias Yeny Bin Mahmud Hanipah (pasien) bangun dan merasakan mata sebelah kirinya
terasa kabur atau pandangan tidak jelas. Kemudian saksi korban pergi ke Puskesmas Kecamatan
Singkawang Tengah yang beralamat di Jalan Saman Diman Nomor 01 Kelurahan Condong
Kecamatan Singkawang Tengah Kota Singkawang untuk memeriksa mata sebelah kiri saksi korban
yang terasa kabur. Sesampainya di Puskesmas Singkawang Tengah sekitar pukul 09.00 WIB, saksi
korban mendaftar dibagian loket Puskesmas selanjutnya petugas loket Puskesmas Singkawang
Tengah mencatat keluhan tentang mata sebelah kiri saksi korban yang terasa kabur. Kemudian sekitar
pukul 09.30 WIB saksi korban diarahkan ke Ruang Poly Mata Puskesmas Singkawang Tengah lalu
oleh
saksi Fitriana Alias Apit Binti Chairil Anwar yang merupakan pegawai magang dibagian poly mata
yang bertugas sebagai Anamese yaitu menimbang badan, memeriksa tensi dan menerima pasien serta
menanyakan keluhan pasien kemudian membuat rujukan dan mengentri data serta mencatat dalam
buku register terhadap mata saksi korban selanjutnya saksi korban ditangani oleh terdakwa Suharto
A.Md.RO., A.Md.Kep., SKM (karyawan/ perawat puskesmas Kecamatan Singkawang Tengah Kota
Singkawang) berdasarkan Surat Penunjukkan Nomor: 800/48/TU tanggal 02 Januari 2014 sebagai
koordinator kesehatan indra mata yang telah mendapat surat pelimpahan wewenang dari dokter
puskesmas untuk melakukan pelayanan pemeriksaan dan pengobatan Mata pada pasien. Bahwa
terdakwa tidak menjelaskan sebelumnya kepada saksi korban mengenai alat, metode atau cara saat
melakukan tindakan lalu saksi korban diminta untuk duduk dikursi perawatan khusus mata dan
dilakukan observasi dimana terdakwa mengatakan ada benda asing pada bagian bola mata atau
puncak kornea saksi korban sehingga menimbulkan kesan bahwa terdakwa adalah dokter spesialis
mata yang mempunyai keahlian spesialis dibidang mata kemudian terdakwa langsung meneteskan
obat tetes sebanyak kurang lebih 1 (satu) tetes dan mengambil benda asing dimaksud dengan
menggunakan alat seperti bentuk jarum lembut atau seperti lidi tapi tidak keras namun lentur
berwarna coklat dan melakukan irigasi terhadap mata saksi korban dengan menggunakan air,
mengambil benda asing yang ada dikornea mata saksi korban dengan cara menggeser alat yang
digunakan terdakwa tersebut atau disapukan ke bola mata kiri saksi korban tanpa didahului dengan
mendapat tanda tangan atau cap jari persetujuan tindakan medis dari saksi korban (Inform Consent
Pasie) lalu terdakwa memberikan salep mata kepada saksi korban dimana saksi korban merasa sakit
dan sempat menanyakannya namun terdakwa menjawab bahwa itu adalah reaksi dari obat yang telah
diberikan, kemudian terdakwa memperlihatkan kepada saksi korban benda yang telah diambil tersebut
tetapi tidak dapat dilihat jelas oleh saksi korban karena mata saksi korban masih terasa kabur
selanjutnya terdakwa memberikan saksi korban resep obat untuk diambil dibagian obat puskesmas.
Bahwa pasca pengobatan, mata saksi korban tindak kunjung sembuh melainkan mata saksi korban
terasa perih seperti ditusuk-tusuk, kemudian pada Hari Rabu tanggal 05 Agustus 2015 saksi korban
kembali datang ke puskesmas menemui terdakwa dan terdakwa kembali melakukan tindakan medis
dimata sebelah kiri saksi korban dikarenakan menurut terdakwa masih ada sisa serpihan benda asing
pada mata sebelah kiri korban selanjutnya terdakwa mengambil sisa serpihan benda asing pada mata
sebelah kiri korban dengan menggunakan cutton bud (pembersih telinga) lalu memberikan saksi
korban resep obat. Pada malam harinya mata saksi korban tidak dapat melihat sama sekali dan terasa
sakit atau pedih terutama bila terkena cahaya serta mata saksi korban memutih seperti nanah
bergumpal dibola mata. Selanjutnya pada Hari Kamis tanggal 06 Agustus 2015 saksi korban kembali
datang ke puseksmas Kecamatan Singkawang Tengah Kota Singkawang untuk menemui terdakwa
dan terdakwa lalu menyuruh atau merujuk saksi korban untuk berobat ke Rumah Sakit Bethesda
Serukam Kabupaten Bengkayang. Bahwa dari hasil pemeriksaan dokter spesialis mata Rumah Sakit
Bethesda Serukam Kabupaten Bengkayang yakni dr. Edy Ariston Lubis, Sp.M., M.Sc menerangkan
saksi korban mengalami Ulkus kornea dengan Hipopion (luka dikornea dengan nanah dibilik mata
depan) atau terdapat luka goresan pada kornea mata sehingga menyebabkan infeksi berat atau
bengkak oleh karena itu saksi korban dirawat Rumah Sakit Bethesda Serukam Kabupaten
Bengkayang selama kurang lebih 9 (sembilan) hari. Setelah dirawat di Rumah Sakit Bethesda
Serukam Kabupaten Bengkayang, mata saksi korban mengalami kemajuan dengan nanah yang ada di
mata menjadi hilang dan tidak mengalam iritasi serta sudah mulai berkurang bengkak atau infeksinya
namun mata saksi korban belum dapat kembali normal yang selama saksi korban berobat jalan di
Rumah Sakit Bethesda Serukam Kabupaten Bengkayang, saksi korban meminta untuk dirujuk ke
Rumah Sakit yang ada di Bandung atau Yogyakarta untuk mendapatkan pengobatan yang lebih
baikdemi menyembuhkan mata saksi korban namun oleh karena saksi korban menggunakan
pelayanan pengobatan BPJS maka saksi korban disarankan berobat ke Rumah Sakit Provinsi
Kalimantan Barat yakni Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soedarso di Pontianak lebih dahulu yang
berdasarkan hasil pemeriksaan dokter spesialis mata pada rumah sakit umum daerah dr. Soedarso
yakni dr. Muhammad Iqbal Saad, SP.M., M. Kes menerangkan mata saksi korban mengalami cacad
dan dapat diobati dengan cara transpalasi atau cangkok kornea mata hal ini didasarkan pemeriksaan
dr. Muhammad Iqbal Saad, SP.M., M. Kes bahwa tampak jelas luka dikornea bagian central seluas
kurang lebih 2-3 mm yang sudah sampai kejaringan pada lapisan kedua yaitu stroma kornea yang
sifatnya menetap dan menimbulkan jaringan Sikatrit atau jaringan parut yang bersifat permanen atau
cacad permanen yang dapat disebabkan karena trauma dari luka tusuk benda asing maupun luka pada
saat pelepasan benda asing yang menempel dilapisan Stroma yang dapat timbulnya cacad permanen
yang harus segera dikeluarkan karena dapat menimbulkan penetrasi atau semakin dalam benda asing
tersebut masuk kelapisan kornea mata, hal tersebut dikuatkan dengan bukti Surat Visum Et Repertum
Nomor : 79/370/RSDS/pdl-a/2015 tanggal 23 Desember 2015 yang dibuat dan ditandatangani oleh
dokter spesialis mata rumah sakit umum daerah dr. Soedarso di Pontianak yakni dr. Muhammad Iqbal
Saad, SP.M., M. Kes dengan hasil pemeriksaan : Tampak jelas lukadikornea bagian sentral seluas
kurang lebih 2-3 mm, yang sudah sampai kejaringan stroma kornea, yang sifatnya
terdakwa bersalah melakukan tindak pidana “dengan sengaja menggunakan alat, metode, atau cara
lain memberikan pelayanan kepada masyarakat yang menimbulkan kesan seolah-olah yang
bersangkutan adalah dokter atau dokter gigi yang telah memiliki surat tanda registrasi dokter atau
surat tanda registrasi dokter gigi atau surat ijin praktik” sebagaimana diatur dan diancam pidana
dalam dakwaan Kesatu pasal 78 Undang-Undang RI Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran. 5) Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa SUHARTO, A.Md. RO, A.Md.Kep., SKM
dengan pidana penjara selama 2 (dua) tahun dan 6 (enam) bulan dengan dikurangi selama terdakwa
berada dalam tahanan dengan perintah terdakwa tetap ditahan.6) Membebankan penggantian kerugian
atau restitusi kepada terdakwa yakni total ± sebesar Rp.302.577.974,- (tiga ratus dua juta lima ratus
tujuh puluh tujuh ribu sembilan ratus tujuh puluh empat rupiah) atas kerugian immateril dan kerugian
materil dari pengobatan lebih lanjut yang telah dilakukan oleh saksi korban Hestiaty Alias Yeny Bin
Mahmud Hanipah yang penghitungan kerugian tersebut diketahui dan berdasarkan keputusan dari
Demikianlah isi putusan pengadilan terhadap kasus tersebut, dalam hal ini terdakwa merugikan pasien
dan dianggap melakukan tindak pidana sehingga menerima sanksi tersebut diatas. terdakwa
SUHARTO, AMd.RO., AMd.Kep.,SKM., telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah
melakukan tindak pidana “Menggunakan alat, metode atau cara lain memberikan pelayanan kepada
masyarakat yang menimbulkan kesan seolah olah yang bersangkutan adalah dokter yang telah
memiliki surat tanda registrasi dokter” sebagaimana dalam dakwaan Kesatu. Sementara Malpraktik
atau malpraktek adalah sebuah tindakan atas dasar kelalaian atau kesalahan seorang dokter dalam
menjalankan profesi, praktek, pengetahuan dan ketrampilannya yang biasa digunakan dalam
mengobati pasien sehingga menyebabkan kerusakan atau kerugian bagi kesehatan atau kehidupan
pasien karena tidak sesuai dengan standar profesi medik serta menggunakan keahlian untuk
kepentingan pribadi. Kasus tersebut dapat dikatakan sebagai malpraktek, Profesi tenaga medis
mengandung risiko tinggi karena bentuk, sifat dan tujuan tindakan yang dilakukan oleh seorang
tenaga medis dapat berpotensi menimbulkan bahaya bagi seseorang. Undang-undang memberikan
kewenangan secara mandiri kepada tenaga medis untuk melakukan dan bertanggung jawab dalam
melaksanakan ilmu medis menurut sebagian atau seluruh ruang lingkupnya serta memanfaatkan
kewenangan tersebut secara nyata. Seorang tenaga medis dinyatakan melakukan kesalahan
profesional apabila melakukan tindakan yang menyimpang atau lebih dikenal sebagai malpraktik.