Ultimum dan Primum Remedium diberikan dengan melihat kondisi yang ada di
masyarakat. Hukum pidana tidak dapat serta merta berfungsi sebagai ultimum
maupun primum remedium. Terdapat kondisi-kondisi tertentu dalam
menjalankan sifatnya. Kondisi tertentu tersebut antara lain: 1) Berat/ ringannya
tindak pidana yang dilakukan; 2) Faktor sosiologis dari pelaku tindak pidana, dll.
Hukum Pidana merupakan bagian dari hukum publik yang merupakan cabang
disiplin ilmu hukum tersendiri, Sui Generis dari cabang-cabang ilmu hukum
lainnya. Kedudukan Hukum Pidana dalam Ilmu Hukum adalah sebagai berikut:
Hukum Pidana merupakan bagian dari hukum publik yang merupakan cabang
disiplin ilmu hukum tersendiri, Sui Generis dari cabang-cabang ilmu hukum
lainnya. Kedudukan Hukum Pidana dalam Ilmu Hukum adalah sebagai berikut:
Secara garis besar, hukum pidana dibagi ke dalam dua macam, yaitu Ius Poenale
dan Ius Puniendi. Ius Poenale disebut juga Hukum Pidana Objektif, sedangkan Ius
Puniendi disebut juga Hukum Pidana Subjektif. Ius Poenale adalah aturan-aturan
yang menetapkan dan merumuskan perbuatan yang dapat dipidana; syarat
menjatuhkan pidana dan macam-macam sanksi pidana. Ius Puniendi adalah
kewenangan negara melalui alat kekuasaannya untuk menjatuhkan sanksi pidana.
Dasar alasan negara berwenang untuk menjatuhkan pidana adalah pada Teori
Kontrak Sosial, bahwa masyarakat mengikatkan dirinya pada negara sebagai
pemerintah dan rakyat, sehingga negara selain melindungi masyarakat juga
berwenang untuk menjatuhkan sanksi bagi masyarakat.
Selain Ius Poenale dan Ius Puniendi, Hukum Pidana juga dapat dilihat dari
berbagai sudut pandang, diantaranya dari segi bentuknya, dari segi isinya, dari
segi ruang lingkupnya, maupun dari segi pengaturannya.
Dari sudut pandang bentuknya, terdapat hukum pidana materiil dan hukum
pidana formil. Hukum Pidana Materiil adalah hukum pidana yang berisi aturan
tentang perbuatan yang dilarang dan diperintahkan dan memuat sanksi bagi
pelanggarnya (KUHPidana). Hukum Pidana Formil adalah hukum pidana yang
berisi aturan bagiamana cara menjalankan aturan pidana/ hukum acara (KUHAP).
Dari sudut pandang isinya, terdapat hukum pidana tertulis (negara-negara civil
law system) maupun hukum pidana tidak tertulis (negara common law system dan
negara-negara yang menganut hukum adat). Bagaimana dengan Indonesia?
Dari sudut pandang isinya, terdapat hukum pidana tertulis (negara-negara civil
law system) maupun hukum pidana tidak tertulis (negara common law system dan
negara-negara yang menganut hukum adat). Bagaimana dengan Indonesia?
Dari sudut pandang ruang lingkupnya, terdapat hukum pidana nasional (berlaku
internal dalam suatu negara/ dasarnya adalah KUHPidana atau UU Tindak Pidana
Khusus lainnya) maupun hukum pidana internasional (berlaku antar negara-
negara di dunia/ dasarnya adalah Statuta Roma 1998 maupun konvensi-konvensi
internasional lainnya).
Dari sudut pandang pengaturannya, terdapat hukum pidana umum (diatur
secara umum di dalam KUHPidana) dan hukum pidana khusus (diatur dalam
undang-undang khusus di luar KUHPidana misalnya UU Pemberantasan Tipikor,
UU Narkotika, UU Pemberantasan Kekerasan Dalam Rumah Tangga dsb).
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana Bagian I, Rajawali Grafindo, Jakarta,
2003
Andi Hamzah, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, 2008
Bambang Poernomo, Asas-Asas Hukum Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1994
Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia, Refika Aditama,
Bandung, 2008.
KUHPidana