Anda di halaman 1dari 4

Nama : SHINTA CAHYANINGTYAS

NIM : 041811333175
Kelas :M

CHAPTER 14 (WEEK 4)
AUDIT SIKLUS PENJUALAN DAN PENAGIHAN
Akun Dan Kelas Transaksi Dalam Siklus Penjualan dan Penagihan
Tujuan keseluruhan dari audit siklus penjualan dan penagihan adalah mengevaluasi
apakah saldo akun yang diperoleh dari siklus disajikan secara wajar sesuai dengan standar. Sifat
dari akun ini bisa bervariasi tergantung dari industri dan klien. Dalam siklus penjualan dan
penagihan terdapat 5 klasifikasi transaksi yaitu:
1. Penjualan (tunai dan kredit)
2. Penerimaan kas
3. Retur dan pengurangan penjualan
4. Penghapusan piutang tak tertagih
5. Beban piutang tak tertagih
Selain penjualan tunai, setiap transaksi dan jumlah yang dihasilkan pada akhirnya akan
dimasukkan dalam salah satu dari dua akun neraca, yaitu akun piutang usaha atau penyisihan
untuk pitang tak tertagih, dengan asumsi bahwa ada pengendalian internal yang sama baiknya
untuk penjualan tunai maupun penjualan kredit.
Fungsi Bisnis Dalam Siklus dan Dokumen Serta Catatan Terkait
Siklus penjualan dan penagihan melibatkan keputusan dan proses yang dibutuhkan untuk
transfer kepemilikan dari barang dan jasa kepada pelanggan setelah barang-barang tersebut
tersedia untuk dijual. Siklus ini diawali dengan permintaan permintaan oleh seorang pelanggan
dan diakhiri dengan konversi bahan atau jasa menjadi piutang usaha hingga menjadi kas .
Terdapat 8 fungsi bisnis dalam siklus penjualan dan penagihan :
1. Pemrosesan Pesanan Pelanggan
Permintaan pesanan pelanggan merupakan penawaran untuk membeli barang dalam
kondisi tertentu yang disepakati. Dokumen dalam pemrosesan pesanan pelanggan
yaitu permintaan pelanggan (customer order) dan pesanan penjualan (sales order).
2. Pemberian Kredit
Sebelum barang dikirim, pihak yang bertanggung jawab harus menyetujui kredit
terlebih dahulu bagi penjualan secara kredit. Persetujuan kredit yang buruk
mengakibatkan bertambahnya beban piutang tak tertagih.
3. Pengiriman Barang
Dokumen pengiriman dibuat untuk mengawali pengiriman barang, yang
menunjukkan deskripsi barang dagang , kuantitas yang dikirimkan, dan data yang
relevan lainnya. Salah satu jenis dokumen ini adalah Bill of Lading, yaitu kontrak
tertulis mengenai penerimaan dan pegiriman barang  pembawa  dan  penjual.  Bill of
lading dikirimkan secara elektronik ketika barang telah di kirimkan dan secara
otomatis akan membuat faktur penjualan yang terkait serta ayat jurnal dalam jurnal
penjualan.

4. Penagihan Pelanggan dan Pencatatan Penjualan


Penagihan dilakukan dengan jumlah tagihan yang tepat berdasarkan tagihan pada
pelanggan untuk jumlah yang dikirim pada harga yang disahkan. Dokumen-dokumen
dalam penagihan pelanggan dan pencatatan penjualan ini antara lain: faktur
penjualan, arsip transaksi penjualan, jurnal atau daftar penjualan, arsip utama akun
piutang dagang, neraca saldo akun piutang, dan laporan penagihan bulanan.
5. Pemrosesan dan Pencatatan Penerimaan Kas
Proses ini berisi proses penerimaan, penyetoran, dan pencatatan kas. Proses ini rawan
pencurian, oleh karena itu penerimaan kas harus segera disetor ke bank dan dijurnal.
Dokumen-dokumen pendukung dalam proses ini antara lain slip pembayaran, daftar
awal penerimaan kas, arsip transaksi penerimaan kas, dan jurnal atau daftar
penerimaan kas.
6. Pemrosesan Pencatatan Retur Penjualan dan Pengurangan Harga
Dokumen yang digunakan dalam proses ini adalah memo kredit serta jurnal retur
penjualan dan pengurangan harga.
7. Penghapusan Piutang Tak Tertagih
Setelah menyimpulkan bahwa suatu jumlah tidak dapat ditagih, perusahaan harus
menghapuskannya dan penghapusan itu dapat ditandai dalam formulir otorisasi
piutang tak tertagih.
8. Beban Piutang Tak Tertagih
Prinsip akuntansi mengharuskan perusahaan untuk mencatat beban piutang tak
tertagih sejumlah nilai tagihan yang diperkirakan tidak dapat ditagih. Kebanyakan
perusahaan mencatat transaksi ini pada akhir periode tertentu.
Metodologi Untuk Merancang Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif
Transaksi Penjualan
1. Memahami pengendalian internal pada penjualan
Untuk memahami pengendalian internal klien, auditor harus mempelajari bagan arus
klien, menyusun kuesioner, dan pengujian penelusuran.
2. Mengukur risiko pengendalian yang direncanakan pada penjualan
Auditor menggunakan informasi yang diperoleh dalam pemahaman pengendalian
internal untuk menilai risiko pengendalian. Empat langkah dalam penilaian ini:
• Auditor membutuhkan kerangka kerja untuk menilai risiko pengendalian
• Auditor harus menentukan pengendalian internal kunci dan defisiensi
penjualan
• Setelah menentukan pengendalian dan kelemahan, auditor harus
menghubungkannya dengan tujuan
• Auditor menilai risiko pengendalian setiap tujuan dengan mengevaluasi
pengendalian dan kelemahan masing-masing tujuan
3. Menentukan luas lingkup pengujian pengendalian.
Untuk audit perusahaan publik, auditor harus menampilkan pengujian ekstensif
pengendalian kunci dan mengevaluasi dampak defisiensi pada laporan pengendalian
internal selain laporan keuangan. Lingkup pengujian pengendalian pada perusahaan
nonpublik bergantung pada efektivitas pengendalian dan lingkup yang auditor
percaya dapat mengurangi risiko pengendalian. Auditor juga harus
mempertimbangkan biaya pengujian pengendalian dibandingkan dengan
pengurangan potensial dalam pengujian substantif. Rendahnya level risiko
pengendalian akan meningkatkan pengujian pengendalian dengan meningkatkan
risiko deteksi dan mengurangi jumlah pengujian substantif.
4. Merancang pengujian pengendalian untuk penjualan.
Untuk masing-masing pengendalian kunci, satu atau lebih pengujian pengendalian
harus didesain untuk memverifikasi efektivitasnya. Dalam kebanyakan audit, relatif
mudah untuk menentukan sifat pengujian pengendalian dari sifat pengendaliannya.
Misalnya, jika pengendalian internal adalah untuk menandai pesanan pelanggan
setelah kredit mereka disetujui, pengujian pengendalian adalah untuk memeriksa
pesanan pelanggan sebagai inisial yang tepat.
5. Merancang pengujian substantive pada transaksi penjualan
Dalam menentukan pengujian substantif transaksi, auditor biasanya menggunakan
beberapa prosedur pada setiap audit tanpa memperhatikan keadaan, dimana yang
lainnya bergantung pada kecukupan pengendalian dan hasil dari pengujian
pengendalian.  
Retur Penjualan dan Pengurangan Harga                                        
Auditor biasanya menekankan pengujian pengendalian yang mengungkap setiap
pencurian kas dari penagihan piutang dagang yang ditutupi oleh retur penjualan dan pengurangan
harga yang fiktif.
Metodologi untuk Merancang Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif
Transaksi Penerimaan Kas
Langkah-langkah metodologi ini: menentukan apakah kas yang diterima telah dicatat;
menyiapkan bukti penerimaan kas; dan melakukan pengujian untuk mengungkap lapping dalam
piutang. Pengujian pengendalian tergantung pada pengendalian yang auditor identifikasi,
perluasan audit yang dilakukan oleh auditor akan mengurangi risiko pengendalian meskipun
perusahaan yang diaudit adalah perusahaan publik. Bagian terpenting dari tanggung jawab
seorang auditor dalam mengaudit penerimaan kas adalah untuk mengidentifikasi inefisiensi
pengendalian internal yang akan meningkatkan potensi penipuan.
Jenis penggelapan kas yang sulit dideteksi auditor adalah penggelapan kas yang terjadi
sebelum kas dicatat ke dalam jurnal penerimaan kas, terutama jika penjualan dan penerimaan kas
dicatat bersamaan. Bukti penerimaan kas adalah prosedur audit dimana total penerimaan kas
yang dicatat dalam jurnal untuk periode tertentu dengan deposit aktual yang dibuat kepada bank
dalam periode yang sama.
Lapping piutang adalah penundaan penjurnalan dalam penagihan piutang untuk
menyembunyikan kas yang ada. Penggelapan dilakukan oleh orang yang bertugas sebagai
penerima kas sekaligus bagian pencatatan piutang. Penggelapan ini dapat dicegah dengan
pemisahan tugas dan kebijakan bagi karyawan.
Pengujian Audit untuk Penghapusan Piutang Tak Tertagih
Hal yang menjadi perhatian auditor pada audit penghapusan piutang tak tertagih adalah
kemungkinan klien menutupi penggelapan dengan menghapus piutang yang sudah tertagih.
Pengendalian utama untuk mencegah penggelapan ini adalah otorisasi tepat penghapusan piutang
tidak tertagih oleh maajemen setelah menginvestigasi alasan pelanggan belum membayar.
Pada siklus penjualan dan penagihan, hal yang paling terpengaruh adalah nilai yang dapat
direalisasi. Auditor umumnya mengatur risiko inheren setinggi nilai yang dapat direalisir.
Idealnya, klien merancang beberapa pengendalian untuk mengurangi piutang tidak tertagih.
Salah satunya adalah persetujuan kredit melalui orang yang tepat. Dua pengendalian yang lain
adalah
1. Persiapan neraca saldo piutang secara periodik untuk dilakukan review dan di-
follow-up oleh personel manajemen yang sesuai.
2. Kebijakan penghapusan piutang tidak tertagih ketika sudah tidak lagi dapat ditagih. 
Dampak Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif Transaksi
Bagian audit yang paling terdampak oleh pengujian pengendalian dan pengujian substantif
transaksi pada siklus penjualan dan penagihan adalah saldo piutang, kas, beban piutang tidak
tertagih dan penyisihan piutang tidak tertagih. Pada penyelesaian pengujian pengendalian dan
pengujian sustantif transaksi, auditor harus menganalisis masing-masing pengecualian baik audit
publik maupun nonpublik untuk menentukan penyebab dan implikasi dari pengecualian risiko
pengendalian yang ditetapkan, yang mungkin mempengaruhi risiko deteksi pendukung dan
pengujian substantif. Hasil pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi memiliki
dampak yang paling signifikan pada siklus penjualan dan penagihan adalah pada konfirmasi
piutang.

Anda mungkin juga menyukai