Anda di halaman 1dari 5

TUGAS METODE STUDI ISLAM

“Ayat-Ayat Yang Menjelaskan Tentang Fungsi AL-Qur’an Terhadap Islam


Sebagai Agama Wahyu”

OLEH : KELOMPOK I
1. Ika Mas’Adatul Barroh (190104080)
2. Nuraidah Fitriani (190104076)
3. Fitriani Ahmad (190104084)

TADRIS IPA BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MATARAM
2021
“Islam Sebagai Agama Wahyu”
Kata Islam berasal dari bahasa Arab, yang berarti selamat dan sejahtera. Islam
juga berarti tunduk dan patuh. Kedua arti Islam ini bisa digabungkan: untuk dapat
selamat dan sejahtera seseorang harus tunduk dan patuh terhadap semua aturan Allah
SWT.
Alam semesta sebenarnya juga Islam terhadap Allah. Hal ini dijelaskan Allah
dalam surat Fushshilat ayat 11 yang berbunyi,"Kemudian Allah menuju langit dan
langit di kala itu masih berupa uap, lalu Dia berfirman kepada langit dan juga kepada
bumi: datanglah kamu berdua menurut perintah-Ku dengan patuh atau terpaksa.”
Langit dan bumi menjawab,”Kami datang dengan patuh.”
Demikian juga semua agama yang diturunkan Allah kepada para nabi dan
para rasul-Nya adalah Islam, dalam arti tunduk dan patuh atas kehendak dan aturan
Allah. Berikutnya kata Islam ini dijadikan Allah untuk nama agama terakhir yang
dibawa pula oleh nabi terakhir, yakni Nabi Muhammad SAW. Ini bukan kebetulan
tetapi merupakan sesuatu yang sudah disengajakan oleh Allah.
Kehadiran Islam sebagai agama wahyu yang terakhir dimaksudkan untuk
meluruskan menyimpangan dari agama-agama sebelumnya. Islam juga sekaligus
membenarkan prinsip-prinsip agama lain, seperti mengesakan Allah di bidang akidah
dan salat serta puasa dan lainnya di bidang ibadah, hanya berbeda cara
pelaksanaannya. Inilah keistimewaan Islam yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang sangat terbuka untuk seluruh umat manusia tanpa
membedakan warna kulit, bangsa dan profesi.
Islam adalah agama rahmatan li al-‘âlamîn (agama kasih sayang) yang amat
sempurna. Ia cocok untuk segala tempat dan etnis (al-shâlih li kulli zamân wa
makân). Islam adalah agama wahyu taraf terakhir dari proses evolusi agama sejak
dari Nabi Adam AS.
Agama-agama yang diturunkan Allah sesuai dengan tingkat kecerdasan
manusia yang menerimanya. Agama yang diajarkan Nabi Adam AS adalah agama
untuk tingkat kecerdasan bayi. Sedangkan nabi-nabi lain, untuk tingkat kecerdasan
anak-anak dan remaja. Adapun agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW yang disebut Islam adalah agama untuk tingkat manusia dewasa. Dengan kata
lain, agama Nabi Muhammad SAW bersifat tegas, jelas, nyata, lengkap dan
sempurna, tidak bisa dikurangi dan ditambah, berlaku sampai akhir zaman.
Dengan demikian, bagaimana pun bentuk masalah baru yang muncul, sudah
ada solusinya dalam Islam. Atas dasar itulah, umat Islam tidak akan mau mengubah
agamanya, karena sebagai umat peringkat dewasa, ia memahami seutuhnya bahwa
Islam inilah agama untuk kebahagiaan seluruh makhluk dan alam semesta.
Islam adalah agama wahyu. Maksudnya, semua ajarannya bersumber dari
Alquran dan sunah yang merupakan wahyu. Allah menurunkannya kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melalui Malaikat Jibril. Alquran yang
diturunkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah Kalamullah,
bukan perkataan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itu,
ketika orang kafir menentang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam agar
mendatangkan Alquran selain yang sudah ada tersebut, beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam tidak bisa melakukannya. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya
mengikuti wahyu yang diturunkan kepadanya, sebagaimana firman Allah Subhanahu
wa Ta’ala

ْ‫ل َمايَ ُكو ُْن قُ ْل‬ ِْ ‫وحى إِ ْلَّ أَتَّبِ ُْع إِ ْن نَ ْف ِسي تِْل َق‬
ْ ِ ‫آء ِمن أُبَ ِّدلَْوُ أَ ْن‬ َ ُ‫ل َماي‬ ََّْ ِ‫ن إ‬
ِِّْ‫إ‬
ُْ ‫َخ‬
‫اف‬ َ ‫ت إِ ْن أ‬
ُْ ‫ص ْي‬ َ ‫ب َع‬ ِّْ‫اب َر‬ َْ ‫َع ِظيمْ يَ ْومْ َع َذ‬
Katakanlah: “Tidaklah patut bagiku menggantinya dari pihak diriku sendiri. Aku

tidak mengikut kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Sesungguhnya aku takut jika

mendurhakai Rabbku kepada siksa hari yang besar (kiamat)”. (QS Yunus: 15)

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga menegaskan bahwa Muhammad itu manusia

biasa yang menerima wahyu dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman:
ْ‫ى يُو َحى ِ ّمثْلَ ُك ْْم بَشَرْ أَنَا ِإنَّ َمآ قُ ْل‬
َّْ َ‫احدْ ِإلَهْ ِإالَ ُه ُك ْْم أَنَّ َمآ ِإل‬
ِ ‫َو‬
Katakanlah: “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang

diwahyukan kepadaku:”Bahwa sesungguhnya Ilah kamu itu adalah Ilah Yang Esa.”

(QS. Al-Kahfi: 110)

Ketika orang-orang kafir tetap menuduh bahwa Alquran itu buah karya

Rasulullah, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala menentang mereka untuk membuat

karya semisal Alquran, namun mereka tidak bisa melakukannya sama sekali.

Ayat-ayat di atas menunjukkan bahwa Alquran yang merupakan sumber

ajaran Islam adalah wahyu dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Selain Alquran, sumber

lain yang juga merupakan wahyu ialah sunah; yang diberikan kepada Rasul-Nya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

ْ‫للاُ َم َّْن لََقد‬


ْ ‫ي َعلَى‬ َْ ِ‫ث إِ ْذ ال ُْم ْؤِمن‬ َْ ‫َعلَْي ِه ْْم يَ ْت لُوا أَن ُف ِس ِه ْْم ِّم ْْن َر ُسو ْلا فِي ِه ْْم بَ َع‬
‫اب َويُ َعلِّ ُم ُه ُْم َويُ َزّكِي ِه ْْم َء َاَيتِِْو‬
َْ َ‫ْكت‬ِ ‫لَِّفي قَ ب ْل ِمن َكانُوا وإِن وا ْْلِ ْكم َْة ال‬
َ َ َ ُْ
ْ‫ضالَل‬ َ ْ‫ُّمبِي‬
“Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika

Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang

membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan

mengajarkan kepada mereka Al-Kitab dan Al-Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum

(kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (QS.

Ali-Imran: 164)
Yang dimaksud dengan al-hikmah adalah sunah
Sudah disampaikan bahwa, Islam adalah agama wahyu, maka kewajiban kita
sebagai kaum muslimin adalah melaksanakannya semampu kita sesuai dengan
panduan wahyu yang diturunkan Allah Subhanahu wa Ta’ala tersebut. Ketika
beribadah, kita beribadah sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam, bukan dengan cara-cara baru yang kita rasa baik. Karena perasaan
bukan landasan agama, apalagi perasaan masing-masing orang itu berbeda-beda. Ibnu
Mas‟ud radhiyallahu „anhu mengatakan, “Betapa banyak orang yang menginginkan
kebaikan, namun dia tidak dapat meraihnya.”
Itulah kewajiban pertama kita terkait keberadaan Islam sebagai agama wahyu.
Dan itu juga merupakan salah satu syarat diterimanya ibadah yang dilakukan oleh
seseorang; tanpa itu, tertolak sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam ;

ْ‫ال َع ِم َْل َم ْن‬ َْ ‫َردْ فَ ُه َْو أ َْم ُرَْن َعلَْي ِْو لَْي‬
ْ‫س َع َم ا‬
“Barangsiapa melakukan satu amalan yang tidak ada tuntunannya dari kami maka itu

tertolak.” (HR. Muslim).

ْ ِ‫َستَ ْغ ِف ُْر َى َذا قَ ْو‬


ْ‫ل أَقُ ْو ُل‬ ْ ‫للاَ أ‬
ْ ‫ل‬ ْ ِ ‫ي َولِ َسائِ ِْر َولَ ُك ْْم‬َْ ْ ‫ات املُ ْسلِ ِم‬ ِْ ‫َواملُ ْسْلِ َم‬
ِ
ُ‫استَ ْغ ِف ُرْوْه‬
ْ َ‫الرح ْي ُْم الغَ ُف ْوُْر ُى َْو إِنَّْوُ ف‬
َ

Anda mungkin juga menyukai