Anda di halaman 1dari 29

Yana Indawati, SH., M.Kn.

Te Effendi, SH., MH.


Aturan dalam kelas ini sangat sederhana, diantaranya adalah, Tata Cara
Berpakaian sesuai dengan aturan kampus, Toleransi keterlambatan maksimal
10 menit sejak kelas dimulai; Absensi minimal 80% (batas toleransi ketidak
hadiran maksimal 4 kali sepanjang perkuliahan); Tidak hadir wajib
menggunakan ijin berupa keterangan sakit, atau dispensasi kegiatan, Evaluasi
terdiri dari Tugas Terstruktur I dan II, UTS dan UAS.
I Pendahuluan
II Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
III Asas-asas Hukum Pidana
IV Tindak Pidana
V Sanksi Pidana
VI Melawan Hukum
VII Kesalahan
VIII Alasan Penghapus Pidana
IX Percobaan Tindak Pidana
X Penyertaan dalam Tindak Pidana
XI Perbarengan dalam Tindak Pidana
XII Hapusnya Kewenangan Menuntut
XIII Pengulangan Tindak Pidana
XIV Pembaruan Hukum Pidana
Definisi Hukum Pidana, Ruang Lingkup Hukum Pidana, kedudukan Hukum
Pidana dalam struktur Ilmu Hukum dan Hubungan Hukum Pidana dengan
Ilmu Lainnya.
Dalam kehidupan sehari-hari manusia akan selalu bersinggungan dengan
manusia lainnya, dalam aktifitas sosial tersebut dimungkinkan terjadi
perselisihan antara satu dengan lainnya. Negara melindungi berupa aturan-
aturan yang disebut dengan Hukum.
Sebagai bagian dari hukum publik, negara melindungi kepentingan-
kepentingan warga negaranya, khususnya dalam hal: 1) Membahayakan Jiwa/
Nyawa Manusia; 2) Membahayakan tubuh/ badan/ jasmani; 3)
membahayakan kemerdekaan seseorang; 4) Merusak kehormatan dan nama
baik seseorang; 5) Membahayakan harta kekayaan; 6) membahayakan
kesusilaan; dan 7) Membahayakan ketertiban di dalam hidup, perkawinan dan
keturunan.
Hukum Pidana adalah aturan hukum yang mengikat pada satu perbuatan yang
memenuhi syarat-syarat tertentu suatu akibat yang berupa pidana.

Mezger dan Soedarto


Menurut Soedarto, bahwa yang di maksud dengan perbuatan yg memenuhi
syarat-syarat tertentu adalah perbuatan yang di lakukan oleh orang yang
memungkinkan adanya pemberian pidana. Perbuatan semacam itu disebut
sebagai perbuatan yg dapat di pidana atau perbuatan jahat (crime).
Hukum pidana adalah 1). keseluruhan perintah atau larangan yang oleh negara
diancam dengan nestapa yaitu suatu pidana bila tidak ditaati; 2) Keseluruhan
peraturan yang menetapkan syarat-syarat untuk penjatuhan pidana ; dan 3)
Keseluruhan ketentuan yang memberikan dasar untuk penjatuhan dan penerapan
pidana.
Hukum pidana adalah keseluruhan dasar dan aturan yang dianut oleh negara
dalam kewajibannya untuk menegakkan hukum, yaitu dengan melarang apa yang
bertentangan dengan hukum (onrecht) dan mengenakan suatu nestapa/
penderitaan kepada yang melanggar larangan tersebut.
Hukum pidana merupakan bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku di suatu
negara, yang menjadi dasar-dasar dan aturan-aturan untuk: 1) Menentukan
perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh di lakukan, yang dilarang dengan di
serta ancaman atau sanksi berupa pidana tertentu bagi barang siapa yg
melanggar; 2) Menentukan kapan dan dalam hal apa kepada mereka yang telah
melanggar larangan-larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana
sebagaimana yang telah di ancamkan; dan 3) Menentukan dengan cara bagaimana
pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan apabila ada orang yang disangka telah
melanggar larangan tersebut.
Sampaikan dalam bahasa saudara sendiri.
Kedua kata ini sering dipergunakan secara bergantian, bahkan terkadang
tertukar kegunannya. Fungsi adalah kegunaan praktis dari sesuatu,
sedangkan tujuan adalah arah atau hasil yang akan dicapai dari sesuatu. Oleh
karena itu, fungsi dan tujuan merupakan dua hal yang berbeda, termasuk di
dalamnya dalam hal Hukum Pidana.
Menurut Van Kan, Hukum Pidana merupakan hukum sanksi belaka, sehingga
fungsi dari Hukum Pidana adalah untuk menjatuhkan pidana bagi para
pelanggar hukum. Dalam bahasa lain, Soedarto berpendapat Hukum Pidana
memiliki fungsi umum untuk mengatur kehidupan bermasyarakat melalui
sanksi pidana yang dijatuhkan dan fungsi khusus melindungi kepentingan
hukum dari perbuatan tercela dengan sanksi.
Penjatuhan sanksi pidana bagi para pelanggarnya yang merupakan fungsi utama
dari hukum pidana, maka tujuan yang ingin dicapai adalah: 1) Menakuti-nakuti
(generale preventie maupun speciale preventie); 2) Mendidik atau memperbaiki
orang yang telah melakukan kejahatan.
Hukum Pidana memiliki dua sifat, Primum Remedium dan Ultimum Remedium. Di
dalam sifatnya sebagai Primum Remedium hukum pidana adalah upaya pertama
yang diberikan untuk menjaga ketertiban, namun kadangkala hukum pidana dapat
berfungsi sebagai Ultimum Remedium, yaitu upaya terakhir dalam menjaga
ketertiban, dalam kata lain selama ada upaya lainnya yang dapat diberikan, pidana
tidak perlu dijatuhkan.
Ultimum Primum
Remedium

Ultimum dan Primum Remedium diberikan dengan melihat kondisi yang ada di
masyarakat. Hukum pidana tidak dapat serta merta berfungsi sebagai ultimum
maupun primum remedium. Terdapat kondisi-kondisi tertentu dalam
menjalankan sifatnya. Kondisi tertentu tersebut antara lain: 1) Berat/ ringannya
tindak pidana yang dilakukan; 2) Faktor sosiologis dari pelaku tindak pidana, dll.
Hukum Pidana merupakan bagian dari hukum publik yang merupakan cabang
disiplin ilmu hukum tersendiri, Sui Generis dari cabang-cabang ilmu hukum
lainnya. Kedudukan Hukum Pidana dalam Ilmu Hukum adalah sebagai berikut:
Hukum Pidana merupakan bagian dari hukum publik yang merupakan cabang
disiplin ilmu hukum tersendiri, Sui Generis dari cabang-cabang ilmu hukum
lainnya. Kedudukan Hukum Pidana dalam Ilmu Hukum adalah sebagai berikut:
Secara garis besar, hukum pidana dibagi ke dalam dua macam, yaitu Ius Poenale
dan Ius Puniendi. Ius Poenale disebut juga Hukum Pidana Objektif, sedangkan Ius
Puniendi disebut juga Hukum Pidana Subjektif. Ius Poenale adalah aturan-aturan
yang menetapkan dan merumuskan perbuatan yang dapat dipidana; syarat
menjatuhkan pidana dan macam-macam sanksi pidana. Ius Puniendi adalah
kewenangan negara melalui alat kekuasaannya untuk menjatuhkan sanksi pidana.
Dasar alasan negara berwenang untuk menjatuhkan pidana adalah pada Teori
Kontrak Sosial, bahwa masyarakat mengikatkan dirinya pada negara sebagai
pemerintah dan rakyat, sehingga negara selain melindungi masyarakat juga
berwenang untuk menjatuhkan sanksi bagi masyarakat.
Selain Ius Poenale dan Ius Puniendi, Hukum Pidana juga dapat dilihat dari
berbagai sudut pandang, diantaranya dari segi bentuknya, dari segi isinya, dari
segi ruang lingkupnya, maupun dari segi pengaturannya.
Dari sudut pandang bentuknya, terdapat hukum pidana materiil dan hukum
pidana formil. Hukum Pidana Materiil adalah hukum pidana yang berisi aturan
tentang perbuatan yang dilarang dan diperintahkan dan memuat sanksi bagi
pelanggarnya (KUHPidana). Hukum Pidana Formil adalah hukum pidana yang
berisi aturan bagiamana cara menjalankan aturan pidana/ hukum acara (KUHAP).
Dari sudut pandang isinya, terdapat hukum pidana tertulis (negara-negara civil
law system) maupun hukum pidana tidak tertulis (negara common law system dan
negara-negara yang menganut hukum adat). Bagaimana dengan Indonesia?
Dari sudut pandang isinya, terdapat hukum pidana tertulis (negara-negara civil
law system) maupun hukum pidana tidak tertulis (negara common law system dan
negara-negara yang menganut hukum adat). Bagaimana dengan Indonesia?
Dari sudut pandang ruang lingkupnya, terdapat hukum pidana nasional (berlaku
internal dalam suatu negara/ dasarnya adalah KUHPidana atau UU Tindak Pidana
Khusus lainnya) maupun hukum pidana internasional (berlaku antar negara-
negara di dunia/ dasarnya adalah Statuta Roma 1998 maupun konvensi-konvensi
internasional lainnya).
Dari sudut pandang pengaturannya, terdapat hukum pidana umum (diatur
secara umum di dalam KUHPidana) dan hukum pidana khusus (diatur dalam
undang-undang khusus di luar KUHPidana misalnya UU Pemberantasan Tipikor,
UU Narkotika, UU Pemberantasan Kekerasan Dalam Rumah Tangga dsb).
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana Bagian I, Rajawali Grafindo, Jakarta,
2003
Andi Hamzah, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, 2008
Bambang Poernomo, Asas-Asas Hukum Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1994
Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia, Refika Aditama,
Bandung, 2008.
KUHPidana

Anda mungkin juga menyukai