Anda di halaman 1dari 3

BAB 2

KRONOLOGI KASUS

Tanggal 09 Agustus 2016

Korban Nur Ainun pasien yang dicabut giginya di Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas) Johan Pahlawan, Meulaboh, Aceh Barat, mengeluh, karena terpaksa harus
menjalani operasi gigi setelah salah satu bagian giginya yang dicabut di Puskesmas itu tertinggal
di dalam gusi.

Akibatnya, pasien yang berobat menggunakan Askes tersebut mengeluh sakit karena
bagian gigi yang tersisa tak bisa lagi dicabut. Dokter yang mencabut giginya justru menyerah
untuk melakukan tindakan lebih lanjut.

Sementara itu, Erna Martha, dokter gigi yang bertugas di Puskesmas Johan Pahlawan, Meulaboh
mengaku tidak ingin memberikan keterangan pers kepada media terkait persoalan ini.

Harusnya kalau tak mampu ditangani, maka dirujuk saja ke rumah sakit supaya pasien tidak jera
dan kesakitan seperti ini, keluh Ainun, warga Seuneubok, Meulaboh, kepada Serambi, Senin
siang.

Menurut Ainun, sebelum giginya dicabut, dokter gigi yang menanganinya lebih dulu
menyuntikkan obat penghilang rasa sakit di bagian giginya. Ini sesuai dengan prosedur tindakan
pencabutan gigi. Tapi lima menit berselang, sang dokter langsung mencabut giginya, meski saat
itu ia belum merasa kebas atau belum dalam keadaan terbius lokal.

Saya kesakitan, karena gigi saya dicabut saat obat bius yang disuntikkan ke gusi saya belum
bekerja. Celakanya lagi, karena tak sanggup menahan rasa sakit, gigi saya tak tercabut
seutuhnya. Bagian akarnya masih tertinggal di dalam gusi, sehingga sangat mengganggu
kenyamanan gigi dan mulut saya, cerita Ainun.

Menurut Ainun, ia juga sudah meminta untuk dirujuk segera ke rumah sakit karena tak sanggup
menanggung rasa sakit. Tapi dokter tersebut menolak dengan alasan rujukan harus dilakukan
bulan depan, sesuai dengan prosedur baku untuk pasien rujuk. Begitu alasan si dokter saat itu,
kata Ainun.

Ia menegaskan tak ingin diperlakukan sebagai kelinci percobaan oleh si dokter gigi. Kalau tak
mampu menangani pasien, mengapa berani mencabut gigi saya, sehingga saya kesakitan seperti
ini, keluhnya.

Sementara itu, kami (Serambi = aceh.tribunnews.com) yang mencoba menelusuri persoalan ini di
Puskesmas Johan Pahlawan dari sumber terpercaya menyebutkan, layanan cabut gigi di pusat
kesehatan milik pemerintah daerah tersebut sangat dikeluhkan warga yang berobat.

Selain banyaknya pasien yang mengeluh karena kerap tertinggal sisa gigi di dalam gusi, layanan
suntik tetanus dan pelayanan kesehatan lainnya juga dikeluhkan karena diduga dilakukan asal-
asalan.

Sementara itu, drg Erna Martha selaku dokter gigi yang bertugas di Puskesmas Johan Pahlawan,
Meulaboh, Aceh Barat, saat dikonfirmasi Serambi di kantornya, Kamis (3/3) siang, mengaku tak
ingin memberikan keterangan kepada media terkait persoalan ini.

Ia menyerahkan hak jawab dirinya terkait keluhan pasiennya kepada dr Devi selaku Kepala
Puskesmas (Kapus) Johan Pahlawan, mengingat semua persoalan ini sudah ia sampaikan kepada
atasannya tersebut.

Kepala Puskesmas Johan Pahlawan, Meulaboh, dr Devi yang dikonfirmasi Serambi, Senin siang,
membenarkan bahwa seorang dokter gigi yang bertugas di Puskesmas setempat selama ini sudah
beberapa kali ditegur, akibat banyak pasiennya yang mengeluh dan bikin pengaduan karena
banyak pasien yang dicabut giginya, tapi bagian akarnya tertinggal di dalam gusi.

Dokter itu sudah tiga kali ditegur pihak Puskesmas dan satu kali oleh Dinas Kesehatan Aceh
Barat karena persoalan serupa. Kasus terbaru ini akan kami pelajari kembali untuk dilakukan
evaluasi terhadap sang dokter, kata dr Devi.

Ia mengakui, sebelum diberikan surat teguran, pihaknya juga sudah pernah memanggil yang
bersangkutan guna dimintai keterangan terkait banyaknya pasien yang mengeluh setelah dicabut
gigi. Namun, hal ini tentunya akan menjadi pertimbangan selanjutnya terkait kinerja sang dokter,
guna menunggu keputusan dari Dinas Kesehatan Aceh Barat terkait persoalan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai