Anda di halaman 1dari 6

Pria Diadili Usai Jadi Dokter Gadungan 2 Tahun di Klinik Milik RS BUMN

CNN Indonesia

Rabu, 13 Sep 2023 04:15 WIB

Ilustrasi. Seorang dokter gadungan diadili karena mencuri data orang lain untuk bekerja di sebuah klinik selama
dua tahun (Unsplash/Pixabay)

Surabaya, CNN Indonesia – Seorang pria di Surabaya, Susanto, didakwa melakukan penipuan karena
mengaku sebagai dokter dan bekerja di PT Pelindo Husada Citra (RS PHC) selama dua tahun lebih.
Padahal ia hanya lulusan SMA.

Susanto disebut mencuri data, identitas dan dokumen milik seorang dokter asli asal Bandung untuk
mengelabui salah satu rumah sakit milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tersebut.

Hal itu bermula saat RS PHC Surabaya membuka lowongan pekerjaan untuk mengisi posisi tenaga
layanan klinik sebagai Dokter First Aid pada 30 April 2020 silam.

Susanto yang mengetahui lowongan itu, kemudian melamar dengan berkas dan identitas palsu. Ia
mencuri data milik seorang dokter asli asal Bandung, dr Anggi Yurikno, melalui sebuah situs.

Berkas dr Anggil yang dicuri antara lain Surat Izin Praktik (SIP) Dokter, Ijazah Kedokteran, Kartu Tanda
Penduduk dan Sertifikat Hiperkes. Ia mengubah foto pada dokumen-dokumen itu tanpa mengganti
isinya.

Proses perekrutan hingga interview dilakukan secara daring karena saat itu masih dalam masa
Pandemi Covid-19. Singkat cerita, Susanto pun berhasil diterima oleh RS PHC.

Ia kemudian ditugaskan sebagai Dokter Hiperkes Fulltimer di Klinik K3 PT Pertamina EP IV Cepu yang
dikelola PT PHC sejak 15 Juni 2020.

“Saya menyiapkan kurang dari setahun, saya melakukanya untuk biaya kehidupan sehari-hari,” kata
Susanto saat menjalani persidangam secara daring di Pengadilan Negeri (PN) Surabaya, Selasa (11/9).

Selama bekerja sebagai dokter gadungan itulah, Susanto medapatkan gaji sebesar Rp7,5 juta per
bulan. Upah itu masih belum termasuk tunjangan dan fasilitas lainnya.

“Sesuai kontrak gaji saya Rp7,5 juta [per bulan]. Saya sudah dua tahun lebih kerja,” ucapnya.

Aksi Susanto baru terbongkar 12 Juni 2023, saat RS PHC meminta ulang dokumen lamaran pekerjaan
untuk memperpanjang masa kontrak Susanto. Saat dilakukan pengecekan, pihak manajemen
ternyata menemukan sejumlah ketidaksesuaian pada berkas-berkas itu.
Buntut kejanggalan itu, manajemen RS PHC lalu menghubungi dr Anggi Yurikno untuk klarifikasi.
Kemudian diketahui yang bersangkutan selama ini bekerja di RSU Karya Pangalengan Bhakti Sehat
Bandung dan tak pernah sekalipun tahu apalagi melamar pekerjaan di Surabaya.

Saat memberikan kesaksian, dr Anggi Yurikno asli mengaku merasa kecewa dan emosi, karena berkas
hingga identitasnya dicuri oleh Susanto.

“Terdakwa pakai nama saya untuk bekerja sebagai dokter, saya belum pernah kenal terdakwa. Saya
tahunya setelah dihubungi dr Ika [manajemen RS PHC],” kata Anggi.

Warga Arjasari Kabupaten Bandung itu mengaku tak terima, karena kewenangannya sebagai dokter
digunakan seenaknya oleh terdakwa.

“Saya tidak pernah kasih data identitas. Saya dirugikan karena nama saya dipakai, itu juga bukan
tandatangan saya,” ujarnya.

Sementara itu, perwakilan manajemen RS PHC Surabaya Dadik Dwirianto mengatakan, Susanto tidak
memeriksa pasien umum atau masyarakat. Melainkan bertugas di Klinik K3 di PT Pertamina EP IV
Cepu.

“Dia hanya periksa pegawai saja, seperti kondisi pegawai benar fit atau tidak, mulai tekanan darah,
dan lain-lain,” kata Dadik saat memberikan kesaksian.

Sementara itu melalui keterangan tertulis, PT PHC mengklarifikasi bahwa terdakwa Susanto tidak
bertugas atau praktik melayani pasien umum.

“Terdakwa berinisial S yang terindikasi melakukan penipuan dengan memalsukan dokumen


kepegawaian merupakan Pekerja Waktu Tertentu yang ditempatkan di Klinik OHIH pada salah satu
Perusahaan Area Jawa Tengah yang bertugas lebih banyak pada aspek preventif dan promotif, serta
tidak pernah sekalipun ditempatkan & melayani pasien di RS PHC Surabaya,” kata RS PHC melalui
keterangannya.

Dalam prosesnya, Manajemen RS PHC telah bekerjasama dengan perusahaan tersebut guna
melakukan tindak lanjut dengan melakukan penggantian dokter perusahaan serta melakukan
evaluasi pemeriksaan kesehatan dasar yang diberikan kepada para pekerja.

“Sebagai bentuk tanggung jawab, Manajemen PT PHC berinisiatif dan berkolaborasi dengan aparat
penegak hukum untuk menindaklanjuti dugaan penipuan tersebut,” ujar mereka.

Dalam proses yang sudah berjalan di pengadilan, Manajemen PT PHC akan bersikap kooperatif serta
menghormati proses hukum yang sedang berjalan agar kejadian serupa tidak terulang kembali.

“Manajemen RS PHC terus berkomitmen melalui jasa layanan yang diberikan, merupakan pelayanan
kesehatan bermutu tinggi yang mengedepankan patient safety atau keselamatan pasien,” katanya.

Saat ini, Susantodidakwa dengan Pasal 378 KUHP. Ia dinilai telah melakukan tindak pidana penipuan
untuk menguntungkan diri sendiri, dengan memakai nama dan martabat palsu, tipu muslihat, hingga
melakukan rangkaian kebohongan.
Tvonenews.com pada hari Rabu, 13 September 2023 – 06:22 WIB

Judul Artikel : Bak Film Catch Me If You Cant, Akal Bulus Susanto Cuma Lulus SMA Bisa Jadi Dokter
Gadungan RS PHC 2 Tahun

Reporter : Tim TvOne, Zainal Arifin Azkhari

Editor : Ervan Bayu

Bak Film Catch Me If You Cant, Akal Bulus Susanto Cuma Lulus SMA
Bisa Jadi Dokter Gadungan RS PHC 2 Tahun
Berbekal Sertifikat Dokter milik orang lain yang di dowloadnya di laman Facebook dan Fullerton ,seorang pria
lulusan SMA di Surabaya sempurna menjalankan profesi jadi dokter gadungan selama hampir 2 tahun dengan
bermodal ijazah editan.

Surabaya, tvOnenews.com – Berbekal Sertifikat Dokter milik orang lain yang di dowloadnya di laman
Facebook dan Fullerton ,seorang pria lulusan SMA di Surabaya sempurna menjalankan profesi jadi
dokter gadungan selama hampir 2 tahun dengan bermodal ijazah editan.

Pria bernama Susanto (50) bahkan sempat menikmati hasil penipuannya sebagai dokter selama dua
tahun setelah lolos seleksi sebagai dokter diterima di RS PHC Surabaya.

Berdasarkan surat dakwaan Ugik Ramatyo selaku jaksa penuntut umum (JPU) Kejari Tanjung Perak,
Surabaya, Susanto pada awalnya melihat lowongan kerja sebagai dokter dari RS PHC Surabaya.

Bak adegan film yang dibintangi Leonardo Di Caprio, Catch Me If You Cant, Susanto langsung
melamar sebagai dokter di RS PHC menggunakan identitas Dokter asli yang didapatkan nya melaui
berselancar didunia maya (internet) ijazah dokter tersebut lantas digantikanya dengan fotonya
dengan jalan melakukan scan foto.

Wal hasil ijasah Asli namun palsu (aspal) tersebut berhasil lolos administrasi HRD rumah sakit PHC
Surabaya Bermodalkan Surat palsu tersebut, Susanto diterima lalu dipekerjakan sebagai dokter first
aid atau Hiperkes full timer pada PHC Clinic. Ditugaskan di Klinic K3 PT Pertamina EP IV Cepu mulai
tanggal 15 Juni 2020 hingga tanggal 31 Desember 2022 dengan Gaji Rp7,5 juta perbulan ditambah
tunjangan.
Corporate Secretary PT Pelindo Husada Citra (PHC) , Imron Soewono kepada wartawan Selasa
(11/09/2023) mengakui soal kasus dokter gadungan tersebut. Namun ia menegaskan bahwa Susanto
tidak bekerja di RS PHC, tetapi di Klinik OHIH.

“Memang pada saat pertama kali kami mendapat laporan dari Head of Clinic, manajer yang
membawahi OHIH, yang bersangkutan ini tidak ditaruh di Rumah sakit (RSPHC) tapi di klinik K3 PT
Pertamina EP IV Cepu, tugasnya adalah memastikan kondisi pegawai fit atau tidak fit. Kalau fit
bekerja dan kalau tidak fit diminta istirahat atau apa,” kata Imron.

Usai berakhirnya masa kontrak, staf bidang Sumber Daya Manusia (SDM) meminta lagi berkas
lamaran Susanto guna memperpanjang masa kontrak kerja Susanto alias dr Anggi Yurikno sebagai
nama yang dipalsukan.

“Ini menjadi titik awal terbongkarnya kedok Susanto saat mengirim berkas lamaran via WhatsApp.
Karena Sertifikat Tanda Registrasi yang dikirimkan Susanto atas nama dr Anggi Yurikno berbeda
dengan foto wajah Susanto,“ tambahnya.

Berdasarkan penelusuran pihak RSPHC, terbukti bahwa Susanto bukanlah dr Anggi Yurikno yang
dimaksud dalam Sertifikat Tanda Registrasi.

Pemilik nama asli dr Anggi Yurikno diketahui bekerja di Rumah Sakit Umum Karya Pangalengan Bhakti
Sehat Bandung.

Setelah kasus tersebut terbongkar diketahui dari pengakuan Susanto pengadilan dirinya memalsukan
satu bundel data, termasuk CV dengan Surat Izin Praktik (SIP) Dokter, Ijazah Kedokteran, Kartu Tanda
Penduduk, dan Sertifikat Hiperkes. Semua data ini diambil Susanto dari situs Fullerton dan Facebook.

Susanto hanya merupakan lulusan SMA. Oleh karena itu, ia berusaha mencari ijazah lain untuk ia
gunakan agar bisa mendapatkan pekerjaan tersebut, karena motivasi Ekonomi alias pengangguran.

Susanto mengaku tidak mengubah ijazah dari pemilik aslinya. Hanya saja, Susanto mengaku ia
memindai dan juga mengganti ijazah tersebut menjadi foto miliknya..

“Saya tidak pernah mengubah ijazah, semuanya asli miliknya (dokter angi Yurikno:red) . Tapi saya
memindai dan mengganti fotonya dengan foto saya saja,” ujar Susanto. (zaz/ebs)
Pria Lulusan SMA di Surabaya Menyaru Dokter Selama 2
Tahun Pakai Identitas Orang Lain
Kompas.com, 13 September 2023, 08:32 WIB

SURABAYA, KOMPAS.com – Seorang pria lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) di Surabaya, Jawa
Timur bernama Susanto menipu PT. Pelindo Husada Citra (PHC) dengan mengaku sebagai dokter dan
bekerja di klinik milik perusahaan selama dua tahun. Selama itu pula, Susanto menerima gaji Rp 7,5
per bulan. Susanto yang ternyata menggunakan identitas palsu kemudian dilaporkan oleh PT.PHC dan
menjalani proses hukum di Pengadilan Negeri Surabaya.

Dalam dakwan yang dibacakan Jaksa Ugik Ramatyo dari Kejari Tanjung Perak Surabaya, Susanto
melamar ke Rumah Sakit PHC Surabaya saat ada lowongan pekerjaan untuk tenaga medis pada April
2020.

Susanto lantas beraksi dengan memalsukan semua dokumen yang dibutuhkan, termasuk surat Izin
Praktik ijazah kedokteran hingga sertifikasi Hiperkes. “Semua dokumen itu didapat terdakwa dari
internet. Terdakwa melamar dengan nama dr. Anggi Yurikno, yang dikirim melalui email,” kata Ugik
dalam dakwaan, seperti dilansir dari Sistem Informasi Penelusuran Perkara (SIPP) Pengadilan Negeri
Surabaya.

Selain memalsukan semua dokumen, terdakwa juga lulus seleksi wawancara yang digelar virtual.
Terdakwa pun mulai bekerja dan dikontrak dua tahun mulai Juni 2020 di Klinik K3 PT Pertamina EP IV
Cepu. “Selama bekerja, terdakwa juga mendapatkan gaji Rp 7,5 juta per bulan serta tunjangan
lainnya,” terang Ugik.

Aksi Susanto mulai terendus pada Mei 2023. Saat itu pihak PT. PHC meminta persyaratan administrasi
kepada Susanto yang mengaku bernama dr. Anggi Yurikno untuk keperluan perpanjangan kontrak.
Dokumen yang dimaksud adalah fotokopi Daftar Riwayat Hidup (CV), ijazah, STR (Surat Tanda
Registrasi), KTP, sertifikat pelatihan, Hiperkes, ATLS, dan ACLS.

Dari beberapa syarat dokumen yang dikirim, pihak manajemen menemukan kejanggalan. “Hasil
penelusuran, dr Anggi Yurikno bekerja di Rumah Sakit Umum Karya Pangalengan Bhakti Sehat
Bandung,” ujar dia.

Setelah proses klarifikasi kepada Susanto, akhirnya pihak PT. PHC melaporkannya ke polisi. Kerugian
pihak PT.PHC selama dua tahun mempekerjakan Susanto sebanyak Rp 262 juta. Dalam dakwaan
Jaksa Penuntut Umum, terdakwa Susanto didakwa melanggar pasal 378 KUHP dengan ancaman
hukuman 4 tahun penjara. Pasal dimaksud berbunyi dengan maksud untuk menguntungkan diri
sendiri atau orang lain secara melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu,
dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain untuk menyerahkan
barang sesuatu kepadanya, atau supaya memberi utang maupun menghapuskan piutang.

Anda mungkin juga menyukai