Anda di halaman 1dari 19

NILAI-NILAI, NORMA, DAN PENGENDALIAN SOSIAL DALAM MASYARAKAT

MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH


SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI PENDIDIKAN

Yang dibina oleh Prof. Dr. H. M. Zainuddin, M. Pd

Oleh
Kelas A5H / Kelompok 3:

1. Muhammad Hadi Susilo (200151602961)


2. Novi Dwi Rahmawati (200151602907)
3. Sekar Dewi Nawang Ara (200151602993)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FEBRUARI 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen yang
kemudian dilanjutkan dengan penyusunan makalah dengan judul “NILAI-NILAI, NORMA,
DAN PENGENDALIAN SOSIAL DALAM MASYARAKAT”

Tim penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari kata sempurna,
baik dari sisi materi maupun penulisannya. Kami tim penulis dengan rendah hati dan tangan
terbuka menerima segala bentuk masukan maupun saran pembaca yang bersifat membangun
yang diharapkan berguna bagi seluruh pembaca. Apabila banyak kesalahan pada makalah
ini, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian yang dapat kami sampaikan. Semoga makalah ini

bermanfaat. Akhir kata.


Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Blitar, 10 November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................
1.3 Tujuan Dan Manfaat ......................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 .................................................................................................................................... 5
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................................
3.2 Saran .............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ ii

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kehidupan masyarakat diatur berdasarkan nilai-nilai serta norma sosial


sebagai pedoman perilaku anggota masyarakat agar kehidupan sosial menjadi tertib.
Walaupun demikian, ada sebagian anggota masyarakat yang berperilaku tidak
sejalan terhadap nilai-nilai dan norma sosial tersebut.
Maka dari itu, untuk terciptanya kehidupan masyarakat yang tertib, maka perlu
adanya pengenalan nilai-nilai serta norma sosial agar anggota masyarakat dapat
mengenal dan memahami tatanan nilai serta norma sosial tersebut. Proses
pengenalan tatanan nilai-nilai serta norma sosial berlangsung selama masyarakat
masih ada, hal ini disebabkan oleh keinginan masyarakat agar kelangsungan
hidupnya dapat bertahan, sebab tanpa ketertiban sosial maka kehidupan sosial tidak
akan bertahan lama.
Dalam rangkaian menegakkan aturan-aturan agar kehidupan masyarakat
sesuai dengan nilai-nilai dan norma sosial yang diharapkan oleh masyarakat yang
bersangkutan, maka sangat diperlukan suatu mekanisme pengendalian sosial. Salah
satu bentuk pengendalian sosial yang efektif pada masyarakat adalah dengan
menerapkan peraturan hukum beserta sanksinya. Peraturan ini merupakan nilai-nilai
yang terbentuk atau tercipta dalam suatu masyarakat yang saling berhubungan
dengan perilaku manusia, apabila dilanggar akan mendapatkan sanksi.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa definisi nilai sosial dan bagaimana fungsi, ciri-ciri dan jenis-jenisnya?
2. Apa definisi norma sosial dan bagaimana fungsi, ciri-ciri dan macam-macamnya?
3. Apa definisi pengendalian sosial dan bagaimana tujuan, pola, fungsi, sifat,
proses, cara, dan jenis lembaga pengendalian sosial?

1.3 TUJUAN dan MANFAAT


Tujuan :
1. Untuk mengetahui definisi nilai sosial dan bagaimana fungsi, ciri-ciri dan
jenis- jenisnya
2. Untuk mengetahui definisi norma sosial dan bagaimana fungsi, ciri-ciri
dan macam-macamnya
3. Untuk mengetahui definisi pengendalian sosial dan bagaimana tujuan,
pola, fungsi, sifat, proses, cara, dan jenis lembaga pengendalian sosial

1
Manfaat :

1. Dapat memahami tentang definisi nilai sosial dan bagaimana fungsi, ciri-ciri
dan jenis-jenisnya
2. Dapat mengetahui definisi norma sosial dan bagaimana fungsi, ciri-ciri
dan macam-macamnya
3. Dapat mengetahui definisi pengendalian sosial dan bagaimana tujuan,
pola, fungsi, sifat, proses, cara, dan jenis lembaga pengendalian sosial
4. Dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 NILAI SOSIAL

2.1.1 Defenisi Nilai Sosial


Nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa
yang dikatakan baik dan apa yang dikatakan buruk oleh masyarakat. Sebagai
contoh, orang menganggap menolong memiliki nilai baik, sedangkan mencuri
bernilai buruk.
Nilai sosial sebagai petunjuk umum yang telah berlangsung lama, yang
mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari.Untuk
menentukan sesuatu itu dikatakan baik atau buruk, pantas atau tidak pantas
harus melalui proses menimbang. Hal ini tentu sangat terbantu oleh kebudayaan
yang dianut masyarakat. tak heran penilaian antara masyarakat yangsatu dan
masyarakat yang lain ada perbedaan tata cara. Contoh, masyarakat yang tinggal
di perkotaan persaingan karena dalam persainganakan pembaruan pembaruan.
Sementara apda masyarakat tradisional lebih cenderung menghindari persaingan
karena persaingan akan mengganggu keharmonisan dan tradisi yang turun-
temurun.

2.1.2 Fungsi Nilai Sosial


Fungsi nilai sosial adalah sebagai
berikut:
1. Memberikan seperangkat alat untuk menentukan harga suatu kelompok.
2. Mengarahkan masyarakat dalam berfikir dan bertingkahlaku.
3. Merupakan penentu akhir bagi manusia dalam memenuhi peranan sosialnya.
4. Sebagai alat solidaritas bagi kelompok.
5. Sebagai alat kontrol perilaku manusia.

2.1.3 Ciri-ciri Nilai Sosial


Ciri-ciri nilai sosial adalah sebagai berikut
:
1. Nilai sosial merupakan konstruksi abstrak dalam pikiran orang yang
tercipta melalui interaksi sosial,
2. Nilai sosial bukan bawaan lahir, melainkan pengamatan melalui proses
sosialisasi, dijadikan milik diri melalui internalisasi dan akan mempengaruhi
tindakan-tindakan penganutnya dalam kehidupan sehari-hari disadari
atau tanpa disadari lagi (enkulturasi)
3. Nilai sosial memberikan kepuasan kepada penganutnya
4. Nilai sosial bersifat relative
5. Nilai sosial terkait satu dengan yang lain membentuk sistem nilai,
6. Sistem nilai bervariasi antara satu kebudayaan dengan yang lain,

3
7. Setiap nilai memiliki efek yang berbeda terhadap perorangan atau kelompok,
8. Nilai sosial melibatkan emosi dan kejiwaan, dan

4
9. Nilai sosial mempengaruhi perkembangan pribadi.

2.1.4 Jenis - Jenis Nilai Sosial


Nilai Sosial dapat dilihat dari berbagai bentuk yaitu:
a. Nilai material, yakni termasuk berbagai konsepsi mengenai segala
sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia
b. Nilai vital, yakni mencakup berbagai konsepsi yang berkaitan dengan
segala sesuatu yang berguna bagi manusia dalam melaksanakan berbagai
aktivitas
c. Nilai kerohanian, yakni mencakup berbagai konsepsi yang berkaitan
dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan kebutuhan rohani manusia:
nilai kebenaran, yakni yang bersumber pada akal manusia (cipta), nilai
keindahan, yakni yang bersumber pada unsur perasaan (estetika), nilai moral
, yakni yang bersumber pada unsur kehendak (karsa), dan nilai keagamaan
(religiusitas), yakni nilai yang bersumber pada revelasi (wahyu) dari Tuhan.

2.2 NORMA SOSIAL

2.2.1 Defenisi Norma Sosial


Norma sosial adalah kebiasaan umum yang menjadi patokan perilaku
dalam suatu kelompok masyarakat dan batasan wilayah tertentu. Norma
berkembang akan seiring dengan kesepakatan-kesepakatan sosial masyarakatnya,
sering juga disebut dengan peraturan sosial . Norma perilaku-perilaku yang
pantas dilakukan dalam menjalani interaksi sosialnya . Keberadaan norma
dalam masyarakat yang masuk individu atau suatu kelo mpok agar bertindak
sesuai dengan aturan sosial yang telah terbentuk. Pada aktual, norma disusun
agar hubungan antara manusia dalam masyarakat dapat berlangsung tertib yang
diharapkan.
Norma tidak boleh dilanggar siapa saja yang melanggar norma atau tidak
bertingkah laku sesuai dengan ketentuan yang tercantum hearts norma tersebut,
akan memperoleh hukuman . Misalnya, bagi siswa yang terlambat
terlambat masuk tidak boleh masuk, bagi siswa yang mencontek pada saat
ulangan tidak boleh kelas ulangan. Norma merupakan hasil buatan manusia
sebagai makhluk sosial. Pada awalnya, aturan ini diatur secara tidak
sengaja. Lama-kelamaan norma-norma itu disusun atau dibentuk secara sadar.
Norma dalam masyarakat berisis tata tertib, aturan, dan petunjuk standar
perilaku yang pantas atau wajar.

2.2.2 Ciri - Ciri Norma Sosial


Ada beberapa ciri yang dimiliki norma sosial yaitu:
1. Pada umumnya norma sosial tidak tertulis atau lisan. Misalnya adat
istiadat, tata pergaulan, kebiasaan, cara, dan lain sebagainya. Kecuali
norma hukum sebagai tata tertib yang bersifat tertulis. Kaidah-kaidah ini

5
disepakati oleh masyarakat dan sanksinya seluruh anggota kelompok atau
masyarakat.

6
2. Hasil kesepakatan dari seluruh anggota masyarakat pada wilayah
tertentu. Hasil ini memperlihatkan pada kebudayaan wilayah
setempat mengenai tata kelakuan dan aturan dalam pergaulan.
3. Bersifat mengikat, sehingga seluruh warga masyarakat sebagai
pendukung sangat menaatinya dengan sepenuh hati.
4. Ada sanksi yang tegas terhadap pelanggarnya sesuai dengan
kesepakatan bersama.
5. Norma sosial menyesuaikan diri dengan perubahan sosial. Artinya
norma sosial fleksibel dan luwes terhadap perubahan sosial. Setiap ada
keinginan dari masyarakat untuk berubah, norma akan menyesuaikan dengan
perubahan tersebut. Meskipun tidak berubah seluruhnya, aturan ini pasti
akan mengalami perubahan.

2.2.3 Fungsi Norma Sosial


Dalam kehidupan masyarakat, norma memiliki beberapa fungsi atau
kegunaan, yaitu sebagai berikut :
1. Pedoman hidup yang berlaku bagi semua anggota masyarakat pada
wilayah tertentu.
2. Memberikan stabilitas dan keteraturan dalam kehidupan bermasyarakat.
3. Mengikat warga masyarakat, karena norma diberlakukan dengan sanksi
dan aturan yang tegas bagi para pelanggarnya.
4. Menciptakan kondisi dan suasana yang tertib dalam masyarakat.
5. Adanya sanksi yang tegas akan memberikan efek jera kepada
para pelanggarnya, sehingga tidak ingin menyatakan perbuatannya
melanggar norma.

2.2.4 Macam-macam Norma Sosial


Norma-norma yang berlaku di masyarakat dapat diklasifikasikan menjadi 5
jenis, yaitu norma agama, norma kesusilaan, norma kesopanan, norma
kebiasaan, dan hukum.
a. Norma Agama
Norma agama adalah suatu norma yang berdasarkan ajaran atau kaidah
suatu agama. Norma ini mutlak dan mengharuskan ketaatan bagi para
pemeluk dan penganutnya. Yang taat akan memberikan keselamatan di
akhirat, sedangkan yang melanggar akan mendapat di akhirat. Agama bagi
masyarakat Indonesia mampu membentuk religius yang hidup penuh
kesenangan jasmani dan rohani. Di Indonesia, agama terbagi atas 5 bagian
yaitu agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Budha.
Contoh:
1. Norma agama Islam antara lain adalah kewajiban
melaksanakan hukum Islam dan rukun Imam.
2. Dalam agama Kristen, kewajiban menjalankan sepuluh perintah Allah.

7
3. Dalam agama hindu, kepercayaan terhadap reinkarnasi, yaitu
kelahiran kembali bagi manusia yang telah meninggal sesuai
karmanya, sesuai dengan kehidupan di masa lampau.
b. Norma Kesusilaan
Norma kesusilaan berdasarkan hati nurani atau akhlak manusia. Norma
kesusilaan bersifat universal. Artinya, setiap orang di dunia ini
memiliki, hanya bentuk dan perwujudannya saja yang berbeda. Misalnya,
perilaku yang menilai kemanusiaan seperti pembunuhan, pemerkosaan, dan
pengkhianatan, pada umumnya ditolak oleh setiap masyarakat di mana pun.
c. Norma Kesopanan
Norma kesopanan adalah norma yang berpangkal dari aturan tingkah
laku yang berlaku di masyarakat seperti berpakaian, cara bayangan dalam
pergaulan, dan berbicara. Norma ini bersifat relatif. Maksudnya,
penerapannya berbeda di berbagai tempat, lingkungan, dan waktu. Misalnya,
menentukan kategori yang pantas dalam berbusana antara tempat yang satu
dengan lain yang berbeda. Demikian pula antara masyarakat kaya dan
masyarakat miskin.
Contoh:
1. Tidak memakai perhiasan dan pakaian yang mencolok ketika
berkabung.
2. Mengucapkan terima kasih ketika mendapatkan pertolongan atau
bantuan.
3. Meminta maaf ketika salah atau membuat kesal orang lain.
d. Norma Kebiasaan
Norma kebiasaan merupakan hasil dari perbuatan yang dilakukan secara
berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan. Orang
yang tidak melakukan norma ini biasanya aneh oleh lingkungan sekitarnya.
Contoh:
1. Kebiasaan melakukan “selametan” atau doa bagi anak yang baru
berkembang.
2. Kegiatan mudik menjelang hari raya.
3. Acara memperingati arwah orang yang sudah meninggal pada
masyarakat Manggarai, Flores.
e. Norma Hukum
Norma hukum adalah petunjuk petunjuk hidup atau perintah dan
larangan tata cara tertib dalam suatu masyarakat (negara). Sanksi
norma hukum mengikat dan melangkah. Sanksi ini dilaksanakan oleh
suatu lembaga yang memiliki kedaulatan, yaitu negara. Ciri norma
hukum antara lain adalah keringanan oleh masyarakat sebagai ketentuan
yang sah dan terdapat penegak hukum sebagai pihak yang memberikan
sanksi. Tujuan norma hukum adalah untuk menciptakan suasana aman dan
tentram dalam masyarakat.

8
Contoh:
1. Tidak melakukan tindak kriminal, seperti menghitung, menipu.
2. Wajib membayar pajak.
3. Memberikan kesaksian di muka muka pengadilan.

2.3 PENGENDALIAN SOSIAL

2.3.1 Defenisi Pengendalian Sosial


Perlu diketahui bahwa setiap masyarakat menginginkan kehidupan yang
tentram, damai, dan teratur. Dengan itulah masyarakat perlu suatu sistem untuk
mengatur semua perilaku yang menjadi tujuan tersebut. Dalam hal ini,
masyarakat perlu ada pengendalian sosial. Sebelum berbicara jauh tentang
pengendalian sosial, alangkah baiknya kita paparkan pengertian pengendalian
sosial secara sekilas.
Pengendalian sosial sering diartikan sebagai proses pengawasan dari suatu
kelompok terhadap kelompok lain dan mengajarkan, membujuk, atau memaksa
individu maupun kelompok sebagai bagian dari masyarakat untuk
berperilaku sesuai dengan harapan masyarakat. Jadi pengendalian sosail
adalah cara atau metode yang digunakann untuk menertibkan anggotanya yang
menyimpang dari peraturan dan diharuskan menyesuaikan diri pada kebiasaan
dan nilai hdup yang ada di masyarakat.

2.3.2 Tujuan Pengendalian Sosial


Sangat perlu diketahui bahwa pengendalian sosial memiliki beberapa, antara
lain sebagai berikut:
1. Agar masyarakat mematuhi nilai dan norma sosial yang berlaku.
Pengendalian sosial diciptakan oleh masyarakat menitikberatkan pada orang
yang melakukan penyimpangan terhadap nilai dan norma sehingga memaksa
pelaku penyimpangan untuk patuh terhadap nilai dan norma yang berlaku
dalam masyarakat.
2. Agar tercipta keserasian dan kenyamanan dalam masyarakat.
Pengendalian sosial juga mampu menciptakan situasi yang tentram dalam
masyarakat apabila pengendalian sosialnya benar-benar dijalankan. Dengan
adanya pengendalian sosial, biasanya pelaku penyimpangan sosial akan jera
bahkan takut akan berbuat sesuatu yang tidak diinginkan oleh masyarakat.
3. Agar pelaku penyimpangan kembali mematuhi norma yang berlaku.
Adanya pengendalian sosial dalam masyarakat diharapkan masyarakat
mampu menjalankan seluruh nilai dan norma yang tertulis maupun tidak
tertulis. Apabila terdapat penyimpangan terhadap nilai dan norma maka akan
diberi sanksi. Contohnya, ketika sesorang telah melanggar aturan yang
berlaku, ia diberi sanksi (pengendalian sosial) agar kedepannya ia tidak akan
mengulangi atau akan taat pada aturan yang ada.

9
2.3.3 Pola Pengendalian Sosial
Dalam masyarakat terdapat empat pola pengendalian sosial, yaitu
pengendalian kelompok terhadap kelompok, pengendalian kelompok terhadap
anggota-anggotanya, dan pengendalian individu terhadap individu lainnya
dan pengendalian individu terhadap kelompok
1. Pengendalian kelompok terhadap kelompok
Pengendalian ini terjadi apabila suatu kelompok mengawasi perilaku
kelompok lain, misalnya BNN mengawasi kelompok pengguna narkoba.
2. Pengendalian kelompok terhadap anggota-anggotanya
Pengendalian ini terjadi apabila suatu kelompok menentukan perilaku
anggota-anggotanya, misalnya suatu sekolah yang mencatat siswa-siswanya
yang telah melanggar aturan sekolah.
3. Pengendalian individu terhadap kelompok
Pengendalian ini terjadi apabila seseorang menginginkan kelompok tersebut
sesuai dengan keinginannya maupun masyarakat. Misalnya Wali kelas yang
mengawasi anak didiknya setiap hari.
4. Pengendalian individu terhadap individu lainnya
Pengendalian ini terjadi apabila individu melakukan pengawasan terhadap
individu lain, misalnya ayah mengawasi anaknya.

2.3.4 Fungsi Pengendalian Sosial


Para pelaku penyimpangan selalu bertanya, buat apa diciptakan
pengendalian sosial? karena bagi mereka hal ini hanya membuat mereka
terkekang untuk melakukan tindakan pelanggaran terhadap nilai dan norma.
Untuk itu, perlu dikatahui bahwa terdapat beberapa fungsi pengendalian sosial
dalam masyarakat yaitu:
a. Mempertebal keyakinan masyarakat terhadap norma
sosial. b. Memberikan imbalan kepada warga yang menaati
norma.
c. Mengembangkan rasa takut untuk tdk melakukan perbuatan yg
dinilai beresiko.
d. Menciptakan sistem hukum (aturan yang disusun secara resmi dan
disertai sanksi).

2.3.5 Sifat Pengandalian sosial


Ada dua macam sifat pengendalian sosial yakni
:
1. Bersifat preventif
Pengendalian bersifat preventif adalah tindakan yang dilakukan untuk
mencegah (pencegahan) terhadap kemungkinan terjadinya pelanggaran-
pelanggaran terhadap norma-norma sosial. Jadi tindakan ini dilakukan
sebelum terjadinya penyimpangan. Orang yang melakukan pengendalian
sosial ini adalah orang mengetahui tentang nilai dan norma, selanjutnya ia
sosialisasikan atau bentuk penyuluhan kepada orang yang belum
10
medapatkan informasi tentang nilai dan norma lama maupun yang baru.
Contoh : guru

11
(waka kesiswaan) menasehati calon siswa baru tentang nilai dan norma
yang berlaku di sekolah tersebut agar kedepannya siswa baru tidak
melanggarnya.
2. Bersifat Represif
Pengendalian sosial yang bersifat refresif adalah pengendalian yang
bertujuan untuk mengembalikan keserasian yang pernah terganggu karena
terjadinya suatu pelanggaran dengan cara memberikan sanksi sesuai dengan
pelanggaran yang dilakukan. Pengendalian ini dilakukan setelah terjadinya
penyimpangan agar pelaku tidak lagi mengulangi perbuatannya dan mentaati
nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. Contoh: Waka Kesiswaan
(guru) menghukum siswa yang terlambat datang ke sekolah.

2.3.6 Proses Pengendalian Sosial


Proses Pengendalian Sosial dibedakan menjadi 2, yakni :
1. Secara Persuasif
Pengendalian sosial secara persuasif dilakukan dengan cara lemah-
lembut, membimbing atau mengajak individu untuk mematuhi atau
berperilaku sesuai dengan kaidah-kaidah dalam masyarakat bukan dengan
cara kekerasan. Dengan kata lain, ketika seseorang telah melakukan
penyimpangan maka sanksi yang diberikan adalah dengan rehabilitasi,
dinasehati, atau diajak untuk melakukan yang bermanfaat. Akan tetapi tidak
semua penyimpangan mampu diselesaikan dengan cara ini, karena setiap
penyimpangan memiliki cara tersendiri untuk membuat pelaku akan kembali
ke nilai dan norma yang berlaku.
2. Secara Koersif
Ada kalanya pengendalian sosial dengan cara koersif, artinya
pengendalian sosial secara koersif dilakukan dengan kekerasan atau paksaan.
Karena penyimpangan yang telah berulang-ulang kali atau yang telah
merugikan orang banyak hendaknya dilakukan dengan paksaan.
Pengendalian sosial dengan kekerasan dibedakan menjadi dua:
a. Kompulsi (paksaan), artinya keadaan yang sengaja diciptakan
sehingga seseorang terpaksa menuruti atau mengubah sifatnya dan
menghasilkan suatu kepatuhan yang sifatnya tidak langsung. Contoh:
diberlakukannya sanksi skorsing bagi siswa yang banyak melanggar
aturan sekolah.
b. Pervasi (pengisian), secara pengertian pervasi merupakan cara
penanaman atau pengenalan norma secara berulang-ulang sehingga
orang akan mengubah sikapnya sesuai dengan yang diinginkan. Contoh:
pecandu narkoba dipaksa untuk berhenti dan diberi penyuluhan
berulang-ulang tentang bahaya narkoba.
2.3.7 Cara-cara Pengendalian Sosial
Secara umum pengendalian sosial dapat dibedakan dengan dua cara yaitu:

12
1. Pengendalian Sosial secara Formal
a. Pengendalian sosial melalui hukuman fisik
Pengendalian sosial cara ini dilakukan oleh lembaga-lembaga resmi
atau yang diakui keberadaannya. Contohnya penembakan pelaku teroris
yang menyerang aparat kepolisian.
b. Pengendalian sosial melalui lembaga Pendidikan
Pendidikan merupakan pengendalian sosial secara terencana dan
berkesinambungan agar terjadi perubahan-perubahan positif dalam
perilaku seseorang. Dengan hal itu, diharapkan perilaku tersebut tidak
menyimpang dari norma-norma dan nilai-nilai sosial yang berlaku
di masyarakat.
c. Pengendalian sosial melalui ajaran agama
Setiap pemeluk agama akan berusaha sedapat mungkin menjalankan
ajaran agamanya tersebut dalam tingkah lakunya sehari-hari. Ajaran
agama mempunyai sanksi mutlak. Hal ini membuat ajaran agama
sebagai media pengendalian sosial yang cukup besar pengaruhnya dalam
menjaga stabilitas masyarakat.
2. Pengendalian Sosial Secara Informal
Sedangkan pengendalian sosial secara informal dapat dilakukan melalui
enam cara:
a. Cemoohan
Cemoohan adalah tindakan membicarakan seseorang dengan
menggunakan kata-kata kiasan, perumpamaan, atau kata-kata yang
berlebihan serta bermakna negatif.
b. Desas-desus (gosip)
Desas-desus adalah berita yang menyebar secara cepat dan tidak
berdasarkan fakta atau bukti-bukti kuat.
c. Ostrasisme (pengucilan)
Ostrasisme adalah suatu tindakan pemutusan hubungan sosial dari
sekelompok orang terhadap seorang anggota masyarakat.
d. Fraundulens
Fraundulens merupakan bentuk pengendalian sosial yang umumnya
terdapa pada anak kecil. Misalnya, A bertengkar dengan B. Jika si A
lebih kecil dari B, maka si A mengancam bahwa dia mempunyai kakak
yang berani yang dapat mengalahkan B.
e. Teguran
Teguran merupakan cara pengendalian sosial melalui perkataan atau
tulisan secara langsung. Teguran dilakukan agar pelaku perilaku
menyimpang segera menyadari kekeliruannya dan memperbaiki dirinya.
f. Intimidasi
Intimidasi merupakan cara pengendalian sosial yang dilakukan dengan
paksaan, biasanya dengan cara mengancam atau menakut-nakuti. Aparat
penegak hukum sering menggunakan cara ini untuk mengorek
keterangan dari orang yang dimintai keterangannya.

13
2.3.8 Jenis-jenis Lembaga Pengendalian Sosial
Perlu diketahui oleh masyarakat bahwa lembaga pengendalian sosial dalam
masyarakat tidak hanya di Kepolisian. Masih banyak lagi lembaga pengendalian
sosial di masyarakat bisa menyelesaikan beberapa masalah penyimpangan atau
pelanggaran baik di lembaga formal maupun non-formal seperti:
1. Lembaga kepolisian
Polisi merupakan aparat resmi pemerintah untuk menertibkan keamanan.
Tugas-tugas polisi, antara lain memelihara ketertiban masyarakat, menjaga
dan menahan setiap anggota masyarakat yang dituduh dan dicurigai
melakukan kejahatan yang meresahkan masyarakat, misalnya pencuri,
perampok dan pembunuh.
2. Pengadilan
Pengadilan lembaga resmi yang dibentuk pemerintah untuk menangani
perselisihan atau pelanggaran kaidah di dalam masyarakat. Pengadilan
memiliki unsur-unsur yang saling berhubungan satu sama lain. Unsur-nsur
yang saling berhubungan dengan pengadilan adalah hakim, jaksa dan
pengacara. Dalam proses persidangan, jaksa bertugas menuntut pelaku untuk
dijatuhi hukuman sesuai peraturan yanag berlaku. Hakim bertugas
menetapkan dan menjatuhkan putusan berdasarkan data dan keterangan
resmi yang diungkapkan di persidangan. Pengacara atau pembela bertugas
mendampingi pelaku dalam memberikan pembelaan.
3. Tokoh adat
Tokoh adat adalah pihak yang berperan menegakkan aturan adat. Peranan
tokoh adat adalah sangat penting dalam pengendalian sosial. Tokoh
adat berperan dalam membina dan mengendalikan sikap dan tingkah laku
warga masyarakat agar sesuai dengan ketentuan adat.
4. Tokoh agama
Tokoh agama adalah orang yang memiliki pemahaman luas tentang agama
dan menjalankan pengaruhnya sesuai dengan pemahaman tersebut.
Pengendalian yang dilakukan tokoh agama terutama ditujukan untuk
menentang perbuatan yang tidak sesuai dengan nilai dan norma agama.
5. Tokoh masyarakat
Tokoh masyarakat adalah setiap orang yang memiliki pengaruh besar,
dihormati, dan disegani dalam suatu masyarakat karena aktivitasnya,
kecakapannya dan sifat-sifat tertentu yang dimilikinya.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Nilai Sosial dan Norma sosial adalah kebiasaan umum yang menjadi
patokan perilaku dalam suatu kelompok masyarakat dan batasan wilayah
tertentu. Norma berkembang akan seiring dengan kesepakatan-kesepakatan sosial
masyarakatnya, sering juga disebut dengan peraturan sosial. Nilai Sosial dan Norma
perilaku sosial yang seharusnya dilakukan dalam interaksi sosialnya. Keberadaan
norma dalam masyarakat yang masuk individu atau suatu kelompok agar bertindak
sesuai dengan aturan sosial yang telah terbentuk. Pada nyata, Nilai Sosial dan Norma
sosial disusun agar hubungan antara manusia dalam masyarakat dapat berlangsung
tertib yang diharapkan.
Nilai Sosial dan Norma lahir karena adanya interaksi sosial dalam
masyarakat. Masyarakat yang membutuhkan aturan utama, tata letak yang dapat
membantu mereka mencapai suasana yang diharapkan, yaitu tertib dan teratur. Untuk
mencapainya, maka dibentuklah norma sebagai baru yang dapat digunakan
untuk mengatur pola perilaku dan tata kelakuan yang akhirnya disepakati
bersama oleh anggota kelompok masyarakat tersebut.
Pengendalian sosial (social control) adalah setiap cara atau upaya yang
dilakukan oleh pihak-pihak terkait guna mencegah, mengurangi, mengatasi tindakan
kriminal agar kehidupan masyarakat menjadi dan tetap tentram serta tertib
berdasarkan nilai dan norma yang ada. Pengendalian sosial yang dilakukan oleh
masyarakat muncul karena adanya keinginan masyarakat untuk menciptakan
kehidupan yang aman dan tertib, sehingga masyarakat membuat sejumlah nilai dan
norma yang harus ditaati oleh setiap anggotanya.

3.2 SARAN
Penulis berharap agar penyajian makalah ini dapat diperhatikan dengan
saksama, karena melalui makalah yang dipaparkan ini, penulis menjelaskan beberapa
poin penting dari Nilai-nilai, Norma dan Pengendalian Sosial dalam
Masyarakat. Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu diharapkan agar pembaca kiranya dapat juga membaca
materi yang berkaitan, pada referensi lainnya agar dapat lebih memahami lagi
mengenai Nilai-nilai, Norma dan Pengendalian Sosial dalam Masyarakat

15
DAFTAR PUSTAKA
http://siadenuriklas. blogspot.com/2012/10/makalah-nilai- sosial-dan-norma-sosial.ht ml,
diakses pada 11 Februari 2021 pukul 15.00
https://erikanovianadewi. blogspot.com/2017/02/makalah-sosio logi-pengertian.ht ml,
diakses pada 11 Februari 2021 pukul 15.21
http://dziauntaiancinta.blogspot.com/2016/04/makalah-pengendalian-sosial.ht ml,
diakses pada 11 Februari 2021 pukul 18.55

16

Anda mungkin juga menyukai