Anda di halaman 1dari 11

PENERAPAN KONSELING TRANSAKSIONAL DENGAN TEKNIK

TRANSAKSIONAL KOMPLEMENTER UNTUK MEMINIMALISASI


KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG
I.A.Pt Prahasti Negari1, Gd Sedanayasa2, Ni Md Setuti3
1,2,3
Jurusan Bimbingan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

e-mail: {Dayu_Prahasti@rocketmail.com, gede_sedanayasa@yahoo.co.id,


konselorsetuti@yahoo.com}

ABSTRAK

Penelitian ini adalah penelitian tindakan bimbingan konseling dengan tujuan untuk
meminimalisasi kecenderungan perilaku menyimpang siswa di sekolah. Subjek penelitian 3 orang siswa
kelas X jurusan busana SMK Negeri 1 Seririt Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013 yang
terditeksi memiliki perilaku menyimpang seperti sering membolos, lalai terhadap tugas sekolah dan
indisipliner berpakaian.
Penelitian dilakukan melalui siklus I dan siklus II dan data yang diperoleh dianalisis secara
deskriptif. Proses konseling analisis transaksional dengan teknik transaksi komplementer digunakan
untuk mengetahui perkembangan siswa yang dipantau dengan metode observasi, kuesioner, dan
wawancara dengan guru BK, guru bidang study dan wali kelas X jurusan busana.
Penelitian dilakukan dengan dua siklus terhadap ketiga konseli dengan kriteria keberhasilan
dibawah 55%. Hasil siklus I menunjukkan satu orang tuntas dengan rata-rata penurunan 14,4%, dan
siklus II menunjukan tiga siswa tuntas dengan rata-rata penurunan 13,8% yang tampak pada perilaku
siswa menjadi rajin pergi kesekolah, pulang sesuai dengan aturan sekolah, tidak hadir sekolah dengan
keterangan, rajin menyelesaikan tugas, berpakaian seragam dengan rapi, dan sesuai dengan hari yang
ditetapkan sekolah. Ketiga konseli sudah menyadari perilaku menyimpang merugikan dirinya sehingga
terjadi perubahan sikap seperti yang diharapkan. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
konseling analisis transaksional dengan teknik transaksi komplementer dapat meminimalisasi
kecenderungan perilaku menyimpang.
Kata Kunci: konseling analisis transaksional, teknik transaksi komplementer, perilaku menyimpang

ABSTRACT

This research is an action research in counseling which aimed to minimalize the tendency of
students‟ deviant behaviors in school. The subject was three students of X fasion class at SMK Negeri 1
Seririt, second semester in academic year 2012/2013 which detected have deviant behaviors, such as
always truant, inattentive to schoolwork, and disciplinary dressed.
The research was done through cycle I and cycle II and the data collected were analyzed
descriptively. The process of transactional counseling analysis with transactional complementary
technique was used to find out the students‟ development which monitored by the method of observation,
questionnaire, and interview the counseling teacher, the teacher field study and the leader of X fasion
class.
The research did with two cycles on the third counselees with success criteria under 55%. The
result of cycle I shows one counselee complete with average reduction 14.4% and cycle II shows three
counselees complete with average reduction 13.8% that appear on the students‟ behavior. They become
diligent to go to school, go home based on school rule, absent with information, neatly dressed in uniform
and based on school day.Three counselees already realize that deviant demage theirself so it changes
behavior as expected. From the results of research can conclude that transactional counseling analysis
with transactional complementary technique is able to minimalize the tendency of students‟ deviant.
Keyword: transactional counseling analysis, transactional complementary technique, deviant
PENDAHULUAN komunikasi. Komunikasi adalah proses
penyampaian pesan dari komunikator
Dalam Undang-Undang Sistem kepada komunikan dengan tujuan
Pendidikan Nasional No 23 Tahun 2003, komunikan dapat mengerti pesan yang
pada pasal 13 dinyatakan bahwa “jalur disampaikan oleh komunikator. Yang
pendidikan terdiri atas pendidikan formal, dimaksud dengan komunikator adalah
in-formal dan non-formal yang dapat saling orang tua sedangkan komunikan adalah
memperkaya”. Berhasil tidaknya seorang anak. Pada situasi tertentu misalnya anak
anak dalam pendidikannya dipengaruhi ingin bercerita, menyampaikan pendapat
oleh ketiga jalur pendidikan tersebut. pada orang tua sehingga kedudukan
Pendidikan formal adalah pendidikan yang komunikator adalah anak dengan
diselenggarakan di instansi resmi yakni komunikan orang tua.
sekolah, kemudian pendidikan informal Komunikasi akan mencapai tujuan
yakni keluarga dan yang terakhir adalah bila pihak-pihak yang berkomunikasi saling
pendidikan non formal yakni pendidikan memahami dua pihak. Nada kesepakatan
yang diberikan oleh masyarakat. Dari ketiga dua pihak dalam analisis transaksional
lembaga pendidikan itu keluarga yang disebut dengan „I,m ok you are ok’ yaitu
memiliki andil yang pertama. Mengapa dimana antara komunikan dengan
dikatakan demikian, karena seorang anak komunikator merasa seperti pemenang dan
sejak baru lahir akan mendapatkan bisa menjalin hubungan langsung yang
perawatan pertama dan pertama terbuka.
berinteraksi dengan keluarganya. Berkomunikasi dengan anak pada
Menurut UU RI Nomor 20 Tahun 2003 usia remaja memang sangat penting karena
Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 yaitu pada usia remaja seorang anak sedang
Pendidikan memiliki tujuan untuk berada pada masa transisi yang sering
berkembangnya potensi peserta didik agar disebut dengan masa pencarian jati diri.
menjadi manusia yang beriman dan Jika ia tidak diperhatikan dan tidak
bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diarahkan maka ia akan menganggap apa
berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, yang tengah dilakukannnya adalah benar
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara tanpa analisis masa depan.
yang demokratis serta bertanggung jawab. Singgih dan Singgih Yulia (2004: 206)
Tujuan pendidikan tersebut tidak bisa mengatakan,” pada masa remaja ini ia ingin
hanya diwujudkan dengan pendidikan yang mencari jati dirinya karena pada masa
diberikan di jalur formal saja. Pendidikan remaja adalah masa pertengahan dimana
yang diberikan keluarga sangat penting ia tidak memiliki kedudukan. Remaja
untuk dapat membentuk karakter anak. tidaklah ada pada kedudukan anak-anak
Tujuh belas jam anak memiliki waktu atau pun dewasa”. Ini lah yang harus
berada di rumah, waktu inilah yang diperhatikan terutama oleh orang tua atau
digunakan untuk memberikan pendidikan orang dewasa terdekatnya.
pada anak oleh orang tuanya. Cara Jika sikap yang ditampilkan oleh
interaksi anak di sekolah maupun dengan remaja apa lagi perilakunya ada yang
temanya lebih banyak menggunakan cara- mengarah keperilaku-perilaku menyimpang
cara yang sering dilakukan anak dalam tetap dibiarkan dan tidak mendapat
keluarganya. Namun tidak dapat dipungkiri pengarahan, maka perilaku menyimpang
bahwa proses imitasi tingkah laku dari akan semakin bertambah dan
teman sepergaulan akan dilakukan oleh menghasilkan dampak yang buruk pada diri
anak berkaitan dengan peran penting itu, anak.
maka dari itu orang tua harus Seperti yang sering ditayangkan di
memperhatikan tiap fase perkembangan media baik elektronik, surat kabar maupun
dari tingkah lakunya. media yang lain belakangan ini sering
Dalam mendidik anak baik di rumah terjadi penyimpangan tingkah laku yang
maupun dalam masyarakat pasti dilakukan utamanya paling banyak dilakukan oleh
transaksi-transaksi. Transaksi yang para pelajar. Diantaranya ada geng motor,
dilakukan adalah dengan melalui narkoba, rokok, seks bebas, anarkis antar
kelompok pelajar (tauran), membolos dan Analisis Transaksional (dalam Gerald
tidak masuk sekolah tanpa keterangan Corey, 2003:178) yaitu: analisis struktural,
serta pelanggaran kecil lainnya di sekolah. metode-metode didaktik, kursi kosong,
Pendekatan Analisis Transasional permainan peran, pencontohan keluarga,
ditokohi oleh Eric Berney, pendekatan ini analisis upacara, hiburan, dan permainan,
dikembangkan berlandaskan suatu teori analisis permainan dan ketegangan dan
kepribadian yang berkenaan dengan analisis skenario dan analisis transaksional.
analisis struktural dan transaksional. Dalam analisis transaksional dibagi menjadi
Analisis transaksional (AT) adalah menjadi transaksi silang, komplementer dan
psikoterapi transaksional yang dapat terselubung. Transaksi komplementer
digunakan dalam konseling individual, dicirikan dengan menciptakan atmosfer
tetapi lebih cocok untuk digunakan dalam yang bersahabat, saling pengertian sabar
konseling kelompok. Analisis transaksional mendengarkan keluhan anak, menjaga
melibatkan suatu kontrak yakni perjanjian kesantunan, tidak menghakimi,
yang memiliki tujuan agar konseli secara memberikan jalan keluar, bukan cela.
jelas bisa menyatakan tujuan-tujuannya dan Kevin Steede (2007:48)
arah proses konseling (dalam Gerald mengatakan bahwa, “agar komunikasi
Corey, 1988:159). dengan anak berjalan terbuka dan efektif,
Kata transaksi adalah proses sebisa mungkin orang tua “menyelami”
pertukaran. Dalam komunikasi pun dikenal keinginan anaknya. Dengan begitu, anak
dengan transaksi, dan yang dipertukarkan akan merasa bahwa orang tua secara
adalah pesan-pesan baik verbal maupun sungguh-sungguh ingin mendengarkan
nonverbal. Analisis transaksional (AT) keluh kesah mereka”. Untuk melakukan
sebenarnya bertujuan untuk mengkaji komunikasi yang terbuka dengan anak-
secara mendalam proses transaksi, siapa- anak, orang tua harus belajar menjadi
siapa yang terlibat di dalamnya dan pesan pendengar yang baik bukan sebuah
apa yang dipertukarkan. aktifitas pasif, melainkan aktivitas yang
Teori analisis transaksional sangat aktif.
berpandangan bahwa manusia bisa Karena tujuan penelitian ini untuk
berkembang dan diubah melalui suatu menciptakan komunikasi yang baik maka
proses yang menyenangkan. Proses yang teknik yang digunakan adalah teknik
menyenangkan itu ketika berhubungan transaksi komplementer yang diprediksi
dengan orang lain, sikap yang mampu meminimalisasi perilaku
menunjukkan adanya perhatian dan menyimpang.
bersikap hangat dengan lawan bicara, Kartini Kartono, (1992:7) mengatakan
mengundang individu lain untuk senang. bahwa, “perilaku menyimpang adalah suatu
Dalam praktek analisis, bahasa tindakan atau perilaku kenakalan yang
transaksinya disebut I’m OK and you’re OK. merupakan gejala (sakit) patologis secara
(Heru-ferdi dalam Http://heru- sosial pada anak-anak dan remaja yang
ferdi.blogspot.com) mengatakan bahwa, disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian
“AT adalah suatu sistem terapi yang sosial”.
berlandaskan teori kepribadian yang Jamal Ma‟mur (2012:96) mengatakan
menggunakan tiga pola tingkah laku atau bahwa “perilaku menyimpang yaitu kelainan
perwakilan ego yang terpisah”. tingkah laku atau tindakan yang bersifat anti
Ketiga status ego atau Ego States sosial, melanggar norma sosial, agama,
yang dimaksud adalah Ego anak, Ego serta ketentuan hukum yang berlaku dalam
Dewasa, dan Ego Orang Tua, ketiga masyarakat”. Kartini Kartono (1992:21)
struktur ego di atas dimiliki oleh setiap menyebutkan beberapa wujud perilaku
manusia. menyimpang (dilinkuen) diantaranya adalah
Analisis Transaksional memiliki kebut-kebutan dijalan yang mengganggu
tujuan dasar yakni membentuk konseli keamanan lalu lintas dan membahayakan
dalam membuat keputusan-keputusan baru jiwa sendiri serta orang lain, perilaku ugal-
yang menyangkut tingkah lakunya sekarang ugalan, brandalan, urakan yang
dan arah hidupnya. Teknik konseling mengacaukan ketentraman sekitar. Tingkah
ini bersumber pada kelebihan energi dan pudarnya nilai dan norma. Menurut Ridlowi,
dorongan primitif yang tidak terkendali serta 2009 akibat yang ditimbulkan oleh siswa
kesukaan menteror lingkungan, perkelahian yang melakukan penyimpangan perilaku
antar gang, membolos sekolah lalu seperti membolos, lalai terhadap tugas
bergelandangan sepanjang jalan, akan mengalami kegagalan dalam
kriminalitas anak, remaja dan adolesen pelajaran.
antara lain berupa perbuatan mengancam, Kecendrungan perilaku
mengintimidasi, memeras, maling, mencuri, menyimpang bisa ditangani apabila bisa
mencopet, merampas, menjambret, membentuk suatu transaksi yang baik dan
menyerang dan lain-lain, berpesta pora benar. Salah satu transaksi bisa dilakukan
sambil mabuk-mabukan, melakukan dengan komunikasi yang komplementer,
hubungan seks bebas, atau orgi, yakni adanya penerimaan pesan yang telah
perkosaan, agresifitas seksual dan disampaikan dengan baik dan sama-sama
pembunuhan dengan motif seksual, depresi mewakili ego komunikator dan komunikan.
hebat, rasa kesunyian, emosi balas Komunikasi yang paling harus diperhatikan
dendam, kekecewaan ditolak cintanya oleh adalah komunikasi yang dilakukan di
wanita dan masih banyak wujud prilaku keluarga.
menyimpang lainnya. Data yang didapatkan dari hasil
Jenis perilaku menyimpang menurut pengamatan di SMK N 1 Seririt, perilaku
bentuknya, Sunarwiyati S (dalam Jamal meyimpang yang sering dilakukan siswa
Ma‟mur, 2012: 97) membagi ke dalam tiga adalah mengirim surat dengan alasan sakit
tingkatan yaitu: perilaku menyimpang biasa, padahal bermain ke tempat Play Station
seperti suka berkelahi, keluyuran, atau bermalas-malasan dirumah, tidak
membolos sekolah, pergi dari rumah tanpa sekolah tanpa surat keterangan, ada yang
pamit, urakan, dan sebagainya. Perilaku menggunakan pakaian sekolah dan
menyimpang pelanggaran dan kejahatan, berpamitan pada orang tua untuk ke
seperti mengendarai mobil tanpa SIM, sekolah namun tidak sampai di sekolah
mencuri, tidak bertanggung jawab tetapi ke rumah teman yang tidak sekolah.
melakukan sesuatu dan sebagainya. pulang tidak sesuai waktu, berpakaian tidak
Perilaku menyimpang khusus, seperti sesuai dengan aturan sekolah seperti
penyalahgunaan narkotika, hubungan seks contoh celana yang terlalu ciut, pakaian
di luar nikah, pemerkosaan, dan lain-lain. yang tidak sesuai dengan hari, baju
Faktor yang menyebabkan perilaku dikeluarkan dari celana, tidak membawa
menyimpang atau membolos, Sofyan S catatan atau buku pelajaran ke sekolah.
Willis mengemukakan ada empat faktor Maka pada kesempatan yang baik ini
yaitu: Faktor-faktor di dalam diri anak dilakukan penerapan konseling analisis
seperti lemahnya pertahanan diri anak, transaksional dengan teknik komplementer
Faktor-faktor di rumah tangga seperti untuk meminimalisasi kecendrungan
lemahnya keadaan ekonomi orang tua, perilaku menyimpang siswa.
kurang perhatian orang tua, dan kehidupan Hal ini digunakan untuk mengetahui
keluarga yang tidak harmonis. Faktor apakah penerapan konseling analisis
disekolah seperti kurangnya tenaga guru, transaksional dengan teknik komplementer
fasilitas sekolah yang kurang, lemahnya dapat meminimalisasi kecendrungan
penanaman nilai moral dan mental siswa. perilaku menyimpang pada siswa kelas X
Jamal Ma‟Mur Asmani, (2012: 123) jurusan Busana di SMK Negeri 1 Seririt
mengatakan faktor penyebab dari timbulnya Kabupaten Buleleng tahun pelajaran
perilaku menyimpang adalah: hancurnya 2012/2013.
Lingkungan sosial dan lemahnya
penanaman mental dan moral siswa
Dampak dari siswa melakukan METODE
perilaku menyimpang, siswa tersebut Metode penelitian adalah penelitian
menjadi terisolir dari teman, selain itu tindakan kelas dalam konseling (Action
timbulnya rasa bersalah, terganggunya Research In Counseling) merupakan
perkembangan jiwa dan menyebabkan penelitian tindakan yang dilakukan untuk
menemukan, menganalisa, guru BK yang membimbing AR, KR dan SM
menginteprestasikan, dan melakukan untuk memperoleh informasi tentang sikap
tindakan tertentu berkaitan dengan yang tampak pada AR, KR dan SM.
berbagai aspek konseling untuk Subjek dalam penelitian kali ini ada
memperoleh hasil yang lebih optimal tiga orang konseli AR, KR dan SM kelas X
Penelitian ini dirancang dalam 2 (dua) jurusan busana SMK Negeri 1 Seririt tahun
siklus dengan dua kali pertemuan tiap pelajaran 2012/2013. Dipilihnya tiga siswa
siklusnya. Setiap siklus dalam rencana ini tersebut karena memliki perilaku
terdiri dari empat tahapan kegiatan, yaitu : menyimpang tinggi dan sedang yang
perencanaan meliputi (identifikasi, diagnosa persentasenya diatas 55%.
dan prognosa), pelaksanaan Untuk mengetahui persentasepenurunan
kegiatan/konseling/treatment, evaluasi kecendrungan perilaku menyimpang yang
/follow up, dan refleksi. dicapai siswa maka dilakukan analisis
Pengumpulan data dilakukan statistik diskriptif. Adapun rumus yang
melalui kuesioner, observasi serta digunakan adalah sebagai berikut :
wawancara dengan guru BK dan wali kelas. X
Data awal diperoleh dari hasil kuesioner P x 100% ................(1)
SMI
perilaku menyimpang siswa, pengamatan
Keterangan :
dan wawancara. Kuesioner perilaku
P = Persentase pencapaian
menyimpang terdiri dari 30 butir pernyataan
X = Skor Mentah
dengan 15 butir positif dan 15 butir negatif
SMI = Skor Maksimal Ideal
Tiap item terdiri dari 5 alternatif jawaban
(Nurkancana, 1990 : 126)
sesuai skala Likert, yaitu selalu (SL), sering
(SR), kadang-kadang (KK) jarang (JR) dan
Sedangkan untuk mengetahui
tidak pernah (TP) dengan rentang skor 1-5).
persentase penurunan perilaku
Data penelitian diperoleh dengan
menyimpang digunakan rumus
menganalisis jawaban siswa. Dengan
demikian kuesioner perilaku menyimpang ......(2)
memiliki skor maksimal ideal 150 dan skor (Good-Win and Coateeso dalam Legowo,
minimal ideal 30. Semakin tinggi perolehan 2002:71)
nilai siswa maka kecendrungan berperilaku Keterangan:
menyimpang semakin tinggi. Sebaliknya PA:Persentase Penurunan
jika semakin rendah nilai yang diperoleh, Post Rate: Perilaku menyimpang setelah
maka kecendrungan berperilaku diberikan tindakan/skor akhir
menyimpang juga semakin rendah. Base Rate: Perilaku menyimpang sebelum
Begitu juga halnya dengan diberikan tindakan/skor akhir
observasi dilakukan selama penelitian Dengan kriteria keberhasilan seperti
untuk mengamati perubahan perilaku siswa berikut.
dan didukung dengan hasil wawancara
dengan wali kelas, guru bidang study serta
Tabel 01. Kriteria perilaku menyimpang
Skor Kriteria
85% -100% Sangat sering membolos, lalai terhadap tugas
sekolah dan indisipliner berpakaian

70% - 84% Sering membolos, tidak membuat PR atau tugas


dan indisipliner berpakaian

55% - 69% Kadang membolos, lalai terhadap tugas.

Tidak membolos, bertanggung jawab terhadap


40% - 54% tugas sekolah dan berpakaian rapi.

0% - 39% Tidak pernah membolos, selalu membuat tugas


sekolah dengan baik dan berpakaian rapi.

HASIL DAN PEMBAHASAN sekolah, seragam yang ketat, dan


Sebelum melakukan kegiatan berpakaian tidak rapi. Terakhir konseli
tentuna diperlukan perencanaan tindakan berinisial SM memiliki perilaku sering tidak
agar tindakan berjalan efektif. Adapun sesuai dengan waktu, pulang tanpa izin,
perencanaan tindakan adalah meminta ijin tidak hadir tanpa keterangan, lalai terhadap
kepada kepala sekolah, guru BK, Guru wali tugas sekolah, berseragam tidak sesuai
kelas untuk melakukan penelitian skripsi aturan sekolah, seragam yang ketat, dan
dengan subjek penelitian siswa kelas berpakaian tidak rapi.
XBusana, membuat jadwal penelitian, Setelah identifikasi maka dilakukan
menyiapkan kuesioner perilaku diagnosa untuk mengetahui penyebab dari
menyimpang, wawancara dengan guru BK timbulnya perilaku menyimpang ketiga
dan wali kelas X jurusan Busana tentang konseli berbeda-beda, akan tetapi
siswa yang memiliki perilaku menyimpang semuanya cenderung memiliki penyebab
di kelas X jurusan Busana, menyusun yang sama yakni kurangnya perhatian dan
pedoman observasi tingkat perilaku komunikasi orang tua pada diri konseli
menyimpang dan melakukan evaluasi, sendiri, keadaan rumah yang tidak nyaman
menyusun jadwal kegiatan dan rencana serta pola asuh orang tua tunggal.
bimbingan konseling antara lain: Pada Prognosis konselor
membuat rencana pelaksanaan bimbingan menetapkan bantuan melalui teknik Analisis
konseling ( RPBK), menyiapkan ruang komplementer untuk membantu konseli
untuk konseling, meminta ijin kepada guru dalam menyelesaikan masalah konseli.
mata pelajaran atau guru wali kelas, Serta memberdayakan konseli agar bisa
bekerja sama dengan guru mata pelajaran membuat keputusan-keputusan yang bisa
dan wali kelas X jurusan Busana dan dilakukannya untuk mengatasi masalah
memohon bantuan dalam tahap observasi yang sedang konseli hadapi. Mengajak
untuk memantau perilaku menyimpang konseli untuk bisa memberdayakan diri dan
siswa. menciptakan suasana I am OK, You are
Masalah yang bisa diidentifikasi dari OK.
konseli AR adalah sering pulang sekolah Pada tahap konseling konselor
tidak sesuai dengan waktu, pulang tanpa memberikan kesempatan pada konseli
izin, tidak hadir tanpa keterangan, lalai untuk mengemukakan atau menceritakan
terhadap tugas sekolah,berseragam tidak masalahnya secara lebih mendalam dan
sesuai aturan sekolah, seragam yang ketat, membantu konseli untuk mencari jalan
dan berpakaian tidak rapi. Kemudian keluar dari permasalahan yang sedang
konseli KR masalahnya adalah tidak hadir dihadapi. Komunikasi dalam konseling ini
tanpa keterangan, lalai terhadap tugas tetap mencirikan komunikasi yang
sekolah,berseragam tidak sesuai aturan memberikan kasih sayang kepada seorang
siswa, bisa menjadi sahabat, saling diberikan tindakan AR memiliki skor
pengertian, mendengarkan dengan baik perilaku menyimpang sebesar 71.3%,
cerita dari konseli sehingga bisa merespon setelah diberikan konseling mengalami
dengan tepat, tidak menghakimi konseli, penurunan menjadi 26,7% dengan rata-rata
sabar mendengarkan keluhan yang penurunan sebesar 26,7%. Penurunan
disampaikannya saat itu, dan menjaga perilaku yang tampak pada indisipliner
kesantunan dalam berkomunikasi. Melalui berpakaian sehingga AR selalu tampil
komunikasi yang komplementer maka dengan pakaian yang rapi saat di kelas dan
terciptalah beberapa alternatif sesuai luar kelas. Begitu juga dengan KR dari skor
dengan masalah konseli masing-masing perilaku menyimpang sebesar 66,6% turun
dan konseli diminta untuk segera menjadi 47,3% dengan rata-rata penurunan
melakukan alternatif-alternatif yang telah sebesar 29% perubahan perilaku tampak
disepakati untuk dilaksanakan guna pada pulang sekolah sesuai waktu, tidak
mengentaskan permasalahan yang ada hadir sekolah dengan keterangan, pulang
pada diri konseli sehingga bisa menjadikan mendahului dengan izin dari petugas
diri konseli bersikap yang lebih baik dari sekolah, dan berseragam dengan baju
sebelumnya. sudah dimasukkan kecelana. Terakhir
Setelah pemberian konseling konseli SM dari skor perilaku menyimpang
dengan teknik transaksi komplementer 70,6% menjadi 61.3%, dengan rata-rata
melalui konseling individu pada siklus I penurunan sebesar 13,2%, perubahan
dilakukan evaluasi sehingga diperoleh perilaku menyimpang tampak pada sikap
penurunan persentase sikap konseli antara pulang sekolah sesuai waktu, tidak hadir
13,2% sampai 26,7% dengan rata-rata sekolah dengan keterangan.
penurunan sebesar 22,96%. Dengan Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
penjabaran masing-masing konseli sebelum pada tabel berikut ini:
Tabel: 02. Evaluasi Terhadap Hasil Tindakan Konseling Siklus I.

No Subjek Pengamatan Persentase Keterangan


Awal Siklus I Penurunan
Skor % Skor % %
1 AR 116 71.3 85 56.7 26,7 Menurun

2 KR 100 66.6 71 47.3 29 Menurun

3 SM 106 70,6 92 61.3 13,2 Menurun

Rata-rata 107 69,5 141 55,1 22,96


Refleksi dari pelaksanaan konseling
Dari hasil pelaksanaan konseling dalam siklus I tampak perubahan siswa
pada siklus I dapat digambarkan seperti dengan inisial KR yang memiliki kriteria
berikut: perilaku menyimpang dibawah 55%
sehingga dikatakan tuntas. Kedua konseli
80 lainnya masih berada diatas kriteria 55%.
Kedua konseli yang belum tuntas
60
dikarenakan AR dan SM belum
40 Data Awal sepenuhnya menyadari akan dampak
Siklus I perilaku menyimpang yang buruk. Selain itu
20
belum semua alternatif yang sudah
0 disepakati diterapkan dan saat kegiatan
AR KR SM konseling siswa belum mengikuti dengan
sungguh-sungguh.
Gambar: 01. Grafik Persentase Siklus I Kemudian konseling kembali
Perilaku Menyimpang Siswa Kelas XBusana dilaksanakan melalui siklus II dengan lebih
memperhatikan partisipasi siswa dalam
mengikuti konseling, meningkatkan konselor sehingga memperoleh hasil yang
komitment siswa untuk menerapkan lebih baik pada siklus berikutnya. Berikut
alternatif pemecahan masalah, dan adalah tabel hasil siklus II:
meningkatkan kepercayaan konseli pada

Tabel: 03.Evaluasi Terhadap Hasil Tindakan Konseling Siklus I dan siklus II.

No Subjek Pengamatan Persentase Ket


Awal Siklus I Siklus II Penurunan
Skor % Skor % Skor % %
1 AR 116 71.3 85 56.7 65 43.3 23,5 Menurun

2 KR 100 66.6 71 47.3 47 31.3 33,8 Menurun

3 SM 106 70,6 92 61.3 75 50 18,4 Menurun

Rata-rata 107 69,5 82.6 55,1 62,3 41,5 24,26


bertanggung jawab terhadap tugas,
Berdasarkan tabel evaluasi di atas berseragam sesuai aturan dan rapi.
dapat dikemukakan bahwa terjadi Data hasil pengamatan
penurunan perilaku menyimpang siswa menunjukkan pula ketiga siswa yang
setelah diberikan tindakan melalui proses diberikan konseling sudah mampu
konseling individu. Seluruh subjek meminimalisasi perilaku menyimpang
penelitian mampu mencapai persentase sesuai dengan yang diharapkan peneliti
perilaku menyimpang di bawah 55%. yang ditandai dengan tampaknya perilaku
Penjabaran penurunan perilaku konseli siswa yang sering berpakaian dengan rapi
berinisial AR dari skor awal 71,3% menjadi seperti baju dimasukkan kecelana, pakaian
56,7% pada siklus I dan menjadi 43,3% sesuai dengan hari yang ditetapkan
pada siklus II dengan rata-rata penurunan sekolah, jika tidak sekolah selalu dengan
sebesar 23,5% dengan perilaku yang keterangan, pulang sesuai dengan waktu,
nampak adalah pulang sekolah sesuai dan mengerjakan tugas sekolah tepat
waktu, pulang dengan izin dari sekolah, waktu. Hasil tersebut membuktikan bahwa
tidak hadir dengan keterangan, layanan konseling Analisis Transaksional
bertanggung jawab terhadap tugas, dengan teknik transaksi komplementer
berseragam sesuai aturan dan rapi. Konseli efektif untuk meminimalisasi perilaku
menyimpang siswa kelas XBusana.
KR juga mengalami penurunan Dari data diatas dapat dilihat
perilaku menyimpang dari skor awal 66,6% perubahan penurunan perilaku
menjadi 47,3% disiklus I dan pada siklus II menyimpang siswa dari awal, siklus I dan
menjadi 13,3% dengan rata-rata penurunan siklus II yang disajikan dalam diagram
33,8% dengan perilaku yang nampak batang berikut ini:
adalah pulang sekolah sesuai waktu,
pulang dengan izin dari sekolah, tidak hadir
dengan keterangan, bertanggung jawab 80
terhadap tugas, berseragam sesuai aturan 60
dan rapi. Terakhir pada konseli SM terjadi Skor Awal
40
juga penurunan perilaku dari skor awal Siklus I
70,6% menjadi 61,3% pada siklus I dan 20 Siklus II
pada siklus II menjadi 50 dengan rata-rata 0
penurunan 18,4% dengan perilaku yang AR KR SM

nampak adalah pulang sekolah sesuai


waktu, pulang dengan izin dari sekolah, Gambar: 02. Grafik Persentase data awal,
tidak hadir dengan keterangan, siklus I dan siklus II perilaku menyimpang
siswa kelas X jurusan Busana
Dari paparan diatas dapat ditarik secara berkala, tidak saja pada siswa yang
kesimpulan bahwa Konseling Analisis bermasalah tetapi diterapkan pula pada
Transaksional dengan teknik Transaksi siswa berprestasi untuk saling bekerja
Komplementer efektif untuk sama memantau perkembangan siswa baik
meminimalisasi perilaku menyimpang siswa di sekolah maupun di rumah sehingga
kelas X jurusan Busana SMK Negeri 1 perilaku menyimpang siswa dapat
Seririt, ini terbukti dari penurunan diminimalisir. Kepada guru BK disarankan
persentase perilaku menyimpang siswa untuk menerapkan teknik transaksi
berdasarkan hasil penyebaran kuesioner komplementer dalam mengatasi gejala
perilaku menyimpang. Perilaku masalah yang sama serta meningkatkan
menyimpang siswa dari 69.5% menurun perhatian pada siswa, dan usahakan tidak
menjadi 55.1% pada siklus I dan dari 55.1% menghakimi pada saat menyelesaikan
menjadi 41,5% pada siklus II. Data tersebut masalah yang telah diperbuat siswa,
menunjukkan bahwa terjadi penurunan berikan reward dan punishment agar siswa
sebesar 14,4% dari kondisi awal ke siklus I lebih terbimbing dan menyadari perilaku
dan 13,8% dari siklus I ke siklus II. yang diperbuatnya. Selain itu komunikasi
Perilaku yang tampak sebelum dengan orang tua siswa intensitasnya lebih
diberikan konseling seperti sering pulang sering, tidak hanya pada siswa yang
sekolah tidak sesuai waktu, pulang sekolah bermasalah, akan tetapi pada siswa
tanpa izin, tidak hadir tanpa keterangan, berprestasi juga. Guru BK seyogyanya
lalai terhadap tugas sekolah, berseragam menjadi tauladan bagi siswa, memberikan
tidak sesuai aturan sekolah, dan dorongan kepada siswa dan membentuk
berseragam tidak rapi dan setelah diberikan kepribadian siswa sehingga menjadi siswa
konseling menampakkan perilaku seperti berperilaku baik dan bertanggung jawab.
sering berpakaian dengan rapi seperti baju Kepada guru bidang studi diharapkan untuk
dimasukkan kecelana, pakaian sesuai terus memantau perkembangan sikap
dengan hari yang ditetapkan sekolah, jika siswa selama proses belajar mengajar di
tidak sekolah selalu dengan keterangan, kelas berlangsung, dan memberikan
pulang sesuai dengan waktu, dan perhatian yang lebih pada siswa yang
mengerjakan tugas sekolah tepat waktu. memiliki nilai atau tanggung jawab terhadap
Jadi semakin baik penerapan Konseling tugas yang belum dipenuhi. Kepada wali
Analisis Transaksional dengan Teknik kelas disarankan membantu dalam
Transaksi Komplementer yang diberikan memperhatikan dan mengamati perilaku
untuk meminimalisasi perilaku menyimpang siswa dan tetap berkoordinasi dengan guru
siswa, maka semakin baik hasil yang bidang studi di sekolah dengan melakukan
didapat. Hasil penerapan konseling analisis kerjasama sehingga dapat memberikan
transaksional dengan teknik transaksi penanganan secara dini jika ada siswa
komplementer untuk meminimalisasi yang bermasalah seperti salah satunya
perilaku menyimpang sejalan dengan hasil penyimpangan perilaku. Kemudian kepada
penelitian teori Analisis Transaksional untuk siswa disarankan agar melatih diri untuk
mengembangkan kualitas kemampuan bersikap dan berperilaku yang baik seperti
berinteraksi sosial siswa pada kelas VIII mengisi waktu luang dengan kegiatan
SMP Negeri 2 Singaraja tahun pelajaran ekstra atau membaca di perpustakaan
2009/2010 dengan hasil adanya perubahan sekolah, dan mengikuti bimbingan belajar
interaksi sosial siswa menjadi lebih baik. dan kegiatan yang lebih bermanfaat untuk
Berdasarkan kesimpulan diatas diri sendiri serta menunjang prestasi di
dapat disampaikan beberapa saran kepada sekolah sehingga mengurangi kesempatan
kepala sekolah agar memantau warga terjerumus pada penyimpangan perilaku.
sekolah dalam meningkatkan kinerja Disarankan bagi mahasiswa BK yang
masing-masing personil sekolah sampai mungkin tertarik menjadikan penelitian ini
optimal dan bekerja sama membimbing sebagai reverensi untuk membuat
siswa antara pihak sekolah dan orang tua penelitian selanjutnya mengingat penelitian
siswa. Komunikasi dari sekolah kepada ini dilakukan dengan keterbatasan subjek
orang tua siswa hendaknya diadakan dan waktu, peneliti mengharapkan agar
peneliti selanjutnya bisa lebih UU RI No 20 Tahun 2003. Sistem
mengembangkan kajian yang lebih luas dan Pendidikan Nasional. Bandung: Citra
mendalam terkait dengan masalah-masalah Umbar
penyimpangan perilaku pada siswa.

DAFTAR RUJUKAN

Ahmad, Ridlowi. 2009. Megatasi Siswa


Membolos Melalui Bimbingan
Konseling. Tersedia dalam
http://aridlowi.blogspot.com/2009/03/b
k-siswa-yang-membolos.html

Jamal Ma‟mur, Asmani. 2012. Kiat


Mengatasi Kenakalan Remaja Di
Sekolah. Jogjakarta: Buku Biru

Corey, Gerald.1988. Teori dan Praktek


Konseling dan Psikoterapi.
Bandung: Eresco

EB, Subakti.2008. Kenakalan Orang Tua


Penyebab Kenakalan Remaja.
Jakarta: Elex Media Komputindo

Heri, Ferdi,. 2010. Teori


Transaksional.http://heru-
ferdi.blogspot.com/2010/07/teori-
transaksional.htmlKategori.
Kartini, Kartono. 1986. Patologis Sosial II:
Kenakalan Remaja. Jakarta: Rajawali

Nurkancana,Wayan, dan PPN.


Sunartna.1990. Evaluasi Hasil
Belajar. Surabaya:Usaha Nasional

Pedoman Studi Program Pasca Sarjana


Dan Diploma Fakultas Ilmu
Pendidikan. 2012. Singaraja:
Undiksha

Singgih, Gunarsa. 2002. Psikologi


Perkembangan Anak dan Remaja.
Jakarta: PT BPK Gunung Mulia

Sofyan, Willis. 2009. Konseling Keluarga


(Family Counseling).Bandung:
Alfabeta

Steede, Kevin. 2007. 10 Kesalahan


Orangtua dalam Mendidik Anak ,
Solusi Bijak untuk Mengatasinya.
Jakarta: Tangga pustaka

Anda mungkin juga menyukai