Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

DIARE

Oleh :

WAZILATUL AFKHARINA

(NIM. 14401.17.18041)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN

PROBOLINGGO

2020
LAPORAN PENDAHULUAN

DIARE

A.  PENGERTIAN

diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari
biasanya ( >3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), dengan/tanpa darah
dan/atau lendir (Prof. Sudaryat, dr.SpAK, 2007).

Diare adalah pengeluaran feses yang sering , lunak dan tidak berbentuk (SDKI)

diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti
biasanya, dimulai dengan peningkatan volume, keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari
dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir dan darah (Hidayat AAA,
2006).

Dapat disimpulkan diare akut adalah inflamasi lambung dan usus yang disebabkan oleh
berbagai bakteri, virus, dan pathogen,yang di tandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi
lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), Diare juga
dapat terjadi pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat dan pada neonatus lebih dari 4 kali
sehari dengan atau tanpa lendir dan darah.

B. ETIOLOGI

1. Proses infeksi
a. Infeksi internal
Infeksi internal adalah infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab
utama diare pada anak, infeksi internal, meliputi:
b. Infeksi bakteri
Vibrio, E. Coli, salmonella, shigella, campylobacter, yersinia, aeromonas dan
sebagainya.
c. Infeksi virus
entrovirus (virus ECHO), coxsackie, poliomyelitis, adenovirus, rotavirus, astovirus dan
lain-lain.
d. Infeksi parasit
Cacing, protozoa, dan jamur.
2. Faktor malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat: disakarida, monosakarida pada bayi dan anak, malabsorbsi
lemak, malabsorbsi protein.
3. Iritasi gastrointestinal
4. Kecemasan

C. ANATOMI FISIOLOGI

D. PATOFISIOLOGI

Sebagian besar diare akut di sebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang terjadi karena
infeksi saluran cerna antara lain: pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan gangguan sekresi
dan reabsorbsi cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi,gangguan keseimbangan elektrolit
dan gangguan keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi pada sel epitel, penetrasi ke lamina
propia serta kerusakan mikrovili yang dapat menimbulkan keadaan maldigesti dan
malabsorbsi,dan apabila tidak mendapatkan penanganan yang adekuat pada akhirnya dapat
mengalami invasi sistemik.

Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotavirus, Adenovirus enteris, Virus


Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherichia coli, Yersinia dan
lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini
menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau sitotoksin dimana merusak
sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada Gastroenteritis akut. Penularan Gastroenteritis bisa
melalui fekal-oral dari satu penderita ke yang lainnya.

Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan minuman yang
terkontaminasi. Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotic (makanan
yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus,isi rongga usus berlebihan
sehingga timbul diare).

Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga
sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan moltilitas usus yang
mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah
kehilangan air dan elektrolit (Dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa (Asidosis
Metabolik dan Hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia
dangangguan sirkulasi darah.

E.  TANDA DAN GEJALA

1. Diare
2. Muntah
3. Demam
4. Nyeri abdomen
5. Membran mukosa mulut dan bibir kering
6. Fontanel cekung
7. Kehilangan berat badan
8. Tidak nafsu makan
9. Badan terasa lemah

F.    KLASIFIKASI

Diare dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Ditinjau dari ada atau tidaknya infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan:
a. Diare infeksi spesifik : tifus dan para tifus, staphilococcus disentri basiler,
dan Enterotolitis nektrotikans.
b. Diare non spesifik : diare dietetis.
2. Ditinjau dari organ yang terkena infeksi diare :
a. Diare infeksi enteral atau infeksi di usus, misalnya: diare yang ditimbulkan oleh
bakteri, virus dan parasit.
b. Diare infeksi parenteral atau diare akibat infeksi dari luar usus, misalnya: diare
karena bronkhitis.
3. Ditinjau dari lama infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan yaitu:
a. Diare akut : Diare yang terjadi karena infeksi usus yang bersifat mendadak,
berlangsung cepat dan berakhir dalam waktu 3 sampai 5 hari. Hanya 25% sampai
30% pasien yang berakhir melebihi waktu 1 minggu dan hanya 5 sampai 15% yang
berakhir dalam 14 hari.
b. Diare kronik, ádalah diare yang berlangsung 2 minggu atau lebih (Sunoto, 1990).

G.   PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan laboratorium

2. Pemeriksaan tinja

3. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup,bila memungkinkan


dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau astrup,bila
memungkinkan.

4.    Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui pungsi ginjal.

5. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum (EGD) untuk mengetahui jasad renik atau
parasit secara kuantitatif,terutama dilakukan pada penderita diare kronik.

6. Pemeriksaan radiologis seperti sigmoidoskopi, kolonoskopi dan lainnya biasanya tidak


membantu untuk evaluasi diare akut infeksi.

H.    PENATALAKSANAAN

1. Terapi Cairan
Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada penderita diare, harus
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Jumlah cairan : jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan
1) Jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan/muntah muntah PWL (Previous
Water Losses) ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui keringat,
urin dan pernafasan NWL (Normal Water Losses).
2) Cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus berlangsung CWL
(Concomitant water losses) (Suharyono dkk., 1994 dalam Wicaksono, 2011)

Ada 2 jenis cairan yaitu:

a. Cairan Rehidrasi Oral (CRO) : Cairan oralit yang dianjurkan oleh WHO-ORS, tiap 1
liter mengandung Osmolalitas 333 mOsm/L, Karbohidrat 20 g/L, Kalori 85 cal/L.
Elektrolit yang dikandung meliputi sodium 90 mEq/L, potassium 20 mEq/L, Chloride
80 mEq/L, bikarbonat 30 mEq/L (Dipiro et.al., 2005). Ada beberapa cairan rehidrasi
oral:
b. Cairan rehidrasi oral yang mengandung NaCl, KCL, NaHCO3 dan glukosa, yang
dikenal dengan nama oralit.
c. Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung komponen-komponen di atas misalnya:
larutan gula, air tajin, cairan-cairan yang tersedia di rumah dan lain-lain, disebut CRO
tidak lengkap.
d.  Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP) Cairan Ringer Laktat sebagai cairan rehidrasi
parenteral tunggal. Selama pemberian cairan parenteral ini, setiap jam perlu dilakukan
evaluasi:
b. Jumlah cairan yang keluar bersama tinja dan muntah
c. Perubahan tanda-tanda dehidrasi (Suharyono, dkk., 1994 dalam Wicaksana, 2011).

2. Antibiotik
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut infeksi,
karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian anti
biotik. Pemberian antibiotik di indikasikan pada : Pasien dengan gejala dan tanda diare
infeksi seperti demam, feses berdarah,, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan
kontaminasi lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare pada
pelancong, dan pasien immunocompromised. Contoh antibiotic untuk
diare Ciprofloksasin 500mg oral (2x sehari, 3 – 5 hari),Tetrasiklin 500 mg (oral 4x sehari,
3 hari), Doksisiklin 300mg (Oral, dosis tunggal), Ciprofloksacin 500mg,Metronidazole
250-500 mg (4xsehari, 7-14 hari, 7-14 hari  oral atauIV).

3. Obat Anti Diare

Loperamid HCl serta kombinasi difenoksilat dan atropin sulfat (lomotil). Penggunaan
kodein adalah 15-60mg 3x sehari, loperamid 2 – 4 mg/ 3 – 4x sehari dan lomotil 5mg 3 –
4 x sehari. Efek kelompok obat tersebut meliputi penghambatan propulsi, peningkatan
absorbsi cairan sehingga dapat memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekwensi
diare.Bila diberikan dengan cara yang benar obat ini cukup aman dan dapat mengurangi
frekwensi defekasi sampai 80%. Bila diare akut dengan gejala demam dan sindrom
disentri obat ini tidak dianjurkan.

I.   KOMPLIKASI

1.    Dehidrasi

2.    Renjatan hipovolemik

3.    Kejang

4.    Bakterimia

5.    Malnutrisi

6.    Hipoglikemia

7.    Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.


J.  PATHWAY

       faktor malabsorpsi                      Faktor infeksi

(karbonhidrat,protein, lemak) (bakteri & virus)

            

     Makanan tidak terserap            Masuk kedalam tubuh

oleh vili usus                      bersama makanan


dan minuman yang tercemar

                               Peningkatan tekanan osmotik


     dalam lumen usus                Mencapai usus halus

                                Pergeseran air dan elektrolit           Menyebabkan infeksi


       kedalam lumen usus                     pada usus halus

malabsorpsi makanan dan cairan

Hiperperistaltik

Peningkatan percepatan kontak antara makanan dan air dengan mukosa usus

Penyerapan makanan, air, dan elektrolit terganggu

GASTROENTERITIS AKUT

  
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
A. Identitas Pasien
Nama : An.b
Tempat tgl lahir :
Jenis kelamin :
Pekerjaan :
B. Keluhan Utama : px mengatakan sering BAB bersifat cair lebih dari 3x
C. Keluhan penyakit
a) Riwayat penyakit sekarang
Nyeri pada abdomen (lambung)
Riwayat Penyakit Sekarang : klien mengatakan nyeri ulu hati, seperti tertusuk. Nyeri
biasanya hilang dengan makan, pasien mengalami sensasi luka bakar pada esophagus
dan lambung yang naik ke mulut. Kadang-kadang disertai sendawa umum terjadi bila
lambung pasien kosong . mual dan muntah, konstipasi , pendarahan pada buang air
besar. Mengatakan badan terasa lemah dan letih. Klien juga mengatakan berat badan
turun
b) Riwayat penyakit dahulu
Klien mengatakan pernah mengkonsumsi rokok, kopi dan alkohol. Dan klien juga
merupakan seseorang yang emosional
c) Riwayat kesehatan keluarga
Tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama
D. Genogram
Genogram yaitu peta atau riwayat keluarga yang menggunakan simbol-simbol khusus
untuk menjelaskan hubungan keluarga minimal tiga garis keturunan.
E. Pemeriksaan fisik
       1)     Keadaan Umum
GCS : Ciri tubuh : kulit, rambut, postur tubuh.
Tanda vital : nadi, suhu tubuh, tekanan darah, dan pernafasan.
       2)    Head to toe
        a.    Kepala
Inspeksi : bentuk kepala, distribusi, warna, kulit kepala.
Palpasi : nyeri tekan dikepala.
        b.   Wajah
Inspeksi : bentuk wajah, kulit wajah.
Palpasi : nyeri tekan di wajah.
        c.   Mata
Inspeksi : bentuk mata, sclera, konjungtiva, pupil.
Palpasi : nyeri tekan pada bola mata, warna mukosa konjungtiva, warna
mukosasclera.
        d.   Hidung
Inspeksi : bentuk hidung, pernapasan cuping hidung, secret.
Palpasi : nyeri tekan pada hidung.
       e.    Mulut
Inspeksi : bentuk mulut, bentuk mulut, bentuk gigi.
Palpasi : nyeri tekan pada lidah, gusi, gigi.
        f.    Leher
Inspksi : bentuk leher, warna kulit pada leher.
Palpasi : nyeri tekan pada leher.
       g.    Dada
Inspeksi : bentuk dada, pengembangan dada, frekuensi pernapasan.
Palpasi : pengembangan paru pada inspirasi dan ekspirasi, fokal fremitus,
nyeritekan.
Perkusi : batas jantung, batas paru, ada / tidak penumpukan secret.
Auskultasi : bunyi paru dan suara napas.
       h.   Payudara dan ketiak 
Inspeksi : bentuk, benjolan.
Palpasi : ada/ tidak ada nyeri tekan , benjolan.
        i.     Abdomen
Inspeksi : bentuk abdomen, warna kulit abdomen.
Auskultasi : bising usus, bising vena, pergesekan hepar dan lien.
Perkusi : batas hepar,batas ginjal,batas lien,ada/tidaknya pnimbunan cairan
diperut.
        j.     Genitalia
Inspeksi : bentuk alat kelamin, distribusi rambut kelamin, warna rambut
kelamin, benjolan
Palpasi : nyeri tekan pada alat kelamin.
k.    Integumen
Inspeksi : warna kulit,benjolan.
Palpasi : nyeri tekan pada kulit.
l.     Ekstremitas Atas
Inspeksi : warna kulit,bentuk tangan.
Palpasi : nyeri tekan.
m.  Ekstrimitas Bawah
Inspeksi : warna kulit, bentuk kaki.
Palpasi : nyeri tekan,kekuatan otot.
F. Pengkajian pola (pola Gordon)
1. Pola Psikososial
Dampak sakit anak pada hubungan dengan orang tua, apakah orang tua merasa
bersalah, masalah Bonding, perpisahan dengan anak.
2. Pola eliminasi
Bising usus hipoaktif, vasase meconium mungkin lambat, feces mungkin lunak atau
coklat kehijauan selama pengeluaran billirubin. Urine berwarna gelap.
3. Pola makanan dan cairan
Riwayat pelambatan/ makanan oral buruk.
4. Neurosensori :
1) Chepalohaematoma besar mungkin terlihat pada satu atau kedua tulang parietal
yang berhubungan dengan trauma kelahiran.
2) Oedema umum, hepatosplenomegali atau hidrops fetalis, mungkin ada dengan
inkompathabilitas Rh.
3) Kehilanga refleks moro, mungkin terlihat.
4). Opistotonus, dengan kekakuan lengkung punggung, menangis lirih, aktifitas
kejang

G. Dianosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan.
3. Risiko perfusi gastrointestinal tidak efektif berhubungan dengan disfungsi
gastrointestinal

Analisa Data

N Data Etiologi Masalah keperawatan


O
1 Ds: Klien mengatakan Agen pencedera fisiologi Nyeri akut
nyeri dibagian abdomen
Klien mengatakan nyeri di
bagian abdomen
P : Nyeri terjadi setelah
makan
Q: Klien mengatakan
nyeri hilang timbul
R: Klien mengatakan
nyeri pada
gastrointestinal.
S : Klien mengatakan
skala nyeri 8 ( 1-10 )
T: Klien mengatakan
Nyeri terjadi 15 menit
setelah makan

DO :
TTV
TD: 130/90 mmHG
N: 98 X/M
S:36,9 OC
RR: 25X/M
2. Ds : Klien mengatakan Ketidakmampuan mencerna Defisit nutrisi
mual muntah dan nafsu makanan
makan menurun
DO : Pasien tampak lemas
TTV
TD : 120/90 mmHG
N : 97 X/M
S : 36,5OC
RR : 23X/M

3 Ds : Klien mengatakan disfungsi gastrointestinal Risiko perfusi


setiap makan ingin gastrointestinal tidak
langsung BAB efektif
Do : klien tampak lemah
TTV
TD : 130/90 mmHG
N : 97 X/M
S : 36,5OC
RR : 23X/M

Diagnosa Keperawatan :

1.    Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis

2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan

3 Risiko perfusi gastrointestinal tidak efektif berhubungan dengan disfungsi gastrointestinal

Intervensi keperawatan

N Diagnosa Kriteria hasil (SLKI) Rencana tindakan (SIKI) TT


o keperawatan D
1 Nyeri akut b/d KONTROL NYERI MANAJEMEN NYERI
agen pencedera 1. Melaporkan nyeri 1. Identifikasi skala nyeri
fisiologis terkontrol sedang 3 2. Berikan teknik
2. Kemampuan mengenali nonfarmakologis untuk
onset nyeri cukup mengurangi rasa nyeri
menurun 2 3. Identifikasi respons non
3. Kemampuan verbal
menggunakan teknik 4. Kontrol lingkungan yang
non-farmakologis sedang memperberat rasa nyeri
3 5. Monitor efek samping
4. Dukungan orang penggunaan analgetik
terdekat cukup
meningkat 4
5. Penggunaan analgesik
sedang 3
2 Defisit nutrisi b/d ELIMINASI FEKAL PEMANTAUAN NUTRISI
Ketidakmampuan 1. Kontrol pengeluaran 1. Identifikasi faktor yang
mencerna feses cukup menurun 2 mempengaruhi asupan
makanan 2. Nyeri Abdomen cukup gizi
meningkat 4 2. Identifikasi perubahan
3. Kram abdomen cukup berat badan
meningkat 4 3. Monitor mual dan
4. Distensi Abdomen muntah
sedang 3 4. Identifikasi pola makan
5. Keluhan defekasi lama (mis. Kesukaan /
dan sulit cukup ketidaksukaan makanan)
meningkat 4

3 Risiko perfusi KONTROL RISIKO MANAJEMEN NUTRISI:


gastrointestinal 1. Kemampuan 1. Identifikasi status nutrisi
tidak efektif b/d menghindari faktor 2. Identifikasi kebutuhan
disfungsi risiko. Sedang 3 kalori dan jenis nutrien
2. Kemampuan 3. Monitor asupan makanan
gastrointestinal
mengidentifikasi faktor 4. Berikan makanan tinggi
risiko sedang 3 serat untuk mencegah
3. Kemampuan mengubah kontisipasi
prilaku cukup menurun 2 5. Lakukan 0ral hygiene
4. Pemantauan perubahan sebelum makan
status kesehatan sedang
3
5. Kemampuan mengenali
perubahan status
kesehatan sedang 3

IMPLEMENTASI

N Tanggal DX Keperawatan Jam Implementasi TTD


O
1 22-09- Nyeri akut b/d infeksi 1. Mengidentifikasi skala
2020 nyeri
2. Memerikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
3. Mengidentifikasi respons
non verbal
4. mengontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri
5. memonitor efek samping
penggunaan analgetik
2. 23-09- Ketidakmampuan 1. Mengidentifikasi status nutrisi
2020 mencerna makanan 2. Mengidentifikasi makanan yang
b/d defisit nutrisi disukai
3. Memonitor asupan makanan
4. Memonitor berat badan
5. Memonitor hasil pemeriksaan
laboratorium
3. 23-09- Risiko perfusi 1. Mengidentifikasi status
2020 gastrointestinal tidak nutrisi
efektif b/d disfungsi 2. Mengidentifikasi
gastrointestinal kebutuhan kalori dan jenis
nutrien
3. memonitor asupan
makanan
4. Memberikan makanan
tinggi serat untuk
mencegah kontisipasi
5. meakukan 0ral hygiene
sebelum makan

Evaluasi
No Tanggal Dx keperawatan Jam Evaluasi TTD
1 22-09- Nyeri akut b/d S : klien mengatakan masih nyeri
2020 infeksi pada bagian abdomen
P : Nyeri terjadi setelah klien
makan
Q:Klien mengatakan nyeri
seperti hilang timbul
R:Klien mengatakan nyeri
terjadi pada bagian
gestrointestinal
S: Klien mengatakan skla nyeri
8 (1-10)
T:Klien mengatakan nyeri nya
terjadi pada lima belas menit
setelah makan

O : TTV
TD: 130/90 mmHG
N: 98 X/M
S:36,6OC
RR: 23X/M

A : Masalah teratasi sebagian


P : lanjutkan intervensi
2. 23-09- Ketidakmampuan S : Klien mengatakan mual
2020 mencerna makanan muntah dan nafsu makan
b/d defisit nutrisi menurun
O : Pasien tampak lemas
TTV
TD : 120/90 mmHG
N : 97 X/M
S : 36,3OC
RR : 23X/M
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi

3. 24-09- Risiko perfusi S : klien mengatakan sakit pada


2020 gastrointestinal bagian gastrointestinal mwnurun
tidak efektif b/d O : Pasien tampak kesakitan
disfungsi TTV
TD : 115/90 mmHG
gastrointestinal
N : 95x/menit
S : 36,5 C
RR : 25x/menit
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi

Anda mungkin juga menyukai