Hasil temuan menunjukkan bahwa responden menerapkan hutan adatnya praktik manajemen dalam mengelola berbagai varietas NWFP. Mayoritas (71,28%) responden mengatakan bahwa mereka mengelola mangga semak (Irvingia gabonensis dan wombulu), sedangkan proporsi terendah (21,28%) semak yang dikelola adalah (Gongronema latifolium). Proporsi responden yang menggunakan berbeda-beda. Praktik pengelolaan hutan adat bervariasi dari yang terendah (45,74%) bagi mereka yang mempraktikkan perlindungan adat hingga yang tertinggi (82,98%) untuk penyiangan selektif. Penyiangan selektif penting digunakan untuk mengelola NWFP yang rindang seperti Gnetum africanum. Responden terkadang menggunakan praktek. Terdapat hubungan yang signifikan antara sisa praktik pengelolaan hutan adat dalam pengelolaan NWFP dan konservasi. Secara eksplisit praktek pengelolaan hutan adat, yaitu penyiangan selektif dan pemanenan terkendali terkait secara positif dan signifikan. Sehingga praktik pengelolaan hutan adat saling melengkapi. Jadi,karena rumah tangga di masyarakat hutan menggunakan penyiangan selektif, mereka juga menerapkan pemanenan terkontrol dalam pengelolaan dan konservasi NWFP.
J. Konsep yang dipelajari dari AJIB
1. Mengelola Hasil Hutan non-Kayu untuk mengurangi dampak Punah 2. Mengetahui cara untuk merangsang, melestarikan dan meningkatkan pengelolaan hutan adat 3. Sebagai generasi muda ikut serta dalam pengelolaan hutan dan mendukung petani dan membekalinya dengan bekal fasilitas yang lebih modern 4. Memaksimalkan hasil pengelolaan hutan baik yang dikelola pribadi maupun adat 5. Menjaga sumber daya hutan agar tidak habis sampai generasi selanjutnya