Dosen Pengampu:
Ali Multazam, S. Ft., Physio., M. Sc
Disusun Oleh:
Laili Athiyyah Rohadatul Aisy (201810490311065)
Rizki Aulia Ramadhanti (201810490311076)
Annisa Nurlaili Khamidah (201810490311079)
Nabilatus Sholeha (201810490311085)
Arif Rahmatullah (201810490311091)
Kihajar Putri (201810490311095)
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya
lah penulis dapat menyelesaikan makalah Peregangan pada semua regio ini tepat pada
waktunya. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing Mata
Kuliah Terapi Latihan Dasar yaitu Pak Azam dan pihak pihak lain yang telah membantu dan
mendukung dalam kelancaran pembuatan makalah ini.
Adapun maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Terapi Latihan Dasar. Di dalam penulisan makalah ini, tentunya penulis sadar
bahwa masih terdapat kekurangan dan kekeliruan dalam penulisannya. Maka dari itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk menyusun makalah atau pun
tugas lain di masa yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat, tidak hanya bagi penulis, tetapi juga bagi
rekan – rekan. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih banyak.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peregangan merupakan salah satu bagian dasar dari program permulaan yang
dilakukan pada saat hendak melakukan latihan, terdiri dari sekelompok aktivitas fisik.
Peregangan ini ditujukan untuk meningkatkan penampilan fisik, menjaga kesehatan dan
atau meningkatkan kebugaran fisik (Marek, 2005). Manfaat yang paling jelas dari
peregangan adalah untuk membantu meningkatkan fleksibilitas dan range of motion
(ROM) dari sendi (O’Sullivan,2009).
Fleksibilitas dapat didefinisikan sebagai kemampuan otot dan persendian untuk
bergerak secara leluasa dalam ruang lingkup gerak maksimal (Afriwardi, 2010).
Fleksibilitas yang baik memungkinkan satu atau beberapa sendi secara bersamaan untuk
melakukan gerakan yang efisien serta memiliki peran penting dalam mencegah cedera
dan perbaikan postur yang buruk. Berkurangnya fleksibilitas seseorang dapat merupakan
dampak dari perubahan-perubahan yang terjadi pada sistem muskuloskeletal akibat
proses penuaan fisiologis. Oleh karena itu, latihan dianjurkan untuk dimulai sejak usia
dini dan terus dilakukan seumur hidup (Sulistyanto, 2013).
Latihan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan fleksibilitas adalah dengan
melakukan peregangan (Firdaus, 2011). Peregangan dibagi menjadi peregangan statis,
balistik, dinamis dan proprioceptive neuromuscular facilitation (PNF) (Nelson, 2014).
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, berikut ini
dipaparkan rumusan masalah dalam makalah :
1. Apa Definisi dari Peregangan ?
2. Apa Komponen penting dalam Peregangan ?
3. Apa saja Indikasi,Kontraindikasi, dan Hasil Postensial Latihan Peregangan ?
4. Apa saja Sifat dari Jaringan Lunak Pada Respon Terhadap Imobilisasi dan
Peregangan ?
5. Apa saja Determinan dan Tipe Latihan Peregangan ?
6. Panduan Prosedur untuk Aplikasi Intervensi Peregangan ?
7. Apa saja Tindakan Kewaspadaan dalam Latihan Peregangan ?
8. Apa saja Tambahan untuk Latihan Peregangan ?
9. Teknik Peregangan Manual pada Bidang Gerak Anatomi ?
2. Tujuan
A. Definisi
Peregangan adalah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan semua maneuver
terapeutik yang dirancang untuk meningkatkan ekstensibilitas jaringan lunak, sehingga
meningkatkan fleksibilitas dan ROM dengan memanjangkan struktur yang mengalami
pemendekan adaptif dan menjadi hipomobil seiring waktu. Latihan peregangan juga
dianggap sebagai elemen penting pada program kebugaran dan conditioning olahraga
khusus yang dirancang untuk meningkatkan kesehatan dan mengurangi risiko cedera atau
cedera ulang.
B. Komponen Penting
1. Fleksibilitas
Fleksibilitas adalah kemampuan untuk menggerakkan sendi tunggal atau rangkaian
sendi secara halus dan mudah melalui ROM bebas nyeri yang tidak terbatas. Ada dua
jenis fleksibilitas, yaitu:
Fleksibilitas Dinamis
Disebut juga sebagai mobilitas aktif atau ROM aktif, merupakanderajat kontraksi
otot aktif menggerakkan segmen tubuh pada ROM sendi yang ada.
Fleksibilitas Pasif
Disebut juga mobilitas pasif atau ROM pasif, merupakan derajat segmen tubuh
dapat digerakkan secara pasif pada ROM yang ada dan bergantung pada
ekstensibilitas otot dan jaringan ikat yang melintasi dan mengelilingi sendi.
2. Mobilitas
Mobilitas adalah kemampuan struktur atau segmen tubuh untuk bergeral atau
digerakkan untuk memungkinkan terjadinya lingkup gerak sendi untuk aktivitas
fungsional.
3. Hipomobilitas
Hipomobilitas adalah penurunan mobilitas atau keterbatasan gerak. Ada
beberapa faktor yang dapat berperan terhadap hipomobilitas dan kekakuan jaringan
lunak, seperti adanya nyeri, inflamasi, dan gangguan otot atau tendon.
4. Kontraktur
Kontraktur adalah pemendekan adapif unit muskulotendinosa dan jaringan
lunak lain yang melintasi maupun mengelilingi sendi dan menimbulkan tahanan yang
signifikan terhadap peregangan pasif atau aktif dan keterbatasan ROM, yang dapat
mengganggu kemampuan fungsional.
Jenis – jenis kontraktur:
Kontraktur Miostatik (Miogenik)
Pada kontraktur miostatik, unit muskulotendinosa mengalami pemendekan
adaptif dan terdapat kehilangan ROM yang signifikan, tetapi tidak ada patologi
otot khusus yang Nampak. Kontraktur ini dapat dihiangkan dalam waktu yang
relative singkat dengan latihan peregangan.
Kontraktur Pseudomiostatik
Spasme otot atau muscle guarding dan nyeri juga menyebabkan kontraktur
pseudomiostatik
Kontraktur Artrogenik dan Periartikular
Kontraktur artrogenik disebabkan oleh patologi intra-artikular seperti adanya
inflamasi, efusi synovial, iregularitas kartilago sendi ataupun pembentukan
osteofit. Kontraktur periartikular terjadi ketika jaringan ikat yang melekat pada
sendi atau kapsul sendi kehilangan mobilitasnya sehingga membatasi gerak
artrokinematika normal.
Kontraktur Fibrotik
Perubahan fibrosus pada jaringan ikat otot dan struktur particular dapat
menyebabkan perlekatan pada jaringan – jaringan tersebut yang kemudian
menyebabkan kontraktur fibrotik.
5. Peregangan Selektif
Peregangan selektif adalah proses ketika fungsi keseluruhan pasien dapat
ditingkatkan dengan mengaplikasikan teknik peregangan secara selektif pada
beberapa otot dan sendi tetapi memungkinkan terjadinya pembatasan gerak pada otot.
6. Peregangan Berlebihan dan Hipermobilitas
Peregangan berlebihan adalah peregangan yang melewati panjang otot dan
ROM normal pada sendi dan jaringan lunak sekitarnya. Peregangan berlebihan akan
merugikan dan menimbulkan instabilitas sendi jika sturktur penopang sendi dan
kekuatan otot sekitar sendi tidak mampu mempertahankan sendi dalam posisi
fungsional yang stabil selama aktivitas.
Jenis Peregangan
1) Peregangan Statis
Peregangan statis merupakan metode peregangan yang paling sering
digunakan, jaringan lunak dielongasi tepat melewati titik tahanan jaringan
kemudian dipertahankan dalam posisi memanjang dengan gaya regangan terus
menerus selama beberapa waktu. Durasi peregangan statis adalah
pradeterminan sebelum peregangan atau berdasarkan toleransi pasien. Dalam
satu siklus berkisar 5 detik hingga 5 menit per repitisi.
2) Peregangan Bersiklus (Berjeda)
Peregangan bersiklus (berjeda) adalah gaya regang dengan durasi relatif
singkat yang diulang, tetapi diaplikasikan, dilepaskan, dan kemudian
diaplikasikan kembali secara bertahap. Regangan diaplikasikan dengan
kecepatan rendah dengan pola terkontrol, dan intensitas yang relatif rendah.
Dalam satu siklus berkisar 5 – 10 detik.
3) Peregangan Balistik
Peregangan balistik adalah peregangan berjeda yang cepat dan bertenaga
dengan peregangan berkecepatan tinggi dan berintensitas tinggi. Bertujuan
untuk meregangkan struktur yang memendek.
4) Peregangan Manual
Terapis mengontrol area stabilisasi secara manual juga arah, kecepatan,
intensitas, dan durasi peregangan. Peregangan dilakukan selama 15 sampai 60
detik dan diulang setidaknya beberapa kali repitisi untuk meningkatkan
panjang otot dan ROM pada subjek yang tidak mengalami gangguan.
5) Peregangan Mandiri
Jenis prosedur peregangan yang pasien lakukan secara mandiri setelah
diberikan instruksi seksama dan dengan pengawasan untuk mempertahankan
atau meningkatkan ROM yang dihasilkan intervensi langsung oleh terapis.
6) Peregangan Mekanis
Gaya regangan dengan intensitas yang sangat rendah (beban rendah) dalam
periode waktu yang lama untuk menghasilkan pemanjangan jaringan lunak
yang relatif permanen.
Teknik Peregangan Fasilitas Neuromuskular Proprioseptif
Teknik peregangan PNF/peregangan aktif/peregangan fasilitatif adalah
peregangan yang menggabungkan kontraksi otot aktif yang bertujuan untuk
menghambat atau memfasilitasi aktivasi otot dan untuk meningkatkan
kemungkinan otot yang dipanjangkan tetap rileks saat diregangkan dan juga
meningkatkan fleksibilitas dan ROM. Terdapat beberapa jenis peregangan PNF
yaitu:
1) Hold-Relax dan Contract-Relax
Pada prosedur ini, otot target pembatas lingkup gerak adalah yang pertama
dipanjangkan hingga titik tahanan jaringan atau hingga titik yang dirasa
nyaman oleh pasien yang kemudian pasien melakukan kontraksi isometrik
selama 5 detik yang diikuti dengan relaksasi.
2) Kontraksi Agonis
Pada prosedur ini, pasien harus mengontraksikan otot yang berlawanan dengan
otot pembatas lingkup gerak secara konsentrik (memendek) kemudian tahan
pada posisi lingkup gerak akhir selama setidaknya beberapa detik.
3) Hold-Relax dengan Kontraksi Agonis
Pada prosedur ini, gerakkan ektremitas hingga titik tahanan jaringan terasa
pada otot target pembatas lingkup gerak; kemudian minta pasien untuk
melakukan kontraksi isometrik dengan tahanan pada otot pembatas lingkup
gerak yang diikuti dengan relaksasi dan kontraksi konsentrik pada otot.
G. Tindakan Kewaspadaan
1. Tindakan Kewaspadaan Umum
Jangan menggerakkan sendi secara pasif melebihi ROM normal
Perhatian lebih kepada pasien osteoporosis
Lindungi fraktur yang baru menyambung
Hindari peregangan berlebihan pada otot dan jaringan ikat yang dimobilisasi
dalam waktu yang lama
Tingkatkan dosis secara bertahap
Hindari meregangkan jaringan yang bengkak
Hindari peregangan berlebih pada otot yang lemah
2. Tindakan Kewaspadaan Khusus
Aktivitas peregangan tidak selektif dan kurang seimbang
Pemanasan yang kurang
Stabilisasi tidak efektif
Menggunaan peregangan balistik
Intensitas berlebihan
Biomekanik tidak normal
Informasi yang tidak memadai mengenai perbedaan terkait usia
Peregangan ototscalenei
Prosedur:
Pasien diposisikan duduk dengan kepala tegak
Terapis mengerakkan leher pasien dengan posisi fleksikesamping
dengan memberikan stabilisasi pada bahu dengan satu tangan dan satu
tangan yang lain memegang sisi temporal kepala
Posisi ini dipertahankan dan berikan tekanan atau dorongan untuk
mengulur otot scalenei selama 8-10 hitungan atau dalam satuan detik,
kemudian dikembalikan pada posisi semula
Gerakan penguluran ini dilakukan juga pada sisi leher yang
berlawanan, yaitu sisi kanan dan kiri. Gerakan ini dilakukan sebanyak
4-8 kali pengulangan
Gambar 2. Peregangan ototscalenei
KESIMPULAN
Peregangan merupakan salah satu bagian dasar dari program permulaan yang
dilakukan pada saat hendak melakukan latihan, terdiri dari sekelompok aktivitas fisik.
Peregangan ini ditujukan untuk meningkatkan penampilan fisik, menjaga kesehatan dan atau
meningkatkan kebugaran fisik. Manfaat yang paling jelas dari peregangan adalah untuk
membantu meningkatkan fleksibilitas dan range of motion, Peningkatan peforma fisik, seperti
peningkatan kekuatan, tenaga, dan daya tahan otot atau peningkatan fungsional fisik. Jenis-
jenis Peregangan : Peregangan Statis, Peregangan Bersiklus (Berjeda), Peregangan Balistik,
Peregangan Manual, Peregangan Mandiri, Peregangan Mekanis.
Indikasi dari peregangan meliputi : Keterbatasan ROM karena jaringan lunak yang
kehilangan ekstensibilitasnya, Keterbatasan gerak yang dapat menyebabkan deformitas
struktural, Kelemahan otot dan pemendekan jaringan, Dapat menjadi komponen program
kebugaran Dapat digunakan sebelum atau setelah latihan berat. Dan adapun kontraindikasi
dari peregangan meliputi : Bony block membatasi gerak sendi, Fraktur baru, dan
penyambungan tulang belum sempurna, Terdapat inflamasi akut, Terdapat nyeri tajam dan
akut pada gerak sendi atau pemanjangan otot Terdapat hematoma, Terjadi hipermobilitas, dan
Pemendekan jaringan lunak yang memungkinkan pasien dengan paralisis atau kelemahan otot
berat. Panduan Prosedur untuk Aplikasi Intervensi Peregangan meliputi beberapa prosedur :
Pemeriksaan dan Evaluasi Pasien, Persiapan Sebelum Peregangan, Aplikasi Prosedur
Peregangan Manual, Setelah Peregangan Aplikasikan dingin pada jaringan lunak yang telah
diregangkan dan Minta pasien untuk melakukan latihan ROM aktif. Tambahan untuk Latihan
Peregangan : Latihan Relaksasi, Pilates, Pemanasan, Pendinginan, Pemijatan,
Biofeedback,dan Traksi atau Osilasi Sendi.
SARAN
Sebagai fisioterapi harus mengerti dan memahami tentang peregangan dan mobilitas
pada tubuh, agar dapat memeriksa, mendiagnosa, dan melakukan tindakan kepada pasien.
Dalam hal ini terapis juga harus mempelajari tentang indikasi dan kontraindikasi pada ROM,
serta melakukan teknik yang tepat pada saat melakukan terapi pada pasien. Terapis juga tidak
hanya memeriksa, evaluasi, dan mengaplikasi, tetapi juga harus mewaspadai terhadap hal-hal
yang menjadi sebab terganggunya proses terapi atau pelayanan pada pasien.
DAFTAR PUSTAKA