Anda di halaman 1dari 4

ETIKA DAN HUKUM RUMAH SAKIT

Analisis Etika Pelayanan Rumah Sakit


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika dan Hukum Rumah Sakit

Dosen Pengampu :

Rahmi Nurmadinisia, S.KM., MKM.

Disusun Oleh:

Alya Larasati (1320118003)

PRODI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

STIKES RAFLESIA

DEPOK

2021
Anatasya ‘Aisy (1320118004)

“ETIKA DAN HUKUM RUMAH SAKIT Analisis Etika Pelayanan Rumah Sakit”

A. Pendahuluan
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan, dan gawat darurat. Tata Kelola Etika dan Hukum adalah serangkaian
proses yang terkait dengan tindakan yang bersifat mengatur, membina,
mengendalikan, dan mengawasi perilaku pemberi pelayanan dan pengelola Rumah
Sakit agar sesuai dengan nilai-nilai etika dan hukum Rumah Sakit.
Panduan Etik dan Perilaku (Code of Conduct) adalah serangkaian petunjuk yang
berisikan etika perilaku umum, etika pelayanan, dan etika penyelenggaraan rumah
sakit sebagai suatu standar perilaku sumber daya manusia dan pengelola dalam
menjalankan pelayanan kesehatan dan penyelenggaraan Rumah Sakit untuk
mewujudkan perilaku dan budaya kerja yang sesuai dengan visi dan misi Rumah
Sakit.
Etika Pelayanan Rumah Sakit yang selanjutnya disebut Etika Pelayanan adalah sistem
nilai atau kaidah perilaku dalam pelayanan klinis di Rumah Sakit. Etika
Penyelenggaraan Rumah Sakit yang selanjutnya disebut Etika Penyelenggaraan
adalah sistem nilai atau kaidah perilaku institusi dalam penyelenggaraan Rumah
Sakit. Perawat menjadi aspek penting dalam upaya peningkatan derajat kesehatan
sebuah negara. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun
2014, perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi keperawatan, baik
di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan.
Pelayanan keperawatan yang diberikan oleh seorang perawat kepada pasien harus
berdasarkan pada standar profesi, standar operasional, dan kebutuhan penerima
pelayanan kesehatan. Perawat harus dapat menjalankan peran dan fungsinya sesuai
dengan etika profesi dan nilai-nilai profesionalisme.

B. Contoh Kasus
Gubernur Jambi, Zumi Zola mengadakan sidak ke rumah sakit di RSUD Raden
Mattaher, Kota Jambi pada hari Jumat (20/01/2017) dini hari. Ketika sampai, Zumi
mendapati para dokter dan perawat sedang terlelap. Tidak hanya di ruangan itu saja,
ketika gubernur melanjutkan sidaknya ke gedung perawatan jantung, ruang jaga di
sana pun kosong. Tidak ada perawat yang berjaga. Namun, di kamar belakang ruang
jaga, pintu kamar dikunci dari dalam. Zola berkali-kali menggedor pintu tersebut dan
akhirnya dibuka. Lagi-lagi Zola menyaksikan para perawat dan dokter yang terbangun
dan terkejut melihat Gubernur Jambi tersebut datang.
Gubernur mengadakan sidak karena sering mendapatkan pengaduan dari warga yang
mengeluhkan pelayanan para perawat dan dokter rumah sakit. Pada malam hari jam
12 keatas, jika infus salah seorang pasien habis atau kondisinya memburuk, perawat
rumah sakit tersebut sering tidak ada di tempat. Zumi Zola mengatakan bahwa beliau
akan memberikan sanksi yang tegas kepada dokter dan perawat yang tertidur saat jam
berkerja karena hal tersebut tentunya dapat membahayakan pasien.

C. Analisis Kasus
Perawat telah melanggar prinsip etik Beneficence (melakukan hal yang baik). Tidak
selayaknya perawat tidur sewaktu dinas di tempat kerjanya. Seorang perawat
seharusnya selalu siap setiap saat karena jika ada keterlambatan dalam penanganan
kepada pasien, bisa berakibat fatal kepada kondisi pasien. 
Pelanggaran etik tersebut dapat menimbulkan kerugian bagi pasien, dapat
menyebabkan injury dan bahaya emosional seperti rasa ketidakpuasan. Rasa
ketidakpuasan tersebut bisa berdampak buruk pada citra perawat di mata masyarakat
dan pendapatan rumah sakit. Pasien merasa para perawat dan dokter tersebut tidak
melaksanakan tugasnya dengan tanggung jawab. Akhirnya pasien tidak mau berobat
kembali ke tempat tersebut karena merasa sudah tidak puas dengan pelayanan yang
diberikan. 
Dampak lain yang muncul antara lain kurangnya profesionalisme perawatan dalam
pelayanan kesehatan, perawat dipandang tidak sopan, image perawat dipandang buruk
oleh pasien, sehingga pasien kurang percaya dengan perawat dan meragukan dengan
keahlian perawat. Selain itu, perawat pada kasus di atas juga melanggar nilai-nilai
profesionalisme dalam keperawatan.

D. Kesimpulan
Adanya pelanggaran yang dilakukan perawat menandakan bahwa perawat tersebut
belum memahami tentang kode etik dan nilai profesionalisme dalam keperawatan.
Oleh karena itu, sangat penting untuk menanamkan kode etik keperawatan dan nilai
profesionalisme sejak masih dalam masa pendidikan. 
Sehingga para perawat akan terbiasa menerapkan nilai-nilai tersebut ketika
memberikan pelayanan keperawatan dan mencegah terjadinya pelanggaran kode etik.
Upaya pembinaan dan pengawasan mutu tenaga kesehatan juga perlu ditingkatkan
kembali. 
Selain itu, peringatan dan sanksi yang tegas harus diberikan kepada pelanggar kode
etik sesuai dengan hukum yang berlaku untuk menimbulkan efek jera dan
meminimalisir terjadinya pelanggaran kode etik yang dapat merugikan pasien. Dari
kasus tersebut, saya belajar bahwa sekecil apapun kelalaian yang kita lakukan dapat
berdampak besar bagi pasien.
Pertanyaan :

1. Tadi disebutkan bahwa perawat dalam kasus tersebut melanggar nilai-nilai


profesionalisme dalam keperawatan. Bisa disebutkan apa-apa saja nilai-nilai
profesionalisme tersebut ? (afifah)
Jawaban :
a. Aesthetic = Memberi kepuasan bagi pasien, lingkungan, dan atasan. Sikap
cerminannya berupa kreatif, kritis, sensitif, dan integritas.
b. Altruism = Peduli terhadap kesejahteraan pasien atau orang lain. Sikap
cerminannya berupa tekun, berkomitmen, bekerja keras, sabar, dan penuh
perasaan kasih sayang.
c. Equality = Setiap individu memiliki hak dan status yang sama.
d. Kebebasan = Sikap cerminannya berupa percaya diri, disiplin, dan
mandiri.
e. Human dignity = Menghargai martabat dan keunikan pasien.
f. Justice = Keadilan. Menjaga prinsip-prinsip etik dan legal.
g. Truth = Kesesuaian antara fakta dan realitas. Sikap yang dapat
dicerminkan yaitu jujur, rasional, rasa ingin tahu yang tinggi, dan
akuntabilitas.

2. Disebutkan bahwa terdapat perawat yang melanggar nilai-nilai profesionalisme


dalam keperawatan. menurut anda mengapa hal itu bisa terjadi? (Wulan)
Jawaban :
Menurut saya hal tersebut bisa terjadi karena kurangnya pemahaman dan
kesadaran terhadap etika dan nilai-nilai profesionalisme keperawatan. Serta
kurangnya pembinaan dan pengawasan terhadap perawat sehingga kurangnya
kesadaran perawat akan petingnya kenyaman dan keselamatan pasien sehingga
terjadi pelanggaran etika dan nilai-nilai profesionalisme tersebut.

3. Pada peraturan apa dan berapa etika rumah sakit diatur? dan di pasal berapa?
(Odha)
Jawaban :
Etika rumah sakit diatur dalam PMK No. 42 Tahun 2018 Tentang Komite etik dan
hukum RS diatur dalam pasal 2 dan 3. disana dijelaskan bahwa "Setiap
Rumah Sakit wajib melaksanakan etika Rumah Sakit. Etika Rumah Sakit
dituangkan dalam bentuk Panduan Etik dan Perilaku (Code of Conduct) dan
Pelaksanaan penerapan etika RS dapat dilakukan melalui pembentukan Komite
Etik dan Hukum sesuai dengan kebutuhan dan beban kerja rumah sakit dengan
tujuan untuk meningkatkan keselamatan pasien dan mutu pelayanan Rumah Sakit.

Anda mungkin juga menyukai