Anda di halaman 1dari 19

UJIAN MANAJEMEN RESIKO MUTU DAN

LAYANAN KESEHATAN
WULANDA BUSTARI

2020322029

TUGAS :

dr.WIHARDI :

• Identifikasi dan analisis isu-isu penting, proses, masalah dan hal hal yang seharusnya
ditingkatkan.

• Buat/Uraikan strategi perbaikan/ peningkatan mutu yang dapat dilakukan berdasarkan hal
yang teridentifikasi di atas, dan identifikasi data, tehnik dan alat yang sesuai untuk
menganalisis informasi yang saudara pikir bisa digunakan.

• Gambarkan strategi peningkatan mutu yang saudara buat sehingga dapat disesuaikan/
dimasukkan dalam siklus mutu (quality cycle).

• Berikan saran yang menurut saudara cocok untuk manajemen -sesuai dengan pandangan dan
pendekatan peningkatan mutu- pada klinik ini.

dr. MENDHEL :

• Analisa indikator mutu apa saja yang perlu diukur untuk meningkatkan mutu pelayanan di
Klinik/ Rumah Sakit tersebut, beserta standarnya.

• Lakukan identifikasi risiko dari uraian diatas mulai dari jenis risiko, tingkat grading dan apa
tindakan pengendalian (upaya mitigasi) dari jenis risiko tersebut.

dr. ABDI :

Apakah dalam kasus diatas RCA atau FMEA bisa diterapkan? Kalau bisa coba buatkan.
Dr. IKHSAN :

1. Uraikan secara lengkap Peran Pemerintah sebagai : Provider dan sebagai Regulator di bidang
Health Services dan kaitannya dengan Mutu dan Resiko ! (zero accident).

2. Apakah ada kaitan antara SOP suatu instalasi Yankes dan Standar Kompetensi Profesi yang
dimiliki dengan Hospital by Law di instalasi tsb ? Kembangkanlah analisis kritis anda untuk
menjelaskannya dengan tetap di koridor scientific side !

3. Apa itu Patient Safety dan get Privacy ? serta apa urgensinya dalam level Mutu yang didapat
dan Resiko minimal ? Terangkan

JAWABAN

Dr. Wihardi

1. Pada kasus dalam cerita ini banyak terdapat beberapa kekurangan yang vital dan fatal
terjadi di Rumah sakit
“ia menggambarkan kesan awalnya di rumah sakit pada anda. Dia menjelaskan
bahwa ketika dia masuk rumah sakit, resepsionis berada pada telepon dengan
temannya, mendiskusikan apakah atau tidak dia akan membuat janji di salon
kecantikan. Ketika pada akhir selesai percakapan dia tidak memperhatikan ibu anda,
tapi mulai membaca majalah. Ibu anda minta diri dan meminta resepsionis
menunjukkan arah ke bangsal mata. Dia diberitahu bahwa jam berkunjung belum
akan mulai satu jam lagi, dan dia harus menunggu. Ibu anda menjelaskan bahwa ia
harus dirawat untuk operasi, dan resepsionis mengatakan bahwa tidak ada tempat
tidur yang tersisa di rumah sakit, dan dia pastikan tidak akan mungkin untuk
mendapatkan tempat di bangsal mata tersebut.”
Permasalahan yang dimunculkan dari paragraph diatas adalah :
- Front liner/resepsionis :
• Selaku orang terdepan yang menerima pasien dan yang pemberi kesan
pertama terhadap mutu pelayanan, sangat lah tidak bijaksana jika
menyambut pasien sambal melakukan kegiatan lain selain job desk sebagai
resepsionis, seperti mengobrol via telepon dan membaca majalah.
• Tidak mengkonfirmasi kebutuhan pelanggan (dalam kasus ini adalah
pasien), tapi langsung mengatakan “jam berkunjung 1 jam lagi” , padahal
pasien datang untuk operasi.
• Tidak memfasilitasi kebutuhan pasien dengan menyimpulkan di awal bahwa
tidak ada ruangan yg tersedia untuk pasien.
- Perawat :
• Ada nya double job yang dilakukan perawat, seperti tertuang dalam kalimat
“Akhirnya, setelah letih mencari, perawat tiba, membuka pintu, dan
meminta maaf atas keterlambatannya, menjelaskan bahwa ia baru saja
membantu toko swalayan dengan menempatkan beberapa barang yang
harus dipesan, tapi tidak ada atasan yang tahu apa yang dilakukannya.”
Hal ini tidak menunjukan profesionalitas perawat, yang seharus nya
mengerjakan tugas sesuai job desk, yaitu merawat dan membantu
kesembuhan pasien.
• “Staf tidak terlihat, dan beberapa pasien duduk di kursi roda tanpa
pengawasan di koridor. Satu diantaranya mengenakan gaun rumah sakit
dengan bokong terlihat- sesuatu yang tiba-tiba dihadapkan pada ibu anda
saat ia berbelok” . dari kalimat ini dijelaskan bahwa tidak ada nya
staf/perawat yang bertugas di setiap bagian,,. Dimana seharus nya harus ada
perawat yang berjaga di setiap bagian/ bangsal.
• “Perawat penerimaan minta diri, menjelaskan bahwa kantornya tanpa
pengawasan, dan dia harus kembali. Setelah menjawab kedua ponsel
perawat bangsal meminta maaf kepada ibu anda, membimbingnya ke
tempat tidur dan memintanya untuk duduk dan menunggu sampai dia
bisa diterima”. Alur dan sistematika penerimaan yang buruk. Dimana
seharus nya jika pasien datang dengan keterangan “acc untuk di operasi”,
berarti data diri pasien sudah harus ter-input dalam sistem informasi rumah
sakit sehingga tidak membuat pasien menunggu lagi untuk memasukkan
data.
• “Perawat asing muncul di ujung lain dari bangsal dan berlari mengambil
gulungan pita dari sakunya, dan "entah bagaimana menghentikan
perdarahan". Dia kemudian memarahi wanita tersebut karena
mengutak-atik slang infus, dan kemudian berbalik kepada ibu Anda dan
bertanya siapa dia dan mengapa dia ada di sana.” Perawat yang ketus dan
judes tidak menunjukkan “hospitality” yang merupakan dasar dari
pelayanan Rumah Sakit
- Kebersihan
• “Sepanjang jalan ibu anda menggambarkan sebuah labirin koridor dan
tangga, dengan troli penuh dengan linen, sampah, dan penuh dengan
genangan cairan sabun dan air di lantai di bawahnya. Dia juga mengamati
troli nampan makanan dengan sejumlah besar sisa makanan dan jelas
merupakan sisa makanan beberapa waktu sebelumnya.”. Seperti yang
sama-sama kita ketahui bahwa kebersihan adalah salah satu poin penting
dari mutu. Dari kasus diatas digambarkan bahwa kondisi kebersihan Rumah
Sakit yang tidak memenuhi standar dan cenderung diabaikan
- ” Setelah menemukan ibu anda di bangsal geriatri, anda menemukan dia
kesakitan. Dia menjelaskan bahwa dia saat berjalan kembali dari toilet dan
melangkah di genangan air di samping tempat tidur terjatuh dan terluka
pinggulnya”. Dari kalimat ini didapatkan bahwa di Rumah Sakit tersebut tidak ada
nya pengendalian terhadap manajemen resiko, dimana pasien dengan umur 69
tahun harus mendapat perhatian khusus karna masuk ke ranah geriatric yang kondisi
nya berbeda dengan pasien pada umum nya. Pasien geriatric dapat dikategorikan
pasien dengan resiko jatuh.
- “Ibu anda berkomentar bahwa ia telah memberikan informasi ini ke rumah sakit,
dan perawat menjelaskan bahwa tidak ada cara untuk memberikan informasi
dari satu departemen ke yang berikutnya melalui sistem komputer saat ini.”
Transmisi informasi yang buruk sehingga menyebabkan tidak praktis nya alur
pelayanan terhadap pasien.
- “Pada 07:00pm teknisi patologi tiba dan melanjutkan untuk mengambil darah
ibu Anda. Anda bertanya mengapa hal itu perlu dilakukan tes darah lebih lanjut
dan ia mengatakan bahwa tes darah pertama telah tersesat di suatu tempat dalam
sistem, dan itu perlu untuk mengulangi prosedur.” . Hal ini tidak seharus nya
terjadi jika sistem pelayanan dan sistem informasi berjalan dengan seharus nya di
Rumah Sakit tersebut. Kekeliruan letak hasil atau kealpaan pencatatan hasil darah
dapat menjadi penyebab hilang nya hasil tes darah pada pasien. Terlihat sepele, tapi
pasien akan merasa sangat dirugikan karna pemeriksaan berulang yang diakibatkan
kelalaian petugas.
2. Untuk melakukan pengukuran mutu suatu layanan, diperlukan alat dan standar. Banyak
alat yangdigunakanolehpakardalammengukurmutu. Parasurama dalam (Rodrigues,
2013) mengukur perbedaanpersepsidan harapan pelanggan dengan SERVQUAL
affects service quality. Dengan itu, pelanggan akan mempunyai persepsi mutu
pelayananyangtinggikarenaharapanmerekalebih rendah dari performa pelayanan yang
diberikan. Begitupunsebaliknya,jikaharapanpelangganlebih tinggi dari performa
pelayanan yang diberikan maka akan menimbulkan persepsi mutu yang rendah.
(Rodrigues, 2013).
Standar mutu yang digunakan rumah sakit bermacam-macam. Ada yang menggunakan
ISO 9001 sebagai standar mutu. Khusus di bidang pelayanan kesehatan, lembaga
International Society for Quality in Health Care (ISQua) juga membuat standar mutu
layanan. Kementerian KesehatanRI,sebagairegulatorbidangkesehatandi Republik
Indonesia (RI), juga telah menetapkan standar mutu pelayanan rumah sakit pada tahun
2008, yaitu Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.(KementrianKesehatanRepublik
Indonesia, 2008)
Langkah-langkah perencanaan strategi mutu
1. Memulai dan menyetujui suatu proses dalam perencanaan strategis;
2. Mengidentifikasi tugas-tugas organisasional;
3. Mengklarifikasi misi serta nilai organisasi;
4. Menilai faktor lingkungan eksternal dan juga internal
5. Mengidentifikasi macam-macam persoalan strategis organisasi
6. Merumuskan strategi penanganan masalah organisasi.,
7. Meninjau ulang dan mengadopsi strategi atau perencanaan strategis
8. Menciptakan visi organisasi yang efektif
9. Mengembangkan suatu proses implementasi yang efektif
10. Meninjau ulang strategi dan juga proses perencanaan strategis.

Pada kasus diatas, terdapat beberapa factor kelemahan dalam sistem Rumah Sakit, yang
disebabkan oleh :

- Sosialisasi tentang visi, misi rumah sakit belum dimaksimalkan.


- Nilai-nilai budaya organisasi belum menjadi perhatian pimpinan.
- Direktur tidak menetapkan secara kongkrit kalimat kebijakan mutu rumah sakit.
- Evaluasi penerapan peningkatan mutu dan juga keselamatan pasien belum
maksimal
- Belum memenuhi elemen penilaian Perbaikan Mutu dan Keselamatan Pasien
(PMKP) yakni belum ada standar waktu minimal pengetahuan pegawai dalam
tentang peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
- Belum menetapkan prioritas seperti yang disyaratkan Perbaikan Mutu dan
Keselamatan Pasien (PMKP).
- Komunikasi dan juga penyampaian informasi dari pimpinan rumah sakit kepada
pegawai sudah sesuai dengan standar penilaian Perbaikan Mutu dan Keselamatan
Pasien (PMKP).
- Pengukuran yang dilakukan belum cukup detail seperti yang dipersyaratkan Standar
Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS).
- Belum melaksanakan manajemen risiko seperti dipersyaratkan dalam elemen
penilaian Perbaikan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP).

Alat yang bisa digunakan dalam pengukuran mutu adalah matriks internal factor
evaluation (ife)
3. Strategi peningkatan mutu yang dapat disesuaikan/ dimasukkan dalam siklus mutu
(quality cycle).
SIKLUS MUTU
Strategi peningkatan mutu
4. Manajemen Mutu
Yang paling tepat diterapkan pada Rumah Sakit ini adalah Manajemen Mutu Terpadu.
Definisi mengenai MMT mencakup dua komponen, yakni apa dan bagaimana
menjalankan MMT. Yang membedakan MMT dengan pendekatan-pendekatan lain
dalam menjalankan usaha adalah komponen bagaimana tersebut. Komponen ini
memiliki sepuluh unsur utama (Goetsch dan Davis, 1994, pp. 14- 18) yang masing-
masing akan dijelaskan sebagai berikut :
1. Fokus pada pelanggan Dalam MMT, baik pelanggan internal, eksternal, maupun
intermediate merupakan driver. Pelanggan eksternal menentukan kualitas produk
atau jasa yang disampaikan kepada mereka, sedangkan pelanggan internal berperan
besar dalam menentukan kualitas manusia, proses, dan lingkungan yang
berhubungan dengan produk atau jasa, pelanggan intermediate merupakan
penghubung kedua pelanggan tersebut.
2. Obsesi terhadap kualitas
Dalam organisasi yang menerapkan MMT, penentu akhir kualitas adalah
pelanggan. Dengan kualitas yang ditetapkan tersebut, organisasi harus terobsesi
untuk memenuhi atau melebihi apa yang ditentukan tersebut.
3. Pendekatan ilmiah sangat diperlukan dalam penerapan MMT
4. Komitmen jangka panjang MMT merupakan suatu paradigma baru dalam
melaksanakan bisnis. Untuk menerapkannya dibutuhkan budaya organisasi yang
baru pula.
5. Kerja sama tim
Organisasi yang menerapkan MMT, kerja sama tim, atau kemitraan dan hubungan
dijalin dan dibina antar pelaku organisasi.
6. Perbaikan sistem secara berkesinambungan
System yang ada perlu diperbaiki secara terus menerus agar kualitas yang
dihasilkan dapat meningkat.
7. Pendidikan dan pelatihan
8. Kebebasan yang terkendali
Dalam MMT keterlibatan dan pemberdayaan karyawan dalam mengambil
keputusan dan pemecahan masalah merupakan unsur yang sangat penting. Hal ini
dikarenakan unsur tersebut dapat meningkatkan "rasa memiliki" dan tanggung
jawab karyawan terhadap keputusan yang telah dibuat.
9. Kesatuan tujuan Supaya MMT dapat diterapkan dengan baik, maka organisasi harus
memiliki kesatuan tujuan.
10. Adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan

dr. Mendhel

1. Indikator Mutu Rumah Sakit

Berdasarkan 12 poin diatas, maka Rumah Sakit dalam soal tidak memenuhi standar
mutu Rumah Sakit sesuai Indikator. Dimana Rumah Sakit tidak berhasil memberikan :
- Kepatuhan identifikasi pasien yang terlambat dan tidak efisien
- Waktu tanggap pelayanan yang sangat lama
- Kebersihan Rumah Sakit tidak terjaga
- Penundaan operasi elektif
- Waktu lapor tes kritis laboratorium yang buruk hingga mengakibatkan hilang nya
hasil tes darah pasien
- Kepatuhan upaya pencegahan resiko jatuh pada pasien yang tidak ada
- Kepatuhan terhadap clinical pathway yang tidak terstruktur
- Rendah nya kepuasan pasien dan keluarga
- Buruknya kecepatan respon terhadap complain

2. Identifikasi resiko

Jenis Resiko Grading Pengendalian


Resiko identifikasi pasien 8 Pendidikan dan pelatihan
yang terlambat dan tidak petugas mengenai standar
efisien mutu pelayanan

Resiko Waktu tanggap 12 Membuat alur pelayanan


pelayanan yang sangat lama pasien

Resiko Penundaan operasi 12 Membuat SPO ruang bedah


elektif
Resiko hilangnya hasil tes 12 Koordinasi petugas setiap
darah pasien unit, mengadakan SPO

Resiko Kepatuhan upaya 12 Melakukan identifikasi


pencegahan resiko jatuh pasien resiko jatuh,
pada pasien yang tidak ada membuat hand rail di
kamar mandi,
membersihkan genangan
air di kamar mandi
Resiko Rendah nya 12 Membentuk tim
kepuasan pasien dan manajemen komplain
keluarga
Resiko Buruknya kecepatan 12 Membentuk tim
respon terhadap complain manajemen komplain

Resiko Kebersihan Rumah 8 Pelatihan lebih lanjut bagi


Sakit tidak terjaga tenaga kebersihan atau
bekerja sama dengan
outsourcing layanan
kebersihan
dr. Abdi

Root cause analysis merupakan suatu proses mengidentifikasi penyebab-penyebab utama


suatu permasalahan dengan menggunakan pendekatan yang terstruktur dengan teknik
yang telah didesain untuk berfokus pada identifikasi dan penyelesaian masalah.
WAKTU X X X
KEJADIAN
KEJADIAN Pasien sampai di Rumah Sakit Petugas lalai Pasien masuk
dan melapor ke petugas akan dalam ke ruang rawat
dilakukan Tindakan operasi mengolah sangat lama dan
yang telah disepakati informasi tertunda nya
sehingga operasi elektif
pasien yang telah
terlantar dijadwalkan
Tambahan Pasien jatuh dikarenakan
tergelincir
Good practice

Masalah - Kepatuhan
pelayanan identifikasi pasien
yang terlambat dan
tidak efisien
- Waktu tanggap
pelayanan yang
sangat lama
- Kebersihan Rumah
Sakit tidak terjaga
- Penundaan operasi
elektif
- Waktu lapor tes kritis
laboratorium yang
buruk hingga
mengakibatkan
hilang nya hasil tes
darah pasien
- Kepatuhan upaya
pencegahan resiko
jatuh pada pasien
yang tidak ada
- Kepatuhan terhadap
clinical pathway yang
tidak terstruktur
- Rendah nya kepuasan
pasien dan keluarga
- Buruknya kecepatan
respon terhadap
complain

FMEA

Failure mode and effects analysis (FMEA) merupakan suatu teknik yang digunakan untuk
perbaikan sistem yang telah terbukti dapat meningkatkan keselamatan. FMEA merupakan
teknik yang berbasis tim, sistematis, dan proaktif yang digunakan untuk mencegah
permasalahan dari proses atau produk sebelum permasalahan tersebut muncul/terjadi. FMEA
dapat memberikan gambaran tidak hanya mengenai permasalahan-permasalahan apa saja yang
mungkin terjadi namun juga mengenai tingkat keparahan dari akibat yang ditimbulkan.
Dr. Ikhsan

1. Peran pemerintah sebagai provider dan regulator di bidang Health service

Sebagaimana sistem lainnya, sistem kesehatan berjalan dengan suatu tata kelola agar tujuan
sistem kesehatan dapat tercapai dengan baik. Dengan demikian dalam menata sistem
kesehatan, diperlukan integrasi dari berbagai level pemerintahan. Penyusunan dan
pengembangan sistem kesehatan tidak dapat berdiri sendiri dalam satu kabupaten atau kota
saja. Ketergantungan satu sama lain antara pemerintah Pusat, provinsi dan kabupaten/Kota
membutuhkan pemaknaan mengenai kebijakan desentralisasi di sektor kesehatan. Sebagai
catatan, keberadaan sekumpulan elemen, komponen, bagian, orang atau organisasi
sekalipun, jika diantaranya tidak ada suatu saling keterkaitan dalam fungsi tertentu maka
belum memenuhi kriteria sebagai anggota sistem kesehatan. Akan tetapi dalam prakteknya
sulit untuk menyatakan apakan suatu lembaga termasuk dalam sistem kesehatan atau tidak.
Sebagai gambaran Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik masih bersifat
rangkap:sebagai operator sekitar 40-an RS pemerintah pusat,sekaligus sebagai regulator
lebih dari seribu RS diIndonesia.

Berdasar pada hukum ekonomi. Berbagai peraturan pemerintah, termasuk pentarifan


Puskesmas dan rumah sakit yang mempengaruhi premi PT Askes Indonesia atau JPKM
ditetapkan berdasarkan pertimbangan sosial dan politik, bukan dengan konsep unit-cost dan
subsidy. Pengelolaan tenaga dokter spesialis dilakukan tanpa memperhatikan konsep pasar
tenaga kerja. Masyarakat terbiasa memandang kesehatan sebagai sektor yang dibiayai oleh
pemerintah dan murah. Keadaan ini mencerminkan ketidakjelasan situasi mengenai peran
pemerintah dalam sektor kesehatan. Sebenarnya secara de-facto sistem kesehatan di
Indonesia berjalan berdasarkan mekanisme pasar, akan tetapi sistem kesehatan nasional
dikelola tidak berdasarkan hukum ekonomi, sehingga perlu dipikirkan peran pemerintah
dalam kehidupan yang bertumpu pada mekanisme pasar.

Apa Tujuan Sistem Kesehatan?

Dalam batas-batas yang telah disepakati, tujuan sistem kesehatan adalah:

1. Meningkatkan status kesehatan masyarakat. Indikatornya banyak, antara lain Angka


Kematian Ibu, Angka Kematian Bayi, Angka kejadian penyakit dan berbagai indikator
lainnya.
2. Meningkatkan responsiveness terhadap harapan masyarakat. Dalam hal ini masyarakat
puas terhadap pelayanan kesehatan.
3. Menjamin keadilan dalam kontribusi pembiayaan. Sistem kesehatan diharapkan
memberikan proteksi dalam bentuk jaminan pembiayaan kesehatan bagi yang
membutuhkan.

Apa Saja Elemen-Elemen Sistem Kesehatan?

Berdasarkan pengertian bahwa System is interconnected parts or elements in certain pattern


of work, maka di sistem kesehatan ada dua hal yang perlu diperhatikan, yakni: (1) elemen,
komponen atau bagian pembentuk sistem yang berupa aktor-aktor pelaku; dan
(2) interconnection berupa fungsi dalam sistem yang saling terkait dan dimiliki oleh elemen-
elemen sistem. Secara universal fungsi di dalam Sistem Kesehatan berdasarkan berbagai
referensi dapat dibagi menjadi:
a. Regulator dan/atau stewardship
b. Pelayanan Kesehatan
c. Pembiayaan Kesehatan
d. Pengembangan Sumber Daya

Aktor-aktor yang ada adalah:

Pemerintah yang terdiri atas pemerintah pusat, propinsi, dan kabupaten/kota.


Aktor pemerintah banyak berperan sebagai regulator dan steward dalam sistem kesehatan.
Pemerintah berfungsi pula di pelayanan kesehatan dan pembiayaan kesehatan

Peran pemerintah dalam manajemen mutu dan resiko

Seperti telah dipaparkan diatas bahwa pemerintah bertanggung jawab dan hal ekonomi, hukum
dan standar pelayanan Kesehatan di Indonesia. Dimana pemerintah berhak dan berkewajiban
untuk membuat aturan yang berkaitan dengan pelayanan Kesehatan yang ada di Indonesia.
Seperti Undang-undang Kesehatan, Permenkes, standar akreditasi rumah sakit, standar mutu
pelayanan rumah sakit, tarif dasar RS,dll. Sehingga semua hasil produk pelayanan RS harus
lah sesuai peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah, baik pusat maupun daerah

2. Kaitan SOP dan Hospital by Law

Pembangunan kesehatan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan


nasional sehingga harus mempunyai acuan yang jelas tentang arah pembangunan kesehatan
yang dapat dijadikan pedoman oleh seluruh komponen pelaku pembangunan. Untuk itu
diperlukan dukungan sistem kesehatan nasional yang tangguh. Menurut Pasal 1 angka 2
Peraturan Presiden No. 72 Tahun 2012, Sistem Kesehatan Nasional, yang selanjutnya
disingkat SKN adalah pengelolaan kesehatan yang diselenggarakan oleh semua komponen
bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Perlunya suatu standar dalam pelayanan medis bagi tenaga medis merupakan suatu
kewajiban yang harus dipenuhi, dimana Undang-Undang No. 29 tahun 2004 tentang
praktek kedokteran pasal 44 menyebutkan bahwa dokter atau dokter gigi dalam
menyelenggarakan praktek kedokteran wajib mengikuti standar pelayanan kedokteran atau
kedokteran gigi. Demikian juga dalam pasal 51 (UU yang sama) menyebutkan dokter atau
dokter gigi dalam melaksanakan praktek kedokteran mempunyai kewajiban untuk
memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur
operasional serta kebutuhan medis pasien

Standar pelayanan medis yang berlaku nasional di samping untuk membatasi otonomi
profesi dokter juga untuk melindungi masyarakat secara keseluruhan. Kenyataan yang
terjadi dalam praktek, banyak perbedaan dalam penanganan penderita pada saat
pemeriksaan, maupun perbedaan mengenai sarana atau peralatan yang digunakan, sehingga
semua ini bisa menyebabkan terjadi penyimpangan yang merugikan masyarakat. Dalam
rangka menunjang kemandirian dan pelaksanaan profesi kedokteran dalam pelayanan
kesehatan, Pemerintah menetapkan berlakunya standar pelayanan medis di rumah sakit dan
standar pelayanan rumah sakit. Standar pelayanan medis tersebut merupakan tonggak
utama dalam upaya peningkatan mutu pelayanan medis di Indonesia.

3. Patient Safety dan get Privacy dalam mutu pelayanan kesehatan


Keselamatan pasien dan mutu pelayanan kesehatan yang tinggi adalah tujuan akhir
yang selalu diharapkan oleh rumah sakit, manajer, tim penyedia pelayanan kesehatan,
pihak jaminan kesehatan, serta pasien, keluarga dan masyarakat. Pada prinsipnya
keselamatan pasien bukan berarti harus tidak ada resiko sama sekali agar semua
tindakan medis dapat dilakukan. Salah satu masalah umum yang terjadi dalam
pemberian pelayanan di bidang kesehatan adalah masalah yang berkaitan dengan
keselamatan pasien.
Keamanan dan keselamatan merupakan kebutuhan dasar manusia, yang merupakan
kebutuhan prioritas kedua setelah kebutuhan fisiologis. Keamanan tidak hanya
pencegahan kecelakaan dan injury tetapi juga mengijinkan seseorang untuk merasakan
bebas dalam beraktivitas tanpa bahaya. Keamanan mengurangi stress, meningkatkan
status kesehatan umum. Keamanan memungkinkan seseorang untuk memenuhi
kebutuhan dasar mereka seperti dicintai dan mencintai dan harga diri dan
memungkinkan seseorang mencapai kebutuhannya.
Kerahasiaan pasien pun sekarang sudah menjadi isu global, mengingat banyak nya
angka penyalahan data yang bisa terjadi, maka Rumah Sakit selaku penyedia jasa
pelayanan Kesehatan harus menjamin Keselamatan dan kerahasiaan Pasien.
Departemen Kesehatan RI telah menerbitkan Panduan Nasional Keselamatan Pasien
Rumah Sakit (Patient Safety) edisi kedua pada tahun 2008 yang terdiri dari dari 7
standar, yakni:
1. Hak pasien
2. Mendididik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien Tujuh
Langkah.

Anda mungkin juga menyukai