Anda di halaman 1dari 10

EFEKTIFITAS DAUN KATUK, PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PRODUKSI ASI

IBU MENYUSUI DI WILAYAH PUSKESMAS DEMPET KABUPATEN DEMAK


TAHUN 2020

Khoirur Rohmah1, Indanah2, Rizka Himawan3


ABSTRAK
Latar belakang : Produksi ASI dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang langsung misalnya,
perilaku menyusui, psikologis ibu, fisiologis ibu, ataupun yang tidak langsung misalnya, sosial
kultural dan bayi, yang akan berpengaruh terhadap psikologis ibu. Perasaan ibu yang tidak yakin bisa
memberikan ASI pada bayi akan menyebabkan penurunan hormon oksitosin sehingga ASI tidak dapat
keluar segera setelah melahirkan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan ibu dan keluarga, untuk
meningkatkan produksi ASI diperlukan hormon oksitosin, pada ibu setelah melahirkan dapat
melakukan pijat oksitosin dan daun katuk..
Tujuan : untuk mengetahui Efektifitas Daun Katuk, Pijat Oksitosin Terhadap Produksi Asi Ibu
Menyusui Di Wilayah Puskesmas Dempet Kabupaten Demak
Metode : Adapun penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian ini merupakan
penelitian eksperimen semu (Quasy experimental).. Dengan jumlah responden 15 responden.
Hasil : Hasil analisis statistik uji wicoxon diperoleh untuk pijat oksitosin p value = 0.046, untuk daun
katuk p value = 0.038 dan untuk pendidikan kesehatan p value = 0.317 .
Kesimpulan : Hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa ada Efektifitas Daun Katuk, Pijat Oksitosin
Terhadap Produksi Asi Ibu Menyusui Di Wilayah Puskesmas Dempet Kabupaten Demak

Kata kunci : Daun Katuk, Pijat Oksitosin Produksi Asi Ibu Menyusui

❑1 I Mahasiswa Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus


❑2 IDosen Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus

ABSTRACT
Background: Breast milk production is influenced by several factors, both direct, for example,
breastfeeding behavior, maternal psychology, maternal physiology, or indirectly, for example, socio-
culture and babies, which will affect the mother's psychology. The feeling of the mother who is not
sure whether she can give breast milk to the baby will cause a decrease in the hormone oxytocin so
that milk cannot come out immediately after giving birth. One of the efforts that mothers and their
families can do is to increase milk production, the hormone oxytocin is needed. After giving birth,
mothers can do oxytocin and katuk leaf massage.
Objective: to determine the effectiveness of katuk leaves, oxytocin massage on breastfeeding
production of breastfeeding mothers in the area of Dempet Health Center, Demak Regency
Methods: The research used in this study is a quasi-experimental research (Quasy experimental). The
number of respondents was 15 respondents.
Results: The results of the wicoxon test statistical analysis were obtained for oxytocin massage p
value = 0.046, for katuk leaves p value = 0.038 and for health education p value = 0.317.
Conclusion: It can be concluded that there is the effectiveness of Katuk Leaves, Oxytocin Massage on
Breastfeeding Production for Nursing Mothers in the Dempet Health Center, Demak Regency.

Keywords: Katuk Leaves, Oxytocin Massage for Breastfeeding Mothers


❑1 I Students of Nursing University Muhammadiyah Kudus
❑2 ILecturer of Nursing Science University Muhammadiyah Kudus

PENDAHULUAN
Persentase pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Jawa Tengah pada tahun 2018
sebesar 65,57 %, meningkat bila dibandingkan persentase pemberian ASI eksklusif tahun 2017
yaitu 54,4 %. Kabupaten/kota dengan persentase pemberian ASI eksklusif tertinggi adalah Klaten
yaitu 98,36 % dan terendah adalah Pemalang yaitu 23,32 %. (Dinkes Jateng, 2018). Berdasarkan
data Profiil Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Demak tahun 2010 pencapaian pemberian ASI
eksklusif di kabupaten Demak mencapai 5.331 bayi (50,64%). Jumlah ini juga masih belum
memenuhi targetan yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM) yaitu 80% Target
pencapaian pemberian ASI eksklusif nasional sekitar 80%, sedangkan target pencapaian
pemberian ASI eksklusif di Jawa Tengah sekitar 55% (DKK Demak, 2011).

Produksi ASI dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang langsung misalnya, perilaku
menyusui, psikologis ibu, fisiologis ibu, ataupun yang tidak langsung misalnya, sosial kultural
dan bayi, yang akan berpengaruh terhadap psikologis ibu (Nurliawati, 2010). Menurut Djami,
dkk (2013) faktor – faktor yang dapat mempengaruhi pemberian ASI eksklusif antara lain
karakteristik ibu (pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, usia, paritas dan etnis), karakteristik bayi
(berat lahir dan kondisi kesehatan bayi), lingkungan (keyakinan, dukungan keluarga, tempat
tinggal dan sosial ekonomi) dan pelayanan kesehatan (pemeriksaan kehamilan, konseling laktasi,
tempat persalinan, penolong persalinan dan kebijakan). Semua faktor tersebut memiliki
kontribusi tersendiri dalam terciptanya perilaku yang diharapkan dalam pemberian ASI eksklusif.
(Djami, 2013). Produksi ASI yang kurang menyebabkan kegagalan pemberian ASI untuk bayi.
Perasaan ibu yang tidak yakin bisa memberikan ASI pada bayi akan menyebabkan penurunan
hormon oksitosin sehingga ASI tidak dapat keluar segera setelah melahirkan. (Astutik,2014).

Salah satu upaya yang dapat dilakukan ibu dan keluarga, untuk meningkatkan produksi ASI
diperlukan hormon oksitosin, pada ibu setelah melahirkan dapat melakukan pijat oksitosin. Pijat
oksitosin merupakan pemijatan sepanjang tulang belakang (tulang vertebrae sampai tulang coste
kelima-enam). Pijat oksitosin dilakukan pada ibu postpartum dengan durasi 3 menit dan
frekuensi pemberian pijatan 2 kali sehari. Pijat ini tidak harus dilakukan oleh petugas kesehatan
tetapi dapat dilakukan oleh suami atau keluarga yang lain. Mekanisme kerja dalam pelaksanaan
pijat oksitosin merangsang saraf dikirim ke otak sehingga hormon oksitosin dapat dikeluarkan
dan mengalir kedalam darah kemudian masuk ke payudara dan menyebabkan otot-otot sekitar
alveoli berkontraksi dan membuat ASI mengalir (Nove, 2017). Penelitian yang dilakukan oleh
Nove (2017) didapatkan hasil produksi ASI meningkat pada 68,7 % sampel setelah dilakukan
pijat oksitosin dibanding sampel yang tidak dilakukan pijat oksitosin. Sedangkan kadar hormon
oksitosin didapatkan meningkat pada 68,7 % sampel dibanding sampel yang tidak dilakukan pijat
oksitosin. Hormon oksitosin dapat merangsang kontraksi sel mioepitel yang mengelilingi
mammae, fungsi fisiologik ini meningkatkan gerakan ASI kedalam ductus alveolaris dan
memungkinkan terjadinya ejeksi ASI (Nove, 2017).
Katuk atau Sauropus androgynus merupakan tanaman yang mudah tumbuh di Indonesia.
Daunnya berwarna hijau gelap yang mengandung sumber klorofil yang berguna untuk
peremajaan sel dan bermanfaat untuk sistem sirkulasi. Daun katuk merupakan alternatif
pengobatan yang potensial karena memiliki banyak vitamin dan nutrisi. Senyawa aktif yang
efektif pada kandungan daun katuk meliputi karbohidrat, protein, glikosida, saponin, tanin,
flavonoid, sterol, alkaloid yang berkhasiat sebagi antidiabetes, antiobesitas, antioksidan,
menginduksi laktasi, antiinflamasi dan anti mikroba. (Selvi dan Bhaskar, 2012). Ibu menyusui
yang mengkonsumsi ekstrak daun katuk dengan dosis 2x dan 3x sehari memiliki pengaruh yang
bermakna terhadap kadar hormon prolaktin dalam darah (Nurjanah et al, 2017). Penelitian yang
dilakukan oleh Soraya (2016), didapatkan hasil bahwa seluruh responden (100%) setelah
mengonsumsi daun katuk memiliki volume produksi ASI > 1cc. Sedangkan seluruh responden
(100%) yang tidak mengonsumsi daun katuk memiliki volume produksi ASI 0 – 0,5 cc. Produksi
ASI meningkat karena dalam daun katuk mengandung alkaloid dan sterol Kandungan alkaloid
dan sterol dari daun katuk dapat meningkatkan produksi ASI menjadi lebih banyak karena dapat
meningkatkan metabolisme glukosa untuk sintesis laktosa sehingga produksi ASI meningkat
(Soraya, Tara 2016).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Perbedaan efektifitas antara Daun Katuk dengan
Pijat Oksitosin Terhadap Produksi ASI Ibu Menyusui di Wilayah Puskesmas Dempet Kabupaten
Demak.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilakukan Di Wilayah Kerja Puskesmas Dempet Kabupaten Demak yang
terletak di desa Dempet, jalan raya Dempet-Gajah KM 1 Dempet Kecamatan Dempet Kabupaten
Demak, dengan luas tanah 2000m2.
penelitian kali ini dilakukan pada bulan Oktober 2020 dengan judul Efektifitas Daun
Katuk, Pijat Oksitosin Terhadap Produksi Asi Ibu Menyusui Di Wilayah Puskesmas Dempet
Kabupaten Demak dengan jumlah responden 15 responden.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (Quasy experimental). Dalam
penelitian ini menggunakan desain penelitian pre-test and post-test control grup dengan satu
kelompok dilakukan intervensi sesuai dengan metode yang dikehendaki, kelompok lainnya
dilakukan sebagai kelompok control. Desain penelitian dalam penelitian ini dapat
diilustrasikan sebagai berikut:
Bentuk rancangan ini adalah sebagai berikut :
E O1 x1 O2
E O3 x2 O4
C O6 x3 O7
Keterangan:
R : Kelompok Eksperimen
C : Kelompok kontrol
O1 O3, O6 : Kedua kelompok tersebut diobservasi dengan pre test.
O2 : Produksi ASI Ibu Menyusui sesudah diberikan Daun Katuk,
O4 : Produksi ASI Ibu Menyusui sesudah diberikan Pijat Oksitosin

X1 : Daun Katuk,
X2 : Pijat Oksitosin
X3 : Pendidikan kesehatan
1. Jenis dan Metode Pengumpulan Data
a. Jenis Data
Tehnik pengumpulan data sangat mempengaruhi kualitas data hasil
penelitian. Tehnik pengumpulan data adalah ketepatan cara- cara yang digunakan
untuk mengumpulkan data penelitian. Dilihat dari sumber datanya, maka
pengumpulan data dapat menggunakan 2 sumber data yaitu:
1.) Data Primer
Data primer adalah data yang secara langsung diambil dari objek
penelitian oleh peneliti perorangan atau organisasi (Notoatmodjo, 2012).
Data primer diperoleh dengan melakukan observasi kepada responden saat
penelitian untuk mengambil data.
2.) Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang didapat tidak secara langsung dari
objek penelitian (Notoatmodjo, 2012).
Data sekunder dari penelitian ini didapatkan dari pendokumentasian
yang telah dilakukan oleh pihak Puskesmas yang dituangkan kedalam
berkas rekam medik pasien.
2. Prosedur Sampel dan Sampel Penelitian
a. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus benar-benar mewakili
(representatif)) besarnya sampel dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini
menggunakan total sampling, jadi semua populasi dijadikan sampel. Oleh karena itu
dijadikan jumlah sampel dalam penelitian ini 15 responden dan dibagi menjadi 2
kelompok, kelompok intervensi terdiri kelompok pijat oxsitosin 5 responden,
kelompok daun katuk 5 respondem dan kelompok kontrol 5 responden. sesuai
dengan kriteria inklusi dan eksklusi.
3. Definisi Operasional Variabel Penelitian dan Skala Pengukur
Tabel 3.2
Variabel Definisi Alat Ukur dan Hasil Skala
Operasional cara ukur Ukur
independen Merupakan pemberian Lembar 1. Mendapatka Nominal
daun katuk dedaunan herbal untuk Observasi n daun katuk
memperlancar produksi berdasark 40 mg
asi an Sap dimasak
menggunaka
n air 200 cc
dua kali
dalam
seminggu
independen Merupakan pemijatan Lembar 1. Mendapatka Nominal
Pijat tulang belakang pada Observasi n pijat
oksitosin costa (tulang rusuk) ke berdasark oksitosin 2
5-6 sampai ke scapula an Sap kali dalam
(tulang belikat) yang seminggu
akan menyebabkan
kontraktilitas mioepitel
payudara sehingga
dapat meningkatkan
pemancaran ASI dari
kelenjar mammae
Dependen Merupakan Ceklist 1. Baik Ordina
produksi asi Peningkatan =3 l
ibu menyusui produksi asi yang 2. Kuran
ditandai dengan BB, g baik
BAK dan BAB <3

4. Instrument penelitian
Instrument penelitian yaitu suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena
alam maupun social yang diamati (variabel pnelitian) ( Sulistyaningsih,2011)
5. Teknik Pengolahan Analisa dan Analisis Data
a. Teknik pengolahan data menurut Hidayat (2011) setelah data terkumpul, maka proses
pengolahan data dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh
atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau
setelah data terkumpul. Editing dalam penelitian ini meliputi karakteristik
responden (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan lama menjalani
hemodialisis).
2) Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode pada data.
3) Data entry
Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam
master table atau database komputer. Kemudian membuat distribusi frekuensi
sederhana atau dengan membuat tabel kontingesti.
4) Cleaning
Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang dimasukkan
dilakukan bila terdapat kesalahan dalam memasukkan data yaitu dengan melihat
distribusi frekuensi dari variabel-variabel yang diteliti prosedur pengumpulan
data.
b. Analisis Data
1) Analisis Univariat
Analisa data numerik, data yang telah selesai dikumpulkan disajikan dalam bentuk
distribusi frekuensi dan presentase analisis data menggunakan program komputer.
2) Analisis Bivariat
Analisis bivariat yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menghitung
Produksi ASI Ibu Menyusui di Wilayah Puskesmas Dempet Kabupaten Demak
sebelum dan sesudah diberikan Daun Katuk, Pijat Oksitosin
Dalam penelitian ini data tidak berdistribusi normal ( p < 0,05) maka digunakan
uji Wilcoxon Signed Ranks Test.
Kriteria uji :
a) Hipotesa penelitian (Ha) diterima jika p value ≤ 0,05, hal ini berarti ada
Efektifitas Daun Katuk, Pijat Oksitosin Terhadap Produksi ASI Ibu
Menyusui di Wilayah Puskesmas Dempet Kabupaten Demak.
b) Hipotesa penelitian (H0) ditolak jika p value > 0,05, hal ini berarti tidak ada
Efektifitas Daun Katuk, Pijat Oksitosin Terhadap Produksi ASI Ibu
Menyusui di Wilayah Puskesmas Dempet Kabupaten Demak.

HASIL DAN PEMBAHSAN


Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan Di Wilayah Kerja Puskesmas Dempet
Kabupaten Demak Tahun 2020. Maka dapat digambarkan sebagai berikut
Analisis Bivariat
Hasil analisa Efektifitas Daun Katuk, Pijat Oksitosin Terhadap Produksi Asi Ibu Menyusui
Di Wilayah Puskesmas Dempet Kabupaten Demak sebagai berikut:
1. Hasil analisa Efektifitas Pijat Oksitosin Terhadap Produksi Asi Ibu Menyusui Di Wilayah
Puskesmas Dempet Kabupaten Demak
Tabel 4.7
Distribusi Hasil analisa Efektifitas Pijat Oksitosin Terhadap Produksi Asi Ibu Menyusui Di Wilayah
Puskesmas Dempet Kabupaten Demak
Analisa N P value
Produksi Asi Ibu Menyusui sebelum
5 0,046
Produksi Asi Ibu Menyusui setelah
Uji statistic uji wilcoxon

Berdasarkan tabel 4.7 diatas, Hasil analisis statistik uji wicoxon diperoleh p value =
0.046 lebih kecil dari nilai tingkat kemaknaan ɑ <0.05. Sehingga P value table kurang dari
P value hitung maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa
ada “Efektifitas Pijat Oksitosin Terhadap Produksi Asi Ibu Menyusui Di Wilayah
Puskesmas Dempet Kabupaten Demak.
2. Hasil analisa Efektifitas Daun Katuk Terhadap Produksi Asi Ibu Menyusui Di Wilayah
Puskesmas Dempet Kabupaten Demak
Tabel 4.8
Distribusi Hasil analisa Efektifitas daun katuk Terhadap Produksi Asi Ibu Menyusui Di Wilayah
Puskesmas Dempet Kabupaten Demak
Analisa N P value
Produksi Asi Ibu Menyusui sebelum
5 0,038
Produksi Asi Ibu Menyusui setelah
Uji statistic uji wilcoxon
Berdasarkan tabel 4.8 diatas, Hasil analisis statistik uji wicoxon diperoleh p value =
0.038 lebih kecil dari nilai tingkat kemaknaan ɑ <0.05. Sehingga P value table kurang dari
P value hitung maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa
ada “Efektifitas Daun Katuk Terhadap Produksi Asi Ibu Menyusui Di Wilayah Puskesmas
Dempet Kabupaten Demak
3. Hasil analisa Efektifitas Pendidikan Kesehatan Terhadap Produksi Asi Ibu Menyusui Di
Wilayah Puskesmas Dempet Kabupaten Demak
Tabel 4.9
Distribusi Hasil analisa Efektifitas Pendidikan Kesehatan Terhadap Produksi Asi Ibu Menyusui Di
Wilayah Puskesmas Dempet Kabupaten Demak
Analisa N P value
Produksi Asi Ibu Menyusui sebelum
5 0,317
Produksi Asi Ibu Menyusui setelah
Uji statistic uji wilcoxon
Berdasarkan tabel 4.9 diatas, Hasil analisis statistik uji wicoxon diperoleh p value =
0.317 lebih kecil dari nilai tingkat kemaknaan ɑ >0.05. Sehingga P value table lebih dari
P value hitung maka Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa
tidak ada “Efektifitas Pendidikan Kesehatan Terhadap Produksi Asi Ibu Menyusui Di
Wilayah Puskesmas Dempet Kabupaten Demak.

PEMBAHASAN
Tingkat Produksi Asi Ibu Menyusui sebelum dan setelah diberikan Pijat Oksitosin
untuk kelmpok intervensi
Hasil penelitian dapat dilihat Tingkat Produksi Asi Ibu Menyusui sebelum diberikan Pijat
Oksitosin kurang baik 4 responden (80.0%) dan yang baik 1 responden (20.0%), setelah diberikan
Pijat Oksitosin baik 5 responden (`100.0%),Hal ini sejalan dengan teori yang ada bahwa pijat
stimulasi oksitosin untuk ibu menyusui berfungsi untuk merangsang hormon oksitosin agar dapat
memperlancar ASI dan meningkatkan kenyamanan ibu.
Pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk mengatasi ketidaklancaran produksi
ASI. Pijat oksitosin adalah pemijatan pada sepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai
tulang costae kelima keenam dan merupakan usaha untuk merangsang hormon prolaktin dan
oksitosin setelah melahirkan. (Rahayu, 2016)
Menurut analisa peneliti kecukupan produksi ASI pada ibu nifas baik. Pijat oksitosin
yang dilakukan pada ibu nifas dapat membuat
rileks dan nyaman, sehingga dapat mengurangi rasa lelah setelah melahirkan terutama pijat
yang dilakukan setelah 3 jam postpartum. Ibu nifas yang dilakukan pijat oksitosin mengatakan
bahwa selama dilakukannya pijat oksitosin ibu merasa nyaman dan rileks sehingga selama
pemijatan ibu merasakan adanya aliran ASI yang menetes keluar.
Pijat oksitosin juga mudah dilakukan dengan gerakan yang tidak terlalu banyak sehingga
dapat diingat oleh keluarga untuk dilakukan dan tak membutuhkan waktu yang lama.
Produksi Asi Ibu Menyusui sebelum dan setelah diberikan Daun Katuk untuk kelompok intervensi
Hasil penelitan dapat dilihat Tingkat Produksi Asi Ibu Menyusui sebelum diberikan
Daun Katuk kurang baik 5 responden (100.0%), setelah diberikan Pijat Oksitosin baik 4
responden (80.0%) dan yang kurang baik 1 responden (20.0%). Katuk (Sauropus androgynus
(L.) Merr)) merupakan tanaman sayuran yang banyak terdapat di Asia tenggara. Tumbuhan
ini dalam beberapa bahasa dikenali sebagai mani cai (bahasa Cina), cekur manis (bahasa
Melayu), danrau ngot (bahasa Vietnam), di Indonesia masyarakat Minang kabau menyebut
katuk dengan nama simani. Selain menyebut katuk, masyarakat Jawa juga menyebutnya
katukan atau babing. Katuk termasuk tanaman jenis perdu berumpun dengan ketinggian 1-5
m. Batangnya tumbuh tegak dan berkayu. Jika ujung batang dipangkas, akan tumbuh tunas-
tunas baru yang membentuk percabangan. Daunnya kecil-kecil mirip daun kelor, berwarna
hijau. (Santoso, 2014).
Penelitian ini didukung oleh hasil penelitian tentang pengaruh pemberian daun katuk
terhadap peningkatan produksi ASI kambing yang dilakukan oleh Agik Suprayogi (1993)
dengan hasil bahwa larutan ekstrak daun katuk 20% yang diberikan secara in vitrodapat
meningkatkan produksi ASI lebih dari 20% dan komposis ASI tidak berubah, dan terjadi
peningkatan aktifitas metabolisme glukosa sebesar lebih dari 50%(p=0,025<0,05).
Keterbatasan penelitian adalah Jumlah sampel pada penelitian ini adalah sesuai
dengan jumlah minimal sampel yang dibutuhkan, alangkah baiknya jumlah responden ditambah
agar memperkuat hasil penelitian.

PENUTUP

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian tentang “Efektifitas Daun Katuk, Pijat Oksitosin Terhadap Produksi Asi
Ibu Menyusui Di Wilayah Puskesmas Dempet Kabupaten Demak” dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut

1. Hasil penelitian dapat dilihat Tingkat Produksi Asi Ibu Menyusui sebelum diberikan Pijat
Oksitosin kurang baik 4 responden (80.0%) dan yang baik 1 responden (20.0%), setelah
diberikan Pijat Oksitosin baik 5 responden (`100.0%). Maka dari hasil analisis statistik uji
wicoxon diperoleh p value = 0.046. Hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa ada
“Efektifitas Pijat Oksitosin Terhadap Produksi Asi Ibu Menyusui Di Wilayah Puskesmas
Dempet Kabupaten Demak.
2. Hasil penelitian Tingkat Produksi Asi Ibu Menyusui sebelum diberikan Daun Katuk kurang
baik 5 responden (100.0%), setelah diberikan Pijat Oksitosin baik 4 responden (80.0%) dan
yang kurang baik 1 responden (20.0%). Maka dari hasil analisis statistik uji wicoxon
diperoleh p value = 0.038. Hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa ada “Efektifitas Daun
Katuk Terhadap Produksi Asi Ibu Menyusui Di Wilayah Puskesmas Dempet Kabupaten
Demak
3. Hasil penelitian Tingkat Produksi Asi Ibu Menyusui sebelum diberikan pendidikan
kesehatan baik 7 responden (70.0%) dan yang kurang baik 3 responden (30.0%), setelah
diberikan pendidikan kesehatan baik 6 responden (60.0%) dan yang kurang baik 4
responden (40.0%). Maka dari hasil analisis statistik uji wicoxon diperoleh p value =
0.317. Hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada “Efektifitas Pendidikan Kesehatan
Terhadap Produksi Asi Ibu Menyusui Di Wilayah Puskesmas Dempet Kabupaten Demak..
SARAN

Diharapkan bagi peneliti selanjutnya dengan meneliti efektifitas daun katuk, pijat oksitosin
terhadap produksi ASI ibu menyusui dengan jumlah ibu menyusui yang lebih banyak.

DAFTAR PUSTAKA
Asiyah, N., Wigati, A. 2015. Minyak Aromaterapi Sebagai Media Peningkatan Produksi ASI. JIKK
Vol. 6 No. 2
Astuti, P.H., (2013). Buku Ajar ASuhan Kehamilan Ibu 1. Rahma Press : Yogyakarta
Astutik, R. (2014). Payudara dan Laktasi. Jakarta: Salemba Medika
Astuti S, Judistiani T, Rahmiati L, Susanti A (2015). Asuhan kebidanan nifas dan menyusui. Jakarta:
Erlangga. ;69–76
Astari, A. M & Djuminah. (2012). Hubungan Perawatan Payudara Masa
Antenatal dengan Kecepatan Sekresi ASI Postpartum. Jurnal diterbitkan. www.e-
journal.umm.ac.id; 10 Juni, 2017; Jam 22 : 17 Wita.
Balitbangkes. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2012. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Dahlan M.S., 2011. Statistik Untuk Kedokteran Dan Kesehatan. Edisi 5. Jakarta : Salemba Medika.
Dinas Kesehatan Jawa Tengah. (2013). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012.
Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
Hidayat, A. Alimul. (2010). Metode Penelitian Kesehatan Paradigma Kuantitatif. Jakarta: Heat Books
Isnaini N, Rama D (2015). Hubungan pijat oksitosin pada ibu nifas terhadap
pengeluaran asi di wilayah kerja puskesmas raja basa indah bandar
lampung tahun 2015. Jurnal kebidanan 1 (2). Juli 2015
Jannah, Nurul. 2011. Asuhan Kebidanan Ibu nifas. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media
Juliastuti (2019). Efektivitas Daun Katuk (Sauropus Androgynus) Terhadap Kecukupan Asi Pada Ibu
Menyusui Di Puskesmas Kuta Baro Aceh Besar. Indonesian Journal for Health Sciences Vol.3,
No.1, Maret 2019, Hal. 1-5
Mariatul Kiftia (2014). Efektifitas Terapi Pijat Oksitosin terhadap Produksi ASI pada Ibu Post
Partum. Jurnal Ilmu Keperawatan ISSN: 2338-6371
Maryunani, Anik. (2012). Inisiasi Menyusu Dini, ASI Eksklusif Dan Manajemen Laktasi. Jakarta :
CV. Trans Info Media.
M. A. Jara-Palacios, A. C. Cornejo, G. A. Peláez, J. Verdesoto, and A. A. Galvis(2015). Prevalence
and Determinants of Exclusive Breastfeeding among Adolescent Mothers from Quito, Ecuador:
A Cross-Sectional Study. Int. Breastfeed. J.;10(1):1-8
Nove Lestari (2017). Pijat Oksitosin Pada Ibu Postpartum Primipara Terhadap Produksi Asi Dan
Kadar Hormon Oksitosin. Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2017,
Nurjanah, S et al. (2017). Efektifitas Konsumsi Ekstrak Daun Sauropus androgynus (L) Meer (Katu)
Dengan Peningkatan Hormon Prolaktin Ibu Menyusui Dan Perkembangan Bayi Di Kelurahan
Wonokromo Surabaya. JIK, Vol. 10, No. 1, hal 24-35
Nurliawati Enok. (2010). Faktorfaktor yang Berhubungan dengan Produksi ASI pada Ibu Pasca
Sectio Sesarea di Wilayah Kota dan Kabupaten Tasikmalaya. Tesis Universitas Indonesia
Nursalam. (2011). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika
Proverawati, R. (2010). Kapita Selekta ASI dan Menyusui. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Pertiwi, P. 2012. Gambaran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif di
Kelurahan Kuciran Indah Tangerang.[Skripsi Ilmiah]. Depok: Fakultas ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia
Quigley et al, (2011). Breastfeeding and hospitalization for diarrheal and respiratory infection in the
united kingdom millenium cohort study. Pediatrics , 119; e837.
Roesli, U. (2012). Inisiasi Menyusu Dini Plus Asi Eksklusif. Jakarta: Pustaka Bunda
Selvi,S dan Bashkar. (2012). Antiinflammatory and analgesic activities of the Sauropus
androgynus(L)Merr. (Euphorbiaceae) Plant in experimental animal models. Der Pharmacia
Lettre 4(3):782-785
Somi, M.A., Subrata, M., Susilo, W.H. (2014). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian
ASI Eksklusif di Posyandu Tanah Boleng Adonara Kabupaten Flores Timur 2013. [Artikel
Ilmiah]. Jakarta: Program S1 Keperawatan STIK Sints Carlous.
Soraya Rahmanisa, Tara Aulianova (2016). Efektivitas Ekstraksi Alkaloid dan Sterol Daun Katuk
(Sauropus androgynus) terhadap Produksi ASI. Jurnal Majority Volume 5 Nomor 1 Februari
2016
Saryono. (2011). Metodologi penelitian keperawatan. Purwokerto: UPT. Percetakan dan Penerbitan
UNSOED
Susanti, N.M.P. Budiman, I.N.A. Warditiani, N.K. 2014. Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol 90%
Daun Katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr.). Jurnal Jurusan Farmasi Fakultas Matematika
Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Vol 1. No3.
Sulistyaningsih. 2011. Metodologi Penelitian Kebidanan, Kuantitatif & Kualitatif. Edisi Pertama,
Yogyakarta : Graha Ilmu
UNICEF. (2011). Pelatihan Konseling Menyusui. World Health Organization
World Health Organization. (2016). Infant and Young Child Feeding. Diakses: 9 April 2016.
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs342/en/

Anda mungkin juga menyukai