Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

TERAPI LATIHAN DASAR


PEREGANGAN UNTUK GANGGUAN MOBILITAS

Dosen Pengampu:
Ali Multazam, S. Ft., Physio., M. Sc

Disusun Oleh:
Laili Athiyyah Rohadatul Aisy (201810490311065)
Rizki Aulia Ramadhanti (201810490311076)
Annisa Nurlaili Khamidah (201810490311079)
Nabilatus Sholeha (201810490311085)
Arif Rahmatullah (201810490311091)
Kihajar Putri (201810490311095)

PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya
lah penulis dapat menyelesaikan makalah Peregangan pada semua regio ini tepat pada
waktunya. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing Mata
Kuliah Terapi Latihan Dasar yaitu Pak Azam dan pihak pihak lain yang telah membantu dan
mendukung dalam kelancaran pembuatan makalah ini.

Adapun maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Terapi Latihan Dasar. Di dalam penulisan makalah ini, tentunya penulis sadar
bahwa masih terdapat kekurangan dan kekeliruan dalam penulisannya. Maka dari itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk menyusun makalah atau pun
tugas lain di masa yang akan datang.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat, tidak hanya bagi penulis, tetapi juga bagi
rekan – rekan. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih banyak.

Malang, 15 Maret 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peregangan merupakan salah satu bagian dasar dari program permulaan yang
dilakukan pada saat hendak melakukan latihan, terdiri dari sekelompok aktivitas fisik.
Peregangan ini ditujukan untuk meningkatkan penampilan fisik, menjaga kesehatan dan
atau meningkatkan kebugaran fisik (Marek, 2005). Manfaat yang paling jelas dari
peregangan adalah untuk membantu meningkatkan fleksibilitas dan range of motion
(ROM) dari sendi (O’Sullivan,2009).
Fleksibilitas dapat didefinisikan sebagai kemampuan otot dan persendian untuk
bergerak secara leluasa dalam ruang lingkup gerak maksimal (Afriwardi, 2010).
Fleksibilitas yang baik memungkinkan satu atau beberapa sendi secara bersamaan untuk
melakukan gerakan yang efisien serta memiliki peran penting dalam mencegah cedera
dan perbaikan postur yang buruk. Berkurangnya fleksibilitas seseorang dapat merupakan
dampak dari perubahan-perubahan yang terjadi pada sistem muskuloskeletal akibat
proses penuaan fisiologis. Oleh karena itu, latihan dianjurkan untuk dimulai sejak usia
dini dan terus dilakukan seumur hidup (Sulistyanto, 2013).
Latihan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan fleksibilitas adalah dengan
melakukan peregangan (Firdaus, 2011). Peregangan dibagi menjadi peregangan statis,
balistik, dinamis dan proprioceptive neuromuscular facilitation (PNF) (Nelson, 2014).

1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, berikut ini
dipaparkan rumusan masalah dalam makalah :
1. Apa Definisi dari Peregangan ?
2. Apa Komponen penting dalam Peregangan ?
3. Apa saja Indikasi,Kontraindikasi, dan Hasil Postensial Latihan Peregangan ?
4. Apa saja Sifat dari Jaringan Lunak Pada Respon Terhadap Imobilisasi dan
Peregangan ?
5. Apa saja Determinan dan Tipe Latihan Peregangan ?
6. Panduan Prosedur untuk Aplikasi Intervensi Peregangan ?
7. Apa saja Tindakan Kewaspadaan dalam Latihan Peregangan ?
8. Apa saja Tambahan untuk Latihan Peregangan ?
9. Teknik Peregangan Manual pada Bidang Gerak Anatomi ?

2. Tujuan

1. Untuk mengetahui Definisi dari Peregangan


2. Untuk mengetahui Komponen penting dalam Peregangan
3. Untuk mengetahui Indikasi,Kontraindikasi, dan Hasil Postensial Latihan
Peregangan
4. Untuk mengetahui Sifat dari Jaringan Lunak
5. Untuk mengetahui Determinan dan Tipe Latihan Peregangan
6. Untuk mengetahui Panduan Prosedur untuk Aplikasi Intervensi Peregangan
7. Untuk mengetahui Tindakan Kewaspadaan dalam Latihan Peregangan
8. Untuk mengetahui Tambahan untuk Latihan Peregangan
9. Untuk mengetahui Teknik Peregangan Manual pada Bidang Gerak Anatomi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Peregangan adalah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan semua maneuver
terapeutik yang dirancang untuk meningkatkan ekstensibilitas jaringan lunak, sehingga
meningkatkan fleksibilitas dan ROM dengan memanjangkan struktur yang mengalami
pemendekan adaptif dan menjadi hipomobil seiring waktu. Latihan peregangan juga
dianggap sebagai elemen penting pada program kebugaran dan conditioning olahraga
khusus yang dirancang untuk meningkatkan kesehatan dan mengurangi risiko cedera atau
cedera ulang.

B. Komponen Penting
1. Fleksibilitas
Fleksibilitas adalah kemampuan untuk menggerakkan sendi tunggal atau rangkaian
sendi secara halus dan mudah melalui ROM bebas nyeri yang tidak terbatas. Ada dua
jenis fleksibilitas, yaitu:
 Fleksibilitas Dinamis
Disebut juga sebagai mobilitas aktif atau ROM aktif, merupakanderajat kontraksi
otot aktif menggerakkan segmen tubuh pada ROM sendi yang ada.
 Fleksibilitas Pasif
Disebut juga mobilitas pasif atau ROM pasif, merupakan derajat segmen tubuh
dapat digerakkan secara pasif pada ROM yang ada dan bergantung pada
ekstensibilitas otot dan jaringan ikat yang melintasi dan mengelilingi sendi.
2. Mobilitas
Mobilitas adalah kemampuan struktur atau segmen tubuh untuk bergeral atau
digerakkan untuk memungkinkan terjadinya lingkup gerak sendi untuk aktivitas
fungsional.
3. Hipomobilitas
Hipomobilitas adalah penurunan mobilitas atau keterbatasan gerak. Ada
beberapa faktor yang dapat berperan terhadap hipomobilitas dan kekakuan jaringan
lunak, seperti adanya nyeri, inflamasi, dan gangguan otot atau tendon.
4. Kontraktur
Kontraktur adalah pemendekan adapif unit muskulotendinosa dan jaringan
lunak lain yang melintasi maupun mengelilingi sendi dan menimbulkan tahanan yang
signifikan terhadap peregangan pasif atau aktif dan keterbatasan ROM, yang dapat
mengganggu kemampuan fungsional.
Jenis – jenis kontraktur:
 Kontraktur Miostatik (Miogenik)
Pada kontraktur miostatik, unit muskulotendinosa mengalami pemendekan
adaptif dan terdapat kehilangan ROM yang signifikan, tetapi tidak ada patologi
otot khusus yang Nampak. Kontraktur ini dapat dihiangkan dalam waktu yang
relative singkat dengan latihan peregangan.
 Kontraktur Pseudomiostatik
Spasme otot atau muscle guarding dan nyeri juga menyebabkan kontraktur
pseudomiostatik
 Kontraktur Artrogenik dan Periartikular
Kontraktur artrogenik disebabkan oleh patologi intra-artikular seperti adanya
inflamasi, efusi synovial, iregularitas kartilago sendi ataupun pembentukan
osteofit. Kontraktur periartikular terjadi ketika jaringan ikat yang melekat pada
sendi atau kapsul sendi kehilangan mobilitasnya sehingga membatasi gerak
artrokinematika normal.
 Kontraktur Fibrotik
Perubahan fibrosus pada jaringan ikat otot dan struktur particular dapat
menyebabkan perlekatan pada jaringan – jaringan tersebut yang kemudian
menyebabkan kontraktur fibrotik.
5. Peregangan Selektif
Peregangan selektif adalah proses ketika fungsi keseluruhan pasien dapat
ditingkatkan dengan mengaplikasikan teknik peregangan secara selektif pada
beberapa otot dan sendi tetapi memungkinkan terjadinya pembatasan gerak pada otot.
6. Peregangan Berlebihan dan Hipermobilitas
Peregangan berlebihan adalah peregangan yang melewati panjang otot dan
ROM normal pada sendi dan jaringan lunak sekitarnya. Peregangan berlebihan akan
merugikan dan menimbulkan instabilitas sendi jika sturktur penopang sendi dan
kekuatan otot sekitar sendi tidak mampu mempertahankan sendi dalam posisi
fungsional yang stabil selama aktivitas.

7. Gambaran Intervensi untuk Meningkatkan Mobilitas Jaringan Lunak


a. Peregangan Manual
b. Peregangan Mandiri: Peregangan yang dilakukan secara mandiri oleh pasien
dengan instruksi dan pengawasan terapis
c. Teknik Fasilitas dan Inhibisi Neuromuskular: Prosedur Teknik ini adalah
merelaksasikan tegangan pada otot yang memendek sebelum atau selama
pemanjangan otot.
d. Teknik Energi Otot: Prosedur ini menggunakan kontraksi otot volunter dari
pasien dalam arah yang terkontrol dengan baik dan intensitas melawan gaya
lawanan yang diaplikasikan oleh praktisi.
e. Mobilisasi/Manipulasi Sendi: Teknik manipulasi sendi adalah teknik terapi
manual yang diaplikasikan secara spesifik pada sturktur sendi untuk memodulasi
nyeri dan menangani gangguan sendi yang membatasi ROM
f. Mobilisasi/Manipulasi Jaringan Lunak: Teknik manipulasi jaringan lunak
dirancang untuk meningkatkan ekstensibilitas otot dan melibatkan aplikasi gaya
manual spesifik dan progresif, misal menggunakan tekanan manual terus –
menerus atau usapan lambat dan dalam.

C. Indikasi, Kontraindikasi, dan Hasil Postensial Latihan Peregangan


1. Indikasi dan Kontraindikasi Peregangan
Indikasi Kontraindikasi
Keterbatasan ROM karena jaringan Bony block membatasi gerak sendi
lunak yang kehilangan
ekstensibilitasnya
Keterbatasan gerak yang dapat Fraktur baru, dan penyambungan
menyebabkan deformitas struktural tulang belum sempurna
Kelemahan otot dan pemendekan Terdapat inflamasi akut
jaringan
Dapat menjadi komponen program Terdapat nyeri tajam dan akut pada
kebugaran gerak sendi atau pemanjangan otot
Dapat digunakan sebelum atau Terdapat hematoma
setelah latihan berat
Terjadi hipermobilitas
Pemendekan jaringan lunak yang
memungkinkan pasien dengan
paralisis atau kelemahan otot berat

2. Manfaat dan Hasil Potensial Peregangan


a. Meningkatkan fleksibilitas dan ROM
b. Meningkatkan kebugaran
c. Pencegahan cedera dan penurunan nyeri otot pasca latihan
d. Peningkatan peforma fisik, seperti peningkatan kekuatan, tenaga, daya tahan otot,
atau peningkatan fungsional fisik

D. Sifat Jaringan Lunak


Kemampuan tubuh untuk bergerak bebas tanpa hambatan dan terkontrol selama aktivitas
fungsional bergantung pada ekstensabilitas pasif jaringan lunak serta kontrol
neuromuskular aktif. Jaringan lunak yang dapat terbatas dan mengganggu mobilitas
adalah otot dengan elemen kontraktil dan nonkontraktilya serta berbagai jenis jaringan
ikat seperti tendon, ligament, kapsul sendi, fasia, dan kulit. Ketika jaringan lunak
teregang, terjadi perubahan elastis, viskoelastis, atau plastis. Jaringan kontraktil memiliki
sifat elastis dan plastis. Sedangkan jaringan nonkontraktil hanya memiliki sifat
viskoelastisitas
1. Jaringan Kontraktil
a. Elastisitas: kemampuan jaringan lunak untuk langsung kembali ke panjang
istirahat sebelum peregangan setelah gaya regangan berdurasi pendek dilepaskan.
b. Plastisitas atau deformasi plastis: kecenderungan jaringan lunak untuk memiliki
panjang yang baru dan lebih besar setelah gaya regangan dilepaskan.
2. Jaringan Nonkontraktil
a. Sifat jaringan lunak bergantung waktu ysng awalnya menghambat deformasi,
seperti perubahan panjang, pada jaringan ketika gaya regangan diberikan pertama
kali. Bila gaya regangan terjadi terus – menerus, viskoelastisitas memungkinkan
perubahan panjang jaringan kemudian memungkinkan jaringan untuk kembali
secara bertahap ke kondisinya sebelum meregang setelah gaya regangan
dilepaskan.
E. Determinan dan Tipe Latihan Peregangan
Determinan (parameter) peregangan yang mencakup kesejajaran, stabilisasi, intensitas
(besaran), durasi, kecepata, frekuensi, dan mode (tipe) peregangan, integrasi inhibisi atau
fasilitasi neuromuskular dan aktivitas fungsional.
Determinan Intervensi Peregangan
 Kesejajaran: pengaturan posisi ektremitas atau tubuh sehingga gaya
peregangan diarahkan ke kelompok otot yang tepat
 Stabilisasi: fiksasi pada salah satu area perlengketan otot saat gaya
regangan diaplikasikan pada perlengketan otot yang lain
 Intensitas: besarnya gaya regangan yang diaplikasikan
 Durasi: panjang waktu aplikasi gaya regangan selama siklus peregangan
 Kecepatan: kecepatan aplikasi awal gaya regangan
 Frekuensi: jumlah sesi peregangan per hari atau per minggu
 Mode: bentuk atau cara aplikasi gaya regangan (statis, balistik,
siklus);tingkat partisipasi pasien (aktif, pasif, asistif); sumber gaya
regangan (manual, mekanis mandiri)

 Jenis Peregangan
1) Peregangan Statis
Peregangan statis merupakan metode peregangan yang paling sering
digunakan, jaringan lunak dielongasi tepat melewati titik tahanan jaringan
kemudian dipertahankan dalam posisi memanjang dengan gaya regangan terus
menerus selama beberapa waktu. Durasi peregangan statis adalah
pradeterminan sebelum peregangan atau berdasarkan toleransi pasien. Dalam
satu siklus berkisar 5 detik hingga 5 menit per repitisi.
2) Peregangan Bersiklus (Berjeda)
Peregangan bersiklus (berjeda) adalah gaya regang dengan durasi relatif
singkat yang diulang, tetapi diaplikasikan, dilepaskan, dan kemudian
diaplikasikan kembali secara bertahap. Regangan diaplikasikan dengan
kecepatan rendah dengan pola terkontrol, dan intensitas yang relatif rendah.
Dalam satu siklus berkisar 5 – 10 detik.
3) Peregangan Balistik
Peregangan balistik adalah peregangan berjeda yang cepat dan bertenaga
dengan peregangan berkecepatan tinggi dan berintensitas tinggi. Bertujuan
untuk meregangkan struktur yang memendek.
4) Peregangan Manual
Terapis mengontrol area stabilisasi secara manual juga arah, kecepatan,
intensitas, dan durasi peregangan. Peregangan dilakukan selama 15 sampai 60
detik dan diulang setidaknya beberapa kali repitisi untuk meningkatkan
panjang otot dan ROM pada subjek yang tidak mengalami gangguan.
5) Peregangan Mandiri
Jenis prosedur peregangan yang pasien lakukan secara mandiri setelah
diberikan instruksi seksama dan dengan pengawasan untuk mempertahankan
atau meningkatkan ROM yang dihasilkan intervensi langsung oleh terapis.
6) Peregangan Mekanis
Gaya regangan dengan intensitas yang sangat rendah (beban rendah) dalam
periode waktu yang lama untuk menghasilkan pemanjangan jaringan lunak
yang relatif permanen.
 Teknik Peregangan Fasilitas Neuromuskular Proprioseptif
Teknik peregangan PNF/peregangan aktif/peregangan fasilitatif adalah
peregangan yang menggabungkan kontraksi otot aktif yang bertujuan untuk
menghambat atau memfasilitasi aktivasi otot dan untuk meningkatkan
kemungkinan otot yang dipanjangkan tetap rileks saat diregangkan dan juga
meningkatkan fleksibilitas dan ROM. Terdapat beberapa jenis peregangan PNF
yaitu:
1) Hold-Relax dan Contract-Relax
Pada prosedur ini, otot target pembatas lingkup gerak adalah yang pertama
dipanjangkan hingga titik tahanan jaringan atau hingga titik yang dirasa
nyaman oleh pasien yang kemudian pasien melakukan kontraksi isometrik
selama 5 detik yang diikuti dengan relaksasi.
2) Kontraksi Agonis
Pada prosedur ini, pasien harus mengontraksikan otot yang berlawanan dengan
otot pembatas lingkup gerak secara konsentrik (memendek) kemudian tahan
pada posisi lingkup gerak akhir selama setidaknya beberapa detik.
3) Hold-Relax dengan Kontraksi Agonis
Pada prosedur ini, gerakkan ektremitas hingga titik tahanan jaringan terasa
pada otot target pembatas lingkup gerak; kemudian minta pasien untuk
melakukan kontraksi isometrik dengan tahanan pada otot pembatas lingkup
gerak yang diikuti dengan relaksasi dan kontraksi konsentrik pada otot.

F. Panduan Prosedur untuk Aplikasi Intervensi Peregangan


1. Pemeriksaan dan Evaluasi Pasien
 Telusuri riwayat pasien
 Pilih tes dan pengukuran yang sesuai
 Tentukan jaringan lunak yang menyebabkan gangguan mobilitas
 Evaluasi iritabilitas pasien
 Nilai kekuatan dasar otot
 Tentukan tujuan hasil
 Analisa dampak faktor
2. Persiapan Sebelum Peregangan
 Tinjau tujuan dan hasil yang ingin dicapai
 Pilih teknik peregangan yang efektif
 Lakukan pemanasan
 Posisi pasien nyaman dan stabil
 Jelaskan prosedur yang akan digunakan
 Bebaskan area yang akan diregangkan
 Pastikan pasien serileks mungkin
3. Aplikasi Prosedur Peregangan Manual
 Gerakkan ektremitas secara perlahan hingga titik batas pasien
 Genggam area proksimal dan distal dari tempat Gerakan
 Stabilisasi area proksimal
 Pertimbangan menggabungkan kontraksi isometric
 Hindari kompresi sendi saat peregangan
 Aplikasikan peregangan intensitas rendah secara perlahan dan terus menerus
 Pertahankan posisi selama 30 detik
 Lepaskan dan beri waktu istirahat pasien
 Apabila peregangan terus menerus tidak bisa, gunakan peregangan berjeda yang
ringan dan perlahan
 Jika sesuai, aplikasikan prosedur mobilisasi jaringan lunak yang telah dipilih
4. Setelah Peregangan
 Aplikasikan dingin pada jaringan lunak yang telah diregangkan
 Minta pasien untuk melakukan latihan ROM aktif

G. Tindakan Kewaspadaan
1. Tindakan Kewaspadaan Umum
 Jangan menggerakkan sendi secara pasif melebihi ROM normal
 Perhatian lebih kepada pasien osteoporosis
 Lindungi fraktur yang baru menyambung
 Hindari peregangan berlebihan pada otot dan jaringan ikat yang dimobilisasi
dalam waktu yang lama
 Tingkatkan dosis secara bertahap
 Hindari meregangkan jaringan yang bengkak
 Hindari peregangan berlebih pada otot yang lemah
2. Tindakan Kewaspadaan Khusus
 Aktivitas peregangan tidak selektif dan kurang seimbang
 Pemanasan yang kurang
 Stabilisasi tidak efektif
 Menggunaan peregangan balistik
 Intensitas berlebihan
 Biomekanik tidak normal
 Informasi yang tidak memadai mengenai perbedaan terkait usia

H. Tambahan untuk Latihan Peregangan


1. Latihan Relaksasi
Latihan ini menggunakan metode relaksasi umum (relaksasi tubuh total) yang
digunakan untuk membantu pasien belajar cara mengurangi nyeri, ketegangan otot,
kecemasan atau stress. Pasien melakukan latihan nafas dalam atau membayangkan
tempat yang tenang.
2. Pilates
Komponen sesi latihan pilates biasanya mencakup pernapasan dalam, control postur
dan latihan kesadaran, latihan penguatan, latihan keseimbangan, dan latihan
fleksibilitas.
3. Pemanasan
Pemanasan sebelum melakukan peregangan merupakan elemen penting pada
program rehabilitasi dan kebugaran. Dengan meningkatnya suhu otot, besar gaya
yang diperlukan dan lama aplikasi gaya regangan berkurang. Modalitas pemanasan
superficial (hot pack, paraffin bath) atau pemanasan dalam (ultrasound, SWD).
Beberapa latihan pemanasan umum adalah jalan jarak dekat, bersepeda, atau latihan
lengan aktif beberapa menit.
4. Pendinginan
Aplikasi pendinginan sebelum peregangan (cryostrecthing) berguna untuk
mengurangi tonus otot dan mengurangi sensitifitas otot selama peregangan.
5. Pemijatan
Relaksasi otot lokal dapat ditingkatkan dengan pemijitan untuk peningkatan sirkulasi
pada otot dan mengurangi spasme otot.
6. Biofeedback
Berguna untuk membantu pasien belajar cara mengaktifkan otot, daripada
merelaksasikannya.
7. Traksi atau Osilasi Sendi
Dapat digunakan untuk menghambat nyeri sendi dan spasme otot di sekitar sendi

I. Teknik Peregangan Manual pada Bidang Gerak Anatomi


1. Peregangan Ekstremitas Atas
a. Bahu
 Fleksi
Tujuan: Untuk meningkatkan fleksi bahu (regangkan ekstensor bahu)
Prosedur:
 Posisi pasien terlentang
 Genggam aspek posterior distal humerus, persis di atas siku
 Stabilisasi batas aksilaris scapula untuk meregangkan teres mayor
 Gerakkan lengan pasien kea rah fleksi bahu penuh untuk
memanjangkan ekstensor bahu
 Hiperekstensi
Tujuan:Untuk meningkatkan hiperekstensi bahu (meregangkan fleksor bahu)
Prosedur:
 Pasien dalam posisi tengkurap
 Topang lengan bawah dan genggam distal humerus
 Stabilisasi aspek posterior scapula untuk mencegah Gerakan substitusi
 Gerakkan lengan pasien menjadi hiperekstensi bahu penuh untuk
memanjangkan otot fleksor bahu
 Abduksi
Tujuan: Untuk meningkatkan abduksi bahu (regangkan adduksi)
Prosedur:
 Pasien dalam posisi terlentang
 Dengan siku fleksi hingga 90˚, genggam distal humerus
 Stabilisasi batas aksilari scapula
 Gerakkan lengan pasien hingga abduksi bahu penuh untuk
memanjangkan adductor bahu
 Adduksi
Tujuan: Untuk meningkatkan adduksi bahu (regangkan abduktor)
Prosedur:melakukan adduksi bahu penuh hingga 0˚, sehingga lengan atas
berada pada sisi pasien
 Eksternal Rotasi
Tujuan: Untuk meningkatkan eksternal rotasi (regangkan internal rotator)
Prosedur:
 Pasien dalam posisi terlentang
 Abduksi bahu pada posisi yang nyaman
 Fleksikan siku hingga 90˚ sehingga lengan bawah dapat digunakan
sebagai pengungkit
 Genggam permukaan volar lengan bawah dengan satu tangan
 Gerakkan bahu pasien menjadi eksternal rotasi.
 Internal Rotasi
Tujuan: Untuk meningkatkan internal rotasi (meregangkan eksternal rotator)
Prosedur:
 Pasien dalam posisi terlentang
 Abduksikan bahu pada posisi yang nyaman
 Fleksikan siku hingga 90˚
 Genggam permukaan dorsal tangan pasien dengan satu tangan, dan
stabilisasi aspek anterior bahu serta topang siku dengan lengan bawah
dan tangan anda yang lain
 Gerakkan lengan pasien menjadi internal rotasi untuk memanjangkan
eksternal rotasi bahu
 Horizontal Abduksi
Tujuan: Untuk meningkatkan horizontal abduksi (regangkan otot pectoralis
mayor)
Prosedur:
 Pasien dalam posisi terlentang dan mendekati tepi bed
 Genggam aspek anterior humerus distal
 Stabilisasi aspek anterior bahu
 Gerakkan lengan pasien hingga horizontal abduksi penuh untuk
meregangkan horizontal adduktor
b. Siku dan Lengan Bawah
 Fleksi
Tujuan: Untuk meningkatkan fleksi siku
Prosedur:
 Pasien dalam posisi duduk
 Genggam lengan bawah distal tepat di proksimal
 Stabilisasi humerus proksimal
 Fleksikan siku pasien sejauh mungkin hingga melewati titik hambatan
jaringan untuk meregangkan triceps caput longum
 Ekstensi
Tujuan: Untuk meningkatkan ekstensi siku
Prosedur:
 Pasien dalam posisi terlentang
 Genggam lengan bawah distal
 Stabilisasi scapula dan aspek anterior humerus proksimal
 Ekstensikan siku tepat melewati titik tahanan jaringan untuk
meregangkan biceps caput longum
 Supinasi dan Pronasi
Tujuan: Untuk meningkatkan supinasi dan pronasi
Prosedur:
 Pasein dalam posisi duduk dengan tangan diatas meja terapi
 Fleksi siku 90° dan genggam lengan bawah distal
 Stabilisasi humerus
 Supinasi dan pronasi lengan secara bergantian hingga melebihi titik
tahanan jaringan
 Jangan memutar tangan dan hindari tekanan pada artikulasi
pergelangan tangan
 Dorsofleksi atau fleksi
Tujuan: Untuk meningkatkan fleksi pergelangan tangan
Prosedur:
 Pasien dalam posisi duduk dengan tangan diatas meja dan siku fleksi
90°
 Stabilisasi lengan bawah dan genggam aspek dorsal tangan pasien
 Fleksikan pergelangan tangan secara penuh untuk memanjangkan
ekstensor pergelangan tangan
 Palmarfleksi atau ekstensi
Tujuan: Untuk meningkatkan ekstensi pergelangan tangan
Prosedur:
 Pasien dalam posisi duduk dengan tangan diatas meja dan siku fleksi
90°
 Lengan bawah dalam posisi pronasi, stabilisasi lengan bawah dan
genggam aspek palmar tangan pasien
 Ekstenskikan pergelangan tangan secara penuh untuk memanjangkan
fleksor pergelangan tangan
 Radial Deviasi
Tujuan: Untuk meningkatkan deviasi radial
Prosedur:
 Pasien dalam posisi duduk dengan tangan diatas meja
 Lengan bawah dalam posisi pronasi dan stabilisisasikan
 Genggam aspek ulnar tangan sepanjang metacarpal ke-5
 Deviasikan pergelangan tangan ke radial utuk memanjangkan
deviator ulnar pergelangan tangan
 Ulnar Deviasi
Tujuan: Untuk meningkatkan deviasi ulnar
Prosedur:
 Pasien dalam posisi duduk dengan tangan diatas meja
 Lengan bawah dalam posisi pronasi dan stabilisisasikan
 Genggam aspek radial tangan sepanjang metacarpal ke-2
 Deviasikan pergelangan tangan ke ulnar utuk memanjangkan deviator
radial pergelangan tangan
c. Jari-Jari Tangan
 Capometacarpal (CMC) ibu jari
Tujuan: Untuk meningkatkan fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi sendi
carpometacarpal (CMC) ibu jari
Prosedur:
 Stabisisasi trapezium dengan ibu jari dan telunjuk
 Genggam metacarpal pertama (bukan phalangs pertama) dengan ibu
jari dan jari telunjuk terapis yang lain
 Gerakkan metacarpal pertama ke arah yang diinginkan untuk
meningkatkan fleksi, ekstensi, adduksi, dan abduksi CMC
 Metacarpophalangs (MCP) Jari Tangan
Tujuan: Untuk meningkatkan felksi,ekstensi, abduksi, dan adduksi MCP jari
tangan
Prosedur:
 Stabilisasikan metacarpal dengan ibu jari dan jari telunjuk terapis
 Genggam phalangs proksimal dengan ibu jari dan jari telunjuk terapis
 Gerakkan sendi Metacarpophalangs (MCP) ke arah yang diinginkan
untuk peregangan
 Proksimal Interphalangs (PIP) dan Distal Interphalangs (DIP)
Tujuan: Untuk meningkatkan fleksi atau ekstensi sendi Proksimal
Interphalangs (PIP) dan Distal Interphalangs (DIP)
Prosedur:
 Genggam phalangs medial atau distal dengan ibu jari dan jari
telunjuk terapis
 Stabilisasi phalangs proksimal atau medial dengan ibu jari dan jari
telunjuk terapis
 Gerakkan sendi PIP dan DIP ke arah yang diinginkan untuk
peregangan
2. Peregangan Ektremitas Bawah
a. Pinggul
 Fleksi
Tujuan:Untuk meningkatkan fleksi panggul dengan lutut fleksi
(meregangkan oto gluteus maksimus)
Prosedur:
 Pasien dalam posisi terlentang
 Fleksikan pinggul dan lutut secara bersamaan
 Stabilisasi femur yang berlawanan yang ekstensi untuk mencegah
kemiringan posterior pelvis
 Gerakan pinggul dan lutut pasien ke fleksi penuh untuk
memanjangkan ekstensor pinggul satu sendi
 Fleksi Panggul dengan Ekstensi Lutut
Tujuan:Untuk meningkatkan fleksi pinggul dengan lutut ekstensi
(meregangkan otot hamstring)
Prosedur:
 Pasien dalam posisi terlentang
 Pada saat posisi pasien lutut ekstensi penuh, topang tungkai bawah
pasien dengan lengan atau bahu teapis
 Stabilisasi ekstremitas yang berlawanan di sepanjang aspek anterior
paha dengan tangan anda yang lain atau ikat pinggang atau dengan
bantuan rang lain
 Pada posisi lutut ekstensi 0° dan pinggul pada rotasi netral, fleksikan
panggul sejauh mungkin
 Ekstensi Pinggul
Tujuan: Untuk meningkatkan ekstensi pinggul (meregangkan otot iliopsoas)
Prosedur:
 Pasien dalam posisi tengkurap
 Pada saat posisi pasien lutut ekstensi penuh, topang lutut pasien
dengan lengan terapis
 Stabilisasi (BELUM DILANJUTKAN)
 Ekstensi Pinggul dengan Lutut Fleksi
Tujuan: Untuk meningkatkan ekstensi pinggul dan fleksi lutut secara
bersamaan (meregangkan ototrectus femoris)
Prosedur:
 Pasien dalam posisi tengkurap
 Pinggul ditahan dalam posisi ekstensi penuh, gerakan tangan anda ke
tibia distal dan fleksikan lutut secara perlahan sejauh mungkin
 Jangan biarkan pinggul abduksi atau rotasi
 Abduksi
Tujuan: Untuk meningkatkan abduksi pinggul (meregangkan adduktor)
Prosedur:
 Pasien dalam posisi terlentang
 Topang paha distal dengan lengan dan lengan bawah terapis
 Stabilisasi pelvis dengan memberikan tekanan pada crista iliac
anterior yang berlawanan atau dengan mempertahankan ekstremitas
bawah yang berlawanan sedikit abduksi
 Abduksikan pinggul sejauh mungkin untuk meregangkan abduktor
 Adduksi
Tujuan: Untuk meningkatkan adduksi pinggul (meregangkan tensor fasia
latae dan pita iliotibialband
Prosedur:
 Pasien dalam posisi miring ke samping
 Stabilisasi pelvis pada crista iliac dengan tangan proksimal anda
terapis
 Ekstensikan pinggul dan fleksikan lutut pasien sampai netral atau
sedikit hiperekstensi, jika mungkin
 Biarkan pinggul pasien adduksi karena gravitasi dan aplikasikan gaya
regangan tambahan dengan tangan terapis yang lain pada aspek
lateral femur distal untuk adduksi pinggul lebuh lanjut
 Eksternal Rotasi
Tujuan: Untuk meningkatkan ekstenal rotasi pinggul (meregangkan internal
rotator)
Prosedur:
 Posisikan pasien tengkurap, ekstensikan pinggul dan fleksikan lutut
hingga 90°
 Genggam tibia distal ekstremitas yang akan diregangkan
 Stabilisasi pelvis dengan mengaplikasikan tekanan dengan tangan
anda yang lain yang melintasi bokong
 Aplikasikan tekanan pada meleoulus lateral atau aspek lateral tibia,
dan eksternal rotasi kan pinggul sejauh mungkin
 Internal Rotasi
Tujuan: Untuk meningkatkann internal rotasi pinggul (meregangkan
eksternal rotator)
Prosedur:
 Posisikan pasien tengkurap, ekstensikan pinggul dan fleksikan lutut
hingga 90°
 Genggam tibia distal ekstremitas yang akan diregangkan
 Stabilisasi pelvis dengan mengaplikasikan tekanan dengan tangan
anda yang lain yang melintasi bokong
 Aplikasikan tekanan pada meleoulus medial atau aspek medial tibia,
dan internal rotasi kan pinggul sejauh mungkin
b. Lutut
 Fleksi
Tujuan: Untuk meningkatkan fleksi lutut (meregangkan otot ekstensor lutut)
Prosedur:
 Posisikan pasien tengkurap
 Stabilitas pelvis dengan mengaplikasikan tekanan kearah
bawahbokong
 Genggam aspek anterior tibia distal, dan fleksikan lutut pasien
Posisi dan Prosedur alternatif

 Pasienduduk dengan pahadiatas meja terai dan tungkai fleksi ketepi


sejauh mungkin
 Stabilisasi aspek anterior femur proksimal dengan satu tangan
 Aplikasiksan gaya regangan pada aspek anterior tibia distal dan
refleksiakan lutut pasien sejauh mungkin
 Ekstensi
Tujuan: Untukmeningkatkaneksistensilututpadalingkupgeraktengah
Prosedur:
 Posisikan pasien tengkurap
 Genggam distal tibia dengan satu tangan dan stabilisasi bokong
dengan tangan yang lain untuk mencegah fleksi pinggul
 Ekstensikan lutut secara perlahan untuk meregangkan fleksor lutut
 Ekstensi Lingkup Gerak Aktif
Tujuan: Untuk meningkatkan ekstensi lutut lingkup gerak akhir
Prosedur:
 Posisikan pasien terlentang
 Genggam tibia distal dan lutut yang akan diregangkan
 Stabilitas pinggul dengan menempatkan tangan atau lengan bawahan
pada paha anterior hal ini dapat mencegah fleksi pinggul selama
peregangan
 Aplikasikan gaya regangan pada aspek posterior tibia distal dan
ekstensikan lutut pasien
c. Pergelangan Kaki
 Dorsofleksi
Tujuan: Untuk meningkatkan dorsi fleksi pergelangan kaki dengan lutut
ekstensi (meregangkan otot gastrocnemius)
Prosedur:
 Posisikan pasien terlentang
 Genggam tumit pasien (calcaneus) dengan satu tangan dan tempatkan
lengan bawah anda di sepanjang permukaan plantar kaki.
 Stabilisasi aspek anterior tibia dengan tangan anda yang lain
 Dorsofleksikan pergelangan kaki dengan menarik calcaneus kearah
inferior dengan ibu jari dan jaritangan anda sambil mengaplikasikan
tekanan secara ringan kearah superior tepat di proksimal metatarsal
dengan lengan bawah anda
 Plantarfleksi
Tujuan: Untuk meningkatkan peran plantar fleksi pergelangan kaki
Prosedur:
 Topang aspek posterior tibia distal dengan satutangan
 Genggam kaki pada sepanjang area tarsal dan metatarsal
 Aplikasikan gaya regangan pada aspek anterior kakidan
plantarfleksikan kaki sejauh mungkin
 Inversi dan Eversi
Tujuan: Untuk meningkatkan inversi dan eversi pergelangan kaki
Prosedur:
 Stabilitas talus dengan menggenggam tepat di distal meleoli dengan
satu tangan
 Genggamcalcaneus dengan tangan anda yang lain dangerakan ke
medial dan lateral pada sendi subtalar
 Fleksi dan Ekstensi Jari Kaki
Tujuan: Untuk meningkatkan fleksi dan ekstensi jari kaki
Prosedur:
 Satu tanganstabilitasi proksimal tulang pada sendi yang terbatas
 Sedangkan tangan yang lain menggerakkan phalangs kearah yang
diinginkan
3. Peregangan Cervical
 Peregangan otot sternocleidomastoideus
Prosedur:
 Pasien diposisikan duduk dengan kepala tegak
 Terapis menggerakkan leher pasien dengan posisi rotasi ipsilateral
dan ekstensi maksimal
 Posisi ini dipertahankan dan berikan dorongan untuk mengulur otot
sternocleidomastoideus selama 8-10 hitungan atau dalam satuan detik
kemudian dikembalikan pada posisi semula
 Gerakan ini dilakukan juga pada sisi leher yang berlawanam yaitu
kearah kiri dan kanan. Gerakan ini dilakukan sebanyak 4-8 kali
pengulangan

Gambar 2. Peregangan otot sternocleidomastoideus

Gambar 2. Anatomi otot sternocleidomastoideus

 Peregangan ototscalenei
Prosedur:
 Pasien diposisikan duduk dengan kepala tegak
 Terapis mengerakkan leher pasien dengan posisi fleksikesamping
dengan memberikan stabilisasi pada bahu dengan satu tangan dan satu
tangan yang lain memegang sisi temporal kepala
 Posisi ini dipertahankan dan berikan tekanan atau dorongan untuk
mengulur otot scalenei selama 8-10 hitungan atau dalam satuan detik,
kemudian dikembalikan pada posisi semula
 Gerakan penguluran ini dilakukan juga pada sisi leher yang
berlawanan, yaitu sisi kanan dan kiri. Gerakan ini dilakukan sebanyak
4-8 kali pengulangan
Gambar 2. Peregangan ototscalenei

Gambar 2. Anatomi ototscalenei


 Peregangan ototupper trapezius
Prosedur:
 Pasien diposisikan duduk dengan kepala tegak

 Terapis menggerakkan kepala pasien dengan posisi fleksi ke depan


dan kesamping. Berikan stabilisasi pada bahu dan dorongan pada
kepala bagian belakang agar terjadi elongasi pada otot upper
trapezius
 Pertahankan posisi ini selama 8-10 hitungan atau dalam satuan detik,
kemudian kembalikan posisi kepala menjadi tegak kembali
 Gerakan ini dilakukan juga pada sisi leher berlawanan yaitu sisi kiri
dan kanan dengan setiap gerakan dilakukan sebanyak 4-8 kali
pengulangan

Gambar 2. Peregangan ototupper trapezius


Gambar 2. Anatomi ototupper trapezius
 Peregangan ototlevator scapula
Prosedur:
 Pasien diposisikan duduk dengan kepala tegak
 Terapis menggerakkan kepala pasien dengan posisi kepala fleksi dan
rotasi kontralateral
 Pertahankan posisi ini serta berikan dorongan atau elongasi pada otot
levator scapula. Gerakan ini dilakukan juga pada kedua sisi leher
dengan hitungan selama 8- 10 detik

Gambar 2. Peregangan ototlevator scapula

Gambar 2. Anatomi ototlevator scapula


 Peregangan ototsplenius capitis
Prosedur:
 Pasien diposisikan tidur terlentang
 Terapis mengangkat kepala ke depan dengan menyangga
menggunakan 2 tangan pada kepala bagian belakang atau occipitalis
 Kemudian terapis menekuk kepala pasien ke depan hingga dagu
menyentuh dada atau sternum agar terjadi elongasi pada otot splenius
capitis
 Posisi ini dipertahankan 8-10 hitungan kemudian mengembalikan
kepala pada posisi semula. Gerakan ini dilakukan sebanyak 4-8 kali
pengulangan

Gambar 2. Peregangan ototsplenius capitis

Gambar 2. Anatomi otot splenius capitis


BAB III

KESIMPULAN

Peregangan merupakan salah satu bagian dasar dari program permulaan yang
dilakukan pada saat hendak melakukan latihan, terdiri dari sekelompok aktivitas fisik.
Peregangan ini ditujukan untuk meningkatkan penampilan fisik, menjaga kesehatan dan atau
meningkatkan kebugaran fisik. Manfaat yang paling jelas dari peregangan adalah untuk
membantu meningkatkan fleksibilitas dan range of motion, Peningkatan peforma fisik, seperti
peningkatan kekuatan, tenaga, dan daya tahan otot atau peningkatan fungsional fisik. Jenis-
jenis Peregangan : Peregangan Statis, Peregangan Bersiklus (Berjeda), Peregangan Balistik,
Peregangan Manual, Peregangan Mandiri, Peregangan Mekanis.

Indikasi dari peregangan meliputi : Keterbatasan ROM karena jaringan lunak yang
kehilangan ekstensibilitasnya, Keterbatasan gerak yang dapat menyebabkan deformitas
struktural, Kelemahan otot dan pemendekan jaringan, Dapat menjadi komponen program
kebugaran Dapat digunakan sebelum atau setelah latihan berat. Dan adapun kontraindikasi
dari peregangan meliputi : Bony block membatasi gerak sendi, Fraktur baru, dan
penyambungan tulang belum sempurna, Terdapat inflamasi akut, Terdapat nyeri tajam dan
akut pada gerak sendi atau pemanjangan otot Terdapat hematoma, Terjadi hipermobilitas, dan
Pemendekan jaringan lunak yang memungkinkan pasien dengan paralisis atau kelemahan otot
berat. Panduan Prosedur untuk Aplikasi Intervensi Peregangan meliputi beberapa prosedur :
Pemeriksaan dan Evaluasi Pasien, Persiapan Sebelum Peregangan, Aplikasi Prosedur
Peregangan Manual, Setelah Peregangan Aplikasikan dingin pada jaringan lunak yang telah
diregangkan dan Minta pasien untuk melakukan latihan ROM aktif. Tambahan untuk Latihan
Peregangan : Latihan Relaksasi, Pilates, Pemanasan, Pendinginan, Pemijatan,
Biofeedback,dan Traksi atau Osilasi Sendi.
SARAN
Sebagai fisioterapi harus mengerti dan memahami tentang peregangan dan mobilitas
pada tubuh, agar dapat memeriksa, mendiagnosa, dan melakukan tindakan kepada pasien.
Dalam hal ini terapis juga harus mempelajari tentang indikasi dan kontraindikasi pada ROM,
serta melakukan teknik yang tepat pada saat melakukan terapi pada pasien. Terapis juga tidak
hanya memeriksa, evaluasi, dan mengaplikasi, tetapi juga harus mewaspadai terhadap hal-hal
yang menjadi sebab terganggunya proses terapi atau pelayanan pada pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Trisnowiyanto, B. 2017. Teknik Penguluran Otot–Otot Leher Untuk


MeningkatkanFungsional Leher Pada Penderita Nyeri Tengkuk Non-Spesifik. Jurnal
Kesehatan Terpadu, 1(1), 6–11.
Kedokteran, F. and Andalas, U. (2003) ‘1 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas’, 2012,
pp. 1–5.

Anda mungkin juga menyukai