Anda di halaman 1dari 7

TUGAS FILSAFAT HUKUM

LEGAL OPINION

ANALISIS PUTUSAN NOMOR 50/PID.SUS/2017/PT KALBAR

Oleh :

MAGISTER HUKUM

UNIVERSITAS NGURAH RAI

DENPASAR

2022 
PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara hukum, dengan demikian segala sesuatu yang ada di dalam negara diatur

berdasarkan atas hukum yang wajib ditaati oleh seluruh warga negara. Perbuatan atau perilaku yang

tidak sesuai atau melanggar norma hukum yang telah disepakati, serta mengganggu ketertiban dan

ketentraman individu dianggap sebagai suatu kejahatan. Sejak lahir ke dunia manusia telah bergaul

dengan manusia-manusia lain di dalam suatu wadah yang bernama masyarakat. Dimana dalam

hukum positif Indonesia melarang adanya tinda pidana narkotika dimana Tindak pidana narkotika

adalah tindak pidana penyalahgunaan narkotika tanpa hak atau melawan hukum selain yang

ditentukan dalam Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Berdasarkan Pasal 1

angka 1 Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, Narkotika adalah zat atau obat

yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat

menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai

menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam

golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang ini.


KASUS POSISI

Pengadilan Tinggi Kalimantan Barat yang memeriksa dan mengadili perkara pidana dalam

peradilan tingkat banding, telah menjatuhkan putusan seperti tersebut di bawah ini dalam perkara

terdakwa :

1) Nama lengkap : SUHARTO, AMd.RO., A.Md.Kep., S.KM;

2) Tempat lahir : Jawai;

3) Umur/Tanggal lahir : 47 tahun/ 12 September 1969;

4) Jenis kelamin : Laki-laki;

5) Kebangsaan : Indonesia;

6) Tempat tinggal : Jalan Firdaus Rais II Nomor 97 RT.042 RW.13 Kelurahan Pasiran,

Kecamatan Singkawang Barat, Kota Singkawang;

9) Agama : Islam;

10) Pekerjaan : PNS (Pegawai Negeri Sipil)

11) Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga.

KRONOLOGI:

Berawal pada hari Senin tanggal 03 Agustus 2015 sekitar pagi hari disaat saksi korban Yenny

Hestiaty Alias Yeny Bin Mahmud Hanipah (pasien) bangun dan merasakan mata sebelah kirinya

terasa kabur atau pandangan tidak jelas. Kemudian saksi korban pergi ke Puskesmas Kecamatan

Singkawang Tengah yang beralamat di Jalan Saman Diman Nomor 01 Kelurahan Condong

Kecamatan Singkawang Tengah Kota Singkawang untuk memeriksa mata sebelah kiri saksi korban

yang terasa kabur. Sesampainya di Puskesmas Singkawang Tengah sekitar pukul 09.00 WIB, saksi

korban mendaftar dibagian loket Puskesmas selanjutnya petugas loket Puskesmas Singkawang

Tengah mencatat keluhan tentang mata sebelah kiri saksi korban yang terasa kabur. Kemudian sekitar
pukul 09.30 WIB saksi korban diarahkan ke Ruang Poly Mata Puskesmas Singkawang Tengah lalu

oleh

saksi Fitriana Alias Apit Binti Chairil Anwar yang merupakan pegawai magang dibagian poly mata

yang bertugas sebagai Anamese yaitu menimbang badan, memeriksa tensi dan menerima pasien serta

menanyakan keluhan pasien kemudian membuat rujukan dan mengentri data serta mencatat dalam

buku register terhadap mata saksi korban selanjutnya saksi korban ditangani oleh terdakwa Suharto

A.Md.RO., A.Md.Kep., SKM (karyawan/ perawat puskesmas Kecamatan Singkawang Tengah Kota

Singkawang) berdasarkan Surat Penunjukkan Nomor: 800/48/TU tanggal 02 Januari 2014 sebagai

koordinator kesehatan indra mata yang telah mendapat surat pelimpahan wewenang dari dokter

puskesmas untuk melakukan pelayanan pemeriksaan dan pengobatan Mata pada pasien. Bahwa

terdakwa tidak menjelaskan sebelumnya kepada saksi korban mengenai alat, metode atau cara saat

melakukan tindakan lalu saksi korban diminta untuk duduk dikursi perawatan khusus mata dan

dilakukan observasi dimana terdakwa mengatakan ada benda asing pada bagian bola mata atau

puncak kornea saksi korban sehingga menimbulkan kesan bahwa terdakwa adalah dokter spesialis

mata yang mempunyai keahlian spesialis dibidang mata kemudian terdakwa langsung meneteskan

obat tetes sebanyak kurang lebih 1 (satu) tetes dan mengambil benda asing dimaksud dengan

menggunakan alat seperti bentuk jarum lembut atau seperti lidi tapi tidak keras namun lentur

berwarna coklat dan melakukan irigasi terhadap mata saksi korban dengan menggunakan air,

mengambil benda asing yang ada dikornea mata saksi korban dengan cara menggeser alat yang

digunakan terdakwa tersebut atau disapukan ke bola mata kiri saksi korban tanpa didahului dengan

mendapat tanda tangan atau cap jari persetujuan tindakan medis dari saksi korban (Inform Consent

Pasie) lalu terdakwa memberikan salep mata kepada saksi korban dimana saksi korban merasa sakit

dan sempat menanyakannya namun terdakwa menjawab bahwa itu adalah reaksi dari obat yang telah

diberikan, kemudian terdakwa memperlihatkan kepada saksi korban benda yang telah diambil tersebut

tetapi tidak dapat dilihat jelas oleh saksi korban karena mata saksi korban masih terasa kabur

selanjutnya terdakwa memberikan saksi korban resep obat untuk diambil dibagian obat puskesmas.

Bahwa pasca pengobatan, mata saksi korban tindak kunjung sembuh melainkan mata saksi korban
terasa perih seperti ditusuk-tusuk, kemudian pada Hari Rabu tanggal 05 Agustus 2015 saksi korban

kembali datang ke puskesmas menemui terdakwa dan terdakwa kembali melakukan tindakan medis

dimata sebelah kiri saksi korban dikarenakan menurut terdakwa masih ada sisa serpihan benda asing

pada mata sebelah kiri korban selanjutnya terdakwa mengambil sisa serpihan benda asing pada mata

sebelah kiri korban dengan menggunakan cutton bud (pembersih telinga) lalu memberikan saksi

korban resep obat. Pada malam harinya mata saksi korban tidak dapat melihat sama sekali dan terasa

sakit atau pedih terutama bila terkena cahaya serta mata saksi korban memutih seperti nanah

bergumpal dibola mata. Selanjutnya pada Hari Kamis tanggal 06 Agustus 2015 saksi korban kembali

datang ke puseksmas Kecamatan Singkawang Tengah Kota Singkawang untuk menemui terdakwa

dan terdakwa lalu menyuruh atau merujuk saksi korban untuk berobat ke Rumah Sakit Bethesda

Serukam Kabupaten Bengkayang. Bahwa dari hasil pemeriksaan dokter spesialis mata Rumah Sakit

Bethesda Serukam Kabupaten Bengkayang yakni dr. Edy Ariston Lubis, Sp.M., M.Sc menerangkan

saksi korban mengalami Ulkus kornea dengan Hipopion (luka dikornea dengan nanah dibilik mata

depan) atau terdapat luka goresan pada kornea mata sehingga menyebabkan infeksi berat atau

bengkak oleh karena itu saksi korban dirawat Rumah Sakit Bethesda Serukam Kabupaten

Bengkayang selama kurang lebih 9 (sembilan) hari. Setelah dirawat di Rumah Sakit Bethesda

Serukam Kabupaten Bengkayang, mata saksi korban mengalami kemajuan dengan nanah yang ada di

mata menjadi hilang dan tidak mengalam iritasi serta sudah mulai berkurang bengkak atau infeksinya

namun mata saksi korban belum dapat kembali normal yang selama saksi korban berobat jalan di

Rumah Sakit Bethesda Serukam Kabupaten Bengkayang, saksi korban meminta untuk dirujuk ke

Rumah Sakit yang ada di Bandung atau Yogyakarta untuk mendapatkan pengobatan yang lebih

baikdemi menyembuhkan mata saksi korban namun oleh karena saksi korban menggunakan

pelayanan pengobatan BPJS maka saksi korban disarankan berobat ke Rumah Sakit Provinsi

Kalimantan Barat yakni Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soedarso di Pontianak lebih dahulu yang

berdasarkan hasil pemeriksaan dokter spesialis mata pada rumah sakit umum daerah dr. Soedarso

yakni dr. Muhammad Iqbal Saad, SP.M., M. Kes menerangkan mata saksi korban mengalami cacad

dan dapat diobati dengan cara transpalasi atau cangkok kornea mata hal ini didasarkan pemeriksaan

dr. Muhammad Iqbal Saad, SP.M., M. Kes bahwa tampak jelas luka dikornea bagian central seluas
kurang lebih 2-3 mm yang sudah sampai kejaringan pada lapisan kedua yaitu stroma kornea yang

sifatnya menetap dan menimbulkan jaringan Sikatrit atau jaringan parut yang bersifat permanen atau

cacad permanen yang dapat disebabkan karena trauma dari luka tusuk benda asing maupun luka pada

saat pelepasan benda asing yang menempel dilapisan Stroma yang dapat timbulnya cacad permanen

yang harus segera dikeluarkan karena dapat menimbulkan penetrasi atau semakin dalam benda asing

tersebut masuk kelapisan kornea mata, hal tersebut dikuatkan dengan bukti Surat Visum Et Repertum

Nomor : 79/370/RSDS/pdl-a/2015 tanggal 23 Desember 2015 yang dibuat dan ditandatangani oleh

dokter spesialis mata rumah sakit umum daerah dr. Soedarso di Pontianak yakni dr. Muhammad Iqbal

Saad, SP.M., M. Kes dengan hasil pemeriksaan : Tampak jelas lukadikornea bagian sentral seluas

kurang lebih 2-3 mm, yang sudah sampai kejaringan stroma kornea, yang sifatnya

menetap.Kesimpulan : orang yang bersangkutan mendapat cacad mata kiri

Analisa Kasus Kasus:

terdakwa bersalah melakukan tindak pidana “dengan sengaja menggunakan alat, metode, atau cara

lain memberikan pelayanan kepada masyarakat yang menimbulkan kesan seolah-olah yang

bersangkutan adalah dokter atau dokter gigi yang telah memiliki surat tanda registrasi dokter atau

surat tanda registrasi dokter gigi atau surat ijin praktik” sebagaimana diatur dan diancam pidana

dalam dakwaan Kesatu pasal 78 Undang-Undang RI Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik

Kedokteran. 5) Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa SUHARTO, A.Md. RO, A.Md.Kep., SKM

dengan pidana penjara selama 2 (dua) tahun dan 6 (enam) bulan dengan dikurangi selama terdakwa

berada dalam tahanan dengan perintah terdakwa tetap ditahan.6) Membebankan penggantian kerugian

atau restitusi kepada terdakwa yakni total ± sebesar Rp.302.577.974,- (tiga ratus dua juta lima ratus

tujuh puluh tujuh ribu sembilan ratus tujuh puluh empat rupiah) atas kerugian immateril dan kerugian

materil dari pengobatan lebih lanjut yang telah dilakukan oleh saksi korban Hestiaty Alias Yeny Bin

Mahmud Hanipah yang penghitungan kerugian tersebut diketahui dan berdasarkan keputusan dari

LPSK (Lembaga Perlindungan Saksi Dan Korban). 

Demikianlah isi putusan pengadilan terhadap kasus tersebut, dalam hal ini terdakwa merugikan pasien

dan dianggap melakukan tindak pidana sehingga menerima sanksi tersebut diatas. terdakwa
SUHARTO, AMd.RO., AMd.Kep.,SKM., telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah

melakukan tindak pidana “Menggunakan alat, metode atau cara lain memberikan pelayanan kepada

masyarakat yang menimbulkan kesan seolah olah yang bersangkutan adalah dokter yang telah

memiliki surat tanda registrasi dokter” sebagaimana dalam dakwaan Kesatu. Sementara Malpraktik

atau malpraktek adalah sebuah tindakan atas dasar kelalaian atau kesalahan seorang dokter dalam

menjalankan profesi, praktek, pengetahuan dan ketrampilannya yang biasa digunakan dalam

mengobati pasien sehingga menyebabkan kerusakan atau kerugian bagi kesehatan atau kehidupan

pasien karena tidak sesuai dengan standar profesi medik serta menggunakan keahlian untuk

kepentingan pribadi. Kasus tersebut dapat dikatakan sebagai malpraktek, Profesi tenaga medis

mengandung risiko tinggi karena bentuk, sifat dan tujuan tindakan yang dilakukan oleh seorang

tenaga medis dapat berpotensi menimbulkan bahaya bagi seseorang. Undang-undang memberikan

kewenangan secara mandiri kepada tenaga medis untuk melakukan dan bertanggung jawab dalam

melaksanakan ilmu medis menurut sebagian atau seluruh ruang lingkupnya serta memanfaatkan

kewenangan tersebut secara nyata. Seorang tenaga medis dinyatakan melakukan kesalahan

profesional apabila melakukan tindakan yang menyimpang atau lebih dikenal sebagai malpraktik.

Anda mungkin juga menyukai