A. Pengertian Reasuransi
Usaha Reasuransi adalah usaha jasa pertanggungan ulang terhadap risiko yang
reasuransi lainnya.
cara itu para perusahaan asuransi (ceding company) menyerahkan seluruh atau
sebagaian dari pertanggungan yang ditutupnya kepada penanggung lain yang dikenal
sebagai penanggung ulang. Dengan kata lain, perusahaan asuransi atau pemberi sesi
17
A. J. Marianto, Op. Cit, hlm. 13
27
membayar kepada penanggung ulang seluruh atau sebagian premi yang diterimanya
dan penanggung ulang menyetujui membayar ganti rugi kepada perusahaan asuransi
dan/pemberi sesi atas klaim-klaim (atau suatu bagian yang disepakati) yang wajib
seluruh premi yang diterima dari tertanggung asli kepada penanggung lain. Dengan
menerima sebagian atau seluruh premi tersebut penanggung ulang telah mengikatkan
diri dan berjanji atau sepakat membayar ganti rugi atau santunan atas sebagian atau
seluruh kerugian yang terjadi dan sah atau yang wajib ditanggung oleh perusahaan
berlaku. Ketentuan pembayaran klaim oleh penanggung ulang yang hanya terbatas
serta jaminan polis yang berlaku maupun dari segi hukum asuransi, adalah sejalan
2. G.F. MICHELBACHER
membuat rumusan pengertian reasuransi sebagai berikut : “The process whereby one
insurer arranges with one or more other insurers insurance to share risk
18
Ibid
reinsurance” (Proses dengan mana satu penanggung mengatur dengan satu atau lebih
penanggung kepada penanggung lainnya sehingga dapat pula dikatakan sebagai alat
3. MOLLENGRAF
suatu cara atau alat dengan mana suatu perusahaan asuransi atau sebagian risikonya
19
Ibid, hlm.14
20
Ibid
lainya). Dari pengertian sebagaiman tersebut di atas, M. MC. GILL, P.hD., C.L.U.
lebih menekankan pada aspek teknis dan hukum dalam arti pengalihan risiko dari
5. R.C. REINARZ
reasurdur/penanggung ulang atas semua atau sebagian risiko sebagian risiko kerugian
Dalam bukunya yang berjudul The Law and Practice Of Reinsurance (hal.5
Bab II) diberikan rumusan reasuransi yang dapat dikatakan sebagai pengertian
reasuransi secara otentik/hukum seperti halnya yang ditulis oleh Mollengraaf, yaitu
company and reinsurer respectively, whereby the ceding company agrees to cede and
reinsurer agrees to accept a certain dixed share of risk upon terms as set out in the
21
Ibid
suatu risiko yang telah ditentukan dengan persyaratan yang ditetapkan dalam
perjanjian). 22
7. R.L. CARTER
Dengan mengacu pada buku yang ditulis oleh C.E. Golding LL.D, F.C.I.I. dan
W.A. Dinsdale Specimen of insurance Forms and Gloceries, (2nd Edditi on-page
Dalam definisi singkat ini R.L. Carter telah merangkum masalah asuransi
yang dipertanggungkan kembali yang disebut sebagai resuransi dan juga tentang
disimpulkan bahwa pengertian reasuransi jika dilihat dari aspek hukum adalah suatu
perjanjian antara satu penanggung dengan satu atau lebih penanggung ulang dan/atau
menerima seluruh atau sebagian risiko yang diberikan kepadanya. Seperti halnya
22
Ibid, hlm.15
pihak. Oleh karena itu, penanggung ulang juga berhak menerima seluruh atau
sebagaian premi yang diterima oleh penanggung pertama berdasarkan polis yang
telah diterbitkannya.
telah disetujui wajib dituangkan dalam naskah perjanjian dan/atau nota penutupan
yang digunakan.
mendasarkan arti pada cara atau alat pengalihan beban risiko dan/atau pembagian
seluruh atau sebagian risiko dari pihak perusahaan asuransi atau penanggung pertama
penanggung berupa “tanggung gugat dan/atau liability” yang dapat timbul setiap
waktu akibat perjanjian asuransi yang telah diadakan dengan pertanggungan asli.
Dengan menerima seluruh atau sebagian premi yang diterima dari pihak penanggung
dan/atau pemulihan ganti rugi kepada penanggung pertama atas semua kerugian yang
dalam polis serta lampiran yang merupakan bagian tak dapat dipisahkan dari polis
yang bersangkutan.
bukan hanya dua pihak terkait yang mempunyai hubungan mendasar dalam
pihak ketiga yang mempertemukan kedua pihak yang melakukan transaksi bisnis.
adakalanya dijalankan oleh tiga pihak, meskipun dalam transaksi reasuransi domestik
Dengan demikian, dalam transaksi reasuransi dapat terlibat tiga pelaku aktif,
yaitu:
2. penanggung ulang atau penanggung lain yang bertindak sebagai penjual jasa
reasuransi,
3. pialang (broker) reasuransi, yang bertindak sebagai perantara yang pada saat
ulang yang atas dasar perjanjian melakukan akseptasi reasuransi untuk dan atas nama
mengikatkan diri dengan penanggung lain bersedia memberikan sesi dan penanggung
lain, sebagai penjual jasa reasuransi, mengikatkan diri bersedia menerima sesi
dan/atau ikut serta menanggung sebagian risiko yang dijamin oleh penanggung
persitiwa yang belum pasti terjadi. Konsekuensi keuangan yang timbul belum pasti
dapat diatasi sendiri dan dapat dipikulnya sendiri. Oleh karena itu penyebaran dan
peralihan risiko merupakan salah satu upaya untuk mengatasi konsekuensi tersebut.
Penanggung pada umumnya menempuh salah satu upaya yang efektif untuk
23
Ibid, hlm.29
1988 sejak dikeluarkannya Keppres No. 40 tahun 1988 dan SK Menteri Keuangan
asuransi juga dapat melakukan kegiatan sebagai pialang reasuransi seperti halnya
program reasuransi yang baik. Di samping itu, pialang reasuransi juga akan
selalu memberikan informasi tentang situasi pasar secara terus menerus dan
perihal situasi pasar secara terus menerus dan perihal situasi pasar yang dapat
tersedia.
24
Sri Rejeki Hartono,Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi,(Jakarta : Sinar Grafika,
1992) hlm. 144
25
A.J. Marianto, Op.Cit, hlm. 30
26
Ibid, hlm 31-32
diberika, dan dari segi lain, misalnya manajemen dan reputasi penanggung
ulang.
bagi penanggung pertama dengan segala persyaratan yang tepat, cocok, dan
yaitu berkenaan dengan segala arus dokumen untuk kedua belah pihak,
perjanjian reasuransi.
dan beban risiko yang ada padanya relatif menjadi bertambah. Bertambahnya beban
risiko pihak lain menjadi beban sendiri sangat perlu dilimpahkan lagi kepada pihak
lain, yaitu dengan reasuransi. Meskipun demikian, antara asuransi dan reasuransi
masih tetap dapat ditemukan beberapa sifat yang menunjukkan karakteristik masing-
berikut: 27
a. Asuransi merupakan suatu perjanjian yang diadakan oleh pihak pertama yaitu
Reasuransi juga merupakan suatu perjanjian yang diadakan antara pihak pertama
yaitu perusahaan asuransi sebagaia penanggung pertama dengan pihak kedua yaitu
27
Sri Rejeki Hartono, Op. Cit, hlm. 146
menyangkut hak milik kebendaan atau hak-hak lain termasuk tanggung jawab
masyarakat.
c. Tidak semua jenis perjanjian asuransi tunduk pada asas ganti kerugian/asas
ganti kerugian, dengan tolok ukur tertentu. Oleh karena itu perjanjian reasuransi pada
Secara umum dapat dikatakan bahwa hubungan antara asuransi dan reasuransi
merupakan suatu hubungan kerja sama dengan saling ketergantungan dan keterlibatan
sedemikian rupa yang dilakukan oleh para pihak atas dasar asas timbal balik
(reciprocipal basis).
perjanjian reasuransi. Jadi secara teknis peran reasuransi terhadap kegiatan asuransi
penting sebagai faktor pendukung bagi perkembangan usaha asuransi, bauk di negara-
Oleh Dr. F.L Tuma menyebutkan bahwa tujuan reasuransi dinyatakan bersifat
teknis, yang dapat menundudukkan perusahaan asuransi pada satu posisi yang aman
dalam hal pertanggungan jawab konsekuensi material pasti terjamin oleh reasuransi.
Oleh karena itu kemampuan untuk membayar pasti dapat dijaga oleh perusahaan
memerlukan pengaturan dengan tata cara dan aturan main yang jelas agar para pihak
Oleh karena itu tata kerja hubungan para pihak perlu diberi rambu-rambu
sedemikian rupa sehingga keduanya tetap dalam keseimbangan tertentu sesuai dengan
28
Ibid, hlm. 147
termaksud dapat dalam lingkungan nasional atau lebih luas dalam lingkungan
internasional.
Jasa reasuransi pada dasarnya hanya dibeli oleh perusahaan asuransi sebagai
penanggung pertama.
Para penulis pada umumnya menyatakan bahwa hubungan yang terjadi antara
penanggung pertama dengan penanggung ulang terjadi atas adanya suatu perjanjian,
(ceding company) maupun pihak penanggung ulang wajib selalu berpegang tegu pada
suatu prinsip yang sangat mendasar sesuai dengan norma-norma hukum yang berlaku
ulang yang sangat mendasar berpijak pada lima prinsip asuransi dan ditambah dengan
satu prinsip lainnya yang disebut prinsip/asas Follow the fortunes of the ceding
company
29
Ibid, hlm. 148.
Untuk lebih jelasnya, di bawah ini akan dijelaskan bagaimana kedua pihak
yang mengadakan kerja sama reasuransi harus taat dan melaksanakan enam prinsip
Seperti halnya yang berlaku pada setiap perikatan, semua perjanjian harus
Berdsasarkan prinsip ini, kedua pihak, baik penanggung pertama (ceding company)
kepentingan yang ditanggung olehnya. Dengan kata lain, pihak penanggung pertama,
seperti halnya tertanggung asli dalam perjanjian asuransi, tidak diperkenankan atau
fakta, berarti mereka telah melakukan suatu tindakan yang bertentangan dengan
perjanjian reasuransi yang telah dibentuk akan menjadi batal dengan sendirinya
menurut hukum sebagaimana yang telah diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum
“Tiada suatu persetujuan pun mempunyai kekuatan jika diberikan karena kekhilafan
asas/prinsip iktikad baik, misalnya telah mengetahui dengan benar bahwa yang
diasuransikan itu sudah tidak ada risikonya, mereka juga tidak dibenarkan menerima
dalam hal terjadi klaim yang wajib dibayar oleh penanggung pertama, tidak
Pasal 250), pihak tertanggung wajib memiliki kepentingan pada saat mengadakan
perjanjian asuransi, kecuali dalam hal pertanggungan laut yang memungkinkan pihak
(KUHD Pasal 598 berkaitan dengan pasal 270). Dengan persyaratan tersebut, pihak
30
A.J. Marianto, Op. Cit. hlm 24
tertanggung wajib membuktikan diri bahwa dialah yang mempunyai kepentingan atas
Asas ini juga berlaku pada perjanjian reasuransi. Dengan melakukan atau
yang timbul karena adanya perikatan, yaitu tanggung jawab/gugat atas klaim yang
terjadi akibat peristiwa yang diperjanjikan. Dengan perkataan lain, penanggung akan
selalu menghadapi kemungkinan terjadinya tuntutan ganti rugi yang dapat timbul
setiap saat atas pertanggungan yang ditutupnya. Oleh karena itu, berdasarkan KUHD
dapat dinilai dengan uang, dapat terancam bahaya dan tidak dikecualikan oleh
undang-undang.”
Sejalan dengan ketentuan hukum asuransi yang berlaku, setiap orang atau
penanggung lain. Seperti halnya asas atau prinsip iktikad baik, asas atau prinsip
dan/atau pemulihan yang dapat dilaksanakan oleh para penanggung ulang hanya
terbatas pada kerugian sebenarnya yang dibayarkan oleh penanggung pertama kepada
tertanggung asli sesuai dengan persyaratan dan ketentuan polis yang berlaku serta sah
menurut hukum. Jumlah penggantian yang dibayar oleh para penanggung ulang
dalam reasuransi. Dengan perkataan lain, pihak penanggung pertama tidak berhak
memperoleh penggantian kerugian lebih besar dari kerugian sebenarnya yang harus
klaim yang sah dan wajib dibayar oleh penanggung pertama maka pihak penanggung
31
Ibid, hlm. 25
d. Prinsip Subrogasi
tertanggung untuk memperoleh pemulihan dan/atau menuntut ganti rugi pada pihak
ketiga yang berdasarkan hukum wajib bertanggungjawab atas segala kerugian yang
Dalam hal reasuransi dan ko-asuransi yang telah mereka adakan dengan para
penanggung atau penanggung lain, sehubungan dengan kedua prinsip yang akan
dijelaskan kemudian (prinsip kontribusi dan follow the fortune, termasuk dalam hal
dan/atau melakukan tuntutan ganti kerugian terhadap pihak ketiga, mereka dianggap
bertindak untuk dan atas nama para pihak yang bersangkutan. Karenanya,
penanggung ulang atau penanggung lain yang menutup pertanggungan bersama juga
Prinsip kontribusi atau saling menanggung ini pada hakikatnya bukan hanya
berlaku dalam hal asuransi, melainkan juga berlaku dalam hal reasuransi. Seperti
yang telah disinggung pada saat menjelaskan hubungan mendasar antara penanggung
32
Ibid, hlm. 26
33
Ibid.
pertama dan penanggung ulang tentang prinsip ganti kerugian (indemnitas) yang juga
menganut ketentuan tolok ukur ganti kerugian dan ketentuan lainnya yang telah
pembagian risiko dan/atau sesi kepada para pihak yang bersangkutan, termasuk
pembagian beban klaim yang harus ditanggung bersama sesuai dengan saham atau
penyertaannya dalam hal asuransi, ko-asuransi, dan reasuransi. Dalam hal asuransi di
bawah harga, kontribusi dilaksanakan antara penanggung dan tertanggung dalam hal
ini tertanggung ikut serta menanggung sebagian risiko atas kepentingan yang
keberuntungan penanggung pertama tidak boleh diartikan secara luas dan tanpa batas.
ulang dalam hal reasuransi hanyalah terbatas pada klaim yang sah dan wajib dibayar
kepentingan bersama.
MPL)(marginal product of labor, MPL adalah jumlah output tambahan yang didapat
perusahaan dari satu unit tenaga kerja tambahan dengan modal tetap), hal ini harus
harus mengikutinya.
yang tidak diinginkan oleh kedua pihak maka daam pasal tertentu naskah kontrak
klaim atas dasar kompromi atau ex-gratia yang akan dilakukan oleh pihak
ulang yang bertindak sebagai leading reinsurer atau penanggung ulang yang
bersangkutan dalam hal tidak ada yang bertindak selaku leading reinsurer.
menggunakan hak suboragasinya. Para penanggung ulang juga berhak ikut serta
menikmati hasil pemulihan yang diperoleh dari pihak ketiga, termasuk penanggung
fortune of the ceding company) dapat diartikan juga dengan isitilah “mengikuti suka
klaim yang harus dibayar, secara seimbang pihak penanggung ulang juga akan
sekalipun pialang reasuransi mempunyai peranan penting dalam perolehan bisnis atau
dalam hal yang berkaitan dengan masalah operasional dan pelaksanaan tugasnya
34
Ibid, hlm. 28
reasuransi.
kepastiannya secara maksimal. Perusahaan juga berusaha secara insentif agar dapat
keuntungan maskimal pula. Untuk itu perusahaan pasti mengadakan suatu sistem
yang merupakan wahana penampung risiko, menjadi makin bertambah pula tanggung
jawabnya.
pula tanggung jawab yang harus dipikulnya. Hal ini memberikan peluang yang makin
besar pula untuk memenuhi kewajiban pada suatu waktu di kemudian hari. Keadaan
ini sama sekali tidak dapat dihindarkan demikian saja oleh perusahaan asuransi
sebagai penanggung pertama. Risiko yang semula ada pada tertanggung, dialihkan
dari berbagai pihak dengan berbagai jenis dan berbagai kapasitas dan tersebar di
berbagai tempat/lokasi.
merupakan satu keadaan yang harus diatasi dengan penuh perhitungan yang tepat dan
aman. Salah satu cara untuk mengatasinya ditawarkan oleh ketentuan hukum, yaitu
olehnya”.
suatu hak-hak yang diberikan oleh pasal 271 KUHD pada dasarnya merupakan satu
kebebasan bagi yang mempunyainya, apakah akan memanfaatkan atau tidak. Jadi
perusahaan asuransi sebagai penanggung adalah pemegang hak berdasarkan pasal 271
asuransi baik itu perusahaan asuransi kerugian atau perusahaan asuransi jiwa
memanfaatkan atau mempergunakan hak yang diberikan oleh pasal 271 KUHD. Jadi
perusahaan asuransi atas pasal 271 KUHD meskipun dapat dikatakan mutlak di dalam
hal dan tindakan lain yang tetap dilaksanakan oleh penanggung dalam rangka
memanfaatkan hak berdasarkan pasal 271 KUHD. Secara umum juga dapat
diungkapkan bahwa pelaksanaan dan pemanfaatan pasal 271 KUHD tersebut adalah
atas pertimbangan-pertimbangan non yuridis antara lain faktor manajemen dan teknik
asuransi. 36
36
Ibid. hlm. 148-149
langsung maupun kepentingan-kepentingan lain yang tidak langsung. Oleh karena itu
pengaturan yang ideal adalah suatu pengaturan yang dapat memberikan perlindungan
hukum serta kepastian hukum bagi siapapun yang kepentingannya langsung dan tidak
yang telah diadakan oleh para pihak. Perjanjian tersebut pada hakekatnya hanya
yang dicabut dan diganti dengan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang
dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan sesuai dalam BAB XIII tentang Pengaturan
dan Pengawasan dari pasal 57 sampai pasal 69, berbeda dengan Undang-undang
Keuangan.
dahulu metode pengelolalaan risiko atau dalam hal ini metode yang digunakan dalam
pengelolaan risiko perusahaan asuransi adalah metode reasuransi dan juga terdapat
bentuk-bentuk reasuransi yang perlu diketahui agar dalam pengelolaan risiko tersebut
perusahaan asuransi dapat memilih dan menerapkan metode dan bentuk reasuransi
1. GUNANTO 37
mengatakan bahwa belum dicapai kata sepakat antara para ilmuwan mengenai
definisi risiko yang dapat digunakan pada setiap bidang (termasuk asuransi)
37
H. Gunanto, Asuransi Kebakaran di Indonesia, (Jakarta : Tiara Pustaka, 1984) hlm. 22
38
Emmy Pangaribuan Simanjuntak, Hukum Pertanggungan dan perkembangan (Badan
Pembinaan Hukum Nasional, 1980), hlm. 4
3. HERMAN DARMAWI 39
diharapkan.
Berbicara tentang metode dan tipe-tipe reasuransi, harus kita bedakan arti
antara istilah metode reasuransi dan tipe reasuransi untuk menghindarkan kerancuan
bagaimana para pelaku pasar reasuransi itu melakukan kerja sama reasuransi, sedang
“tipe reasuransi” hendaknya kita artikan sebagai bentuk pelaksanaan dari cara
reasuransi, terdapat tiga cara dalam melakukan kerja sama asuransi antara
yaitu: 40
39
http://accounting-media.blogspot.co.id/2015/05/pengertian-risiko-menurut-para-
ahli.htmldiakses pada tanggal 10 Juli 2017 pukul 8:32 WIB
40
A.J. Marianto, Op. Cit, hlm. 56
fakultatif pada hakikatnya merupakan cara yang paling awal digunakan karena
menurut sejarahnya cara ini telah digunakan sebelum adanya metode lain, yaitu
secara kontrak ataupun kerja sama secara pool(pool adalah suatu bentuk perjanjian
anggota, sesuai share/ sahamnya masing-masing yang telah ditetapkan Pool ini
pihak pertama dan para penanggung ulang secara bebas. Para pihak penanggung ulan
tidak terikat menerima penawaran pertanggungan ulang ata para penanggung ulang
41
http://www.belajar-asuransi.com/2016/07/reasuransi.html diakses pada tanggal 9 Juli 2017
pukul 19:07 WIB
42
Abdullah Amrin, Asuransi Syariah, (Jakarta :PT. Elex Media Komputindo, 2006),hlm. 122
untuk setiap risiko yang hendak diasuransikan. Jadi, perusahaan asuransi harus “pergi
underwriting yang telah digariskan. Hal ini dapat dipahami bersama mengingat
tingkat risiko dari objek atau kepentingan yang dipertanggungkan itu berbeda-beda.
Dalam praktek telah dikenal adanya tingkatan risiko, yaitu yang digolongkan sebagai
Mengingat adanya tiga tingkatan risiko tadi, dalam praktek terdapat istilah
risiko yang disukai dan risiko yang tidak disukai dipandang dari sisi pihak
risiko yang tidak disukai semata-mata, tetapi juga disebabkan oleh faktor lain, yaitu
faktor akumulasi risiko, faktor keterbatasan daya tamping pihak penanggung ulang,
kepada para penanggung lain dan perudahaan reasuransi profesional pada hakikatnya
43
A. Hasymi Ali, Bidang Usaha Asuransi, (Jakarta :Bumi Aksara, 1999) hlm. 238
44
A.J. Marianto, Op. Cit, hlm. 57
45
Ibid
juga didasarkan pada iktikad baik. Penanggung pertama, yang berdasarkan posisinya
segala keterangan atau data yang diperlukan sebagai gambaran yang jelas tentang
objek atau risiko yang ditanggungnya, termasuk segala persyaratan polis yang
berikut: 48
a) Tidak dapat selalu diterima oleh setiap penanggung ulang dengan syarat-
b) Tidak setiap syarat dan kondisi yang sudah disetujui oleh pihak penanggung
c) Biaya operasional relatif mahal, baik dari pihak penanggung pertama, maupun
siapa penanggung ulang yang bersedia menerima risikonya dengan syarat dan
46
A.J. Marianto. Op. Cit, hlm. 57
47
Sri Rejeki Hartono, Op. Cit, hlm. 172
48
Ibid
meneliti kembali setiap risiko yang ditawarkan kepadanya secara teliti dan
rinci.
dirinya sendiri suatu bagian tertentu dari suatu risiko yang telah disetujui dan sisanya
antara pihak penanggung pertama dan para penanggung lain atau para penanggung
ulang professional yang dalam perjanjian tersebut pihak penanggung pertama, yang
selanjutnya disebut pemberi sesi, setuju memberikan bagian dan para penanggung
ulang yang selanjutnya disebut pihak kedua, setuju dan wajib menerima bagian atau
sesi dari tanggung jawab atas asuransi yang telah ditutup oleh penanggung pertama
ulang sampai dengan batas-batas tanggung gugat/jawab tertingggi dari tiap kelas
kontrak reasuransi.
(maximum liability) para peserta tertanggung ulang untuk setiap kelas risiko
Indonesia saja atau mungkin diperluas sedikit pada wilayah regional ASEAN
3. Pembatasan risiko atau bahaya yang dapat dijamin langsung oleh penanggung
pertanggungan tertentu.
49
A.J. Marianto, Op. Cit, hlm. 62
kapal, risiko khusus (misalnya risiko pasar/ruko) yang ada pada umumnya
5. Terbatas pada cabang bisnis tertentu, misalnya bisnis kebakaran dan risiko
dikecualikan oleh persyaratan dan ketentuan kontrak reasuransi, secara otomatis telah
terjamin atau memperoleh proteksi dari para penanggung ulang yang ikut serta
mengambil bagian dalam kontrak reasuransi tersebut. Di samping itu, pemberi sesi
selaku pihak kedua juga wajib memberikan bagiannya kepada para penanggung ulang
selaku pihak kedua sesuai dengan persyaratan dan tipe atau jenis kontrak reasuransi
Reasuransi berdasarkan perjanjian ini pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua
yaitu: 51
(proportional treaties).
50
Ibid, hlm. 63
51
Sri Rejeki Hartono. Op. Cit, hlm. 177
treaties)
Sifat dasar dan ciri umum dari semua reasuransi dengan perjanjian yang
proporsional adalah bahwa penanggung ulang wajib untuk menerima suatu bagian
tertentu (sudah ditentukan lebih dahulu) dari penanggung pertama, setiap pelimpahan.
atau surplus.
persentase tertentu dari masing-masing dan setiap risiko yang diterima oleh
jumlah yang akan dialokasikan, tergantung pada jumlah maksimum, berapa yang
dari risiko-risiko dan dalam batas perjanjian kepada penanggung ulang. Sedang
- Reasuransi surplus
kepada penanggung pertama untuk mengalihkan suatu risiko dengan segera apabila
risiko yang bersangkutan melebihi batas/nilai yang sudah disetujui terlebih dahulu,
dan penanggung ulang terikat untuk menerima perjanjian risiko tersebut. Meskipun
demikian penanggung ulang hanya terikat menerima peralihan tersebut, sampai pada
jumlah maksimum tertentu sesuai dengan persetujuan. Dalam hal ini retensi
penanggung pertama tergantung pada sifat dan mutu dari suatu risiko. Artinya,
apabila di dalam perkitaan teknis suatu risiko itu adalah aman, artinya menurut
perkiraan teknis, kerugian yang terjadi adalah tipis, maka risiko semacam itu disebut
proportional treaties).
suatu perjanjian. Dalam perjanjian yang dibuat, oleh para pihak dengan jelas diatur
52
Ibid
53
Ibid, hlm. 178
batas apapun. Batas tertentu adalah suatu jumlah kerugian tertentu yang dengan tegas
Jadi dengan reasuransi yang non proporsional ini, sasaran utama yang akan
dicapai adalah “menghindari kerugian” itu sendiri. Artinya kerugian yang mungkin
tidak akan menjadi beban sendiri dari perusahaan. Meskipun demikian sasaean
tersebut hanya sampai dengan batas maksimal sesuai dengan perjanjian. Tetapi
sebaiknya penanggung ulang di satu pihak tidak dapat menarik pembayaran premi
sampai batas maksimal sebab sudah terikat dengan batas yang direasuransikan.
Dalam hal ini penanggung pertama dapat menikmati premi lebih besar bila
menguntungkan. 54
Reasuransi dengan perjanjian non proporsional, dibagi menjadi dua jenis yang
pokok ialah:
54
Ibid, hlm 179-180
reasuransi ini pertimbangan praktis dan ekonomis karena reasuransi ini memberikan
proteksi kepada penanggung pertama untuk setiap peristiwa. Pada reasuransi non
proporsional excess of loss, terdapat tiga hal pokok uang harus dipenuhi ialah: 55
2. Satu peristiwa
pertama bukan atas peristiwa tunggal tetapi atas kerugian keseluruhan yang diderita
selama jangka waktu tertentu, menurut kekuasaan selama satu tahun. Apabila jumlah
keseluruhan melebihi suatu batas prioritas tertentu penanggung ulang akan membayar
kelebihannya sampai pada jumlah maksimum tertentu. Prioritas atau batas dapat
berdasarkan suatu angka yang mutlak, atau berdasarkan kedua cara tersebut. Guna
maka prioritas tidak boleh lebih rendah dari penghasilan premi daei penanggung
55
Ibid, hlm. 181
56
Ibid, hlm. 181-182
Pengertian kerja sama pool pada saat ini lebih dikenal dengan istilah
konsorsium meskipun penerapan kedua istilah itu sangat tergantung pada tujuannya.
Pembentukan konsorsium mempunyai tujuan dan sasaran yang khusus, hanya untuk
mengatasi kesulitan penanganan atau pengelolaan objek yang berisiko tinggi dengan
jumlah pertanggungan yang tidak mungkin ditangani oleh satu penanggung atau
Sistem pool atau pooling system atas bisnis yang diperoleh masing-masing
anggotanya dapat diartikan saling memberi bisnis antar sesama anggota yang
oleh pimpinan pool. Dengan sistem ini biaya administrasi dapat ditekan dan cara
bekerjanya lebih efektif. Metode kerjasama pool dalam kontrak reasuransi dikenal
Prinsip kerjasama pool dalam kontrak reasuransi adalah agar para peserta pool
memperoleh semua atau sebagian premi-premi mereka untuk suatu kategori bisnis
khusus ataupun yang umum dalam bentuk suatu dana bersama dan mereka
menanggung aggregate claims yang timbul, baik dalam proporsi yang sama seperti
premi-premi yang telah mereka maupun dengan cara yang telah disepakati bersama.
Meskipun metode kerja sama resiprokal akan dapat memberikan manfaat yang
besar bagi para anggotanya, masih terdapat kelemahan yang meliputi hal-hal
berikut: 57
akumulasi tanggung jawab klaim yang cukup berat, terutama bila terjadi
risiko bencana besar. Dalam hal ini, jelas tidak mungkin dapat diketahui
akumulasi risiko dengan jelas dan tepat mengingat mekanisme kerja sama ini
b) Sumber-sumber bisnis dari para anggota peserta pool resiprokal itu sangat
yang bersangkutan.
2) Facultative Obligatory
cara penempatan pertanggungan ulang secara kontrak meskipun masih terdapat kata
Melalui cara ini pihak penanggung pertama tidak perlu lagi melakukan penawaran
reasuransi satu persatu karena secara otomatis telah memperoleh fasilitas jaminan
57
A.J. Marianto. Op. Cit, hlm. 67-68
yang cukup memadai serta tidak perlu merasa cemas, seperti menghadapi risiko
secara fakultatif biasa. Dengan cara ini penanggung pertama juga dapat bekerja lebih
efisien dan efektif karena dapat menghemat banyak biaya, waktu, dan tenaga
risiko tertentu dengan persyaratan premi segera atau secepat mungkin dalam waktu
yang telah ditetapkan, akan memberikan komisi reasuransi yang lebih rendah atau
setaraf dengan komisi fakultatif biasa, serta tanpa pemberian komisi keuntungan. 58
pertama yaitu sebagai pihak yang menerima pelimpahan risiko yang pertama dari
58
Ibid, hlm. 70
jawabnya.
tertentu sesuai dengan perjanjian, maka perusahaan akan memberi suatu ganti
risiko yang ada padanya kepada pihak lain. Pelimpahan kembali atau cara distribusi
yang lazim ditempuh perusahaan asuransi antara lain dengan mengadakan perjanjian
Beban sendiri atau retensi sendiri pada perusahaan asuransi, pada hakikatnya
merupakan satu hal yang sifatnya sangat khusus pada setiap perusahaan. Mengenai
berapa bagian atau berapa besarnya suatu jumlah tertentu yang harus ditetapkan
sebagai beban sendiri/ retensi sendiri merupakan manajerial murni. Oleh karena itu
tidak dapat dikemukakan suatu pedoman atau ukuran tertentu yang tepat untuk
59
Sri Rejeki Hartono, Op. Cit, hlm.202
Beban sendiri/retensi sendiri juga tidak selalu sama pada setiap kurun waktu
tertentu, selalu dapat berubah-ubah sesuai dengan situasi perusahaan pada kurun
waktu yang bersangkutan. Kurun waktu tersebut, biasanya sesuai dengan tahun buku
yang bersangkutan. Beban sendiri atau retensi pada suatu periode waktu ditentukan
dan didasarkan pada keputusan manajerial atas dasar prioritas-prioritas yang tersedia
pada suatu perusahaan tertentu dan hanya tepat bagi perusahaan yang bersangkutan,
karena retensi tersebut harus selalu berkaitan dan disesuaikan dengan kondisi/situasi
serta kebutuhan pada saat itu. Meskipun demikian, Dr. Klaus Gerethewohl
memberikan arahan sebagai berikut: bagi suatu perusahaan asuransi, apabila akan
menentukan beban sendiri atau retensinya sendiri, tentu harus memperhatikan hal-hal
bersifat teknis, yang secara garis besar dapat disampaikan sebagai berikut: 60
lampau, dan faktor lain yang tidak dapat ditentukan kuantitasnya dengan
60
Ibid, hlm. 204
dilakukan dengan bebas, karena masih tergantung pada beberapa faktor lagi
antara lain:
1) Kebutuhan, dan
syarat tertentu.
retensi, harga reasuransi masih dipengaruhi oleh dua faktor tambahan yaitu:
perspektif masa lampau dan perspekif masa datang, dari perusahaan asuransi yang
bersangkutan.
61
Ibid, hlm. 206
working cover.
pertama, terhadap kerugian yang disebabkan peristiwa yang tidak dapat diperkirakan,
yang menimbulkan kerugian yang besar yang dapat mempengaruhi risiko-risiko yang
lain.
kerugian besar, sedang dan kecil sepanjang risiko-risiko yang bersangkutan sampai
melebihi prioritas.
dari premi yang telah ia terima kepada penanggung ulang, sehingga ia akan menerima
dalam suatu kelompok usaha tertentu atau mengurangi pengaruh “fluktuasi rasio
bersifat teknis. Keputusan inilah yang akan mewujudkan beban sendiri/retensi dari
Penetapan retensi jenis ini hanya tepat sehingga dapat mencapa sasaran
diderita oleh penanggung ulang, sifatnya adalah sangat teknis. Setiap perusahaan
individual. 62
Pertama
yang dengan sengaja menyediakan diri untuk mengambil alih dan menerima risiko
pihak lain, melalui perjanjian asuransi. Keadaan yang demikian ini menghantar
perusahaan asuransi pada suatu posisi yang cukup serius. Pada satu sisi perusahaan
perusahaan asuransi mempunyai beban risiko yang cukup berat, yaitu seberat
gabungan setiap risiko yang telah ia terima dan ambil alih dari para nasabah (anggota
Yang memang menjadi tanggung jawab pribadi dalam rangka menjalankan usaha
asuransi. Oleh karena itu dari dua sisi termaksud di atas, perusahaan asuransi sebagai
62
Ibid, hlm.208
penanggung pertama mempunyai beban ganda yang akhirnya menjadi beban sendiri
secara keseluruhannya. 63
yang telah diadakan dengan para tertanggung sebagai nasabah, perusahaan harus tetap
siap sedia untuk memenuhi setiap tuntutan klaim yang setiap waktu dapat terjadi dari
nasabah. Sepanjang tuntutan-tuntutan tersebut dapat dipenuhi dan masih ada dalam
batas kemampuan sendiri, tidak akan menimbulkan kesulitan, baik bagi pihak
perusahaan maupun para nasabah. Masalahnya akan menjadi lain apabila perusahaan
perhitungan dalam teknis asuransi, berhubungan dengan data yang tersedia; dan
sehingga Klaus Gerarthewohl menyatakan ada tiga hal yang perlu diperhatikan oleh
63
Ibid
64
Ibid, hlm. 209
setiap perusahaan asuransi yang bersangkutan, agar perusahaan tetap pada keadaan
siap. 65
Data statistik yang tersedia tidak dapat memberikan suatu jawaban yang sama
Secara umum dapat disebabkan berbagai peristiwa yang secara nalar memang
sangat sulit untuk dideteksi. Hal yang demikian dapat menimbulkan risiko fluktasi
pengalaman klaim akan menurun sejajar dengan beratnya risiko. Tetapi dalam
kebakaran industri dan kebakaran barang-barang milik. Dalam banyak hal, mengingat
adanya perubahan dan perkembangan yang sangat cepat dalam bidang teknologi
industri.
kerugian dan jumlah rata-rata untuk setiap klaim, maka risiko perubahan harus selalu
diperhitungkan. Faktor utama yang paling besar pengaruhnya ialah faktor perubahan
65
Ibid, hlm.211
baik dalam bidang teknologi, upah dan harga perhitungan premi tidak dapat dengan
tepat sekali diantisipasi pada perubahan masa mendatang, sehingga selalu mungkin
adanya penyimpangan yang besar antara premi yang aktual dengan yang diduga
sering terjadi, kedua macam risiko yaitu risiko fluktuasi yang tidak beraturan dan
adanya risiko kekeliruan dan suatu peristiwa yang terjadi, dapat menyebabkan suatu
perusahaan asuransi, sebagai penanggung pertama dapat terjadi bahwa premi risiko
yang aktual menyimpang dari premi yang diperkirakan sejak awal. Penyimpangan itu
sendiri dapat terjadi dikarenakan adanya fluktuasi dan penyimpangan yang tidak
beraturan sebagai akibat dari perubahan dalam karakteristik risiko yang relevan yang
berikut: 66
66
Ibid, hlm. 213
1) Adanya suatu peningkatan umum atas biaya klaim yang disebabkan karena
tersedia.
3) Adanya fluktuasi dan gabungan seluruh klaim dalam satu tahun di atas nilai
rata-rata.
perusahaan asuransi sebagai penanggung pertama dapat diatasi atau diperkecil dengan
itu sendiri, dengan menentukan tingkat pengamanan yang tinggi pada setiap
premi risiko yang tinggi dan/atau dengan menyediakan sejumlah besar aktiva
yang telah ia terima kepada perusahaan asuransi yang lain atau mengadakan
sebagian besar jenis asuransi, risiko fluktuasi yang tidak beraturan, risiko perubahan,
risiko kekeliruan atau risiko informasi yang palsu berlaku dalam portofolio. Dengan
penanggung pertama tidak lain adalah sama dengan kebutuhan tertanggung pada
umumnya ialah kebutuhan akan adanya suatu proteksi. Risiko sendiri dan risiko-
risiko pihak-pihak lain (dalam hal ini para nasabahnya) sepanjang berbahaya dan
tidak menguntungkan harus dialihkan kepada pihak lain lagi. Salah satu cara untuk
sasaran para pihak berada pada posisi yang sesuai. Dengan demikian hukum akan
tetap menjaga keseimbangan kepentingan para pihak akan tetap dalam batas-batas
67
Ibid, hlm. 214