Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN

MANAJEMEN PEMASARAN DAN KONSEP BAURAN PEMASARAN


“MARKETING MIX”
DOSEN : LALU JUPRIADI, M.Si., Apt.

DISUSUN OLEH :

Nama : Zuhriah
NIK : 4840119076
Mata Kuliah : Pemasaran Farmasi

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN QAMARUL HUDA BAGU


PROGRAM STUDI D-III RPL FARMASI
TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN

Perusahaan menghadapi perubahan lingkungan eksternal yang sangat cepat dan penuh
ketidakpastian sehingga perusahaan tidak boleh pasif dan hanya menunggu apa yang akan
terjadi, namun harus memiliki rencana strategi dan memperkuat sumber daya yang dimilikinya
untuk menghadapi tantangan perubahan . Kompetitor yang semakin meningkat mengakibatkan
persaingan bisnis menjadi semakin ketat. Pelaku bisnis harus melakukan strategi pemasaran
dengan melakukan inovasi untuk menarik minat konsumen. Strategi pemasaran yang dilakukan
pelaku usaha ini harus dibandingkan dengan perusahaan kompetitor utama atau terdekat. Strategi
pemasaran yang dibuat tersebut harus berbeda dan lebih unggul guna menarik konsumen.
Strategi pemasaran yang digunakan sebagai acuan adalah bauran pemasaran (marketing mix).
Bauran pemasaran (marketing mix) adalah campuran dari variabel-variabel pemasaran yang
dapat dipergunakan oleh suatu perusahaan untuk mengejar tingkat penjualan yang diinginkan
dalam pasar sasaran yang terdiri dari product, price, place, dan promotion.

Latar belakang
Latar Belakang Masalah Dalam suatu perusahaan strategi pemasaran merupakan faktor
yang sangat penting dalam keberhasilan perusahaan..
Maka perusahaan harus membuat strategi yang tepat sasaran , memiliki sistem dan
prosedur yang mendukung, serta sumber daya manusia yang memiliki kompetensi agar
produknya dapat diterima dan dipilih oleh konsumen.

Tujuan Kerja Praktek


Tujuan Kerja Praktek Lapangan :
1. Untuk mengetahui penerapan strategi pemarasan 7P PT Kimia Farma tbk
2. Untuk mengetahui kebiijakan perusahaaan dalam mengatasi hambatan- hambatan yang
ditemui dalam pelaksanaan kebijakan strategi pemasaran
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Apotek
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 51 tahun 2009 tentang standar
pelayanan kefarmasian, Apotek adalahtempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan
penyaluran sediaan farmasi kepada masyarakat. Apotek merupakan bisnis eceran yang
barang dagangannya terdiri dari perbekalan farmasi (obat dan bahan obat), perbekalan
kesehatan (alat kesehatan),dan kosmetika. Sebagai pedagang eceran, apotek memiliki
fungsi kegiatan dalam melakukan proses pengadaan dan pendistribusian barang
dagangannya. Fungsi kegiatan yang dilakukanyaitu pembelian, gudang, pelayanan dan
penjualan, keuangan, dan pembukuan. Apotek juga harus dikelola berdasarkan prinsip –
prinsip bisnis yang memberikan keuntungan kepada pihak – pihak berkepentingan (stake
holder)(Umar,2005 ). Apotek yang baik dikelola dengan :
a. Fungsi pembelian (purchasing) untuk memenuhi kebutuhan konsumen dan mendapat
harga beli barang yang efesien.
b. Fungsi gudang(warehouse) untuk mencegah resiko kehilangan, kerusakan, dan
penyimpanan barang yang tidak laku.
c. Fungsi pelayanan (servicing)untuk memberikan kepuasan konsumen dan keuntungan
yang optimal.
d. Fungsi keuangan (financing) untuk mencegah resiko dari adanya uang palsu dan
menjaga aliran kas agar tidak rugi.
e. Fungsi pembukuan (accounting) untuk menyajikan laporan kegiatan yang sesuai.
Apotek harus memberikan pelayanan kefarmasian secara tepat dan bermutu
karena merupakan sarana yang bergerak dibidang jasa pelayanan.

2.2. Pemasaran
Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial, dimana individu serta kelompok,
mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan, dan
bertukar sesuatu yang bernilai satu sama lain. Definisi ini berdasarkan pada konsep inti
(Kotler dan Keller, 2012):
a. kebutuhan, keinginan dan permintaan
b. pasar sasaran, positioning, segmentasi
c. penawaran dan merek
d. nilai dan kepuasan
e. saluran pemasaran
f. rantai pasokan
g. persaingan
h. lingkungan pemasaran
Pemasaranmenyesuaikan perusahaan dengan situasi optimal yang terdiri atas :

a. proses pembuatan perencanaan pemasaran


b. menganalisis peluang pasar
c. memilih pasar sasaran
d. mengembangkan bauran pemasaran
e. mengolah usaha pemasaran.
Proses – proses diatas dapat dilakukan dalam membantu tercapainya sasaran
strategis yang dirancang(Umar,2001).Pemasaran juga harus berasal dari sudut pandang
konsumen karena produsen dapat mengetahui apa yang dibutuhkan. Perusahaan yang
mampu memenuhi kebutuhan akan mendapatkan kepuasan dari konsumennya (Kotler
dan Keller, 2009).

2.3. Bauran Pemasaran


Bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan
untuk mencapai tujuan pemasaran. Alat pemasaran diklasifikasikan menjadi empat
kelompok yang dikenal dengan 4p yaitu produk (product), harga (price), tempat (place),
dan promosi (promotion)(Kotler dan Keller, 2009). Selain 4P, terdapat 3P lain yang
digunakan dalam bidang industri jasa yaitu: proses (process), orang (people), dan bukti
fisik (physical evidence) (Zeithhaml dan Bitner, 2003). Masing-masing unsur akan saling
berinteraksi sehingga menghasilkan kepuasan pelanggan.
PRODUCT PRICE PLACE PROMOTION

Physical good Flexibility Channel type Salespeople


features Price level Exposure Advertising
Quality level Terms Intermediaries Sales
Accessories Differentiation Outlet locations promotion
Packaging Discounts Transportation Publicity
Warranties Allowances Storage Internet
Managin
Product lines g strategy
Branding channels
Promotion

PROCES
PEOPLE PHYSICAL S
EVIDENCE
Employees Flow of activities
Customer Facility design Number of steps
Equipment Customer
Signage Involvement
Employee dress
Web pages
Business cards

Adapun pengertian masing – masing unsur bauran pemasaran:


a. Bauran Produk
Produk adalah sesuatu yang ditawarkan kepada pasar untuk diperhatikan,
diperoleh, dipakai, atau dikonsumsi sehingga memuaskan keinginan dan
kebutuhan(Kotler dan Amstrong, 2012). Produk – produk yang dipasarkan meliputi
barang fisik, jasa, pengalaman, peristiwa, orang tempat, property, organisasi, informasi,
dan ide (Kotler dan Keller, 2012). Kualitas produk mempengaruhi strategi harga.Produk
berkualitas tinggi memberikan peluang kepada perusahaan untuk menetapkan harga
tinggi. Produk berkualitas tinggi juga diikuti dengan tingkat prestise dan tingkat
profitabilitas yang tinggi(Cravens dan David, 2000).Perusahaan fokus menjaga dan
meningkatkan kualitas produk karena konsumen menyukai produk yang berkualitas serta
inovatif (Kotler dan Keller, 2012).
b. Bauran Harga
Harga adalah sejumlah nilai (uang) yang dibayarkan konsumen untuk
memperoleh produk yang diinginkan. Variabel harga memiliki beberapa unsur kegiatan
yang meliputi daftar harga, diskon, dan potongan harga (Kotler dan Amstrong, 2012).
Penetapan harga sulit dilakukan karena terdapat berbagai faktor. Keputusan harga
didasarkan ataspemulihan biaya produksi atau harga yang cocok dalam persaingan.
Terdapat enam langkah dalam memilih strategi penetapan harga yang dikembangkan oleh
Kotler dan Keller (2009) yaitu:
1) memilih tujuan penetapan harga
2) menentukan permintaan
3) memperkirakan biaya
4) menganalisis biaya, harga, dan tawaran pesaing
5) memilih metode penetapan harga
6) memilih harga akhir
c. Bauran Lokasi
Lokasi merupakan tempat pokok dalam aktivitas penjualan. Penjual harus memilih
lokasi yang mudah diakses oleh pasar sasaran. (Kotler dan Amstrong, 2012). Keputusan
membeli produk dapat dipengaruhi oleh kemudahan memperolehnya (Engel etal.,1995).
Lokasi digunakan untuk memperlancar dan mempermudah penyampaian produk dari
produsen ke pelanggan. Pemilihan lokasi yang tepat memberikan fasilitas bagi konsumen
sehingga menghasilkan kepuasan pelanggan(Hasangholipouret al, 2014).
d. Bauran Promosi
Promosi adalah cara yang dilakukan untuk menstimulasi penjualan produk dalam
waktu pendek. Promosi dilakukan dengan cara yang luas seperti kupon , kontes, potongan
harga, dan premier(Mullins dan Walker, 2010). Promosi merupakan aktivitas untuk
mengkomunikasikan produk dan membujuk konsumen untuk membeli (Kotler dan
Amstrong, 2012).Promosi digunakan perusahaan untuk berkomunikasi dengan pasar.
Keberhasilan promosi terlihat pada tingginya tingkat prefensi masyarakat terhadap produk
yang ditawarkan(Payne, 2001). Terdapat delapan elemen penting dalam bauran promosi
(Kotler dan Keller, 2009).yaitu :
1. Advertising
Promosi produk yang dilakukan dengan presentasi nonpersonal dan berbayar,
biasanya digunakan sebagai sponsor.
2. Sales promotion
Promosi insentif yang dilakukan dalam jangan pendek untuk meningkatkan
pembelian produk.
3. Events and experience
Perusahaan mensponsori desain kegiatan agar masyarakat mengetahui suatu
brand produk baru dari perusahaan.
4. Public relation and publicity
Beberapa program untuk mempromosikan dan melindungi image perusahaan
atau produk.
5. Direct marketing
Penggunaan email, telephone, internet untuk mengkomunikasikan produk
secara langsung dan juga mengumpulkan responsedari customer.
6. Interactive marketing
Program yang didesain untuk mengajak konsumen untuk meningkatkan
kesadaran supaya memperoleh penjualan suatu produk.
7. Word – of – mouth marketing
Komunikasi melalui mulut, tulisan, atau elektronik untuk menyarankan suatu
produk kepada orang lain
8. Personal selling
Interaksi face to faceyang bertujuan mempresentasi, menjawab pertanyaan, dan
memperoleh pesanan. Promosi yang dilakukan oleh penjual dapat dikelompokkan
berdasarkan tujuan yang ingin dicapai(Kotler dan Keller, 2012) yaitu:
1. Consumer Promotion, yaitu promosi penjualan yang bertujuan untuk mendorong
pelanggan untuk membeli
2. Trade Promotion, yaitu promosi penjualan yang bertujuan untuk mendorong
distributor, subdistributor, pedagang grosir, pengecer, eksportir, dan importer untuk
memperdagangkan produk dari pabrik.
3. Sales force promotion, yaitu promosi penjualan yang bertujuan untuk memotivasi
armada penjual.
4. Business promotion, yaitu promosi penjualan yang bertujuan untuk memperoleh
pelanggan baru, mempertahankan kontak hubungan dengan pelanggan,
memperkenalkan produk baru, menjual lebih banyak kepada pelanggan lama, dan
mendidik pelanggan.
e. Bauran Proses
Proses adalah prosedur, mekanisme, dan aliran aktivitas yang digunakan untuk
menyampaikan jasa (Zeithaml dan Bitner, 2003).Identifikasi manajemen proses sebagai
aktivitas terpisah adalah prasyarat bagi perbaikan jasa. Untuk menyampaikan bauran
produk kepada pelanggan diperlukan proses yang efektif. Proses yang tidak efektif akan
mengganggu pelanggan karena keterlambatan, birokrasi, dan penyampaian jasa yang tidak
efektif (Lovelock dan Christopher, 2002)Proses dapat dibedakan dalam dua cara yaitu :
1. Complexity yaitu berhubungan dengan langkah dan tahap dalam proses.
2. Divergenceyaitu berhubungan dengan adanya perubahan dalam langkah atau tahap
proses.
Berkaitan dengan dua cara diatas ada empat alternatif yang dapat dipilih oleh
penyedia jasa yaitu :
a. Reduced divergence yaitu adanya pengurangan biaya, peningkatan produktivitas,
dan kemudahan distribusi
b. Increased divergence yaitu memperbanyak kustomisasi dan fleksibilitas dalam
produksi yang dapat menimbulkan naiknya harga.
c. Reduced Complexity yaitu cenderung lebih terspesialisasi
d. Increased Complexityyaitu lebih cenderung ke penetrasi pasardengan cara
menambah service yang diberikan
f. Bauran Orang
Semua manusia yang berperan dalam pemberian pelayanan dan mempengaruhi
persepsi pembeli seperti orang perusahaan, pelanggan, dan pelanggan lain dalam
lingkungan layanan(Zeithaml dan Bitner, 2003). Tujuan utamanya adalah mencapai
penjualan produk berkelanjutan yang pada akhirnya untuk mempertahankan penjualan
jangka panjang sesuai kondisi perusahaan(Barkeret al, 1999).Bauran orang menentukan
kondisi atas pelayanan yang diberikan kepada pelanggan melalui sikap dan perlakuan
bauran orang dalam melayani pelanggan (Adelowore dan Jamal,2008). Bauran
orang berperan penting meningkatkan kepuasan pelanggan yang berdampak terhadap
peningkatan penjualan (Adeloworedan Jamal 2008; Henniget al.,2004).
Perusahaan jasa bergantung pada interaksi langsung dan pribadi antara pelanggan
dan karyawan perusahaan. Sifat dan interaksi ini sangat mempengaruhi persepsi pelanggan
terhadap kualitas jasa. Pelanggan sering menilai kualitas jasa yang mereka terima
berdasarkan penilaian terhadap orang – orang yang menyediakan jasa tersebut (Lovelock
dan Christopher, 2002). Menurut Lupiyoadi et al (2006) terdapat empat kriteria peranan
atau pengaruh dari aspek “orang” yang mempengaruhi konsumen yaitu
1. Contractor : “Orang” yang dimaksud berinteraksi langsung dengan konsumen dalam
frekuensi yang cukup sering dan sangat mempengaruhi keputusan untuk membeli
2. Modifiers : “Orang” yang dimaksud tidak secara langsung mempengaruhi konsumen,
tapi cukup sering berhubungan dengan konsumen
3. Influencers : “Orang” yang dimaksud mempengaruhi konsumen dalam keputusan untuk
membeli, tapi tidak kontak langsung dengan konsumen
4. Isolateds : “Orang” yang dimaksud tidak secara langsung ikut serta dalam bauran
pemasaran dan juga tidak sering bertemu dengan konsumen.
g. Bauran Bukti Fisik
Bukti fisik merupakan lingkungan fisik perusahaan dimana penyedia dan konsumen
berinteraksi. Bukti fisik juga ditambah unsur berwujud yang dipakai untuk berkomunikasi
atau mendukung peran jasa. Dalam bisnis jasa, pemasar mengimbangi kondisi ketidak
terwujudnya dengan menyediakan petunjuk-petunjuk fisik untuk menguatkan positoning
dan citra perusahaan (Payne, 2001). Unsur – unsur yang termasuk dalam bukti fisik antara
lain bangunan fisik, peralatan, perlengkapan, logo, warna, dan barang – barang lainnya
yang disatukan dengan service yang diberikan(Zeithaml dan Bitner, 2003). Bukti fisik
memberikan pesan yang kuat terkait apa yang diberikan perusahaan kepada pasar.
Lovelock dan Christopher (2002) mengemukakan bahwaperusahaan mengelola bukti fisik
dengan cara sebagai berikut :
1. An attention – creating medium. Perusahaan melakukan diferensiasi dengan pesaing
dan membuat sarana fisik semenarik mungkin untuk menjaring pelanggan dari target
pasarnya.
2. As a message- creating medium. Menggunakan simbol atau isyaratuntuk
mengkomunikasikan secara intensif kepada audiens mengenai kekhususan
kualitasproduk atau jasa.
3. An effect – creating medium. Baju seragam yang berwarna, bercorak, suara dan desain
untuk menciptakan sesuatu yang lain dari produk atau jasa yang ditawarkan Lupiyoadi
et al mengemukakan bahwa lokasi juga berhubungan dengan bukti fisik dimana
perusahaan harus melakukan operasi atau kegiatannya, berikut tiga jenis interaksi yang
mempengaruhi hubungan lokasi dengan bukti fisik:
a. Konsumen mendatangi perusahaan : Apabila keadaanya seperti ini, maka lokasi
menjadi sangat penting. Perusahaan sebaiknya membuka tempat di berbagai
wilayah sehingga mudah dijangkau.
b. Pemberi jasa mendatangi konsumen : Apabila keadaanya seperti ini, maka proses
penyampaian jasa yang harus berkualitas
c. Pemberi jasa dan konsumen tidak bertemu secara langsung : Apabila keadaanya
seperti ini, penyedia jasa dan konsumen memerlukan sarana untuk berinteraksi
seperti telepon, computer, atau surat. Dalam hal ini, komunikasi antar kedua belah
pihak harus terlaksana dengan baik.
BAB III
TEMPAT KERJA PRAKTEK
3.1. Tempat Kerja Praktek Tempat
Profil Apotek Kimia Farma secara umum
PT. Kimia Farma merupakan salah satu perusahaan terdepan dalam industri farmasi
Indonesia.PT. Kimia Farma memiliki 2 anak perusahaan yaitu PT. Kimia Farma Apotek
dan PT. Kimia Farma Trading & Distribution. PT. Kimia Farma Apotek sekarang memiliki
Apotek yang tersebar di seluruh Indonesia.
Tujuan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. adalah turut serta dalam melaksanakan dan
menunjang kebijaksanaan serta program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan
nasional pada umumnya, khususnya kegiatan usaha di bidang industri kimia, farmasi,
biologi, dan kesehatan serta industri makanan dan minuman. Selain itu juga bertujuan
untuk mewujudkan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. sebagai salah satu pemimpin pasar
(market leader) di bidang farmasi yang tangguh.
Melalui konsep BM diharapkan pengelolaan aset dan keuangan dari apotek dalam
satu area menjadi lebih efektif dan efisien, demikian juga kemudahan dalam pengambilan
keputusan-keputusan yang menyangkut antisipasi dan penyelesaian masalah. Secara umum
keuntungan yang didapat melalui konsep BM adalah :
a. Koordinasi modal kerja menjadi lebih mudah.
b. Apotek-apotek pelayanan akan lebih fokus pada kualitas pelayanan, sehingga mutu
pelayanan akan meningkat yang diharapkan berdampak pada peningkatan penjualan.
c. Merasionalkan jumlah SDM terutama tenaga administrasi yang diharapkan berimbas pada
efisiensi biaya administrasi.
d. Meningkatkan bargaining dengan pemasok untuk memperoleh sumber barang
dagangan yang lebih murah.
Fokus dari apotek pelayanan adalah pelayanan perbekalan farmasi dan informasi
obat pasien sehingga layanan apotek yang berkualitas dan berdaya saing mendukung dalam
pencapaian laba melalui penjualan setinggi-tingginya.
Kerja Praktek yang dilakukan oleh penulis adalah PT Kimia Farma Apotek Unit
Bima yang beralamatkan di JL.Soekarno Hatta no.03 Paruga Kota Bima. Apotek Kimia
farma Unit bima melayani pasien Umum, Spesialis anak, Spesialis Mata, BPJS PRB, Serta
pelayanan Resep kredit (kerja sama, PLN, ADMEDIKA, Mandiri Inhealth), Apotek Kimia
Farma Unit Bima buka jam 07:00 s/d Jam 24:00. Apotek Kimia Farma Unit Bima memiliki
SDM berjumlah 7 orang dengan Apoteker Penanggung Jawab 1 orang, Apoteker
berpraktek 1 orang, Asisten Apoteker 2 orang, 3 orang sisanya bagian administrasi.
Visi PT. Kimia Farma Apotek secara umum adalah menjadi perusahaan jaringan
layanan kesehatan yang terkemuka dan mampu memberikan solusi kesehatan masyarakat
di Indonesia.Adapun misi PT. Kimia Farma Apotek adalah menghasilkan pertumbuhan
nilai perusahaan melalui :
a. Jaringan layangan kesehatan yang terintegrasi meliputi jaringan apotek, klinik
laboratorium klinik dan layanan kesehatan lainnya.
b. Saluran distribusi utama bagi produk sendiri dan produk principal.
c. Pengembangan bisnis waralaba dan peningkatan pendapatan lainnya (Fee-Based Income)
METODE PRAKTEK

Tempat Kerja Praktek Tempat Kerja Praktek yang dilakukan oleh penulis adalah PT
Kimia Farma Apotek Unit bima yang beralamatkan di JL.Soekarno Hatta no.03 Paruga Kota
Bima Praktek kerja / magang wawancara Studi pustaka
HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan pemaparan implementasi strategi bauran pemasaran (marketing mix) pada


obat bebas (Over The Counter/OTC) di Apotek “Kimia farma Unit Bima”serta t injauan umum
perspektif etikakefarmasian menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 73 Tahun 2016 Tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek dapat dibuat suatu matriks sebagai berikut :
A. Variabel Product (Produk)
1. Implementasi Strategi Marketing Mix
a. Pengadaan (pembelian) obat bebas dilakukan melalui distributor atau Pedagang
Besar Farmasi (PBF) yang telah memenuhi kualifikasi. Pemilihan distributor ini
untuk menjamin kualitas produk agar produk obat bebas yang dikonsumsi oleh
masyarakat aman, manjur, dan bermanfaat.
b. Pengaturan display Apotek “Kimia farma Unit Bima” sama seperti apotek pada
umumnya, menggunakan konsep first in first out (FIFO). Konsep ini memiliki
prinsip produk yang datang lebih awal harus terjual lebih awal pula. Ada pula
konsep lain yang digunakan yaitu first expired first out(FEFO), produk yang
masa kadaluarsanya lebih awal harus terjual lebih awal pula
2. Konsep Umum Etika Kefarmasian
a. Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian sistem pengadaan sediaan
farmasi harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
b. Sistem penyimpanan obat dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan dan
kelas terapi obat, serta disusun secara alfabetis, serta menggunakan sistem FIFO
dan FEFO
B. Variabel Price (Harga)
1. Implementasi Strategi Marketing Mix Strategi harga yang diterapkan oleh Apotek
“Kimia farma Unit Bima” adalah menjual produk dengan harga yang dapat dijangkau
oleh masyarakat sekitar dengan kualitas tinggi
2. Konsep Umum Etika Kefarmasian Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian di
apotek harus melayani ketersediaan farmasi yang aman, bermutu, bermanfaat, dan
terjangkau.
C. Variabel Place (Tempat)
1. Implementasi Strategi Marketing Mix Produk obat bebas diletakkan di bagian depan
dengan penataan display yang mudah dilihat dan menarik minat konsumen. Hal ini
memberikan kemud ahan dalam proses distribusi produk obat bebas kepada
konsumen
2. Konsep Umum Etika Kefarmasian Semua obat harus disimpan (diletakkan) pada
kondisi yang sesuai sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya
D. Promotion (Promosi)
1. Implementasi Strategi Marketing Mix Strategi promosi yang dilakukan oleh Apotek
“Kimia Farma Unit Bima” adalah melalui beberapa cara, antara lain : leaflet, media
sosial online dan menjadi sponsor dalam kegiatan bakti social
2. Konsep Umum Etika Kefarmasian
Pelayanan informasi obat dilakukan dengan men yebarkan brosur ( leaflet), pelayanan
informasi obat merupakan kegiatan yang dilakukan untuk pemberian informasi obat
dengan menjawab pertanyaan secara lisan maupun tulisan, dan pelayanan informasi
obat dilakukan dengan memberikan edukasi dan informasi kepada
konsumen.Implementasi Strategi Bauran Pemasaran (Marketing Mix) Pada Obat
Bebas (OverThe Counter/OTC) di Apotek “Kimia Farma Unit Bima”
E. Product (Produk)
1. Pengadaan (pembelian) obat bebas dilakukan melalui distributor atau Pedagang Besar
Farmasi (PBF) yang telah memenuhi kualifikasi. Pemilihan distributor ini untuk
menjamin kualitas produk agar produk obat bebas yang dikonsumsi oleh masyarakat
aman, manjur, dan bermanfaat.
2. Pengaturan display Apotek “Kimia Farma Unit Bima” menggunakan konsep first in
first out (FIFO). Konsep ini memiliki prinsip produk yang datang lebih awal harus
terjual lebih awal pula. Ada pula konsep lain yang digunakan yaitu first expired first
out(FEFO), produk yang masa kadaluarsanya lebih awal harus terjual lebih awal pula.
F. Price (Harga) Strategi harga yang diterapkan oleh Apotek “Kimia Farma Unit Bima”
adalah menjual produk dengan harga yang dapat dijangkau oleh masyarakat sekitar
dengan kualitas tinggi.
G. Place (Tempat) Produk obat bebas diletakkan di bagian depan dengan penataan display
yang mudah dilihat dan menarik minat konsumen. Hal ini memberikan kemudahan dalam
proses distribusi produk obat bebas kepada konsumen.
H. Promotion (Promosi) Strategi promosi yang dilakukan oleh Apotek “Kimia Farma Unit
Bima” adalah melalui beberapa cara, antara lain : leaflet, media sosial online dan menjadi
sponsor dalam kegiatan bakti sosial. Korelasi Strategi Bauran Pemasaran (Marketing
Mix) Dari Perspektif Etika Kefarmasian :
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan :
1. Strategi pemasaran yang dilakukan PT Kimia Farma meliputi 7P (Produk, Harga,
Tempat, Promosi, Proses, Orang, Bukti Fisik).
2. PT Kimia Farma dalam memasarkan produknya menggunakan media televisi, media
cetak seperti koran dan majalah, dan media langsung yaitu dengan penyebaran brosur ke
konsumen. Melalui media sosial seperti (twitter, facebook, Instagram, WA)
3. Mengetahui hambatan hambatan beserta kebijakan untuk mengatasi hambatan dalam
produk dan proses.
4. Bauran Pemasaran (marketing mix) meliputi product (produk), price(harga), place
(tempat), dan promotion(promosi). Berdasarkan analisis hasil penelitian dapat
disimpulkan sebagai berikut :
a. Implementasi Strategi Bauran Pemasaran ( Marketing Mix ) Pada Obat Bebas ( Over
The Counter/OTC) di Apotek “Kimia Farma Unit Bima”:
1) Product (Produk) Pengadaan (pembelian) obat bebas dilakukan melalui
distributor atau Pedagang Besar Farmasi (P BF) yang telah memenuhi kualifikasi
serta pengaturan display menggunakan konsep first in first out (FIFO) dan first
expired first out (FEFO).
2) Price (Harga) Harga yang diterapkan adalah menjual produk dengan harga yang
dapat dijangkau oleh masyarakat sekitar dengan kualitas tinggi.
3) Place (Tempat) Produk obat bebas diletakkan di bagian depan dengan penataan
display yang mudah dilihat dan menarik minat konsumen sehingga memberikan
kemudahan dalam proses distribusi produk obat bebas kepada konsumen.
4) Promotion (Promosi) Strategi promosi yang dilakukan melalui beberapa cara,
antara lain : leaflet, media sosial online , radio, dan menjadi sponsor dalam
kegiatan bakti sosial.
b. Korelasi Strategi Bauran Pemasaran (MarketingMix) Dari Perspektif Etika
Kefarmasian : Bauran pemasaran yang diterapkan oleh Apotek “Kimia Farma Unit
Bima” sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 73 Tahun 2016
Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
SARAN :
Perusahaan sebaiknya lebih meningkatkan khususnya dibidang produk dengan cara
mempertahankan kualitas produk atau memberikan pelayanan lebih seperti yang selama ini telah
ditawarkan, hal ini akan membuat loyalitas konsumen pada produk semakin meningkat.
Kemudian dari segi proses pelayanannya harus lebih maksimal dengan cara jumlah pemasukan
resep obat dibatasi agar tidak terjadi kesalahan pada obat hasil resep dokter. Pelayanan yang baik
dapat membuat citra baik perusahaan dimata masyarakat dan dapat melancarkan aktivitas
perusahaan dengan baik. Dan agar konsumen tidak berpindah ke produk lain atau merk lain.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1. Angiopora P Marius, Dasar-Dasar Pemasaran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1999) h.
2. Basu Swastha dan Irawan, Manajemen Pemasaran Analisis Perilaku Konsumen,
(Yoyakarta: Liberty, 2005) h. 349.
3. Cahyono, D., 2016, Pengaruh FaktorFaktor Individual dan Bauran Pemasaran Terhadap
Keputusan Pembelian Obat Lewat Resep Pada Apotek Rawat Jalan di Instalasi Farmasi
Rumah Sakit Jember Klinik, Jurnal Sains Manajemen dan Bisnis Indonesia, Vol. VI No.
2, Hal. 120- 132.
4. Danang Sunyoto, Perilaku Konsumen (Panduan Riset Sederhana untuk Mengenali
Konsumen), (
5. David W. Cravens, Pemasaran Strategis, (Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama) Edisi-4,
Jil-2., h. 57
6. Fandy Tjiptono. Dkk, Strategi Pemasaran, Andi Yogyakarta, (Yogyakarta: Andi
Yogyakarta, 2006), h. 465.
7. Firmansyah, A., 2015, Analisis Implementasi Strategi MarketingMixPada Manajemen
Pemasaran Supermarket Tip Top Dari Perspektif Etika Bisnis Islam, Skripsi, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
8. Isdaryadi, F., W., 2005, Bisnis Berwawasan Etika, Ombudsman, No. II, Hal 10-11.
9. Kasmir, Manajemen Pemasaran Bank, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004) Cet
Ke-5 h. 198
10. Kotler, P. And Keller, K., L., 2009, Marketing Management, Thirteenth Edition, PT.
Erlangga, Jakarta.
11. Philip Kotler, Dasar-Dasar Pemasaran, (Jakarta: Inter Media, 1987)
12. Ratih Hurriyati, Bauran Pemasaran & Loyalitas konsumen, (Bandung: Alfabeta, 2005)
13. Saiman, L., 2014, Kewirausahaan, Edisi Kedua, PT. Salemba Empat, Jakarta.
14. Sampurno, 2011, Manajemen Pemasaran Farmasi, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
15. Swasta dan Irawan, Manajemen Pemasaran Modern, (Yogyakarta: Prenada Media
Group, 2004) h.241
16. William J. Stanton, Prinsip-Prinsip Pemasaran, (Jakarta: Erlangga, 1996) h.137

Anda mungkin juga menyukai