Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN ASMA BRONCHIAL

Diajukan sebagai tugas individu,


Untuk memenuhi tugas individu mata kuliah konsep dasar keperawatan 2

Oleh :
ALAIYA PUDYABAWARAHMA
1A KEPERAWATAN
19.156.01.11.002

TAHUN AJARAN 2019/2020


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKALAH TINGGI KESEHATAN MEDISTRA INDONESIA
Jl. Cut Mutia Raya No.88A, Kel. Sepanjang Jaya – Bekasi
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, dimana atas segala rahmat dan
izin-Nya, saya dapat memenyelsaikan Laporan Pendahuluan yang berjudul “ASMA
BRONCHIAL” saya dapat menyelsaikan laporan pendahuluan ini, walaupun penulis
menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan didalam ini. Untuk itu saya
berharap adanya kritik dan saran yang membangun guna keberhasilan penulisan yang akan
datang.
Akhir kata, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada ibu/bpk dosen yang telah
membantu hingga terselesaikanya laporan pendahuluan ini semoga segala upaya yang telah
dicurahkan mendapat berkah dari Tuhan Yang Maha Esa.

Subang, 8 juli 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................................................3
2.1 Definisi..................................................................................................................................3
2.2 Klasifikasi.............................................................................................................................3
2.3 Etiologi..................................................................................................................................4
2.4 Patofisiologi..........................................................................................................................5
2.5 Pathway................................................................................................................................7
2.6 Manifestasi Klinis................................................................................................................7
2.7 Komplikasi...........................................................................................................................8
2.8 Penatalaksanaan..................................................................................................................8
2.9 Pemeriksaan Penunjang......................................................................................................9
BAB III...............................................................................................................................................10
ASUHAN KEPERAWATAN............................................................................................................10
3.1 Kasus Pemicu.....................................................................................................................10
BAB IV...............................................................................................................................................21
PENUTUP..........................................................................................................................................21
4.1 Kesimpulan.........................................................................................................................21
4.2 Saran...................................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................21

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


asma bronkial di masyarakat sering disebut sebagai bengek, asma, mengi, ampek,
sesak nafas, dan berbagai istilah lokal lainnya. Asma merupakan suatu penyakit
gangguan jalan nafas obstruktif intermiten yang bersifat reversibel, ditandai dengan
adanya periode bronkospasme, peningkatan respon trakea dan bronkus terhadap berbagai
rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan nafas.
Asma bronkial merupakan satu hiperreaksi dari bronkus dan trakea, sehingga
mengakibatkan penyempitan saluran nafas yang bersifat reversible (Naga, 2012).
Asma adalah penyakit dengan karakteristik sesak napas dan wheezing, dimana
frekuensi dan keparahan dari tiap orang berbeda. Kondisi ini akibat kelainan dari jalan
napas di paru dan memengaruhi sensitivitas saraf pada jalan napas sehingga mudah
teriritasi. Pada saat serangan, alur jalan napas membengkak karena penyempitan jalan
napas dan pengurangan aliran udara yang masuk ke paru (Rosalina, 2015).
Asma bronkial merupakan penyakit kronik yang sering dijumpai pada anak maupun
dewasa di negara berkembang maupun negara maju. Sejak dua dekade terakhir,
dilaporkan bahwa prevalensi asma bronkial meningkat pada anak maupun dewasa.
Prevalensi total asma bronkial di dunia diperkirakan 7,2 % (6% pada dewasa dan 10%
pada anak). Prevalensi tersebut sangat bervariasi pada tiap negara dan bahkan perbedaan
juga didapat antar daerah di dalam suatu negara. Prevalensi asma bronkial di berbagai
negara sulit dibandingkan, tidak jelas apakah perbedaan angka tersebut timbul karena
adanya perbedaan kritertia diagnosis atau karena benar-benar terdapat perbedaan (IDAI,
2010).
Riset kesehatan dasar (Riskesdas) yang dilakukan oleh badan penelitian dan
pengembangan kesehatan dalam rangka mengetahui berbagai prevalensi penyakit pada
tahun 2007 mendapatkan bahwa prevalensi penyakit asma bronkial di Indonesia adalah
sebesar 3,32%. Prevalensi asma bronkial terbesar adalah di provinsi Gorontalo yaitu
sebesar 7,23%, dan terendah adalah di provinsi NAD (Aceh) sebesar 0,09%. Sedangkan
prevalensi asma bronkial pada provinsi Lampung adalah 1,45%.

1
1.2 Rumusan Masalah
1 Apa defisini asma bronchial?

2 Apa klasifikasi asma bronchial?

3 Bagaimana etiologi asma bronchial?

4 Bagaimana Patofisilogi asma bronchial?

5 Bagaimana manifestasi klinis Asma bronchial ?

6 Bagaimana komplikasi asma bronchial?

7 Bagaimana penatalaksanaan asma bronchial?

8 Bagaimana pemeriksaan penunjang asma bronchial ?

9 Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Asma Bronchial

1.3 Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum
Mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan asma bronchial
2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui defisini asma bronchial

2. Mengetahui klasifikasi asma bronchial

3. Mengetahui etiologi asma bronchial

4. Mengetahui Patofisilogi asma bronchial

5. Mengetahui manifestasi klinis Asma bronchial

6. Mengetahui komplikasi asma bronchial

7. Mengetahui penatalaksanaan asma bronchial

8. Mengetahui pemeriksaan penunjang asma bronchial

2
9. Mengetahui Asuhan Keperawatan Pada Asma Bronchial

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Asma bronkial adalah penyakit penyempitan saluran pernapasan yang disebabkan
oleh meningkatnya respons trakea dan bronkus terhadap berbagai macam rangsangan.
Penyempitan saluran pernapasan ini bersifat sementara dan dapat kembali seperti semula,
baik tanpa obat maupun dengan obat (Admin, 2011).
Asma bronkial merupakan satu hiperreaksi dari bronkus dan trakea, sehingga
mengakibatkan penyempitan saluran nafas yang bersifat reversible (Naga, 2012).

Asma bronkial adalah penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di
hampir semua negara di dunia, di derita oleh anak- anak sampai dewasa dengan derajat
penyakit yang ringan sampai berat, bahkan dapat mengancam jiwa seseorang. Lebih dari
seratus juta penduduk di seluruh dunia menderita asma dengan peningkatan prevalensi
pada anak- anak (GINA, 2006).
2.2 Klasifikasi
Berkaitan dengan gangguan saluran pernapasan yang berupa peradangan dan
bronkokonstriksi, beberapa ahli membagi asma dalam 2 golongan besar, seperti yang
dianut banyak dokter ahli pulmonologi (penyakit paru-paru) dari Inggris, yakni:
1. Asma Ekstrinsik

Asma ekstrinsik adalah bentuk asma yang paling umum, dan disebabkan karena reaksi
alergi penderitanya terhadap hal-hal tertentu (alergen), yang tidak membawa pengaruh
apa-apa terhadap mereka yang sehat. Kecenderungan alergi ini adalah “kelemahan
keturunan”. Setiap orang dari lahir memiliki sistem imunitas alami yang melindungi
tubuhnya terhadap serangan dari luar. Sistem ini bekerja dengan memproduksi
antibodi. (Hadibroto & Alam, 2006).

2. Asma Intrinsik

Asma intrinsik tidak responsif terhadap pemicu yang berasal dari alergen. Asma jenis
ini disebabkan oleh stres, infeksi, dan kondisi lingkungan seperti cuaca, kelembapan
dan suhu tubuh. Asma intrinsik biasanya berhubungan dengan menurunnya kondisi
ketahanan tubuh, terutama pada mereka yang memiliki riwayat kesehatan paru-paru
yang kurang baik, misalnya karena bronkitis dan radang paru-paru (pneumonia).
Penderita diabetes mellitus golongan lansia juga mudah terkena asma intrinsik.

4
Penderita asma jenis ini kebanyakan berusia di atas 30 tahun (Hadibroto & Alam,
2006).

Klasifikasi tingkat penyakit asma dapat dibagi berdasarkan frekuensi kemunculan


gejala (Hadibroto & Alam, 2006).

a. Intermitten, yaitu sering tanpa gejala atau munculnya kurang dari 1 kali dalam
seminggu dan gejala asma malam kurang dari 2 kali dalam sebulan. Jika seperti
itu yang terjadi, berarti faal (fungsi) paru masih baik.
b. Persisten ringan, yaitu gejala asma lebih dari 1 kali dalam seminggu dan
serangannya sampai mengganggu aktivitas, termasuk tidur. Gejala asma malam
lebih dari 2 kali dalam sebulan. Semua ini membuat faal paru realatif menurun.
c. Persisten sedang, yaitu asma terjadi setiap hari dan serangan sudah mengganggu
aktivitas, serta terjadinya 1-2 kali seminggu. Gejala asma malam lebih dari 1-2
kali seminggu. Gejala asma malam lebih dari 1 kali dalam seminggu. Faal paru
menurun.
d. Persisten berat, gejala asma terjadi terus-menerus dan serangan sering terjadi.
Gejala asma malam terjadi hampir setiap malam. Akibatnya faal paru sangat
menurun.

Klasifikasi tingkat penyakit asma berdasarkan berat ringannya gejala (Hadibroto &
Alam, 2006):
a. Asma akut ringan, dengan gejala: rasa berat di dada, batuk kering ataupun
berdahak, gangguan tidur malam karena batuk atau sesak napas, mengi tidak ada
atau mengi ringan, APE (Arus Puncak Aspirasi) kurang dari 80%.
b. Serangan asma akut sedang, dengan gejala: sesak dengan mengi agak nyaring,
batuk kering/berdahak, aktivitas terganggu, APE antara 50-80%.
c. Serangan asma akut berat, dengan gejala: sesak sekali, sukar berbicara dan
kalimat terputus-putus, tidak bisa barbaring, posisi harus setengan duduk agar
dapat bernapas, APE kurang dari 50%.

2.3 Etiologi
Menurut The Lung Association of Canada, ada dua faktor yang menjadi pencetus
asma (Hadibroto & Alam, 2006):
1. Pemicu (trigger)

5
mengakibatkan mengencang atau menyempitnya saluran pernapasan
(bronkokonstriksi). Umumnya pemicu yang mengakibatkan bronkokonstriksi
termasuk stimulus sehari-hari seperti perubahan cuaca dan suhu udara dimana cuaca
lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. (Bull & Price,
2007).
2. Penyebab (inducer)
mengakibatkan peradangan (inflammation) pada saluran pernapasan. Umumnya
penyebab (inducer) asma adalah alergen, yang tampil dalam bentuk ingestan dimana
alergen masuk ke tubuh melalui mulut (dimakan/diminum) terutama makanan dan
obat-obatan.

2.4 Patofisiologi
saluran pernapasan yang berupa peradangan dan bronkokonstriksi, beberapa ahli
membagi asma dalam 2 golongan besar yakni asma ekstriksi dan asma intrinsik
(Hadibroto & Alam, 2006).
1. Asma Ekstrinsik

Pada asma ekstrinsik alergen menimbulkan reaksi yang hebat pada mukosa bronkus
yang mengakibatkan konstriksi otot polos, hiperemia serta sekresi lendir putih yang
tebal. Mekanisme terjadinya reaksi ini telah diketahui dengan baik, tetapi sangat
rumit. Penderita yang telah disensitisasi terhadap satu bentuk alergen yang spesifik,
akan membuat antibodi terhadap alergen yang dihirup itu. Antibodi ini merupakan
imunoglobin jenis IgE. Antibodi ini melekat pada permukaan sel mast pada mukosa
bronkus. Sel mast tersebut tidak lain daripada basofil yang kita kenal pada hitung
jenis leukosit. Bila satu molekul IgE yang terdapat pada permukaan sel mast
menangkap satu molekul alergen, sel mast tersebut akan memisahkan diri dan
melepaskan sejumlah bahan yang menyebabkan konstriksi bronkus. Salah satu contoh
yaitu histamin, contoh lain ialah prostaglandin. Pada permukaan sel mast juga
terdapat reseptor beta-2 adrenergik. Bila reseptor beta-2 dirangsang dengan obat anti
asma Salbutamol (beta-2 mimetik), maka pelepasan histamin akan terhalang.
Pada mukosa bronkus dan darah tepi terdapat sangat banyak eosinofil. Adanya
eosinofil dalam sputum dapat dengan mudah diperlihatkan. Dulu fungsi eosinofil di
dalam sputum tidak diketahui, tetapi baru-baru ini diketahui bahwa dalam butir-butir
granula eosinofil terdapat enzim yang menghancurkan histamin dan prostaglandin.

6
Jadi eosinofil memberikan perlindungan terhadap serangan asma. Dengan demikian
jelas bahwa kadar IgE akan meninggi dalam darah tepi (Herdinsibuae dkk, 2005).
2. Asma Intrinsik

Terjadinya asma intrinsik sangat berbeda dengan asma ekstrinsik. Mungkin mula-
mula akibat kepekaan yang berlebihan (hipersensitivitas) dari serabut-serabut nervus
vagus yang akan merangsang bahan-bahan iritan di dalam bronkus dan menimbulkan
batuk dan sekresi lendir melalui satu refleks. Serabut-serabut vagus, demikian
hipersensitifnya sehingga langsung menimbulkan refleks konstriksi bronkus. Atropin
bahan yang menghambat vagus, sering dapat menolong kasus-kasus seperti ini. Selain
itu lendir yang sangat lengket akan disekresikan sehingga pada kasus-kasus berat
dapat menimbulkan sumbatan saluran napas yang hampir total, sehingga berakibat
timbulnya status asmatikus, kegagalan pernapasan dan akhirnya kematian.
Rangsangan yang paling penting untuk refleks ini ialah infeksi saluran pernapasan
oleh flu (common cold), adenovirus dan juga oleh bakteri seperti hemophilus
influenzae. Polusi udara oleh gas iritatif asal industri, asap, serta udara dingin juga
berperan, dengan demikian merokok juga sangat merugikan (Herdinsibuae dkk,
2005).

7
2.5 Pathway

2.6 Manifestasi Klinis


1. Tanda
Tanda peringatan awal (Hadibroto & Alam, 2006) adalah perubahan dalam pola
pernapasan, bersin-bersin, perubahan suasana hati (moodiness), hidung mampat,
batuk, gatal-gatal pada tenggorokan, merasa capai, lingkaran hitam dibawah mata,
susah tidur, turunnya toleransi tubuh terhadap kegiatan olahraga dan kecenderungan
penurunan prestasi dalam penggunaan Preak Flow Meter.
2. Gejala
a. Gejala Asma Umum
Perubahan saluran napas yang terjadi pada asma menyebabkan dibutuhkannya
usaha yang jauh lebih keras untuk memasukkan dan mengeluarkan udara dari
paru-paru. Hal tersebut dapat memunculkan gejala berupa sesak napas/sulit

8
bernapas, sesak dada, mengi/napas berbunyi (wheezing) dan batuk (lebih sering
terjadi pada anak daripada orang dewasa).
b. Gejala Asma Berat
Gejala asma berat (Hadibroto & Alam, 2006) serangan batuk yang hebat, napas
berat “ngik-ngik”, tersengal-sengal, sesak dada, susah bicara dan berkonsentrasi,
jalan sedikit menyebabkan napas tersengal-sengal, napas menjadi dangkal dan
cepat atau lambat dibanding biasanya, pundak membungkuk, lubang hidung
mengembang dengan setiap tarikan napas, daerah leher dan di antara atau di
bawah tulang rusuk melesak ke dalam, bersama tarikan napas, bayangan abu-abu
atau membiru pada kulit, bermula dari daerah sekitar mulut (sianosis), serta angka
performa penggunaan Preak Flow Meter dalam wilayah berbahaya (biasanya di
bawah 50% dari performa terbaik individu).

2.7 Komplikasi
a. Pneumothorax.
b. Asidosis respiratorik.
c. Gagal nafas.
d. Kematian.

2.8 Penatalaksanaan

1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas


2. Mengenal dan menghindari faktor yang dapat menimbulkan serangan asma.
3. Memberi penerangan kepada penderita atau keluarga dalam cara pengobatan
maupun penjelasan penyakit.
Penatalaksanaan asma dapat dibagi atas :
a. Pengobatan dengan obat-obatan seperti .
1) Beta agonist (beta adrenergik agent).
2) Methylxanlines (enphy bronkodilator).
3) Anti kolinergik (bronkodilator).
4) Kortikosteroid.
5) Mast cell inhibitor (lewat inhalasi).
b. Tindakan yang spesifik tergantung dari penyakitnya, misalnya :
1) Oksigen 4-6 liter/menit.

9
2) Agonis B2 (salbutamol 5 mg atau veneteror 2,5 mg atau terbutalin 10 mg)
inhalasi nabulezer dan pemberiannya dapat di ulang setiap 30 menit-1 jam.
Pemberian agonis B2 mg atau terbutalin 0,25 mg dalam larutan dextrose 5%
diberikan perlahan.
3) Aminofilin bolus IV 5-6 mg/kg BB, jika sudah menggunakan obat ini dalam
12 jam.
4) Kortikosteroid hidrokortison 100-200 mg itu jika tidak ada respon segera atau
klien sedang menggunakan steroid oral atau dalam serangan sangat berat.

2.9 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan Sputum.
2. Pemeriksaan Darah (Analisa Gas Darah/AGD/astrub) : Analisa gas darah pada
umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau
asidosis.
3. Scanning Paru : scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi
udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.
4. X-ray Dada/Thorax :Dilakukan untuk menyingkirkan penyakit yang tidak
disebabkan asma.
5. Pemeriksaan IgE : menunjukkan adanya antibodi IgE spesifik pada kulit. Uji
tersebut untuk menyokong anamnesis dan mencari faktor pencetus.

10
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Kasus Pemicu


Pasien bernama Ny. G berusia 23 tahun datang ke RS WIBU pada tanggal 8 juli 2020 pada
pukul 07.09 WIB di IGD. Pasien dengan keluhan sesak napas sejak 4 hari. Pasien tampak
kesulitan saat bernafas, pasien tampak lemah pasien mengatakan sesak sewaktu bangun pagi
dan semakin meningkat ketika beraktivitas, pasien juga mengatakan batuk berdahak, pasien
merasa sesaknya berkurang setelah dilakukan pengasapan (nebulizer) atau berhenti
melakukan aktivitas. Pasien mengatakan tidak nafsu makan. Pasien mengatakan mengalami
penurunan BB, Pasien juga mengatakan mempunyai riwayat asma sejak kelas 6 SD dan
pasien mengatakan bahwa ibunya memiliki riwayat asma. TD = 120/80 mmHg, RR =
36x/menit, suhu = 37o C, N: 100x/m.

I. Data Demografi :

1. Identitas pasien

Nama : Ny. G

Umur : 23 tahun

Jenis kelamin :P

Alamat : subang

Agama : Islam

Status perkawinan : Kawin

Pekerjaan :-

Pendidikan : Smk

Suku bangsa : Indonesia

No Rekam Medis : 00709

Tanggal Masuk : 08 juli 2020 jam 07.09 WIB

Tanggal pengkajian : 08 juli 2020 jam 10.00

Diagnose : Asma bronchial

11
2. Identitas penanggung jawab

Nama : Ny. A

Umur : 42 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : subang

Pekerjaan :-

Pendidikan : Smk

Hubungan dengan pasien : Ibu pasien

II. Keluhan Utama

Pasien mengatakan sesak nafas

III. RIWAYAT KESEHATAN

1. Riwayat Kesehatan Sekarang

pasien mengatakan sesak sewaktu bangun pagi dan semakin meningkat ketika
beraktivitas, pasien juga mengatakan batuk berdahak, pasien merasa sesaknya berkurang
setelah dilakukan pengasapan (nebulizer) atau berhenti melakukan aktivitas.
2. Riwayat Kesehatan Dahulu

Pasien mengatakan memiliki asma sejak kelas 6 SD.

3. Riwayat Kesehatan Keluarga

Pasien mengatakan di dalam keluarganya ada yang mempunyai penyakit keturunan


Asma.

IV. RIWAYAT PSIKOSOSIAL

- Pasien tampak cemas dan lemah.


- Pasien ingin cepat sembuh dan ingin dapat beraktivitas dengan normal,
hubungan pasien dengan keluarga, dokter, dan perawat terjalin cukup baik.

V. RIWAYAT SPIRITUAL

- Dirumah sakit pasien hanya berdoa dan memohon kesembuhan sambil


berbaring ditempat tidur.
12
VI. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum pasien

- Keadaan umum : Pasien tampak lemah.


- Kesadaran umum : Composmentis

2. Tanda Tanda Vital

- TD : 130/70 mmHg
- Nadi : 100x/menit
- Suhu : 37o C
- RR : 36x/menit

3. Pemeriksaan Head To Toe

 Kepala : bentuknya simetris, tidak ada benjolan, rambut tumbuh merata


 Mata : kelopak mata normal, konjungtiva anemia, pupil isokor dan sklera ikterus
(berwarna kuning), reflek cahaya positif
 Mulut : tidak ada stomatitis dan mukosa bibir tampak kering
 Hidung : bentuk simetris, kondisi tidak bersih, secret, bau, tidak terdapat
gangguan pada indra penciuman.
 Telinga : tidak ada serumen, membrane timpani dalam batas normal
 Leher : fungsi menelan baik, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,
 Dada :
- Inspeksi : bentuk dada simetris dan tidak ada nyeri tekan
- Palapasi : taktil fremitus kanan dan kiri simetris, retraksi dindingdada (+)
- Auskultasi : suara napas klien terdengar wheezing
 Abdomen :
- Inspeksi : simetris.
- Auskultasi : Tidakadabisingusus.
- Palpasi : Tidak ada pembengkakan, nyeri saat ditekan.

 Ekstremitas
- Atas : Tidak ada luka, dan tidak ada kelumpuhan.
- Bawah : Tidak terjadi kelumpuhan, tidak ada luka.

13
 Genetalia : fungsi genetalia baik.

VII. AKTIVITAS SEHARI – HARI

NO Aktivitas Di Rumah Di Rumah Sakit


1. Nutrisi
a. Makan 3 x sehari 2 x sehari
Frekuensi 1 Porsi ¼ porsi
Porsi Makan Nasi, lauk pauk, Bubur, sayur
Jenis sayur,

b. Minum 6 -10 gelas perhari 6 gelas / hari


Frekuensi air putih, kopi, Air putih,
Jenis susu, ramuan jamu
2. Eliminasi
a. BAB
Frekuensi 2 x sehari 1 x sehari
Bau Khas Khas
Warna Kuning fases Kuning feses
Konsintesi Padat Padat
b. BAK
Frekuensi Tidak terhitung
Bau Khas
Warna Kuning urine
Konsintesi Cair
3. Personal Hygine
a. Mandi 2 x sehari 1 x/ hari
b. Sikat gigi 2 x sehari 2 x sehari
c. Cuci rambut 1 minggu 3 x -

4. Istirahat dan Tidur Pasien sehari tidur Pasien sehari


6- 8 jam/hari tidur 4 – 5
jam/hari

14
I. DATA FOKUS

Nama pasien : Ny. G

No RM : 00709

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF


1. Pasien mengatakan sesak sewaktu bangun 1. Pasien tampak kesulitan saat bernafas,
pagi dan semakin meningkat ketika 2. pasien tampak lemah
beraktivitas 3. TTV
2. pasien merasa sesaknya berkurang setelah a. TD = 120/80 mmHg,
dilakukan pengasapan (nebulizer)atau b. RR = 36x/menit,
berhenti melakukan aktivitas c. suhu = 37o C,
3. Pasien juga mengatakan mempunyai d. N: 100x/m.
riwayat asma sejak kelas 6 SD 4. Pasien tampak lemah
5. Berat badan pasien
4. pasien mengatakan bahwa ada salah satu
a. BB Sebelum sakit 56
anggota keluarganya yang memiliki b. BB sesudah sakit 54
riwayat asma, yaitu ibunya
5. pasien juga mengatakan batuk berdahak
6. Pasien mengatakan tidak nafsu makan

7. Pasien mengatakan mengalami penurunan


BB

II. ANALISA DATA

Nama Kien : Ny. G

No RM : 00709

N PENGELOMPOKAN ETIOLOGI MASALAH


O DATA

15
1. DS : Tidak Tidak efektifnya bersihan
 Pasien mengatakan sesak efektifnya jalan nafas.
sewaktu bangun pagi dan bersihanjalan
semakin meningkat ketika nafas b.d
beraktivitas gangguan
 pasien merasa sesaknya suplai
berkurang setelah oksigen
dilakukan pengasapan penumpukan
(nebulizer)atau berhenti secret.
melakukan aktivitas
 Pasien juga mengatakan
mempunyai riwayat asma
sejak kelas 6 SD
 pasien mengatakan bahwa
ada salah satu anggota
keluarganya yang
memiliki riwayat asma,
yaitu ibunya
 pasien juga mengatakan
batuk berdahak

DO:
- Pasien tampak
kesulitan saat
bernafas,
- pasien tampak lemah
- TD = 120/80 mmHg,
RR = 36x/menit,
suhu = 37o C,
N: 100x/m.

2. DS : Perubahan nutrisi Ketidakseimbangan


- Pasien mengatakan kurang dari
nutrisi kurang dari
tidak nafsu makan kebutuhan tubuh
b.d anoreksia kebutuhan tubuh
- Pasien mengatakan
16
mengalami penurunan
bb

DO :
- Pasien tampak lemah
- BB Sebelum sakit 56
BB sesudah sakit 54

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas b.d gangguan suplai oksigen penumpukan
secret.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia.

IV. INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama klien : Ny. G

No RM : 00709

N DX. KEP Tujuan dan INTERVENSI RASIONAL T


O kriteria hasil T
D
1 Tidak efektifnya bersihan Tujuan : 1. Berikan O2  l/mnt, 1.Meningkatkan
jalan nafas b.d gangguan metode nebulizer
. setelahdiberikantindaka pengiriman
suplai oksigen 2. Anjurkan pasien
penumpukan secret. nkeperawatanselama untuk istirahat dan oksigen ke paru
napas dalam
3x24 jam untuk
3. Keluarkan sekret
diharapkanPencapaian dengan batuk atau kebutuhan
suction
bersihan jalan napas sirkulasi.
dengan kriteria hasil: 2.meningkatkan
pola nafas
1. Menunjukkan jalan normal.
nafas yang paten 3.Meningkatkan
(klien tidak merasa
tercekik, irama gerakan sekret
nafas, frekuensi ke jalan napas,
pernafasan dalam
rentang normal, sehingga mudah
tidak ada suara nafas

17
abnormal) untuk dikeluark
2. Saturasi O2 dalam
an.
batas normal

2 Perubahan nutrisi kurang Tujuan : 1. Pertimbangkan 1.meningkatkan


dari kebutuhan tubuh b.d keinginan pasien
. setelahdiberikantindaka nafsu makan.
anoreksia. dapat memperbaiki
nkeperawatanselama masukan nutrisi 2. menentukan
3x24 jam jumlah kalori
2. kolaborasi dengan
diharapkanPencapaian ahli gizi untuk dan gizi yang
menentukan jumlah
bersihan jalan napas dibutuhkan
kalori dan nutrisi
dengan kriteria hasil: yang di butuhkan pasien.
pasien
3. mengetahui
1. nafsu makan pasien 3. monitori intake asupan gizi
akankembali normal nutrisi
yang masuk
2. menunjukan
peningkatan berat 4. informasikan pada 4. mengerti
badan sesuai tujuan klien dan keluarga
manfaat nutrisi
dalam nilai tentang manfaat
laboratorium normal nutrisi

V. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama pasien : Ny. G

No RM : 00709

Tgl/ DX KEP implementasi Respon pasien ttd


jam
08 1. Tidak efektifnya bersihan 1. memerikan O2  l/mnt, S: pasien mengatakan
jalan nafas b.d gangguan metode nebulizer sudah tidak sesak, dan
juli
suplai oksigen batuk sedikit berkurang
202 penumpukan secret.
O:PasienNampak tidak

18
0 sesak, Nampak tidak
batuk

1 menganjurkan pasien S: pasien mengatakan


untuk istirahat dan napas lebih mudah bernafas
10.
dalam
00 O:pasientampak lebih
nyaman

2 mngeluarkan sekret S: pasien mengatakan


dengan batuk atau nafasnya sudah lebih
suction ringan

O:pasien tampak lebih


nyaman dalam bernafas

08 2. Perubahan nutrisi kurang 1. Mempertimbangkan S: pasien tampak nafsu


dari kebutuhan tubuh b.d keinginan paisen dapat makan
juli
anoreksia. memperbaiki masukan
202 nutrisi O: pasien tampak lebih
tidak lemah
0

10.
2. kolaborasi dengan ahli S: Pasien mengatakan
00 gizi untuk menentukan kurang mengkonsumsi
jumlah kalori dan nutrisi makanan yang
yang di butuhkan pasien mengandung nutrisi

O: Pasien tampak lebih


bertenaga

3. informasikan pada pasien S: Pasien mengatakan


dan keluarga tentang mengerti apa yang di
manfaat nutrisi intruksikan

O: Pasien
tampak mengerti

19
VI. EVALUASI

Nama pasien : Tn. G

No RM : 007985

Tgl/ No. dx. kep Evaluasi (SOAP) TT


jam D
08 1. Tidak efektifnya bersihan jalan S:
nafas b.d gangguan suplai oksigen - pasien mengatakan sudah tidak sesak, dan
Juli
penumpukan secret. batuk sedikit berkurang
202 - pasien mengatakan lebih mudah bernafas
0 - pasien mengatakan nafasnya sudah lebih
ringan

O:
- Pasien Nampak tidak sesak, Nampak tidak
10. batuk
00 - Pasien tampak lebih bertenaga
- pasien tampak lebih nyaman dalam
bernafas
A: masalah teratasi
P: intervensi di hentikan
08 2. Perubahan nutrisi kurang dari S:
kebutuhan tubuh b.d anoreksia.  Pasien mengatakan kurang mengkonsumsi
Juli
makanan yang mengandung nutrisi
202  Pasien mengatakan mengerti apa yang di
0 intruksikan
O:
 pasien tampak lebih tidak lemah
 Pasien tampak lebih bertenaga
 Pasien tampak mengerti
10. A: masalah teratasi
00
P: intervensi di hentikan

20
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Asma bronkial di masyarakat sering disebut sebagai bengek, asma, mengi, ampek,
sesak nafas, dan berbagai istilah lokal lainnya. Asma merupakan suatu penyakit
gangguan jalan nafas obstruktif intermiten yang bersifat reversibel, ditandai dengan
adanya periode bronkospasme, peningkatan respon trakea dan bronkus terhadap berbagai
rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan nafas.

4.2 Saran
1. Bagi mahasiswa semoga makalah ini dapat membantu kita semua dalam berbagai
ilmu pada proses pembelajaran.
2. Diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien dengan
Asma bronchial.
3. Bagi pembaca semua, diharapkan mampu memberikan asuhan keperawatan secara
komprehensif pada pasien dengan Asma bronchial.

DAFTAR PUSTAKA

http://repository.poltekkes-kdi.ac.id/629/1/KTI%20Indar%20Asmarani.pdf
http://digilib.unila.ac.id/9881/13/Bab%20I.pdf
21
https://www.academia.edu/36038589/ASKEP_Pemenuhan_Kebutuhan_Oksigenasi
https://www.academia.edu/31673254/Asuhan_Keperawatan_Asma_Bronkhial

22

Anda mungkin juga menyukai