Tugas Makalah Farmakoterapi Terapan Influenza Kelas B
Tugas Makalah Farmakoterapi Terapan Influenza Kelas B
INFLUENZA
Disusun oleh :
Septia Mutiara Dewi (20405021145)
Mersa Mei Lantika (20405021146)
Tya Puspa Ningrum (20405021147)
Liza Triana (20405021148)
1
TUGAS FARMAKOTERAPI TERAPAN
KELOMPOK 7B
Kasus :
Seorang apoteker di apotek menerima resep sebagai berikut :
R/ Ciprofloxacin 500 mg no X
S 2 dd 1
R/ Ibuprofen 400 mg no X
S 2 dd 1
R/ Dequalinium chloride 0,25 mg loz no XV
S 3 dd 1
R/ Demacolin tab no XV
S 3 dd 1
R/ Vit C 500 mg no X
S 2 dd 1
Pro : Al Ghazali
Umur : 29 tahun
Pembawa resep adalah istri pasien. Apoteker melakukan wawancara dengan istri pasien. Istri
pasien menyatakan bahwa dokter mendiagnosa pasien mengalami influenza. Pasien
mengeluhkan pilek, hidung tersumbat, batuk, bersin-bersin, dan tenggorokan sakit saat menelan.
Pertanyaan :
1. Berikan gambaran mengenai influenza (cara penularan, etiologi, patofisiologi, tanda dan
gejala, dan manajemen terapi)
2. Lakukanlah evaluasi kerasionalan resep di atas !
3. Bila diperlukan, lakukanlah simulasi komunikasi dengan dokter penulis resep menggunakan
format SBAR !
Jawaban tugas :
1. a. Pengertian
Influenza adalah suatu penyakit infeksi saluran pernapasan atas yang disebabkan
oleh virus RNA, yang terutama mempengaruhi hidung, tenggorokan, bronkus dan
terkadang paru (Sukandar dkk., 2013).
a. Cara penularan
Virus influenza ditularkan dari orang ke orang dengan droplet yang dihasilkan
ketika penderita batuk dan bersin (Dipiro dkk., 2020). Penularan juga dapat terjadi dari
kontak langsung (seperti berbagi benda (saputangan, sendok, garpu dll), berciuman) atau
tidak langsung (misalnya: memegang kenop pintu, gagang telepon dll.) dengan secret
saluran pernapasan orang yang terinfeksi (Sukandar dkk., 2013).
b. Etiologi
Ada 3 jenis influenza yakni influenza tipe A, B dan C. Virus influenza tipe A, B,
dan C merupakan anggota famili Orthomyxoviridae dan menyerang banyak spesies,
termasuk manusia, babi, kuda, dan burung. Virus influenza A dan B yang dapat
menyebabkan penyakit pada manusia. Virus influenza A menyebabkan epidemik flu
yang bersifat musiman, sedangkan virus influenza B biasanya menyebabkan wabah
sporadis. Virus influenza A dikategorikan menjadi subtipe-subtipe yang berbeda
berdasarkan permukaan antigennya hemagglutinin (H) dan neuraminidase (NA). Virus
Influenza B tidak dikategorikan ke dalam subtipe (Dipiro dkk., 2020).
c. Patofisiologi
Virus influenza dapat menginfeksi berbagai jenis sel di saluran pernapasan
manusia dan berkembang biak di dalamnya. Replikasi virus merusak sel yang terinfeksi
untuk menyebabkan apoptosisnya, yang merupakan mekanisme yang mendasari
patogenesisnya. Setelah virus influenza mendapatkan aksesnya ke saluran pernapasan
manusia, virus tersebut melekat dan menembus ke dalam sel epitel untuk replikasi di
sana selama 4-6 jam. Partikel virus yang baru muncul bertunas dari membran sel dan
dilepaskan dengan bantuan neuramini-dase untuk menginfeksi sel epitel yang
berdekatan. Sedemikian rupa, sejumlah besar sel epitel terinfeksi dalam waktu singkat.
Sel epitel yang terinfeksi kemudian mengalami apoptosis dan pelepasan untuk
menyebabkan respons inflamasi lokal serta gejala toksik sistemik seperti onset akut
demam tinggi, nyeri dan nyeri sistemik, dan penurunan jumlah WBC. Sel yang terinfeksi
juga dapat menghasilkan interferon yang berlebihan, yang mungkin terkait dengan gejala
sistemik. Namun, viremia tidak terjadi. Perubahan patologis simplex infl uenza termasuk
gangguan saluran pernapasan atas dan tengah, jelas melibatkan trakea, sel epitel bersilia
berdegenerasi dengan apoptosis dan pelepasan, badan inklusi terdeteksi di sitoplasma,
kongesti mukosa dan edema serta sel mononuklear infiltrated. Namun, lapisan sel basal
tetap utuh. Sekitar 4-5 hari setelah onset, sel basal mulai berkembang biak untuk
membentuk sel epitel yang tidak berdiferensiasi. Dua minggu kemudian, sel epitel
bersilia terbentuk untuk pemulihan. Pneumonia yang disebabkan oleh virus influenza
secara patologis ditandai dengan perdarahan ekstensif intrapulmonal dalam warna merah
tua disertai edema, sekresi berdarah di trakea dan bronkus, kongesti mukosa, nekrosis
dan pelepasan sel epitel trakea dan bronkial bersilia, perdarahan fokal submukosa ,
edema dan infiltrasi sel inflamasi ringan serta eksudat fibrin alveolar yang mengandung
neutrofil dan sel mononuclear (Wang, 2016).
e. Manajemen terapi
Pengobatan influenza umumnya tanpa obat (self limtied disease) dan hanya
memerlukan pengobatan simtomatik (Gitawati, 2014).
1). Antipiretik
Paracetamol (dewasa) : 3-4 x 500 mg/hari (10-15 mg/kgBB)
Ibu profen (dewasa) : 3-4 x200-400 mg/hari (5-10 mg/kgBB)
2). Dekongestan
Pseudoefedrin (dewasa) : 60 mg setiap 4-6 jam
3). Antihistamin
Klorfeniramin (dewasa) : 3-4 x 4-6 mg/ hari
Difenhidramine (dewasa) : 25-50 mg setiap 4-6 jam
Loratadine (dewasa) : 0,3mg/kgBB
Cetirizin (dewasa) : 0,3mg/kgBB
4). Dapat pula diberikan antitusif atau ekspektoran bila disertai batuk (PB IDI, 2017).