Anda di halaman 1dari 10

OGK 2

Ny. Rumah(50 tahun) dibawa ke IGD karena mengeluh rasa terbakar dan tidak enak di bagian
kuadran kanan atas. Berdasarkan hasil USG diketahui adanya kumpulan batu yang berada di
dalam kandung empedu. Dari hasil laboratorium diperoleh level SGOT dan SGPT di atas
normal, kolesterol total 300 mg/dL, HDL 25 mg/dL, dan trigliserida 250 mg/dL.
1. Apakah profil lipid darah pasien diatas sudah termasuk dislipidemia?
Dislipidemia merupakan kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan terjadinya
peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Dimana kelainan pada
fraksi lipid yang utama yakni kenaikan kadar kolesterol total (Ktotal), kolesterol LDL
(K-LDL), trigliserida (TG), serta penurunan kolesterol HDL (K-HDL).

Berdasarkan hasil USG dan uji laboratorium, pasien Ny. Rumah(50 tahun) merupakan
penderita dislipidemia. Hal ini dikarenakan pasien memiliki kadar kolesterol total
diatas 200mg/dL, HDL (lemak baik) <40, dan kadar TG di antara 200-499 (250
mg/dL) yang termasuk kategori tinggi. Selain itu ditemukan batu empedu selama
pemeriksaan. pembentukan batu empedu tersebut disebabkan oleh dislipidemia yang
terjadi pada pasien. Hal ini disebabkan oleh turunnya kadar HDL yang menjadi salah
satu pemicu terbentuknya batu empedu karena berkaitan dengan resistansi insulin.
Adapun penelitian lain yang menunjukkan bahwa tingginya kadar TG dapat
menyebabkan penurunan kontraksi dari kantung empedu sehingga menyebabkan
terbentuknya kantung empedu (Mendez, 2005).
2. Apakah penyebab kondisi diatas ?
Batu kolesterol yang berada di kandung empedu dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti
1. kandung empedu yang terlalu jenuh oleh kolesterol; 2. pembentukan kolesterol monohidrat
yang tumbuh menjadi batu; 3. gangguan pengosongan kantung empedu dan stasis sehingga
kristal kolesterol mengendap.
Dalam penelitian tsb diketahui rata-rata nilai kolesterol total dan trigliserida untuk
pasien yang memiliki batu kolesterol adalah 218,45 mg/dL dan 174,72 mg/dL. Berdasarkan
hal tersebut dapat disimpulkan pasien mengalami penyakit kolelitiasis(batu empedu) yang
disebabkan jenuhnya kolesterol pada hati karena nilai total kolesterol dan LDL yang lebih
tinggi dibanding data yaitu 300 mg/dL dan 250 mg/dL.

3. Tipe-Tipe Dislipidemia

Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan/penurunan


fraksi lipid dalam plasma termasuk trigliserida, kolesterol, ester kolesterol dan fosfolipid dan
atau lipoprotein plasma termasuk lipoprotein densitas sangat rendah (VLDL) dan lipoprotein
densitas rendah (LDL), dan penurunan level lipoprotein densitas tinggi (HDL).

Dislipidemia primer adalah dislipidemia akibat kelainan genetik. Pasien dislipidemia sedang,
disebabkan oleh hiperkolesterolemia poligenik dan dislipidemia kombinasi familial.
Dislipidemia berat umumnya karena hiperkolesterolemia familial, dislipidemia remnan, dan
hipertrigliseridemia primer.
Dislipidemia sekunder adalah dislipidemia yang terjadi akibat suatu penyakit lain misalnya
hipotiroidisme, sindroma nefrotik, diabetes mellitus, sindroma metabolik, penyakit hati
obstruktif, serta obat-obat yang dapat meningkatkan kolesterol LDL dan menurunkan
kolesterol HDL (progestin, steroid anabolic, kortikosteroid, dan beta-blocker)
https://biomedpharmajournal.org/vol7no2/a-review-article-on-hyperlipidemia-types-treatmen
ts-and-new-drug-targets/

4. Patofisiologi dan patogenesis


Batu empedu merupakan benda keras, dan berbentuk seperti kerikil yang menghalangi
saluran empedu. Pembentukan batu empedu diawali pembentukan cairan kental yang terdiri
dari glikoprotein, kalsium, dan kristal kolesterol di dalam kandung empedu. Mayoritas kasus
batu empedu terbentuk dari kandungan kolesterol yang sangat jenuh karena konsentrasi
kolesterol lebih tinggi dibanding persentase terlarutnya kolesterol.
Terganggunya keseimbangan antara proses pro-nukleasi(promosi pembentukan kristal) dan
proses anti-nukleasi(inhibisi pembentukan kristal) protein di empedu dapat juga mempercepat
proses pembentukan kristal kolesterol di empedu.
Pada kasus ini karena konsentrasi kolesterol sangat tinggi sehingga empedu menjadi
sangat jenuh dan hati tidak mampu melarutkan seluruhnya sehingga pembentukan kristal
kolesterol sangat tinggi.

Patogenesis : Pembentukan empedu merupakan jalur untuk mengeliminasi kelebihan


kolesterol dari tubuh menjadi kolesterol bebas atau garam empedu. Kolesterol dijadikan larut
air melalui agregasi dengan garam empedu dan lesitin. ketika konsentrasi kolesterol melebih
kapasitas hati untuk melarutkan kolesterol maka kolesterol akan membentuk kristal dari
larutan tersebut.

https://www.uspharmacist.com/article/gallbladder-disease-pathophysiology-diagnosis-and-tre
atment#:~:text=Gallstones%20are%20hard%2C%20pebble%2Dlike,the%20gallbladder%20o
r%20biliary%20ducts.

5. Manifestasi Klinis

Aterosklerosis (penyempitan pembuluh darah karena menumpuknya lemak) : Hiperlipidemia


adalah faktor risiko terpenting untuk aterosklerosis, yaitu penyebab utama penyakit
kardiovaskular. Aterosklerosis adalah proses patologis ditandai dengan akumulasi lipid,
kolesterol dan kalsium dan perkembangan plak berserat dengan di dinding arteri

Penyakit Arteri Koroner (CAD) : Aterosklerosis, penyebab utama penyakit arteri koroner,
ditandai dengan akumulasi lipid dan pembentukan plak fibrosa di dalam dinding arteri yang
mengakibatkan penyempitan arteri yang memasok darah ke miokardium, dan membatasi
aliran darah dan jumlah yang tidak mencukupi oksigen untuk memenuhi kebutuhan jantung.
Tinggi profil lipid telah terhubung dengan perkembangan dari aterosklerosis koroner
Infark Miokard (MI) (serangan jantung) : MI adalah kondisi yang terjadi saat darah dan
oksigen persediaan diblokir sebagian atau seluruhnya mengalir di satu atau lebih arteri
jantung, mengakibatkan kerusakan atau kematian sel jantung. Oklusi mungkin disebabkan
oleh pecahnya plak aterosklerotik. Studi menunjukkan bahwa sekitar seperempat dari mereka
yang selamat dari infark miokard adalah hiperlipidemia

Stroke iskemik: stroke keempat penyebab utama kematian. Biasanya stroke terjadi karena
untuk penyumbatan arteri oleh bekuan darah atau sepotong plak aterosklerotik yang terlepas
pembuluh darah di dalam otak. Banyak uji klinis terungkap yang menurunkan lipoprotein
densitas rendah (LDL) dan total kolesterol sebesar 15% secara signifikan mengurangi risiko
stroke pertama
6. Golongan obat apa saja yang dapat digunakan sebagai terapi dislipidemia? buatlah
bagan yang menghubungkan patofisiologi dislipidemia dengan golongan obat
tersebut!
Pada pengidap dengan kadar komponen lemak yang tinggi, dokter dapat meresepkan satu
atau lebih obat untuk menurunkan kadar lemak, tergantung pada komponen mana yang
memiliki risiko paling besar, seperti:

1.Statin menghambat sintesis kolesterol dan meningkatkan jumlah reseptor LDL

2.Niasin menghambat lipolisis di jaringan adiposa sehingga menurunkan jumlah trigliserida


-> menurunkan produksi VLDL dan LDL

3.Fibrates menurunkan trigliserida melalui aktivasi lipoprotein lipase dan meningkatkan HDL

4.Resin menurunkan konsentrasi asam empedu sehingga meningkatkan konversi kolesterol


menjadi asam empedu (BA) -> konsentrasi kolesterol intraseluler menurun

5.Cholesterol absorption inhibitor menghambat penyerapan kolesterol dan empedu yang


menyebabkan penurunan pengiriman kolesterol ke hati

6.Omega-3 fatty acid menurunkan trigliserida dengan cara menghambat pembentukan


VLDL di hati
7. jelaskan mekanisme kerja obat- obat yang digunakan sebagai terapi dislipidemia
berikutcontohnya!
http://www.inaheart.org/upload/image/Pedoman_tatalksana_Dislipidemia.pdf
Terapi farmakologis
Prinsip dasar dalam terapi farmakologi untuk dislipidemia baik
pada ATP III maupun ACC/AHA 2013 adalah untuk menurunkan
risiko terkena penyakit kardiovaskular. Berbeda dengan ATP III yang
menentukan kadar K-LDL tertentu yang harus dicapai
sesuai dengan klasifikasi faktor risiko, ACC/AHA 2013 tidak
secara spesifik menyebutkan angka target terapinya, tetapi
ditekankankepada pemakaian statin dan persentase penurunan
K-LDL dari nilai awal. Hal tersebut merupakan hasil dari
evaluasi beberapa studi besar yang hasilnya menunjukkan
bahwa penggunaan statin berhubungan dengan penurunan risiko
ASCVD tanpa melihattarget absolut dari K-LDL(16) . Namun
demikian, jika mengacu kepada ATP III, maka selain statin,
beberapa kelompok obat hipolipidemik yang lain masih dapat
digunakan yaitu Bile acid sequestrant, Asam nikotinat, dan
Fibrat dengan profil sebagaiberikut
1. Statin
Mekanisme Kerja
Statin bekerja dengan mengurangi pembentukan kolesterol di
liver dengan menghambat secara kompetitif kerja dari
enzim HMG-CoA reduktase. Pengurangan konsentrasi kolesterol
intraseluler meningkatkan ekspresi reseptor LDL pada
permukaan hepatosit yang berakibat meningkatnya pengeluaran
LDL-C dari darah dan penurunan konsentrasi dari LDL-Cdan
lipoprotein apo-B lainnyatermasuk trigliserida Statin sebagai
pencegahan primer:
• Terapi statin direkomendasikan sebagai bagian dari pengelolaan dan strategi
pencegahan primer penyakit kardiovaskular pada dewasa yang memiliki 20%
atau 10 tahun risiko lebih besar terkena penyakit kardiovaskular (skor
risiko Framingham). Tingkat risiko dapat dihitung dengan
menggunakan risk calculator. Pada kelompok tertentu dimana
risk calculator tidak mampu menghitung resiko secara tepat (pasien
geriatri, etnis tertentu) maka dilakukan penilaian secara
klinis. Keputusan untuk memulai terapi statin harus didahului dengan
pemberian informasi yang jelas kepada pasien tentang
risiko dan manfaat dari statin, dengan mempertimbangkan
faktor-faktor tambahan seperti komorbiditas, harapan hidup dan
aspek ekonomi.
• Target untuk kolesterol total dan kolesterol LDL tidak dianjurkan jika
indikasi pemberian statin adalah untuk pencegahan primer • Setelah
dimulai pemberian statin untuk pencegahan primer, pengulangan
ulangi pengukuran lipid tidak perlu. Clinical judgement dan keinginan
pasien harus memandu review terapi obat dan apakah untuk meninjau
profil lipid.
• Jika pemberian statin untuk tujuan pencegahan primer telah diberikan,
maka belum ada rekomendasi kapan untuk melakukan penilaian
laboratorium ulangan untuk kadar lipid. Penilaian klinis dan
juga mendengarkan pilihan yang dibuat oleh pasien dapat
dijadikan pertimbangan untuk menentukan penggunaan statin
selanjutnya dan kapan melakukan evaluasi ulang dari profil
lipid.
2. Asam Fibrat
Terdapat empat jenis yaitu gemfibrozil, bezafibrat,
ciprofibrat, dan fenofibrat. Obat ini menurunkan trigliserid
plasma, selain menurunkan sintesis trigliserid di hati. Obat
ini bekerja mengaktifkan enzim lipoprotein lipase yang
kerjanya memecahkan trigliserid. Selain menurunkan kadar trigliserid,
obat ini juga meningkatkankadar kolesterol- HDL yang
diduga melalui peningkatan apoprotein A-I, dan A-II. Pada saat
ini yang banyak dipasarkan di Indonesia adalah
gemfibrozil dan fenofibrat.
3. Asam Nikotinik
Obat ini diduga bekerja menghambat enzim hormone sensitive
lipase di jaringan adiposa, dengan demikian
akan mengurangi jumlah asam lemak bebas. Diketahui bahwa
asam lemak bebas ada dalam darah sebagian akan ditangkap
oleh hati dan akan menjadi sumber pembentukkan
VLD. Dengan menurunnya sintesis VLDL di hati, akan
mengakibatkan penurunan kadar trigliserid, dan juga
kolesterol-LDL di plasma. Pemberian asam nikotinik
temyata juga meningkatkan kadar kolesterol- HDL. Efek
samping yang paling sering terjadi adalah flushing yaitu perasaan
panas pada muka bahkan di badan.
4. Ezetimibe
Obat golongan ezetimibe ini bekerja dengan
menghambat absorbsi kolesterol oleh usus halus. Kemampuannya
moderate didalam menurunkan kolesterol LDL
(15-25%). Pertimbangan penggunaan ezetimibe adalah untuk
menurunkan kadar LDL, terutama pada pasien yang tidak tahan
terhadap pemberian statin. Pertimbangan lainnya adalah
penggunaannya sebagaikombinasi dengan statin untuk mencapai
penurunan kadar LDL yang lebih rendah

8. jelaskan hal-hal penting yg harus diketahui terkait obat-obat dislipidemia!


1. Dislipidemia familial
Konsentrasi lipid plasma sangat dipengaruhi oleh faktor genetik yang dalam keadaan
ekstrem dimanifestasikan sebagai dislipidemia familial di mana ditemukan
konsentrasi kolesterol LDL atau TG yang tinggi, atau konsentrasi kolesterol HDL
yang rendah pada beberapa anggota keluarga. Keberadaan dislipidemia familial patut
dicurigai pada pria usia ˂50 tahun atau wanita ˂60 tahun dengan penyakit
kardiovaskular. Pasien dengan dislipidemia familial dikategorikan mempunyai risiko
kardiovaskular tinggi.35 Estimasi risiko kardiovaskular berdasarkan persamaan risiko
multivariat saja tidaklah mencukupi untuk estimasi risiko pasien dengan dislipidemia
familial. Terapi statin intensitas tinggi dianjurkan bagi pasien dengan dislipidemia
familial untuk menurunkan konsentrasi kolesterol LDL lebih dari 50%.123 Anak dari
orang tua dengan dislipidemia familial hendaknya menerapkan pola diet sejak awal
dan mendapat terapi farmakologis saat beranjak dewasa.
2. Wanita
Informasi tentang efek statin, terutama untuk pencegahan primer, pada wanita sangat
terbatas. Sebuah analisis meta menunjukkan laju kejadian kardiovaskular lebih rendah
pada wanita yang diterapi statin daripada yang mendapat plasebo baik pada
pencegahan primer maupun sekunder.126 Oleh karena itu, terapi statin hendaknya
digunakan tanpa memandang jenis kelamin. Walau data tentang efek pengobatan
non-statin belum tersedia, penggunaan obat seperti niasin, fibrat, dan ezetimibe
monoterapi atau dikombinasikan dengan statin tetap direkomendasikan pada wanita.
Semua obat penurun lipid tidak boleh diberikan kepada wanita yang merencanakan
kehamilan, selama kehamilan, dan menyusui.
. 3. Usia lanjut
Sebagian terbesar penelitian yang menggunakan statin mencakup subyek usia muda
kurang dari 65 tahun. Kelompok usia lanjut menjadi penting karena proporsinya
meningkat dengan meningkatnya usia harapan hidup dan mereka relatif mempunyai
risiko kardiovaskular lebih tinggi karena terpapar dengan faktor risiko lebih lama.
Selain itu, efek samping statin berupa miopati lebih sering terjadi pada pasien berusia
lanjut karena menggunakan lebih banyak obat yang dimetabolisme di sitokrom P450.
Stroke
Pasien dengan riwayat stroke dan TIA dikategorikan ke dalam kelompok
dengan risiko kardiovaskular sangat tinggi.35 Etiologi stroke bervariasi seperti
tromboemboli (sering berhubungan dengan fibrilasi atrium), aterosklerosis arteri
karotis, penyakit serebrovaskular yang mengenai pembuluh darah kecil, dan
perdarahan intrakranial (perdarahan intraserebral dan subarakhnoid). Hubungan
dislipidemia dengan kejadian aterotrombotik pada pasien stroke iskemik dan TIA
sudah ketahui, sementara hubungannya dengan jenis stroke lainnya belum diketahui
dengan jelas. Hubungan antara konsentrasi lipid rendah dengan peningkatan insiden
stroke perdarahan hanya dibuktikan oleh studi observasional dan tidak
konsisten.142-146 Terapi penurun lipid pada pasien dengan risiko kardiovaskular
tinggi menurunkan angka kejadian stroke dan TIA129,147-149 sehingga terapi statin
pada pasien dengan risiko kardiovaskular tinggi ditujukan untuk pencegahan primer
stroke dan menurunkan risiko kejadian kardiovaskular lainnya. Peran obat penurun
lipid selain statin untuk pencegahan primer stroke dan TIA belum jelas. Peran statin
dalam pencegahan sekunder stroke tergantung dari jenis strokenya. Pasien yang
mengalami kejadian serebrovaskular akibat proses aterotrombosis mendapat faedah
terbesar dari pengobatan statin. Sementara itu, pasien dengan stroke perdarahan tidak
mendapat manfaat dari terapi statin atau bahkan dapat berbahaya.
Daftar Pustaka
Tara V. (2019). A Prospective Study on the Pattern and Association of Hyperlipidemia in
Patients with Cholelithiasis. IOSR Journal of Dental and Medical Sciences. 18(6)

Anda mungkin juga menyukai