Anda di halaman 1dari 7

Vike Dwi Hapsari, Deteksi Dini Risiko Gizi Kurang Pada Anak Balita 17

DETEKSI DINI RISIKO GIZI KURANG PADA ANAK BALITA


DENGAN DIARE MENGGUNAKAN METODE
PYMS dan STRONGkidz
EARLY DETECTION OF THE RISK OF MALNUTRITION IN CHILDREN UNDER
FIVE WITH DIARRHEA BY THE METHODS PYMS AND STRONGkidz

Vike Dwi Hapsari1, Nyimas Heny Purwaty2, Titi Sulastri3


1
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta
2
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta
3
Poltekkes Kemenkes Jakarta III
E-mail : nersvdwi@gmail.com

Abstract Early Detection Of The Risk Of Malnutrition In Children Under Five With
Diarrhea By The Methods Pyms And Strongkidz. Diarrhea causes a decrease in appetite and
disturbances which results in a decrease in absorption of nutrients in the body, causing
malnutrition. Early detection of the risk of malnutrition is one of them doing nutritional screening.
Nutritional screening for children, such as, The Pediatric Yorkhill Malnutrition Score (PYMS) and
The Screening Tool for Risk of Impaired Nutrition Status and Growth (STRONG KIDZ). The aim
of the study was to identify the effectiveness of PYMS and STRONGKIDZ for early detection of
the risk of malnutrition in children under five with diarrhea. This research method uses a
diagnostic cross-sectional design test and the number of samples is 40 respondents with purposive
sampling technique. The results of PYMS screening sensitivity and specificity were 83.87% and
88.88% and Strongkidz results were 46.42% and 50%, it can be concluded that the value of PYMS
was higher than Strongkidz with AUC PYMS values of 86% including good categories, then PYMS
can be used as a reference in screening to detect the risk of malnutrition in children under five
withdiarrhea.
Key word : Diarrhea ; Paediatric Yorkhill Malnutrition Score (PYMS ) ; The Screening Tool For
Risk Of Impaired Nutrition Status and Growth (STRONGkidz) ; Malnutrition

Abstrak Deteksi Dini Risiko Gizi Kurang Pada Anak Balita Dengan Diare Menggunakan
Metode Pyms Dan Strongkidz. Diare menyebabkan berkurangnya nafsu makan dan gangguan
yang mengakibatkan menurunnya absorbsi zat-zat nutrisi dalam tubuh sehinggamenimbulkan gizi
kurang. Deteksi dini terhadap risiko gizi kurang salah satunya melakukan skrining gizi. Skrining
gizi untuk anak diantara lain Paediatric Yorkhill Malnutrition Score (PYMS) danThe Screening
Tool For Risk Of Impaired Nutrition Status and Growth (STRONG KIDZ). Tujuan penelitian adalah
mengidentifikasi efektifitas PYMS dan STRONGKIDZuntuk deteksi dini risiko gizi kurang pada anak
balita dengan diare. Metode penelitian ini menggunakan uji diagnostik desain cross sectional dan
jumlah sampel 40 responden dengan pengambilan sampel teknik purposive sampling. Hasil
sensitifitas dan spesifisitas skrining PYMS sebesar 83,87% dan 88,88% dan hasil Strongkidz
sebesar 46,42% dan 50%, dapat disimpulkan nilai PYMS lebih tinggi dibandingkan Strongkidz
dengan nilai AUC PYMS sebesar 86% termasuk kategori baik, maka PYMS dapat dijadikan
referensi dalam melakukan skrining untuk mendeteksi risiko gizi kurang pada anak balita dengan
diare.
Kata Kunci : Diare ; Paediatric Yorkhill Malnutrition Score (PYMS) ; The Screening Tool For
Risk Of Impaired Nutrition Status and Growth(STRONGKIDZ) ; gizi kurang

PENDAHULUAN Di Negara berkembang seperti Indonesia


diare masih menjadi masalah kesehatan
Diare merupakan salah satu penyakit masyarakat. Indonesia memiliki insidensi dan
dengan insiden tinggi di dunia dan dilaporkan mortalitas yang tinggi pada kasus ini dan
terdapat hampir 1,7 milyar kasus setiap tahunnya. diperkirakan 20-50 kejadian diare per 100
Penyakit ini sering menyebabkan kematian pada penduduk setiap tahunnya. Berdasarkan Riset
anak usia di bawah lima tahun (balita). Setiap Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018
tahunnya sekitar 760.000 anak usia balita menyatakan angka prevalensi diare di Indonesia
meninggal karena diare (WHO, 2013). masih berfluktuasi. Periode prevalensi diare di
Indonesia saat ini adalah 5-18% kejadian. Angka
18 Jurnal Ilmiah Kesehatan, Volume IX, Nomor 1, Januari 2020, hlm 17-23

ini sudah turun dibandingkan hasil Riskesdas Metode skrining lainnya yaitu The
2013 yaitu 3,5% dengan rentang 4,2% - 18,9%. Screening Tool For Risk Of Impaired Nutrition
Data nasional menyebutkan setiap tahunnya di Status and Growth ( STRONG KIDZ). Penelitian
Indonesia 100.000 balita meninggal dunia karena yang dilakukan Gholampour et al (2015) untuk
diare. Hal tersebut berarti setiap hari ada 273 mengevaluasi alat ukur dengan STRONGKIDZyang
balita yang meninggal dunia karena diare, sama telah diterapkan dirumah sakit anak di Iran
hal nya dengan 11 jiwa meninggal setiap jamnya dengan menilai status nutrisinya.
atau 1 jiwa meninggal setiap 5,5 menit akibat STRONGKIDZmerupakan salah satu alat skrining
diare. untuk mendeteksi risiko gizi kurang pada anak
Diare ternyata tidak hanya menjadi yang dirawat di rumah.
penyebab kematian, tetapi juga menyebabkan Tujuan dari penelitian ini adalah
berkurangnya nafsu makan dan gangguan terindentifikasinya efektivitas metode skrining
pencernaan yang mengakibatkan menurunnya Paediatric Yorkhill Malnutrition Score (PYMS)
absorbsi zat-zat nutrisi dalam tubuh sehingga dan The Screening Tool For Risk Of Impaired
menimbulkan gizi kurang (Ridha, 2014). Setiap Nutrition Status and Growth(STRONGKIDZ) untuk
diare dapat menyebabkan kehilangan berat deteksi dini risiko gizi kurang pada anak balita
badan, semakin buruk keadaan gizi anak, dengan diare.
semakin sering dan semakin berat diare yang
dideritanya (Suharyono, 2007). Rata-rata anak METODE
yang mengalami diare pada usia 12-59 bulan, dan
mengalami frekuensi diare satu kali dalam satu Penelitian ini menggunakan uji diagnostik
bulan. dengan desain penelitian cross sectional (potong
Penelitian yang dilakukan oleh Aulina lintang) untuk menilai efektifitas dari 2 skrining
(2008), yaitu terdapat hubungan antara diare tersebut.), dengan menggunakan SGNA sebagai
kronis dengan kejadian gizi kurang pada balita, gold standarnya (baku emas). Penelitian yang
dikarenakan diare menyebabkan berkurangnya dilaksanakan bertujuan untuk menilai sensitivitas,
nafsu makan dan gangguan yang mengakibatkan spesifisitas, nilai duga positif (NDP), nilai duga
menurunnya absorbsi zat-zat nutrisidalam tubuh negatif (NDN), rasio kemungkinan positif (RKP),
sehinggamenimbulkan gizi kurang. rasio kemungkinan negatif (RKN) dan nilai area
Gizi kurang menjadi faktor predisposisi under the curve (AUC) (Dahlan, 2009).
terjadinya infeksi karena menurunkan pertahanan Pengambilan sampel menggunakan teknik
tubuh dan mengganggu fungsi kekebalan tubuh consecutive sampling dan terdiri dari 40 sampel.
manusia (Kemenkes, 2011). Diare dan gizi Adapun kriteria inklusi pada penelitian ini yaitu
kurang mempunyai hubungan yang bermakna, anak balita usia 12 -59 bulan, anak balita dengan
dikarenakan anak balita yang mengalami diare diare akut dehidrasi ringansedang, dan anak
akan berpontensi gizi kurang (Mustaqiem, 2015). balita yang sudah mendapatkan koreksi
Gizi kurang disebabkan oleh peningkatan intervensi, serta bersedia menjadi responden. Alat
frekuensi BAB serta lamanya durasi terjadinya pengumpulan data menggunakan kuesioner data
diare (Guerrant dkk, 2008). demografi, formulirPYMS, Strongkidz dan SGNA.
Balita yang dirawat dirumah sakit
hendaknya dilakukan penilaian dan pemantauan HASIL
status gizi selama perawatan. Pencegahan gizi
kurang yang sudah dilakukan di rumah sakit Hasil penelitian disajikan dalam bentuk
sebatas pengukuran BB/TB dari tabel Z-score analisa univariat dan analisa bivariat.
saja, tidak terdapat skrining nutrisi yang dapat
memprediksi langsung pasien berisiko atau tidak 1. Karakteristik Responden
mengalami gizi kurang (Ridha, 2014). Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan usia,
Salah satu metode skrining yang dapat jenis kelamin anak, pendidikan orang tua
digunakan untuk mengidentifikasi status gizi pada anak balita dengan diare di RSU
pada anak balita yaitu Paediatric Yorkhill Lingkungan Tangerang bulan Maret s/d
Malnutrition Score (PYMS) (Joosten, et.al 2014). Mei 2019 (n = 40).
Hal tersebut didukung oleh penelitian yang
dilakukan Gerasimidis, et al (2010), dari hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa alat skrining
Pediatric Yorkhill Malnutrition Score (PYMS)
adalah alat skrining yang dapat mengidentifikasi
anak-anak yang berisiko gizi kurang.
Vike Dwi Hapsari, Deteksi Dini Risiko Gizi Kurang Pada Anak Balita 19

Tabel 3. Distribusi responden berdasarkan hasil


skrining Strongkidz
Variabel N Presentase
Usia
12-35 bulan 25 62,5% Strongkidz n Presentase
36-59 bulan 15 37,5%
Total 40 100% Positif 19 52,5
Negatif 21 47,5
Jenis Kelamin
Total 40 100,0
Laki-laki 30 75%
Perempuan 10 25%
Total 40 100% Tabel 3 diatas menujukkan distribusi
responden berdasarkan hasil skrining
Pendidikan Orang Strongkidzdiperoleh responden dengan hasil
Tua 1 2,5% positif (gizi kurang) sebanyak 19 orang (52,5%)
Tidak bersekolah dan responden dengan hasil negatif (tidak
SD 7 17,5% berisiko gizi kurang) adalah 21 orang (47,5%).
SMP 20 50%
SMA 9 22,5% 4. Distribusi responden berdasarkan hasil
D3 5 12,5% skrining SGNA.
S1 3 7,5% Tabel 4. Distribusi responden berdasarkan hasil
Total 40 100% skrining SGNA
Berdasarkan hasil analisis diatas
menunjukkan karakteristik responden Strongkidz n Presentase
berdasarkan usia, jenis kelamin dan pendidikan
Positif 31 77,5
orang tua didapatkan mayoritas usia anak adalah
Negatif 9 22,5
12-35 bulan sebanyak 25 anak (62,5%), sebagian
Total 40 100,0
besar berjenis kelamin laki-laki yaitu 30 anak
(75%) dan pendidikan orang tua sampai tingkat
SMP sebanyak 20 orang (50%). Tabel 4 diatas menujukkan distribusi
responden berdasarkan hasil
2. Distribusi responden berdasarkan hasil skriningSGNAdiperoleh responden dengan hasil
skrining PYMS. positif (gizi kurang) sebanyak 31 orang (77,5%)
Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan hasil dan responden dengan hasil negatif (tidak
skrining PYMS berisiko gizi kurang) adalah 9 orang (22,5%).

PYMS N Presentase 5. Nilai sensitivitas, spesifisitas, nilai duga


positif (NDP), nilai duga negatif (NDN),
Positif 27 67,5
rasio kemungkinan positif (RKP), rasio
kemungkinan negatif (RKN), dan area
Sensi Spesi N NDN RK RK A
tivita fisita DP P N U under the curve(AUC) skrining PYMS dan
s s C Strongkidz.
PYMS 83,8 88,8 96 61,5 6,98 0,1 86,
7 8 3 8 3
Strong 46,4 50 68, 28,5 1,92 1,0 48, Tabel 5. Nilai sensitivitas, spesifisitas, NDP,
kidz 2 42 7 7 2 NDN, RKP dan AUC
Negatif 13 32,5
Total 40 100,0
Berdasarkan tabel 5 nilai sensitivitas pada
Tabel 2 menujukkan distribusi responden skrining dari PYMS yaitu 83,87% dan Strongkidz
berdasarkan hasil skrining PYMS diperoleh 46,42 %, Nilai spesifisitas dari skrining PYMS
responden dengan hasil positif (gizi kurang dan yaitu 88,88% dan Strongkidz sebesar 50%. Hasil
gizi buruk) sebanyak 27 orang (67,5%) dan analisis nilai duga positif (NDP), (NDP) pada
responden dengan hasil negatif (tidak berisiko penelitian ini menunjukkan seberapa besar nilai
gizi kurang dan buruk) adalah 13 orang (32,5%). positif berdasarkan skrining PYMS dan
Strongkidz pada anak balita dengan diare, (NDP)
3. Distribusi responden berdasarkan hasil untuk skrining PYMS yaitu 96% dan Strongkidz
skrining Strongkidz. yaitu sebesar 68,42%.
20 Jurnal Ilmiah Kesehatan, Volume IX, Nomor 1, Januari 2020, hlm 17-23

Hasil analisis selanjutnya yaitu nilai dengan penelitian yang didapatkan oleh
duga negatif (NDN) untuk memperlihatkan Palupi A (2009) di RS Sardjito Yogyakarta,
seberapa besar hasil negatif dari skrining PYMS bahwa risiko kesakitan diare pada balita
yaitu 61,53% dan skriningpada Strongkidz yang perempuan sedikit lebih rendah dibandingkan
benar tidak berisiko gizi kurang yaitu sebesar balita laki-laki, namun demikian hingga saat
28,57%. Hasil analisis rasio kemungkinan positif ini belum diketahui penyebab pasti pasien
(RKP) pada penelitian ini untuk memperlihatkan laki-laki lebih sering terkena diare dibanding
perbandingan antara hasil positif gizi kurang dan dengan pasien perempuan. Pada kasus
gizi buruk dan yang tidak berisiko gizi kurang tertentu jenis kelamin mempengaruhi
pada skrining PYMS dan Strongkidz. Berdasarkan terjadinya penyakit akan tetapi pada
hasil skrining untuk PYMS nilai rasio penelitian ini jenis kelamin tidak
kemungkinan positif (RKP) sebesar 6,98 dan memberikan perbandingan yang jauh berbeda
pada Strongkidz 1,928. dan pada kasus diare jenis kelamin juga tidak
Hasil selanjutnya yaitu rasio mempengaruhi kejadian diare.
kemungkinan negatif (RKN) untuk
memperlihatkan perbandingan antara hasil c. Pendidikan orang tua
negatif (tidak risiko gizi kurang) pada kelompok Pendidikan orang tua yang anaknya
yang positif dibandingkan dengan hasil negatif terkena diare mayoritas ditingkat Sekolah
pada kelompok yang positif (gizi kurang dan gizi Menengah Pertama (SMP). Hubungan
buruk) berdasarkan skrining PYMS sebesar 0,18 pendidikan orang tua dengan kejadian gizi
dan Strongkidz sebesar 1,07. artinya RKN kurang yaitu karena pendidikan ibu sangat
dinyatakan kuat bila hasil mendekati nilai 0 kuat untuk merawat anak. Ibu yang
seperti pada hasil skirining PYMS. Nilai AUC berpendidikan tinggilebih mungkin untuk
dari skrining PYMS yaitu 86,38% dan pada meningkatkan pendapatan keluarga mereka,
Strongkidz sebesar 48,21%. membantu keluarga untuk menyediakan lebih
banyak makanan berkualitas dan lebih baik
PEMBAHASAN dalam perawatan kesehatan untuk anak-anak
mereka (Hien NN, 2008). Pendidikan ibu
a. Usia dikenal sangat berefek menguntungkan pada
Mayoritas anak yang sering diare pada pemberian makan anak, pencarian kesehatan
usia 12-35 bulan dan masuk kedalam masa dan praktik pemberian perawatan yang
tahap perkembangan toddler. Balita yang sangat penting bagi status gizi anak (Subal
sering terkena diare yaitu berusia 1-3 tahun, das, 2012).
dan didukung data dari WHO yang
menyatakan 80% penderita diare adalah anak d. Paediatric Yorkhill Malnutrition Score
balita terutama di bawah 2 tahun (WHO, (PYMS)
2013). Hal ini disebabkan karena kekebalan
alami pada anak usia dibawah 2 tahun belum Pada penelitian ini PYMS memiliki nilai
terbentuk sehingga kemungkinan terjadinya sensitivitas lebih tinggi dibandingkan oleh
infeksi lebih besar. Pada usia tersebut anak Strongkidz, hal ini sejalan dengan penelitian
juga memiliki kebiasaan memasukkan segala dari Wonoputri (2014) yang melaporkan
sesuatu ke dalam mulut atau yang disebut tingkat sensitivitas pada PYMS 95,31% dan
sebagai fase oral, benda - benda yang spesifisitas 76,92%, sehingga
dimasukkan ke dalam mulut dapat menjadi PYMSdikatakan sebagai skrining nutrisi yang
media infeksi mikroorganisme penyebab paling tepat dan dapat diandalkan. Nilai
diare seperti virus, bakteri, jamur dan parasite sensitivitas memberikan gambaran positif
(Primayani,2009). Balita yang diare akan pada responden yang benar-benar sakit (gizi
dapat menyebabkan terganggunya status kurang), sedangkan nilai spesifisitas
gizinya. Menurut Iswari (2011) kejadian memberikan gambaran negatif pada
diare memiliki hubungan yang signifikan responden yang benar-benar tidak sakit (tidak
dengan status gizi pada anak usia dibawah 2 gizi kurang). Kemampuan suatu alat skrining
tahun. dikatakan baik bila nilai sensitivitas dan
spesivisitas mendekati nilai 100%. NDP
b. Jenis Kelamin dan NDN dikatakan baik bila nilai mendekati
Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai 100%, yang artinya pada skrining
mayoritas jenis kelamin pada kedua PYMS nilai NDP tergolong baik karena
kelompok adalah laki-laki. Hal ini sejalan dapat menduga kejadian gizi kurang pada
Vike Dwi Hapsari, Deteksi Dini Risiko Gizi Kurang Pada Anak Balita 21

balita dengan diare sebesar 96%, hal ini diinterpretasikan baik. Nilai NDN pada
sejalan dengan penelitian yang dilakukan penelitian ini lebih rendah dibandingkan
oleh Gerasidimis (2011), bahwa PYMS tidak NDP.
banyak menghasilkan positif palsu. Semakin
tinggi nilai NDP maka semakin tinggi Hasil nilai prediktif positif lebih tinggi
kemampuan alat skrining menduga kejadian dari nilai prediktif negatif, ini menunjukkan
gizi kurang dengan benar, sedangkan NDN hasil skrining STRONGkidz positif dapat
pada penelitian ini lebih rendah dibandingkan memprediksi gizi kurang anak balita dengan
NDP. diare cukup tinggi, sedangkan hasil skrining
STRONGkidz negatif dapat benar-benar
Hasil nilai prediktif positif lebih tinggi memprediksi tidak berisiko gizi kurang pada
dari nilai prediktif negative ini menunjukkan anak balita dengan diare cukup rendah,
hasil skrining PYMS positif dapat dengan kata lain 28,57% anak balita dengan
memprediksi gizi kurang anak balita dengan diare yang tidak gizi kurang berdasarkan
diare cukup tinggi. RKP pada skrining ini prediksi hasil skrining STRONGkidz. RKP
bernilai 6,98, semakin tinggi nilai RKP maka pada skrining ini bernilai 1,92 dan nilai RKN
semakin baik kemampuan suatu test untuk pada STRONGkidz yaitu 1,07. Hal diatas
mendeteksi suatu penyakit, sedangkan nilai sejalan dengan penelitian Hulst (2010) bahwa
RKN yaitu 0,18 artinya semakin rendah nilai nilai RKP dan RKN pada skrining
RKN maka semakin baik kemampuan suatu STRONGkidz kurang baik. STRONGkidz
test untuk mendeteksi suatu penyakit merupakan alat skrining yang valid untuk
(Dahlan, 2009). Hal diatas sejalan dengan skrining risiko gizi pada anak-anak yang
penelitian Hartman (2012) bahwa nilai RKP dirawat di rumah sakit. Hal ini diperlukan
dan RKN pada skrining PYMS mendekati untuk diindetifikasi lagi dengan ditambah
nilai diatas normal dikarenakan nilai penghitungan antropometri untuk anak-anak
sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi atau yang masuk rumah sakit agar tidak terjadi
mendekati 100%, sehingga PYMS dapat gizi kurang (Moeeni, 2014).
diterapkan karena lebih praktis dalam
penyaringan untuk anak yang berisiko f. Subjective global nutritional assessment
kekurangan gizi. (SGNA)
Subjective global nutritional
e. The Screening Tool For Risk Of Impaired assessment (SGNA) merupakan skrining non
Nutrition Status and Growth – invasif yang paling sering digunakan untuk
(STRONGkidz). mendeteksi risiko gizi kurang pada anak
Pada penelitian ini STRONGkidzmemiliki balita. Subjective global nutritional
nilai sensitivitas dan spesifisitas lebih rendah assessment (SGNA) dianggap sebagai standar
dibandingkan oleh PYMS hal ini sejalan emas dikarenakan SGNA metode paling
dengan penelitian dari Lestari (2017) bahwa cepat, mudah, memiliki validitas dan
nilai sensitivitas dan spesifisitas reliabilitas yang baik, digunakan secara
STRONGkidz lebih kecil dibandingkan umum untuk mendeteksi risiko gizi kurang
PYMS, dikarenakan pada STRONGkidz tidak pada pasien anak di rumah sakit dalam
terdapat penghitungan antropometri sebelum berbagai populasi, untuk menilai validitas
dan sesudah sakit sehingga skrining ini metode lain yang sejenis (Neelemaat, 2011).
mendapatkan nilai false negative yang tinggi SGNA telah banyak digunakan untuk
yang berakibat pada nilai sensitivitas dan mendeteksi risiko gizi kurang pada balita dan
spesifisitas. telah dipublikasikan secara luas sebagai salah
satu alat skrining yang memiliki nilai
Nilai NDP pada skrining STRONGkidz sensitivitas yang tinggi dan menunjukkan
tergolong baik karena dapat menduga derajat inter observer yang tinggi dengan
kejadian gizi kurang pada balita dengan diare nilai kappa sebesar 0.78% (CI 0.624-0.944)
sebesar 68,42%, hal ini sejalan dengan (Murti, 2011).
penelitian yang dilakukan oleh Murti (2011)
bahwa skrining STRONGkidz mampu g. Analisis kurva receiver operating
mengidentifikasi mayoritas anak-anak yang characteristic (ROC)
dirawat di rumah sakit yang berisiko kurang Analisis ROC digunakan untuk menilai
gizi dengan nilai positif palsu yang sedikit, kemampuan suatu test diagnostik yang hasil
sehingga menghasilkan NDP yang tinggi dan pengukurannya berskala kontiyu untuk
22 Jurnal Ilmiah Kesehatan, Volume IX, Nomor 1, Januari 2020, hlm 17-23

mendeteksi adanya suatu penyakit diit yang tepat pada saat anak dirawat di RS.
menggunakan kurva yang disebut kurva ROC Hal ini juga dapat berdampak, bila anak cepat
(Dahlan, 2009). Interpretasi kurva ROC terdeteksi gizi kurang maka komplikasi
dilakukan untuk mendapatkan nilai area penyakit dapat dihentikan.
under the curve (AUC). Luas area AUC
dilakukan untuk menilai kemampuan suatu KESIMPULAN
test. Pada skrining PYMS didapatkan nilai
AUC 0,8638 (86%) dan skrining Strongkidz Karakteristik responden dalam penelitian ini
nilai AUC 0,4821 (48%). AUC meliputi menujukkan bahwa mayoritas responden berusia
keseluruhan area di bawah kurva yang 12-35 bulan, berjenis kelamin laki-laki, dan
terbentuk dari semua koordinat sensitifitas pendidikan orang tua sampai tingkat SMP. Hasil
dan spesifisitas. Nilai AUC berkisar dari 0 – skrining PYMSsejalan dengan hasil gold standart
1, semakin luas AUC maka semakin baik SGNA yaitu menunjukkan mayoritas responden
kemampuan suatu test untuk mendeteksi terdeteksi gizi kurang, sedangkan hasil
suatu penyakit, kemampuan suatu test skriningStrongkidz dalam deteksi dini risiko gizi
dinyatakan baik jika AUC ≥ 0,7 (Gordis, kurang menunjukkan mayoritas responden
2014). terdeteksi tidak berisiko gizi kurang. PYMS
memiliki nilai sentivitas dan spesifisitas lebih
Pada skrining PYMS nilai AUC tinggi dibandingkan Strongkidz.
dinyatakan baik karena hasil ≥ 0,7 atau 86 %,
sedangkan skrining Strongkidz sangat lemah REFERENSI
karena hasil > 0,7 atau 48% nilai AUC
dikatakan sangat lemah. Hasil diatas sejalan Aulina, Sofia. (2008). Hubungan Diare Kronis
dengan penelitian yang dilakukan oleh Omer Dengan Malnutrisi Pada Balita Yang
F, (2017) nilai AUC pada Strongkidz lebih Dirawat di RSUD Bunder Kabupaten
rendah dibandingkan PYMS dikarenakan Gresik. Universitas Muhammadiyah
Strongkidz memiliki false positif yang lebih Malang.
tinggi bila dibandingkan pada satu gold Dahlan, M. Sopiyudin. (2009). Besar Sampel dan
standart, dimana false positif sangat Cara Pengambilan Sampel dalam
berpengaruh pada hasil sensitivitas dan Penelitian Kedokteran dan Kesehatan.
spesifisitas. Hasil penelitian ini sejalan Jakarta : Salemba Medika.
dengan teori model Betty Neuman, Gerasidimis, K. M., Maclean, A., Buchanan, E.,
yaitu“Health Care System” dimana terdapat Mcgrogan, P., & Swinbank, I. d. (2011).
3 pencegahan yang dapat diaplikasi oleh Performace of the novel paedatric yorkhill
skrining ini yang pertama pencegahan malnutrition score (PYMS) in hospital
primer. Pencegahan primer dalam penelitian practice. Clin Nutr, 30;430-5.n
ini yaitu dilakukan skrining PYMS, Gholampour, Z. E. (2015). Assessment of
Strongkidz dan SGNAuntuk deteksi dini nutrition status based on STRONG kids
risiko gizi kurang pada anak balita dengan tool i Iranian Hospitalized Children.
diare. Kedua pencegahan sekunder dilakukan International Journal of Child Health and
pada kelompok yang sudah terdapat gejala Nutrition, 4, 1.
misalnya anak balita dengan diare yang tidak Gordis, L. (2014). Epidemiology, London, New
nafsu makan, berat badan menurun. York: W.B. Saunders Company.
Pencegahan yang ketiga yaitu pencegahan Guerrant, R., Oria, R., Moore, S., & Oria, M.
tersier, pencegahan yang sudah berdampak (2008). Lima aam malnutrition as an
suatu diagnosa, contohnya anak balita yang enteric infectious disease with long term
terdeteksi gizi kurang atau gizi buruk maka effects on child development. Nutr Rev,
yang perlu dilakukan yaitu berkolaborasi 487-505.
dengan dr gizi atau ahli gizi untuk Hartman C, Shamir R, Hecht C, Koletzko B.
mendapatkan intervensi diit yang sesuai. (2012). Malnutrition screening tools for
hospitalized children. Curr Opin Nutr
Skrining PYMS direkomendasikan Metab Care.15:303-9
untuk digunakan diruang rawat inap RSU Hien, NN. dan Kam, S. (2008). Nutritional Status
Kabupaten Tangerang dan RSU Tangerang and the Characteristics Related to
Selatan sebagai alat skrining gizi untuk anak Malnutrition in Children Under Five Years
balita dengan diare agar dapat meminimal og Age in Nghean, Vietna. J Prev Med
risiko gizi kurang dan mendapat intervensi Public Health. 41 (4): 232-240.
Vike Dwi Hapsari, Deteksi Dini Risiko Gizi Kurang Pada Anak Balita 23

Hulst, J., Zwart, H., Hop, W., & Joosten, K. Mustaqiem, I. (2015). Pengaruh diare terhadap
(2010). Dutch national survey to test the malnutrisi pada balita di Puskesmas Batoh.
STRONGKIDZ nutritional risk screening 10.14238/sp18.1.2016.50-54.
tool in hospitalized children . Clin Nutr, Neelemaat F, Meijers J, Kruizenga H, van
29;106-11. Ballegooijen H, Schueren M
Iswari, Y. (2011). Analisis faktor-faktor resiko (2011).Comparison of Five Malnutrition
kejadian diare pada anak usia dibawah 2 Screening Tools in One Hospital Inpatient
tahun. Jakarta: RSUD Koja Jakarta. Sample. Journal of Clinical Nursing.20(15-
Joosten, E. (2014). Nutritional screening tools for 16): 2144-2152
hospiitalized childdren methodological. Palupi, A. (2009). Status Gizi dan Hubungannya
Clinical Nutrition. dengan Kejadian Diare Pada Anak Diare
Kemenkes, R. (2011). Buletin diare subdit Akut di Ruang Rawat Inap RSUP Dr.
pengendalian diare dan infeksi saluran Sardjito Yogyakarta. Jurnal Gizi Klinik
pencernaan. Jakarta: Depkes Ri. Indonesia Vol. 6.No. 1 bulan Juli.
Kemenkes , R. (2013). Riset kesehatan dasar. Yogyakarta.
Jakarta: Depkes RI. Primayani D. (2009). Status Gizi pada Pasien
Kemenkes, R. (2018). Riset kesehatan dasar Diare Akut di Ruang Rawat Inap Anak
2018. Jakarta: Depkes RI. RSUD SoE, Kabupaten Timor Tengah
Lestari, W., A. Margawati, dan M.Z. Rahfiludin. Selatan, NTT. Sari Pediatri.
(2014). Faktor Risiko Stunting Pada Anak Ridha, H., & Nabiel. (2014). Buku ajar
Umur 6-24 Bulan di Kecamatan keperawatan anak. Yogyakarta: Pustaka
Penanggalan Kota Subulussalam Provinsi Pelajar.
Aceh. Jurnal Gizi Indonesia (ISSN : 1858- Subal, Das (2012). Nutritional Profile of Preschool
4942), 3(1): 37-4. Children: A Review. India : The Anthropologist 14
Murti, B. (2011). Uji validitas dan reliabilitas (5), 467-472
pengukuran. Surakarta: Institute Of Health Suharyono. (2007). Diare akut : Klinik dan
Economic And Policy Studies (IHEPS). laboratorik. Jakarta: Rineka Cipta.
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas WHO. (2013). Diarrhea disease. USA.
Maret Wonoputri N, Djais JTB, Rosalina I. (2014).
Validity of nutritional screening tools for
hospitalized children. J Nutr Metab.;15:1-6

Anda mungkin juga menyukai