Anda di halaman 1dari 10

Apa itu Konsili Nicea-Konstantinopel?

(Seri 4)

(Apakah Yesus “Dilantik” jadi Tuhan?)

Oleh : "Petrus" Dwi Lengga Tegar Zebua

Konsili dimulai! 20 Mei tahun 325, merupakan awal dan pembukaan


konsili yang diselenggarai oleh para uskup dan di dukung serta dibantu oleh
Kaisar Konstantinus Agung yang telah menjadi Kristen bersama ibunya yang
bernama Helena (Permaisuri Ratu Helena). Menurut catatan yang ada,
sebenarnya ada 1800 Penilik Jemaat/Uskup yang diundang untuk menghadiri
konsili ini, namun yang datang hanyalah 318 uskup perwakilan per wilayah,
mulai dari Timur ke Barat (Malankara India - Spanyol) dan dari Utara ke Selatan
(Jerman – Ethiopia). Arius pada awalnya datang bersama 22 uskup
pendukungnya yang dipimpin oleh Eusebius dari Nikomedia, sahabat karib
Arius. Banyak sekali uksup terkenal yang datang pada Konsili tersebut, dari
buku yang bisa penulis kutip, yakni Salam Ya Bunda! Terbitan Basilius Andrew
Lucas T. (Surabaya) bersama Proto-Presbyter Yohanes Bambang W.
(Mojokerto), adapun beberapa uskup terkenal yang datang diantaranya ialah :
 Patriakh/Paus Alexander dari Aleksandria (Mesir)
 Patriarkh Eustathios dari Antiokhia (Syria)
 Pafnutios dari Thebes (Mesir)
 Potamon dari Heraclea (Turki)
 Eusebius dari Kaisarea (Israel)
 Nikolas (Sinterklas : Fiksi) dari Myra (Turki)
 Yohanes (Uskup Persia dan India)
 Theofilus (Uskup Kaum Goth/Jerman)
 Stratofilus (Georgia)
 Marhus dari Calabria (Italia)
 Cecilianus dari Kartago (Libia)
 Hosius dari Cordoba (Spanyol)
 Nicasius dari Die (Prancis)
 Dsb.

-Ikonografi Para Rasul, Murid para Rasul (Bapa Apostolik), Bapa


Pembela Iman (Bapa Apologi), Bapa Konsili Ekumenis.
Sumber : https://syamor.org/author/kreselubung/page/2/

Dari data diatas, kita melihat bahwa Konsili Nikea bukanlah konsili yang
“sejarahnya sudah hilang dan dipalsukan atau ditutup-tutupi”, melaikan suatu
Konsili yang murni membahas ajaran Arius yang telah menyeleweng, dan tanpa
ada intervensi/campur tangan dari Pemerintahan Kekaisaran Konstantinus
Agung. Kaisar Konstantinus hanya membantu membiayai, oleh karena Kaisar
tidak ingin negaranya kacau balau, hanya karena masalah Doktrin Gereja.
Adapun Agenda dari Konsili Nicea sendiri membahas hal-hal berikut :
1. Pertanyaan kaum Arian mengenai hubungan antara Allah Bapa dan
Allah Putra (bukan hanya mengenai inkarnasi Putra sebagai Yesus, tetapi
juga mengenai kodrat Putra sebelum penciptaan dunia ini); yaitu apakah
Bapa dan Putra satu dalam kehendak ilahi saja atau juga satu hakikat?

2. Waktu perayaan Paskah

3. Skisma Meletia (Golongan Skismatik/pecahan Pengikut Meletia)

4. Beragam hal terkait disiplin gereja, yang menghasilkan dua puluh kanon
 Struktur Gereja: difokuskan pada pengurutan Episkopat/Uskup
 Martabat kaum klerus: isu-isu penahbisan di semua level serta
kesesuaian perilaku dan latar belakang bagi imam
 Rekonsiliasi orang yang murtad: menetapkan norma-norma
untuk silih dan tanda pertobatan di hadapan publik
 Penerimaan kembali kaum bidah dan skismatik ke dalam Gereja:
termasuk isu-isu seputar kapan dibutuhkan penahbisan dan/atau
pembaptisan ulang
 Praktik liturgis: termasuk penempatan para diakon, dan praktik berdiri
saat doa selama perayaan liturgi (sumber : www.wikipedia.org)
Sekali lagi, agenda tersebut bukan bertujuan untuk membentuk ajaran
kristen, namun menetapkan kesatuan ajaran serta norma penting dalam
kehidupan gereja yang am, karena pada masa itu beberapa Uskup pada
umumnya diperbolehkan untuk menikah, namun ada berbagai banyak hal yang
mendasari pertimbangan ulang sehingga jenjang Keuskupan sesuai hasil Konsili
dianjurkan untuk tidak menikah atau selibat.
Mengenai waktu paskah yang mulanya berkaitan dengan Paskah Yahudi,
Konsili memutuskan untuk merayakan Paskah pada hari Minggu pertama
setelah equinox musim semi, bebas dari Kalender Ibrani Alkitab (lihat :
Quartodecimanisme), dan memberikan wewenang kepada Uskup Alexandria
untuk mengumumkan setiap tahunnya tanggal yang persis kepada rekan-rekan
uskupnya.
Praktik Liturgis yang dikanonkan bukanlah membentuk sistem tata
ibadah baru, melainkan penetapan Gereja secara umum mengenai
ditertibkannya penerimaan Sakramen Ekaristi (Perjamuan Suci) yang di awali
oleh Uskup (jika ada uskup), dilanjutkan oleh Imam (Presbiter/penatua)
kemudian diberikan pada diaken, setelah itu baru Umat Awam menerimanya.
Hal tersebut dikanonkan oleh karena pada masa itu penerimaan roti
perjamuan masih tergolong bebas dan acak. Kanon mengenai praktik liturgis
juga adalah mengenai larangan bersujud pada hari Minggu dan perayaan
besar (masih di lestarikan di Gereja Haluan Timur), hal ini meneruskan
kebiasaan praktik Liturgi di Bait Allah dan Sinagoga yang melarang persujudan
pada hari-hari raya tertentu. Gereja yang Kudus akhirnya meneruskan hal
tersebut, namun dimaknai secara Kristosentris dimana larangan persujudan
ada hubungannya dengan Karya Kristus yang melakukan “Karya Penebusan dan
Penyelamatan” dan yang sekaligus menggenapi Hari Raya “bayangan” dalam
hukum taurat yang masih samar-samar.

Lalu bagaimana jalannya konsili ini?


JALANNYA KONSILI NIKEA

Arius dengan gagahnya dan beraninya maju ke hadapan para uskup dan
seluruh anggota sidang Nikea. Arius dipersilahkan terlebih dahulu untuk
menyampaikan semua ajarannya. 318 Uskup yang hadir semuanya serempak
mendengarkan dengan khidmat apa yang disampaikan oleh Arius. Dalam Seri
sebelumnya (seri 3), sudah dijelaskan apa yang Arius ajarkan. Tak kuasa
menahan emosi atas semua ucapan Arius, seorang Uskup terkenal yang
menjadi “Tokoh Kebanggaan Russia”, yakni Santo Nikolas dari Myra/Palmyra
yang kita kenal sebagai Sinterklas (dalam cerita Fiksi salah satu promosi
produk minuman bersoda terkenal berinisial CC) mulai berdiri dan
menghentikan pidato Arius. Bapa Nikolas pun menghantam Arius dengan satu
pukulan keras diwajahnya, sehingga semua dewan sidang Nikea , baik para
uskup maupun golongan kekaisaran tidak setuju atas perbuatannya dan Kaisar
Konstantinus pun menjatuhkan hukuman penjara kepada Bapa Nikolas atas
perilakunya.

Hal ini menjadi bukti bahwa Kaisar tidak pernah membuat ajaran
Trinitas dan tidak pernah berniat untuk mengubah ajaran gereja. Atas
Kehendak Allah sendiri, Allah mengijinkan Pemukulan Arius oleh Bapa Nikolas
serta dipenjarakannya beliau atas perbuatannya, menjadi suatu tanda
“bersihnya Konsili Nikea” dari campur tangan Kaisar, sebab selama ini sering
terdengar fitnah bahwa Kaisar Konstantinus lah yang membuat ajaran Trinitas
dan menekan para uskup mengakui Trinitas, padahal sudah kita lihat bahwa
Seorang Pembela Doktrin Tritunggal seperti Bapa Nikolas saja dipenjarakan
oleh karena perilakunya. Bapa Nikolas dibawa ke penjara dan jubah
keuskupannya dicopot. Oleh doa dan pengakuan dosa yang dilakukan oleh
beliau, Bapa Nikolas pun mendapat mujizat untuk dilepaskan dari jeruji besi di
tangannya, dan menerima kembali Jubah Keuskupan yang baru langsung dari
Tuhan Yesus dan Bunda Maria dalam suatu pengelihatan. Mujizat ini membuat
pengawal yang berjaga pun kebingungan dan akhirnya melaporkan hal
tersebut pada Kaisar Konstantinus.
Kembali ke jalan cerita. Sidang pun berlanjut, sekalipun Bapa Nikolas dari
Myra harus dipenjarakan oleh karena penamparan yang beliau lakukan
terhadap Arius. Arius mulai di atas angin oleh kepandaiannya pada saat
berdialog dan menjelaskan imannya. Tak disangka, seorang pemuda yang
ditahbis menjadi Diakon pada tahun 318 oleh Patriakh Alexander, yang
bernama Athanasius, mulai menyanggah semua pendapat dan ajaran yang
dikumandangkan oleh Arius.
Banyak sekali ungkapan terkenal dari Bapa Athanasius yang berkaitan
dengan konsili selama 2 bulan itu, diantaranya :
 Hanya Sang Penebus sendiri, yang pada permulaan menciptakan segala
sesuatu dari yang tidak ada, dapat mengembalikan yang bejat menjadi
tidak binasa; tidak ada yang dapat menciptakan kembali orang-orang
dalam rupa Allah, kecuali rupa Allah itu sendiri. Tidak lain Tuhan kita
Yesus Kristus, yang adalah Hidup itu sendiri, yang dapat membuat yang
fana menjadi kekal. Tidak satu kecuali firman, yang memerintah segala
sesuatu dan yang adalah Anak yang sejati dan tunggal dari Sang Bapa,
yang dapat mengajar manusia tentang Sang Bapa dan membinasakan
pemujaan berhala. (De lncarnatione Verbi / Inkarnasi Firman 4, 20,
54)

 Sekiranya Ia [Firman] hanya makhluk, orang tidak akan beribadah


kepada-Nya dan Ia tidak pula dibicarakan [dalam Alkitab]. Tetapi
kenyataannya adalah bahwa Ia adalah turunan sejati dari hakikat Allah
yang disembah. Ia adalah Anak Allah menurut tabiat-Nya dan bukan
makhluk (3 rationes Contra Arianos / Pidato-pidato Melawan Kaum
Arian 2:24, 33)

- Disadur dari : Bio-Kristi Sabda.


Sebenarnya masih banyak tulisan dari pemikiran Bapa Athanasius,
namun penulis hanya mengutip 2 tulisan yang berkaitan dengan Konsili
tersebut. Hal ini sudah sangat menunjukkan bahwa konsili nikea bukanlah
sidang untuk mengangkat Yesus menjadi Tuhan! Melainkan suatu sidang yang
membahas kesalah pahaman Arius mengenai posisi dan hubungan Kristus
dengan Allah Bapa.
Singkatnya, konsili pun terus berlanjut selama 2 bulan. Konsili ini
berakhir dengan Kemenangan Para Bapa Gereja. Ajaran Arius di anathema,
jubah keimaman dicopot, dan karyanya yang berjudul Thalia banyak yang
dibakar. Arius pun memisahkan diri dari Gereja yang Katolik (Umum/Am) dan
tetap menyebarkan ajarannya dimanapun berada.
Dari Konsili Nikea inilah, kita mendapat Sebuah Tradisi Pengakuan Iman
Rasuli dari Gereja Protestan dan Katolik yang berbunyi :

- Sumber :
https://dedewijaya.wordpress.com/2015/11/03/pengakuan-iman-
rasuli/
-Sumber : https://4.bp.blogspot.com/-FT-0EKIfuKw/V-
4sBQCoM6I/AAAAAAAAAFU/RDh89meph0kEqtLMA87B9J2sVwvfE
RlKgCLcB/s1600/Pengakuan%2Biman%2Bkatolik.jpg
Sementara, Di Gereja Timur, Baik Kalangan Orthodox Timur (dan
Persekutuan Gereja Orthodox Barat), Orthodox Oriental, dan Assiria Timur,
tetap memakai Pengakuan Iman Nikea-Konstantinopel, yang berbunyi

- Sumber : Salam Ya Bunda! (Orthodox Center Surabaya)


Memang ada saat dimana Arius “bertobat” dan berjanji “melawan
ajarannya sendiri”, oleh karena dibujuk oleh Kaisar Konstantinus dan menjadi
pengajar di Istana. Apa daya, Arius tetaplah Arius. Ia kembali mengajarkan
bahwa Firman Allah adalah Makhluk dan Menolak Keilahian Yesus. Bahkan
lawan tandingnya, yakni Bapa Athanasius yang kala itu menjadi Patriakh
menggantikan Patriakh Alexander, dicopot dari jubah keimaman, dikejar,
dianiaya, dan dibuang ke Jerman hingga wafatnya sebagai seorang Kudus.
Sekalipun Bapa Athanasius dipenjarakan dan dibuang dari Kursi
Kepatriakhan di Alexandria, beliau tetap menulis banyak karya, diantaranya :
 Karya-karya anti-Arianisme. Yang paling dikenal adalah karyanya yang
terpanjang, 3 Orationes Contra Arianos (Pidato-pidato Melawan Kaum
Arian).
 Karya-karya Apologia. Athanasius menulis apologia dalam dua
bagian: Oratio Contra Gentes (Melawan Orang Kafir) dan De Incarnatione
Verbi (Inkarnasi Firman). Menurut tradisi, karya ini dianggap ditulis pada
tahun 318, yaitu sebelum kontroversi Arianisme.
 Surat-surat Paskah. Setiap tahun Athanasius menulis surat kepada
gereja-gereja di Mesir, yang nantinya dibaca pada hari Paskah. Suratnya yang
ke-367 itu penting karena di dalamnya untuk pertama kali dimuat kanon
(daftar kitab-kitab) Perjanjian Baru, tepat seperti yang kita kenal sekarang.
 Vita S. Antonii (Riwayat Hidup Antonius), yang oleh Athanasius
digambarkan sebagai rahib pertama. Pada abad ke-2 dan ke-3 ada orang
yang hidup sebagai pertapa -- tidak menikah, hidup dalam kemiskinan dan
mengabdikan diri dengan berdoa dan berpuasa.

- Disadur dari : Bio-Kristi Sabda

Lalu Bagaimanakah Kelanjutan kisah ini? Apakah Arius tetap berjaya?


Apakah ajarannya terus berkembang setelah ia menjadi pengajar di Istana?
Benarkah Kaisar Konstantinus menjadi seorang pengikut Arius?

-Bersambung..

Anda mungkin juga menyukai