ABSTRAK
Penelitian ini adalah penelitian tindakan bimbingan konseling dengan tujuan untuk
meminimalisasi kecenderungan perilaku menyimpang siswa di sekolah. Subjek penelitian 3 orang siswa
kelas X jurusan busana SMK Negeri 1 Seririt Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013 yang
terditeksi memiliki perilaku menyimpang seperti sering membolos, lalai terhadap tugas sekolah dan
indisipliner berpakaian.
Penelitian dilakukan melalui siklus I dan siklus II dan data yang diperoleh dianalisis secara
deskriptif. Proses konseling analisis transaksional dengan teknik transaksi komplementer digunakan
untuk mengetahui perkembangan siswa yang dipantau dengan metode observasi, kuesioner, dan
wawancara dengan guru BK, guru bidang study dan wali kelas X jurusan busana.
Penelitian dilakukan dengan dua siklus terhadap ketiga konseli dengan kriteria keberhasilan
dibawah 55%. Hasil siklus I menunjukkan satu orang tuntas dengan rata-rata penurunan 14,4%, dan
siklus II menunjukan tiga siswa tuntas dengan rata-rata penurunan 13,8% yang tampak pada perilaku
siswa menjadi rajin pergi kesekolah, pulang sesuai dengan aturan sekolah, tidak hadir sekolah dengan
keterangan, rajin menyelesaikan tugas, berpakaian seragam dengan rapi, dan sesuai dengan hari yang
ditetapkan sekolah. Ketiga konseli sudah menyadari perilaku menyimpang merugikan dirinya sehingga
terjadi perubahan sikap seperti yang diharapkan. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
konseling analisis transaksional dengan teknik transaksi komplementer dapat meminimalisasi
kecenderungan perilaku menyimpang.
Kata Kunci: konseling analisis transaksional, teknik transaksi komplementer, perilaku menyimpang
ABSTRACT
This research is an action research in counseling which aimed to minimalize the tendency of
students‟ deviant behaviors in school. The subject was three students of X fasion class at SMK Negeri 1
Seririt, second semester in academic year 2012/2013 which detected have deviant behaviors, such as
always truant, inattentive to schoolwork, and disciplinary dressed.
The research was done through cycle I and cycle II and the data collected were analyzed
descriptively. The process of transactional counseling analysis with transactional complementary
technique was used to find out the students‟ development which monitored by the method of observation,
questionnaire, and interview the counseling teacher, the teacher field study and the leader of X fasion
class.
The research did with two cycles on the third counselees with success criteria under 55%. The
result of cycle I shows one counselee complete with average reduction 14.4% and cycle II shows three
counselees complete with average reduction 13.8% that appear on the students‟ behavior. They become
diligent to go to school, go home based on school rule, absent with information, neatly dressed in uniform
and based on school day.Three counselees already realize that deviant demage theirself so it changes
behavior as expected. From the results of research can conclude that transactional counseling analysis
with transactional complementary technique is able to minimalize the tendency of students‟ deviant.
Keyword: transactional counseling analysis, transactional complementary technique, deviant
PENDAHULUAN komunikasi. Komunikasi adalah proses
penyampaian pesan dari komunikator
Dalam Undang-Undang Sistem kepada komunikan dengan tujuan
Pendidikan Nasional No 23 Tahun 2003, komunikan dapat mengerti pesan yang
pada pasal 13 dinyatakan bahwa “jalur disampaikan oleh komunikator. Yang
pendidikan terdiri atas pendidikan formal, dimaksud dengan komunikator adalah
in-formal dan non-formal yang dapat saling orang tua sedangkan komunikan adalah
memperkaya”. Berhasil tidaknya seorang anak. Pada situasi tertentu misalnya anak
anak dalam pendidikannya dipengaruhi ingin bercerita, menyampaikan pendapat
oleh ketiga jalur pendidikan tersebut. pada orang tua sehingga kedudukan
Pendidikan formal adalah pendidikan yang komunikator adalah anak dengan
diselenggarakan di instansi resmi yakni komunikan orang tua.
sekolah, kemudian pendidikan informal Komunikasi akan mencapai tujuan
yakni keluarga dan yang terakhir adalah bila pihak-pihak yang berkomunikasi saling
pendidikan non formal yakni pendidikan memahami dua pihak. Nada kesepakatan
yang diberikan oleh masyarakat. Dari ketiga dua pihak dalam analisis transaksional
lembaga pendidikan itu keluarga yang disebut dengan „I,m ok you are ok’ yaitu
memiliki andil yang pertama. Mengapa dimana antara komunikan dengan
dikatakan demikian, karena seorang anak komunikator merasa seperti pemenang dan
sejak baru lahir akan mendapatkan bisa menjalin hubungan langsung yang
perawatan pertama dan pertama terbuka.
berinteraksi dengan keluarganya. Berkomunikasi dengan anak pada
Menurut UU RI Nomor 20 Tahun 2003 usia remaja memang sangat penting karena
Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 yaitu pada usia remaja seorang anak sedang
Pendidikan memiliki tujuan untuk berada pada masa transisi yang sering
berkembangnya potensi peserta didik agar disebut dengan masa pencarian jati diri.
menjadi manusia yang beriman dan Jika ia tidak diperhatikan dan tidak
bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diarahkan maka ia akan menganggap apa
berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, yang tengah dilakukannnya adalah benar
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara tanpa analisis masa depan.
yang demokratis serta bertanggung jawab. Singgih dan Singgih Yulia (2004: 206)
Tujuan pendidikan tersebut tidak bisa mengatakan,” pada masa remaja ini ia ingin
hanya diwujudkan dengan pendidikan yang mencari jati dirinya karena pada masa
diberikan di jalur formal saja. Pendidikan remaja adalah masa pertengahan dimana
yang diberikan keluarga sangat penting ia tidak memiliki kedudukan. Remaja
untuk dapat membentuk karakter anak. tidaklah ada pada kedudukan anak-anak
Tujuh belas jam anak memiliki waktu atau pun dewasa”. Ini lah yang harus
berada di rumah, waktu inilah yang diperhatikan terutama oleh orang tua atau
digunakan untuk memberikan pendidikan orang dewasa terdekatnya.
pada anak oleh orang tuanya. Cara Jika sikap yang ditampilkan oleh
interaksi anak di sekolah maupun dengan remaja apa lagi perilakunya ada yang
temanya lebih banyak menggunakan cara- mengarah keperilaku-perilaku menyimpang
cara yang sering dilakukan anak dalam tetap dibiarkan dan tidak mendapat
keluarganya. Namun tidak dapat dipungkiri pengarahan, maka perilaku menyimpang
bahwa proses imitasi tingkah laku dari akan semakin bertambah dan
teman sepergaulan akan dilakukan oleh menghasilkan dampak yang buruk pada diri
anak berkaitan dengan peran penting itu, anak.
maka dari itu orang tua harus Seperti yang sering ditayangkan di
memperhatikan tiap fase perkembangan media baik elektronik, surat kabar maupun
dari tingkah lakunya. media yang lain belakangan ini sering
Dalam mendidik anak baik di rumah terjadi penyimpangan tingkah laku yang
maupun dalam masyarakat pasti dilakukan utamanya paling banyak dilakukan oleh
transaksi-transaksi. Transaksi yang para pelajar. Diantaranya ada geng motor,
dilakukan adalah dengan melalui narkoba, rokok, seks bebas, anarkis antar
kelompok pelajar (tauran), membolos dan Analisis Transaksional (dalam Gerald
tidak masuk sekolah tanpa keterangan Corey, 2003:178) yaitu: analisis struktural,
serta pelanggaran kecil lainnya di sekolah. metode-metode didaktik, kursi kosong,
Pendekatan Analisis Transasional permainan peran, pencontohan keluarga,
ditokohi oleh Eric Berney, pendekatan ini analisis upacara, hiburan, dan permainan,
dikembangkan berlandaskan suatu teori analisis permainan dan ketegangan dan
kepribadian yang berkenaan dengan analisis skenario dan analisis transaksional.
analisis struktural dan transaksional. Dalam analisis transaksional dibagi menjadi
Analisis transaksional (AT) adalah menjadi transaksi silang, komplementer dan
psikoterapi transaksional yang dapat terselubung. Transaksi komplementer
digunakan dalam konseling individual, dicirikan dengan menciptakan atmosfer
tetapi lebih cocok untuk digunakan dalam yang bersahabat, saling pengertian sabar
konseling kelompok. Analisis transaksional mendengarkan keluhan anak, menjaga
melibatkan suatu kontrak yakni perjanjian kesantunan, tidak menghakimi,
yang memiliki tujuan agar konseli secara memberikan jalan keluar, bukan cela.
jelas bisa menyatakan tujuan-tujuannya dan Kevin Steede (2007:48)
arah proses konseling (dalam Gerald mengatakan bahwa, “agar komunikasi
Corey, 1988:159). dengan anak berjalan terbuka dan efektif,
Kata transaksi adalah proses sebisa mungkin orang tua “menyelami”
pertukaran. Dalam komunikasi pun dikenal keinginan anaknya. Dengan begitu, anak
dengan transaksi, dan yang dipertukarkan akan merasa bahwa orang tua secara
adalah pesan-pesan baik verbal maupun sungguh-sungguh ingin mendengarkan
nonverbal. Analisis transaksional (AT) keluh kesah mereka”. Untuk melakukan
sebenarnya bertujuan untuk mengkaji komunikasi yang terbuka dengan anak-
secara mendalam proses transaksi, siapa- anak, orang tua harus belajar menjadi
siapa yang terlibat di dalamnya dan pesan pendengar yang baik bukan sebuah
apa yang dipertukarkan. aktifitas pasif, melainkan aktivitas yang
Teori analisis transaksional sangat aktif.
berpandangan bahwa manusia bisa Karena tujuan penelitian ini untuk
berkembang dan diubah melalui suatu menciptakan komunikasi yang baik maka
proses yang menyenangkan. Proses yang teknik yang digunakan adalah teknik
menyenangkan itu ketika berhubungan transaksi komplementer yang diprediksi
dengan orang lain, sikap yang mampu meminimalisasi perilaku
menunjukkan adanya perhatian dan menyimpang.
bersikap hangat dengan lawan bicara, Kartini Kartono, (1992:7) mengatakan
mengundang individu lain untuk senang. bahwa, “perilaku menyimpang adalah suatu
Dalam praktek analisis, bahasa tindakan atau perilaku kenakalan yang
transaksinya disebut I’m OK and you’re OK. merupakan gejala (sakit) patologis secara
(Heru-ferdi dalam Http://heru- sosial pada anak-anak dan remaja yang
ferdi.blogspot.com) mengatakan bahwa, disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian
“AT adalah suatu sistem terapi yang sosial”.
berlandaskan teori kepribadian yang Jamal Ma‟mur (2012:96) mengatakan
menggunakan tiga pola tingkah laku atau bahwa “perilaku menyimpang yaitu kelainan
perwakilan ego yang terpisah”. tingkah laku atau tindakan yang bersifat anti
Ketiga status ego atau Ego States sosial, melanggar norma sosial, agama,
yang dimaksud adalah Ego anak, Ego serta ketentuan hukum yang berlaku dalam
Dewasa, dan Ego Orang Tua, ketiga masyarakat”. Kartini Kartono (1992:21)
struktur ego di atas dimiliki oleh setiap menyebutkan beberapa wujud perilaku
manusia. menyimpang (dilinkuen) diantaranya adalah
Analisis Transaksional memiliki kebut-kebutan dijalan yang mengganggu
tujuan dasar yakni membentuk konseli keamanan lalu lintas dan membahayakan
dalam membuat keputusan-keputusan baru jiwa sendiri serta orang lain, perilaku ugal-
yang menyangkut tingkah lakunya sekarang ugalan, brandalan, urakan yang
dan arah hidupnya. Teknik konseling mengacaukan ketentraman sekitar. Tingkah
ini bersumber pada kelebihan energi dan pudarnya nilai dan norma. Menurut Ridlowi,
dorongan primitif yang tidak terkendali serta 2009 akibat yang ditimbulkan oleh siswa
kesukaan menteror lingkungan, perkelahian yang melakukan penyimpangan perilaku
antar gang, membolos sekolah lalu seperti membolos, lalai terhadap tugas
bergelandangan sepanjang jalan, akan mengalami kegagalan dalam
kriminalitas anak, remaja dan adolesen pelajaran.
antara lain berupa perbuatan mengancam, Kecendrungan perilaku
mengintimidasi, memeras, maling, mencuri, menyimpang bisa ditangani apabila bisa
mencopet, merampas, menjambret, membentuk suatu transaksi yang baik dan
menyerang dan lain-lain, berpesta pora benar. Salah satu transaksi bisa dilakukan
sambil mabuk-mabukan, melakukan dengan komunikasi yang komplementer,
hubungan seks bebas, atau orgi, yakni adanya penerimaan pesan yang telah
perkosaan, agresifitas seksual dan disampaikan dengan baik dan sama-sama
pembunuhan dengan motif seksual, depresi mewakili ego komunikator dan komunikan.
hebat, rasa kesunyian, emosi balas Komunikasi yang paling harus diperhatikan
dendam, kekecewaan ditolak cintanya oleh adalah komunikasi yang dilakukan di
wanita dan masih banyak wujud prilaku keluarga.
menyimpang lainnya. Data yang didapatkan dari hasil
Jenis perilaku menyimpang menurut pengamatan di SMK N 1 Seririt, perilaku
bentuknya, Sunarwiyati S (dalam Jamal meyimpang yang sering dilakukan siswa
Ma‟mur, 2012: 97) membagi ke dalam tiga adalah mengirim surat dengan alasan sakit
tingkatan yaitu: perilaku menyimpang biasa, padahal bermain ke tempat Play Station
seperti suka berkelahi, keluyuran, atau bermalas-malasan dirumah, tidak
membolos sekolah, pergi dari rumah tanpa sekolah tanpa surat keterangan, ada yang
pamit, urakan, dan sebagainya. Perilaku menggunakan pakaian sekolah dan
menyimpang pelanggaran dan kejahatan, berpamitan pada orang tua untuk ke
seperti mengendarai mobil tanpa SIM, sekolah namun tidak sampai di sekolah
mencuri, tidak bertanggung jawab tetapi ke rumah teman yang tidak sekolah.
melakukan sesuatu dan sebagainya. pulang tidak sesuai waktu, berpakaian tidak
Perilaku menyimpang khusus, seperti sesuai dengan aturan sekolah seperti
penyalahgunaan narkotika, hubungan seks contoh celana yang terlalu ciut, pakaian
di luar nikah, pemerkosaan, dan lain-lain. yang tidak sesuai dengan hari, baju
Faktor yang menyebabkan perilaku dikeluarkan dari celana, tidak membawa
menyimpang atau membolos, Sofyan S catatan atau buku pelajaran ke sekolah.
Willis mengemukakan ada empat faktor Maka pada kesempatan yang baik ini
yaitu: Faktor-faktor di dalam diri anak dilakukan penerapan konseling analisis
seperti lemahnya pertahanan diri anak, transaksional dengan teknik komplementer
Faktor-faktor di rumah tangga seperti untuk meminimalisasi kecendrungan
lemahnya keadaan ekonomi orang tua, perilaku menyimpang siswa.
kurang perhatian orang tua, dan kehidupan Hal ini digunakan untuk mengetahui
keluarga yang tidak harmonis. Faktor apakah penerapan konseling analisis
disekolah seperti kurangnya tenaga guru, transaksional dengan teknik komplementer
fasilitas sekolah yang kurang, lemahnya dapat meminimalisasi kecendrungan
penanaman nilai moral dan mental siswa. perilaku menyimpang pada siswa kelas X
Jamal Ma‟Mur Asmani, (2012: 123) jurusan Busana di SMK Negeri 1 Seririt
mengatakan faktor penyebab dari timbulnya Kabupaten Buleleng tahun pelajaran
perilaku menyimpang adalah: hancurnya 2012/2013.
Lingkungan sosial dan lemahnya
penanaman mental dan moral siswa
Dampak dari siswa melakukan METODE
perilaku menyimpang, siswa tersebut Metode penelitian adalah penelitian
menjadi terisolir dari teman, selain itu tindakan kelas dalam konseling (Action
timbulnya rasa bersalah, terganggunya Research In Counseling) merupakan
perkembangan jiwa dan menyebabkan penelitian tindakan yang dilakukan untuk
menemukan, menganalisa, guru BK yang membimbing AR, KR dan SM
menginteprestasikan, dan melakukan untuk memperoleh informasi tentang sikap
tindakan tertentu berkaitan dengan yang tampak pada AR, KR dan SM.
berbagai aspek konseling untuk Subjek dalam penelitian kali ini ada
memperoleh hasil yang lebih optimal tiga orang konseli AR, KR dan SM kelas X
Penelitian ini dirancang dalam 2 (dua) jurusan busana SMK Negeri 1 Seririt tahun
siklus dengan dua kali pertemuan tiap pelajaran 2012/2013. Dipilihnya tiga siswa
siklusnya. Setiap siklus dalam rencana ini tersebut karena memliki perilaku
terdiri dari empat tahapan kegiatan, yaitu : menyimpang tinggi dan sedang yang
perencanaan meliputi (identifikasi, diagnosa persentasenya diatas 55%.
dan prognosa), pelaksanaan Untuk mengetahui persentasepenurunan
kegiatan/konseling/treatment, evaluasi kecendrungan perilaku menyimpang yang
/follow up, dan refleksi. dicapai siswa maka dilakukan analisis
Pengumpulan data dilakukan statistik diskriptif. Adapun rumus yang
melalui kuesioner, observasi serta digunakan adalah sebagai berikut :
wawancara dengan guru BK dan wali kelas. X
Data awal diperoleh dari hasil kuesioner P x 100% ................(1)
SMI
perilaku menyimpang siswa, pengamatan
Keterangan :
dan wawancara. Kuesioner perilaku
P = Persentase pencapaian
menyimpang terdiri dari 30 butir pernyataan
X = Skor Mentah
dengan 15 butir positif dan 15 butir negatif
SMI = Skor Maksimal Ideal
Tiap item terdiri dari 5 alternatif jawaban
(Nurkancana, 1990 : 126)
sesuai skala Likert, yaitu selalu (SL), sering
(SR), kadang-kadang (KK) jarang (JR) dan
Sedangkan untuk mengetahui
tidak pernah (TP) dengan rentang skor 1-5).
persentase penurunan perilaku
Data penelitian diperoleh dengan
menyimpang digunakan rumus
menganalisis jawaban siswa. Dengan
demikian kuesioner perilaku menyimpang ......(2)
memiliki skor maksimal ideal 150 dan skor (Good-Win and Coateeso dalam Legowo,
minimal ideal 30. Semakin tinggi perolehan 2002:71)
nilai siswa maka kecendrungan berperilaku Keterangan:
menyimpang semakin tinggi. Sebaliknya PA:Persentase Penurunan
jika semakin rendah nilai yang diperoleh, Post Rate: Perilaku menyimpang setelah
maka kecendrungan berperilaku diberikan tindakan/skor akhir
menyimpang juga semakin rendah. Base Rate: Perilaku menyimpang sebelum
Begitu juga halnya dengan diberikan tindakan/skor akhir
observasi dilakukan selama penelitian Dengan kriteria keberhasilan seperti
untuk mengamati perubahan perilaku siswa berikut.
dan didukung dengan hasil wawancara
dengan wali kelas, guru bidang study serta
Tabel 01. Kriteria perilaku menyimpang
Skor Kriteria
85% -100% Sangat sering membolos, lalai terhadap tugas
sekolah dan indisipliner berpakaian
Tabel: 03.Evaluasi Terhadap Hasil Tindakan Konseling Siklus I dan siklus II.
DAFTAR RUJUKAN