Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MAKALAH

MARASMIC

Oleh :

1) DELLA LISIA PUTRI ( 181210004)


2) SINTIA MAYUMI DEWI ( 181210021)
3) VEDA NATA ( 181210026)

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDIKIA MEDIKA

JOMBANG

2020
Tinjauan pustaka

Proses metabolik anak pada dasarnya sama, akan tetapi relatif lebih aktif di
bandingkan orang dewasa. Oleh karena itu anak membutuhkan lebih banyak makanan untuk
tiap kilogram berat badannya. Karena sebagian dari makanan tersebut harus disediakan untuk
pertumbuhan dan pertukaran energi yang lebih aktif. Keperluan ini dapat dipenuhi dengan
pemberian makanan yang mengandung cukup kalori. Dalam makanan tersebut harus
mencukupi karbohidrat, protein, mineral, air, vitamin, dan beberapa asam lemak dalam
jumlah tertentu. Bila kebutuhan minimal akan energi atau kalori tidak dapat dipenuhi oleh
pemberian makanan tersebut dalam waktu lama maka akan timbul gejala under nutrition (gizi
buruk). Secara umum under nutrition (gizi buruk) ada dua bentuk yaitu kwashiorkor dan
marasmus.

Kwashiorkor adalah sindrom yang disebabkan oleh defisiensi protein. Kwashiorkor


terutama dijumpai pada masa bayi dan anak prasekolah yang merupakan golongan umur yang
relatif memerlukan lebih banyak protein untuk tumbuh sebaik-baiknya.

Gejala-gejala kwashiorkor:-

1) Berat dan tinggi yang kurang dibandingkan dengan anak normal

2) Pada sebagian besar penderita ditemukan acites, edema baik ringan maupun
berat

3) Perubahan rambut. Yang sangat khas untuk penderita ini adalah rambut yang
sangat mudah dicabut, tarikan ringan didaerah temporal dengan mudah dapat
mencabut seberkas rambut tanpa reaksi dari penderita. Warna rambut penderita
tampak kusam, kering, halus dan jarang

4) Hepatomegali, hiperaktivitas sel hati

5) Anemia ringan. Yang terbanyak anemia normositik normokrom

Marasmus adalah bentuk kurang kalori-protein yang berat. Keadaan ini merupakan
hasil akhir dari interaksi antara kekurangan makanan dan penyakit infeksi.
Gejala-gejala marasmus:-

1) Penampilan seperti orang tua dan kulit tampak kering

2) Konstipasi atau diare

3) Kadar albumin yang rendah sedangkan kadar globulin tinggi

4) Perut membuncit atau cekung dengan gambaran usus yang jelas

Bila kurang energi (kalori) saja disebut Marasmus. Bila hanya kurang protein saja disebut
Kwashiokor. Yang sering terjadi di Indonesia adalah tipe campuran Marasmic-Kwashiorkor.

PEMBAHASAN KASUS

Seorang anak berusia 3 tahun di bawa ke Rumah Sakit dengan keluhan diare yang telah
berlangsung lebih dari 2 minggu. Menurut ibu persalinan ditolong oleh bidan dengan berat
2300 gram dan panjang 48 cm, dan merupakan anak kelima dari 6 bersaudara. Air susu ibu
hanya diberikan sampai usia bayi berusia 2 bulan dan diganti dengan susu formula. nenek
pasien sudah 2 bulan mendapat pengobatan penyakit paru di Puskesmas. Belum pernah di
vaksinasi. Dua bulan sebelum dibawa ke Rumah Sakit menderita penyakit campak. Pada
pemeriksaan anak kompos mentis, BB 6,8 Kg dan Panjang Badan 65 cm. Terdapat oedem di
kedua tungkai. Pemeriksaan laboraturium Hb : 6 gr %

STATUS TUMBUH KEMBANG KASUS

Identitas
Nama : -
Umur : 3 tahun
Jenis Kalamin : -
Berat : 6,8 kg
Panjang badan : 65 cm
Keluhan utama : diare lebih dari 2 minggu
Keluhan tambahan : oedem di kedua tungkai
Riwayat penyakit dahulu : pernah menderita campak
Riwayat kelahiran : berat 2300 gram
Panjang 48cm
Riwayat makanan : ASI hingga usia 2 bulan, lalu diganti susu formula
Riwayat vaksinasi : belum pernah di vaksin
Riwayat keluarga : nenek pasien sudah 2 bulan mendapat pengobatan
penyakit paru

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB GANGGUAN TUMBUH KEMBANG

1. ASI diberikan hanya 2 bulan, seharusnya diberi sehingga 6 bulan-2tahun. ASI penting
kerana membekalkan gizi yang lengkap serta mengandungi sistem pertahanan yang
mampu melindungi bayi dari infeksi.
2. Tidak berikan vaksinasi sejak lahir menyebabkan lebih rentan terhadap infeksi
3. Riwayat penyakit dahulu iaitu campak juga mengganggu tumbuh kembang bayi
4. Bayi yang lahir dengan berat badan rendah lebih mudah terkena penyakit infeksi
5. Oedema pada tungkai merupakan manifesti dari hipoalbuminemia. Keadaan ini bisa
terjadi kerana kurang asupan protein
6. Sosial ekonomi keluarga juga berperan dalam terjadinya gangguan tumbuh kembang.
Pengetahuan yang rendah tentang pentingnya asupan gizi yang benar, ASI serta
vaksinasi menyebabkan pengabaian hal-hal ini.
7. Penyebab primer dari malnutrisi adalah intake makanan yang berkurang
8. Penyebab sekunder dari malnutrisi adalah infeksi seperti diare kronis yang
menyebabkan gangguan dari penyerapan gizi sehingga menimbulkan masalah gizi.

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum: Kompos mentis

Tanda-tanda Vital: ( data tidak di peroleh, harus diperiksa )

1. Suhu
2. Nadi
3. Pernapasan
4. Tekanan darah

Hasil pemeriksaan fisik( dalam kasus) Interpretasi

Kompos mentis Keadaan umum masih baik

Udem di kedua tungkai Hipoalbuminemia

BB=6.8kg, Panjang badan= 65 cm Kurang dari normal,mungkin kekurangan


gizi

Pemeriksaan fisik lain yang harus dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis:
Inspeksi : mata cekung, warna rambut, conjungtiva pucat( anemia), Old- man Face
( marasmus)
Palpasi : hepatomegali ( kwashiorkor), dinding perut hipotonus dan kulit longgar
( Marasmus)
Perkusi : apakah ada asites
Auskultasi: didengar suara napas kerana neneknya mengalami sakit paru

PEMERIKSAAN LABORATURIUM DAN PENUNJANG LAINNYA

1. Pemeriksaan darah lengkap – melihat kadar Hb, Ht, trombosit, albumin, glukosa, zat
besi dan lain-lain dalam darah untuk memastikan diagnosis kasus.
2. Mikroskopik tinja - untuk mengetahui etiologi diare sama ada disebabkan oleh
bakteri,parasit dan lain-lain.
3. Blood Urea Nitrogen(BUN) – untuk menilai kadar pengambilan protein. Jika hasil
kurang daripada 8mg/dL kemungkinan terdapatnya kekurangan pengambilan protein.
4. Serum total iron binding capacity – normal adalah 240-450 µg/dL dan jika kadarnya
bawah daripada 200µg/dL menunjukkan adanya kekurangan zat besi
5. Pemeriksaan urin – melihat sama ada terdapat kenaikan kadar kretinin, adanya
ketonuria dan kadar urea nitrogen dalam urin
6. Mikroskopik folikel rambut
7. Kekuatan genggaman tangan – biasanya pada kwashiorkor terdapatnya atrofi otot
8. Foto thorax – untuk melihat kelainan pada paru atau pada organ lain pada bahagian
tersebut
9. Tuberculin test – tapi biasanya pada anak-anak yang kekuangan gizi atau gizi buruk
akan mendatangkan hasil yang negative

PERAN AIR SUSU IBU DALAM TUMBUH KEMBANG

1. Memberi nutrisi pada anak


2. Sebagai anti infeksi
 Immunoglobulin : IgA, IgM, IgG
 Non-Immunoglobulin : a. Selular → Limfosit, Leukosit
b. Non Selular → Lisozim, Lactoferin, Faktor bifidus

3. Rangsangan Psikososial : Kontak mata dan sentuhan ibu


4. Mengandung gizi yang komplit untuk pertumbuhan bayi ( protein, lemak,
karbohidrat, mineral dan kalori ).
5. Mengandung minyak omega 3 asam linoleat → Pertumbuhan otak dan retina
6. Terdapat antibody colostrums → kekebalan traktus digestivus dalam menghadapi
benda asing yang masuk.
7. Mengandung asam amino esensial ( 45% ).

PERAN IMUNISASI DALAM PROSES TUMBUH KEMBANG

Imunisasi atau vaksinasi berperan dalam meningkatkan derajat imunitas, memberikan


proteksi imun dengan menginduksi respons memori terhadap patogen tertentu / toksin dengan
menggunakan preparat antigen non-virulen/non-toksik, agar dapat mencegah penyakit dan
kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit.

Antibodi yang diproduksi oleh imunisasi harus efektif terutama terhadap mikroba
ekstraselular dan produknya. Antibodi akan mencegah adherensi atau efek yang merusak sel
dengan menetralisasi toksin. Imunisasi aktif biasanya diberikan jauh sebelum pajanan dengan
patogen.

Jadwal imunisasi yang harus diberikan sesuai dengan usia bayi dan anak adalah sebagai
berikut:-
Usia Vaksin
0 Bulan Hepatitis B1, BCG
2 Bulan Hepatitis B2, Polio 1, DPT 1
4 Bulan Polio 2,DTP 2
6 Bulan Polio 3, DTP 3
9 Bulan Hepatitis B 3
15 Bulan Campak, Mumps, Rubella
18 Bulan Polio 4, DTP 4
4-6 Tahun Polio 5, DTP 5
14-16 Tahun Tetanus dengan dosis toksoid difteri
( dan tiap 10 yang dikurangi
tahun
sesudah itu)

Penyakit - penyakit ini Hepatitis, Tuberkolosis (TBC), Poliomielitis, Difteri , Tetanus,


Pertusis (Batuk rejan/batuk 100 hari) ,Campak, Rubella, Mumps, dapat dicegah dengan
pemberian imunisasi.

DIAGNOSIS KERJA

Marasmic Kwashiorkor

- ≤ 60& + oedem → kurang gizi berat

PENATALAKSANAAN

Tahap 1 - diberi rehidrasi oral →cairan elektrolit (ringer laktat)

- Jika rehidrasi sudah membaik, diberi makanan encer

Tahap 2 - antibiotik diberi untuk atasi infeksi

- Diberikan makanan secara NGT→ tinggi kalori : 75 kal/kg


→ tingi protein : 1 gr/kgBB/24 jam
- Asupan elektrolit, vitamin dan mineral

Tahap 3 - Oedem menghilang


- Keadaan anak membaik
- Kalori : 150 Kkal
- Protein 4 gr/kgBB
Zat besi diberikan sementara menuggu kadar proteinnya normal.

PROGNOSIS

Dubia ad malam kerana terdapatnya tanda-tanda infeksi seperti diare.

KURVA PERTUMBUHAN

Pertumbuhan balita dapat diketahui apabila setiap bulan ditimbang, hasil penimbangan
dicatat di KMS, dan dihubungkan antara titik berat badan pada KMS dari hasil penimbangan
bulan lalu dan hasil penimbangan bulan ini. Rangkaian garis-garis pertumbuhan anak tersebut
membentuk grafik pertumbuhan anak. Pada balita yang sehat, berat badannya akan selalu
naik, mengikuti pita pertumbuhan sesuai dengan umurnya.

BB/U berada di jalur hijau gizi baik, kuning gizi kurang dan bawah garis merah gizi buruk.
Berat badan anak ini di bawah garis merah artinya pertumbuhan anak ini mengalami
gangguan pertumbuhan dan perlu perhatian khusus.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat. Tatalaksana Gizi
Buruk. Jakarta: Departemen Kesehatan RI: 2006

Hassan R, Alatas H, editor. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Jakarta: Bagian Ilmu
Kesehatan Anak FKUI: 2007; hal 145-167

Matondang CS, Wahidayat I, Sanstoasmoro S, editor. Diagnosis Fisis pada Anak. Ediisi 2.
Jakarta: Sagung Seto; 2003

Nelson WE, Behrman RE, Kliegman R, Arvin AM, editor. Nelson Ilmu Kesehatan Anak.
Edisi 15. Jakarta: EGC: 2000; hal: 192-197

Soetjningsih. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC: 1995; hal:
1-63

Anda mungkin juga menyukai