(Seri 4)
Dari data diatas, kita melihat bahwa Konsili Nikea bukanlah konsili yang
“sejarahnya sudah hilang dan dipalsukan atau ditutup-tutupi”, melaikan suatu
Konsili yang murni membahas ajaran Arius yang telah menyeleweng, dan tanpa
ada intervensi/campur tangan dari Pemerintahan Kekaisaran Konstantinus
Agung. Kaisar Konstantinus hanya membantu membiayai, oleh karena Kaisar
tidak ingin negaranya kacau balau, hanya karena masalah Doktrin Gereja.
Adapun Agenda dari Konsili Nicea sendiri membahas hal-hal berikut :
1. Pertanyaan kaum Arian mengenai hubungan antara Allah Bapa dan
Allah Putra (bukan hanya mengenai inkarnasi Putra sebagai Yesus, tetapi
juga mengenai kodrat Putra sebelum penciptaan dunia ini); yaitu apakah
Bapa dan Putra satu dalam kehendak ilahi saja atau juga satu hakikat?
2. Waktu perayaan Paskah
4. Beragam hal terkait disiplin gereja, yang menghasilkan dua puluh kanon
Struktur Gereja: difokuskan pada pengurutan Episkopat/Uskup
Martabat kaum klerus: isu-isu penahbisan di semua level serta
kesesuaian perilaku dan latar belakang bagi imam
Rekonsiliasi orang yang murtad: menetapkan norma-norma
untuk silih dan tanda pertobatan di hadapan publik
Penerimaan kembali kaum bidah dan skismatik ke dalam Gereja:
termasuk isu-isu seputar kapan dibutuhkan penahbisan dan/atau
pembaptisan ulang
Praktik liturgis: termasuk penempatan para diakon, dan praktik berdiri
saat doa selama perayaan liturgi (sumber : www.wikipedia.org)
Sekali lagi, agenda tersebut bukan bertujuan untuk membentuk ajaran
kristen, namun menetapkan kesatuan ajaran serta norma penting dalam
kehidupan gereja yang am, karena pada masa itu beberapa Uskup pada
umumnya diperbolehkan untuk menikah, namun ada berbagai banyak hal yang
mendasari pertimbangan ulang sehingga jenjang Keuskupan sesuai hasil Konsili
dianjurkan untuk tidak menikah atau selibat.
Mengenai waktu paskah yang mulanya berkaitan dengan Paskah Yahudi,
Konsili memutuskan untuk merayakan Paskah pada hari Minggu pertama
setelah equinox musim semi, bebas dari Kalender Ibrani Alkitab (lihat :
Quartodecimanisme), dan memberikan wewenang kepada Uskup Alexandria
untuk mengumumkan setiap tahunnya tanggal yang persis kepada rekan-rekan
uskupnya.
Praktik Liturgis yang dikanonkan bukanlah membentuk sistem tata
ibadah baru, melainkan penetapan Gereja secara umum mengenai
ditertibkannya penerimaan Sakramen Ekaristi (Perjamuan Suci) yang di awali
oleh Uskup (jika ada uskup), dilanjutkan oleh Imam (Presbiter/penatua)
kemudian diberikan pada diaken, setelah itu baru Umat Awam menerimanya.
Hal tersebut dikanonkan oleh karena pada masa itu penerimaan roti
perjamuan masih tergolong bebas dan acak. Kanon mengenai praktik liturgis
juga adalah mengenai larangan bersujud pada hari Minggu dan perayaan
besar (masih di lestarikan di Gereja Haluan Timur), hal ini meneruskan
kebiasaan praktik Liturgi di Bait Allah dan Sinagoga yang melarang persujudan
pada hari-hari raya tertentu. Gereja yang Kudus akhirnya meneruskan hal
tersebut, namun dimaknai secara Kristosentris dimana larangan persujudan
ada hubungannya dengan Karya Kristus yang melakukan “Karya Penebusan dan
Penyelamatan” dan yang sekaligus menggenapi Hari Raya “bayangan” dalam
hukum taurat yang masih samar-samar.
Arius dengan gagahnya dan beraninya maju ke hadapan para uskup dan
seluruh anggota sidang Nikea. Arius dipersilahkan terlebih dahulu untuk
menyampaikan semua ajarannya. 318 Uskup yang hadir semuanya serempak
mendengarkan dengan khidmat apa yang disampaikan oleh Arius. Dalam Seri
sebelumnya (seri 3), sudah dijelaskan apa yang Arius ajarkan. Tak kuasa
menahan emosi atas semua ucapan Arius, seorang Uskup terkenal yang
menjadi “Tokoh Kebanggaan Russia”, yakni Santo Nikolas dari Myra/Palmyra
yang kita kenal sebagai Sinterklas (dalam cerita Fiksi salah satu promosi
produk minuman bersoda terkenal berinisial CC) mulai berdiri dan
menghentikan pidato Arius. Bapa Nikolas pun menghantam Arius dengan satu
pukulan keras diwajahnya, sehingga semua dewan sidang Nikea , baik para
uskup maupun golongan kekaisaran tidak setuju atas perbuatannya dan Kaisar
Konstantinus pun menjatuhkan hukuman penjara kepada Bapa Nikolas atas
perilakunya.
Hal ini menjadi bukti bahwa Kaisar tidak pernah membuat ajaran
Trinitas dan tidak pernah berniat untuk mengubah ajaran gereja. Atas
Kehendak Allah sendiri, Allah mengijinkan Pemukulan Arius oleh Bapa Nikolas
serta dipenjarakannya beliau atas perbuatannya, menjadi suatu tanda
“bersihnya Konsili Nikea” dari campur tangan Kaisar, sebab selama ini sering
terdengar fitnah bahwa Kaisar Konstantinus lah yang membuat ajaran Trinitas
dan menekan para uskup mengakui Trinitas, padahal sudah kita lihat bahwa
Seorang Pembela Doktrin Tritunggal seperti Bapa Nikolas saja dipenjarakan
oleh karena perilakunya. Bapa Nikolas dibawa ke penjara dan jubah
keuskupannya dicopot. Oleh doa dan pengakuan dosa yang dilakukan oleh
beliau, Bapa Nikolas pun mendapat mujizat untuk dilepaskan dari jeruji besi di
tangannya, dan menerima kembali Jubah Keuskupan yang baru langsung dari
Tuhan Yesus dan Bunda Maria dalam suatu pengelihatan. Mujizat ini membuat
pengawal yang berjaga pun kebingungan dan akhirnya melaporkan hal
tersebut pada Kaisar Konstantinus.
Kembali ke jalan cerita. Sidang pun berlanjut, sekalipun Bapa Nikolas dari
Myra harus dipenjarakan oleh karena penamparan yang beliau lakukan
terhadap Arius. Arius mulai di atas angin oleh kepandaiannya pada saat
berdialog dan menjelaskan imannya. Tak disangka, seorang pemuda yang
ditahbis menjadi Diakon pada tahun 318 oleh Patriakh Alexander, yang
bernama Athanasius, mulai menyanggah semua pendapat dan ajaran yang
dikumandangkan oleh Arius.
Banyak sekali ungkapan terkenal dari Bapa Athanasius yang berkaitan
dengan konsili selama 2 bulan itu, diantaranya :
Hanya Sang Penebus sendiri, yang pada permulaan menciptakan segala
sesuatu dari yang tidak ada, dapat mengembalikan yang bejat menjadi
tidak binasa; tidak ada yang dapat menciptakan kembali orang-orang
dalam rupa Allah, kecuali rupa Allah itu sendiri. Tidak lain Tuhan kita
Yesus Kristus, yang adalah Hidup itu sendiri, yang dapat membuat yang
fana menjadi kekal. Tidak satu kecuali firman, yang memerintah segala
sesuatu dan yang adalah Anak yang sejati dan tunggal dari Sang Bapa,
yang dapat mengajar manusia tentang Sang Bapa dan membinasakan
pemujaan berhala. (De lncarnatione Verbi / Inkarnasi Firman 4, 20,
54)
- Sumber :
https://dedewijaya.wordpress.com/2015/11/03/pengakuan-iman-
rasuli/
-Sumber : https://4.bp.blogspot.com/-FT-0EKIfuKw/V-
4sBQCoM6I/AAAAAAAAAFU/RDh89meph0kEqtLMA87B9J2sVwvfE
RlKgCLcB/s1600/Pengakuan%2Biman%2Bkatolik.jpg
Sementara, Di Gereja Timur, Baik Kalangan Orthodox Timur (dan
Persekutuan Gereja Orthodox Barat), Orthodox Oriental, dan Assiria Timur,
tetap memakai Pengakuan Iman Nikea-Konstantinopel, yang berbunyi
-Bersambung..