Anda di halaman 1dari 2

1. https://search.proquest.com/docview/2130262193/fulltextPDF/DF22AD2F8F3B435CPQ/1?

accountid=17242
Should cyberloafing be allowed in the workplace
Kian-YeikKoayandPatrickChin-HooiSoh
HUMANRESOURCEMANAGEMENTINTERNATIONALDIGESTjVOL.26 NO.7 2018,pp.4-6,
©EmeraldPublishingLimited,ISSN0967-0734 DOI10.1108/HRMID-05-2018-010
2. https://search.proquest.com/docview/1948444912/fulltextPDF/B14237B2D86741B5PQ/1?
accountid=17242
A meta-analytic investigation of cyberloafing
Mercado, Brittany K; Giordano, Casey; Dilchert, Stephan
Career Development InternationalVol. 22 No. 5, 2017pp. 546-564© Emerald Publishing
Limited1362-0436DOI 10.1108/CDI-08-2017-0142
Dari beberapa artikel yag saya baca semua menyatakan bahwa cyberloafing merupakan perilaku
negatif untuk dilakukan ditempat kerja. Saya mengambil kesimpulan dari kedua jurnal diatas bahwa
meskipun menimbulkan dampak positif bagi karyawan, perilaku cyberloafing tetap dinilai memberi
ekses negatif bagi perusahaan. Terdapat 4 dampak negatif dari perilaku cyberloafing ditempat kerja,
yaitu:
a. membahayakan produktivitas mereka. suatu bentuk perilaku kontraproduktif kerja dengan
menghabiskan waktu yang berlebihan pada non-pekerjaan yang berhubungan dengan kegiatan
online.
b. mengancam keamanan jaringan, karena karyawan dapat secara tidak sengaja membuka situs
web atau link yang tidak dikenal yang mungkin berisi virus dan spyware. Hal ini dapat
menempatkan organisasi berisiko data sensitif diretas oleh pihak ketiga.
c. menyebabkan berkurangnya keterlibatan di tempat kerja karena karyawan tidak berinteraksi
dan membangun hubungan yang bermakna dengan kolega lain selama waktu luang mereka.
Sebaliknya, mereka menghabiskan waktu untuk bermain game online, surfing Facebook, atau
menonton YouTube.
d. dapat menyebabkan degradasi bandwidth dan kemacetan jaringan, sehingga tidak efisien
penggunaan sumber daya jaringan. Masalah ini dapat lebih jelas untuk usaha kecil atau
menengah yang biasanya memiliki anggaran terbatas untuk sumber daya jaringan.
Meskipun beberapa pendapat mengatakan bahwa cyberloafing dapat membantu karyawan untuk
mengurangi stres dan kelelahan kerja. Namun, karyawan tidak harus menghabiskan terlalu banyak
waktu untuk cyberloafing. Perusahaan dapat melakukan beberapa upaya untuk tetap mendapatkan
produktivitas karyawan yang maksimal, dan karyawan tetap nyaman dengan pekerjaannya. Perlu
desain peraturan penggunaan elektronik seperti internet dan smartphone di kantor, yang sejalan
dengan usaha-usaha meningkatkan persepsi keadilan organisasi di antara karyawan, sehingga
tingkat kedisiplinan karyawan meningkat, yang salah satunya ditunjukkan dengan absensi. Faktor
lain yang dapat menyebabkan cyberloafing seperti karakteristik pekerjaan, sikap kerja, dan
dukungan manajemen dalam penggunaan internet.
Beberapa upaya yang dilakukan oleh perusahaan untuk mencegah cyberloafing, diantaranya:
a. membuat kebijakan cyberloafing tentang Do & Don’t. Dan karyawan menandatangani
perjanjian penggunaan internet ketika mereka bergabung dengan perusahaan.
b. Mengedukasi karyawan tentang bahaya berselancar online, ancaman online, keamanan, dan
cyberloafing. Akan lebih bermanfaat bagi organisasi untuk mendidik tentang seluruh proses dan
kegiatan internet daripada hanya menargetkan pelaku cyberloafing.
c. Evaluasi norma sosial organisasi untuk menilai apakah mereka mempromosikan perilaku yang
diinginkan. Norma sosial dalam kelompok menciptakan harapan dan keyakinan normatif.
Penelitian telah melaporkan bahwa karyawan akan mengurangi perilaku cyberloafing jika
melihat ketidaksetujuan dari supervisor dan rekan kerja mereka. Manajemen dan pengawas
juga harus menetapkan contoh pribadi tidak untuk cyberloaf.
d. Membuat karyawan menyadari bahwa perusahaan mengamati penggunaan komputer mereka
dan bahwa manajer mereka memantau kinerja pekerjaan mereka setiap hari. Penelitian telah
menunjukkan bahwa kesadaran pengawasan kelembagaan sudah cukup untuk moderat
persepsi kontrol dan mengurangi cyberloafing. Oleh karena itu, untuk mengendalikan
cyberloafing, organisasi harus menerapkan strategi yang menggabungkan kebijakan
pencegahan, pemantauan elektronik, dan kinerja berdasarkan metrik.
e. Mendukung sikap yang mempromosikan lingkungan kerja yang positif. Karyawan yang
memahami lingkungan kerja yang menguntungkan memiliki probabilitas lebih rendah untuk
terlibat dalam perilaku cyberloafing atau menyimpang lainnya. Misalnya, kebijakan yang
mempromosikan lingkungan kepercayaan, respek, transparansi, dan kolaborasi. Dalam kasus
tersebut, kebijakan organisasi dapat memungkinkan karyawan untuk menggunakan komputer
untuk kegiatan pribadi di luar jam kerja. Selain itu, para manajer harus mempertimbangkan
sikap yang ringan terhadap cyberloafing ketika karyawan secara rutin menghadiri panggilan
kerja dan email setelah jam kerja.

Anda mungkin juga menyukai