Skenario......................................................................................................................................2
Kata Sulit....................................................................................................................................2
Pertanyaan..................................................................................................................................2
Jawaban......................................................................................................................................3
Sasaran Belajar...........................................................................................................................3
1. Memahami dan Menjelaskan Demam
1.1. Definisi...........................................................................................................................4
1.2. Jenis dan etiologinya......................................................................................................5
1.3. Mekanisme.....................................................................................................................8
1
Skenario
Seorang wanita 30 tahun, mengalami demam sejak 1 minggu yang lalu. Demam dirasakan
lebih tinggi pada sore dan malam hari dibandingkan pagi hari. Pada pemeriksaan fisik
kesadaran somnolen, nadi bradikardi, suhu tubuh hiperpireksia (pengukuran jam 20.00
WIB), lidah terlihat kotor (coated tongue). Dokter menyarankan pemeriksaan darah untuk
membantu menegakan diagnosis dan cara penanganannya.
Kata Sulit
Pertanyaan
1. Mengapa pada penderita diskenario suhu tubuh lebih tinggi disore dan malam hari?
2. Berdasarkan ciri-ciri, penyakit apa yang mungkin diderita?
3. Mengapa untuk mendiagnosa dan penanganannya harus melakukan pemeriksaan
darah?
4. Apa pemeriksaan yang dilakukan untuk menegakan diagnosis?
5. Apa saja jenis-jenis demam?
6. Apa saja jenis bakteri/virus yang menyebabkan penyakit ini? Dan bagaimana cara
infeksinya?
7. Bagaimana mekanisme yang terjadi pada skenario (demam)?
8. Kemungkinan hasil apa yang didapat dari pemeriksaan darah?
9. Mengapa denyut nadi menjadi lebih lambat?
10. Bagaimana tatalaksana awal terjadi demam?
11. Apa kelebihan dan kekurangan pemeriksaan darah?
12. Adakah penyebab lain selain bakteri?
Jawaban
2
1. Karena pola demam penyakit tifoid adalah pola demam kontinyu, yaitu demam yang
menetap dengan variasi suhu tidak lebih dari 0,5 derajat/hari
2. Demam tyfoid
3. Untuk menegakan diagnosis, apakah ada titer antibodi yang tersebar didalam darah
4. Pemeriksaan darah, urin, feses, imun, mikrobiologi
5. Berdasarkan pola :
Demam siklik : naik turun beberapa hari
Demam kontinyu : variasi suhu sepanjang hari tidak beda jauh
Demam remiten : suhu sempat turun tapi tidak sampai normal
Demam interemiten : demam tersiana (demam 2x sehari) dan demam
kuartana (demam 2 hari bebas lalu serangan lagi)
Demam septik : suhu naik pada malam hari saja
8. Hasil dinyatakan positif jika ditemukan titer antibodi dari Salmonella enterica
9. Pada demam typoid tidak disertai dengan peningkatan denyut nadi (biasanya bila
suhu meningkat 1°C meningkat 8x/menit), terjadi bradikardi relatif (bisa naik juga, tidak
pasti)
11. Kelebihan:
Kekurangan:
Nyeri otot
Gampang beku darahnya
3
Hipotesa
Sasaran Belajar
1.1. Definisi
1.2. Jenis dan etiologinya
1.3. Mekanisme
2.1. Definisi
2.2. Struktur
2.3. Morfologi
2.4. Transmisi
3.1. Definisi
3.2. Epidemiologi
3.3. Etiologi
3.4. Patogenesis dan Patofisiologis
3.5. Manifestasi Klinis/Gejala
3.6. Diagnosis dan Diagnosis Banding
3.7. Tatalaksana (Farmakologi & Nonfarmakologi)
3.8. Komplikasi
3.9. Pencegahan
3.10. Prognosis
4
sistem saraf pusat atau infeksi mikroorganisme, atau oleh sejumlah proses non-
infeksi, misalnya radang atau pelepasan bahan tertentu, seperti pada leukemia.
Disebut juga pyrexia. (Dorland, 2010)
5
Gambar 5. Pola demam malaria
o Relapsing feveradalah istilah yang biasa dipakai untuk demam rekuren yang
disebabkan oleh sejumlah spesies Borrelia (Gambar 6.)dan ditularkan oleh kutu (louse-
borne RF) atau tick (tick-borne RF).
Lama demam
Klasifikasi Penyebab tersering
pada umumnya
Demam dengan
Infeksi saluran nafas atas <1 minggu
localizing signs
Demam tanpa Infeksi virus, infeksi
<1minggu
localizing signs saluran kemih
Fever of unknown Infeksi, juvenile
>1 minggu
origin idiopathic arthritis
Istilah Definisi
Demam dengan Penyakit demam akut dengan fokus infeksi, yang dapat
localization didiagnosis setelah anamnesis dan pemeriksaan fisik
Demam tanpa Penyakit demam akut tanpa penyebab demam yang jelas
localization setelah anamnesis dan pemeriksaan fisik
Letargi Kontak mata tidak ada atau buruk, tidak ada interaksi dengan
pemeriksa atau orang tua, tidak tertarik dengan sekitarnya
Toxic appearance Gejala klinis yang ditandai dengan letargi, perfusi buruk,
cyanosis, hipo atau hiperventilasi
6
Infeksi bakteri Menandakan penyakit yang serius, yang dapat mengancam
serius jiwa. Contohnya adalah meningitis, sepsis, infeksi tulang dan
sendi, enteritis, infeksi saluran kemih, pneumonia
Bakteremia dan Bakteremia menunjukkan adanya bakteri dalam darah,
septikemia dibuktikan dengan biakan darah yang positif, septikemia
menunjukkan adanya invasi bakteri ke jaringan, menyebabkan
hipoperfusi jaringan dan disfungsi organ
Penyakit demam yang paling sering ditemukan pada praktek pediatrik berada
pada kategori ini (Tabel 3.).Demam biasanya berlangsung singkat, baik karena mereda
secara spontan atau karena pengobatan spesifik seperti pemberian antibiotik.Diagnosis
dapat ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik dan dipastikan dengan
pemeriksaan sederhana seperti pemeriksaan foto rontgen dada.
Kelompok Penyakit
Infeksi saluran ISPA virus, otitis media, tonsillitis, laryngitis, stomatitis herpetika
nafas atas
Pulmonal Bronkiolitis, pneumonia
Gastrointestinal Gastroenteritis, hepatitis, appendisitis
Sistem saraf Meningitis, encephalitis
pusat
Eksantem Campak, cacar air
Kolagen Rheumathoid arthritis, penyakit Kawasaki
Neoplasma Leukemia, lymphoma
Tropis Kala azar, cickle cell anemia
7
Penyebab Contoh Petunjuk diagnosis
Infeksi Bakteremia/sepsis Tampak sakit, CRP tinggi, leukositosis
Sebagian besar virus Tampak baik, CRP normal, leukosit normal
(HH-6) Dipstik urine
Infeksi saluran kemih Di daerah malaria
Malaria
PUO Juvenile idiopathic Pre-articular, ruam, splenomegali,
(persistent arthritis antinuclear factor tinggi, CRP tinggi
pyrexia of
unknown
origin) atau
FUO
Pasca Vaksinasi triple, campak Waktu demam terjadi berhubungan dengan
vaksinasi waktu vaksinasi
Drug fever Sebagian besar obat Riwayat minum obat, diagnosis eksklusi
Istilah ini biasanya digunakan bila demam tanpa localizing signs bertahan selama
1 minggu dimana dalam kurun waktu tersebut evaluasi di rumah sakit gagal
mendeteksi penyebabnya.Persistent pyrexia of unknown origin, atau lebih dikenal
sebagai fever of unknown origin (FUO) didefinisikan sebagai demam yang
berlangsung selama minimal 3 minggu dan tidak ada kepastian diagnosis setelah
investigasi 1 minggu di rumah sakit.
Demam mengacu pada peningkatan suhu tubuh akibat dari peradangan atau infeksi.
Proses perubahan suhu yang terjadi saat tubuh dalam keadaan sakit lebih dikarenakan
oleh zat toksin yang masuk kedalam tubuh.
8
Umumnya, keadaan sakit terjadi karena adanya proses peradangan (inflamasi) di
dalam tubuh. Proses peradangan itu sendiri sebenarnya merupakan mekanisme
pertahanan dasar tubuh terhadap adanya serangan yang mengancam keadaan fisiologis
tubuh. Proses peradangan diawali dengan masuknya zat toksin (mikroorganisme)
kedalam tubuh kita. Mikroorganisme (MO) yang masuk kedalam tubuh umumnya
memiliki suatu zat toksin tertentu yang dikenal sebagai pirogen eksogen.
9
2. Memahami dan Menjelaskan Salmonella enterica
2.1. Defenisi
Salmonella sp. merupakan bakteri berbentuk batang, tidak membentuk spora,
dapat hidup pada lingkungan aerob, maupun pada kondisi kurang oksigen, serta
tumbuh baik pada suhu kamar, dengan suhu optimumnya 37°C. Sumber kontaminasi
Salmonella sp adalah manusia dan hewan, yaitu dari saluran pencernaannya
2.2. Struktur
Salmonella enterica mempunyai makromolekular lipopolisakarida kompleks yang
membentuk lapis luar dari dinding sel dan dinamakan endotoksin.Salmonella typhi
juga dapat memperoleh plasmid faktor-R yang berkaitan dengan resistensi terhadap
multiple antibiotik.
a. Struktur Antigen
Enterobacteri memiliki struktur antigenik yang kompleks.Enterobakteri
digolongkan berdasarkan lebih dari 150 antigen somatik O (liposakarida) yang
tahan panas, lebih dari 100 antigen K (kapsular) yang tidak tahan panas dan lebih
dari antigen H (flagela). Pada Salmonella thypi antigen kapsular disebut antigen
vi.
Antigen O bagian terluar dari lipopolisakarida dinding sel dan terdiri dari
unit polisakarida yang berulang. Beberapa polisakarida O-spesifik
mengandung gula yang unik. Antigen O resisten terhadap panas, alkohol dan
biasanya terdeteksi oleh aglutinasi bakteri. Antibodi pada antigen O terutama
adalah IgM.
Antigen H terdapat di flagela dan didenaturasi atau dirusak oleh panas atau
alkohol. Antigen ini dipertahankan dengan memberikan formalin pada varian
10
bakteri yang motil. Antigen H seperti ini beraglutinasi dengan antibodi anti-H
terutama IgG. Penentu dalam antigen H adalah fungsi sekuens asam amino
pada protein flagella (flagelin). Didalam satu seriotip, antigen flagel terdapat
dalam satu / dua bentuk disebut fase 1 dan fase 2. Organisme ini cenderung
berganti dari satu fase ke fase lain yang disebut variasi fase. Antigen H pada
permukaan bakteri dapat mengganggu aglutinasi dengan antibodi O.
Antigen Vi(antigen permukaan), pada selaput dinding kuman untuk
melindungi fagositosis dan berstruktur kimia protein.
2.3. Morfologi
Berbentuk batang, tidak berspora, bersifat negatif pada pewarnaan Gram.
Ukuran Salmonella bervariasi 1–3,5 µm x 0,5–0,8 µm.
Besar koloni rata-rata 2–4 mm.
Sebagian besar isolat motil dengan flagel peritrik.
Tumbuh pada suasana aerob dan fakultatif anaerob pada suhu 15–41 oC (suhu
pertumbuhan optimal 37,5oC) dan pH pertumbuhan 6–8.
Mudah tumbuh pada medium sederhana, misalnya garam empedu.
Tidak dapat tumbuh dalam larutan KCN.
Membentuk asam dan kadang-kadang gas dari glukosa dan manosa.
Menghasikan H2S.
Antigen O: bagian terluar dari lipopolisakarida dinding sel dan terdiri dari unit
polisakarida yang berulang. Beberapa polisakarida O-spesifik mengandung gula
yang unik. Antigan O resisten terhadap panas dan alkohol dan biasanya terdeteksi
oleh aglutinasi bakteri. Antibodi terhadap antigen O terutama adalah IgM.
Antigen Vi atau K: terletak di luar antigen O, merupakan polisakarida dan yang
lainnya merupakan protein. Antigen K dapat mengganggu aglutinasi dengan
antiserum O, dan dapat berhubungan dengan virulensi. Dapat diidentifikasi
dengan uji pembengkakan kapsul dengan antiserum spesifik.
Antigen H: terdapat di flagel dan didenaturasi atau dirusak oleh panas dan
alkohol. Antigen dipertahankan dengan memberikan formalin pada beberapa
bakteri yang motil. Antigen H beraglutinasi dengan anti-H dan IgG. Penentu
dalam antigen H adalah fungsi sekuens asam amino pada protein flagel (flagelin).
Antigen H pada permukaan bakteri dapat mengganggu aglutinasi dengan antibodi
antigen O.
2.4.Transmisi
11
sistemik, juga bisa bertahan hidup dalam darah dan berkembang biak dalam hati dan
limpa.
Sumber infeksi adalah makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh
salmonella. Berikut adalah sumber-sumber infeksi yang penting
Air, kontaminasi dengan feses sering menimbulkan epidemik yang luas
Susu dan produk susu lainnya (es krim, keju, puding), kontaminasi dengan feses
dan pasteurisasi yang tidak adekuat atau penanganan yang salah. Beberapa wabah
dapat ditelusuri sampai sumber kumannya
Kerang, dari air yang terkontaminasi
Telur beku atau dikeringkan, dari unggas yang terinfeksi atau kontaminasi saat
pemrosesan
Daging dan produk daging, dari hewan yang terinfeksi (hewan ternak) atau
kontaminasi oleh feses melalui hewan pengerat atau manusia
Obat “rekreasi”, mariyuana dan obat lainnya
Pewarnaan hewan, pewarnaan (misal, carmine) digunakan untuk obat, makanan,
dan kosmetik
Hewan peliharaan, kura-kura, anjing, kucing, dll
Demam tifoid adalah infeksi akut pada saluran pencernaan yang disebabkan
oleh Salmonella typhi. Demam paratiroid adalah penyakit sejenis yang
disebabkan salmonella paratyphi A,B,dan C. Gejala dan tanda dari penyakit
tersebut hamper sama, tetapi manifestasi klinis paratiroid lebih ringan.
3.2. Epidemiologi
12
Demam tifoid adalah infeksi sistemik yang disebabkan oleh serotipe
Salmonella Typhi enterica (S. typhi).Penyakit ini masih merupakan masalah
kesehatan masyarakat di negara-negara berkembang. Pada tahun 2000,
diperkirakan bahwa lebih dari 2.16 juta jiwa di seluruh dunia terjadi tipus,
mengakibatkan 216.000 kematian, dan bahwa lebih dari 90% dari morbiditas dan
kematian ini terjadi di Asia. Walaupun peningkatan kualitas air dan sanitasi
merupakan solusi akhir untuk masalah ini , vaksinasi di daerah berisiko tinggi
adalah strategi pengendalian yang potensial yang direkomendasikan oleh WHO.
Faktor distribusi demam tifoid dipengaruhi oleh :
Siapa saja bisa terkena penyakit itu tidak ada perbedaan antara jenis kelamin
lelaki atau perempuan.Umumnya penyakit itu lebih sering diderita anak-
anak.Orang dewasa sering mengalami dengan gejala yang tidak khas, kemudian
menghilang atau sembuh sendiri. Persentase penderita dengan usia di atas 12
tahun seperti bisa dilihat pada tabel di bawah ini.
Usia %
13
Ada dua sumber penularan S. typhi : pasien dengan demam tifoid dan yang
lebih sering carrier. Orang orang tersebut mengekskresi 109 sampai 1011 kuman
pergram tinja. Didaerah endemik transmisi terjadi melalui air yang tercemar.
Makanan yang tercemar oleh carrier merupakan sumber penularan yang paling
sering di daerah nonendemik. Carrier adalah orang yang sembuh dari demam
tifoid dan masih terus mengekskresi S. typhi dalam tinja dan air kemih selama
lebih dari satu tahun. Disfungsi kandung empedu merupakan predisposisi untuk
terjadinya carrier. Kuman-kuman S. typhi berada didalam batu empedu atau
dalam dinding kandung empedu yang mengandung jaringan ikat, akibat radang
menahun.
3.3. Etiologi
14
sirkulasi setelah menembus usus. Proses yang sama terulang kembali, berhubung
makrofag telah teraktivasi dan hiperaktif maka saat fagositosis kuman Salmonella
terjadi pelepasan beberapa mediator inflamasi yang selanjutnya akan
menimbulkan gejala reaksi inflamasi sistemik seperti demam, malaise, mialgia,
sakit kepala, sakit perut, instabilitas vascular, gangguan mental, dan koagulasi.
Di dalam plak Peyeri makrofag huperaktif menimbulkan reaksi hyperplasia
jaringan ( S. typhi intra makrofag menginduksi reaksi hipersensitivitas tipe
lambat, hyperplasia jaringan dan nekrosis organ ). Perdarahan saluran cerna dapat
terjadi akibat erosi pembuluh darah sekitar Plague Peyeri yang sedang
mengalami nekrosis dan hyperplasia akibat akumulasi sel-sel mononuclear di
dinding usus. Proses petologis jaringan limfoid ini dapat berkembang hingga ke
lapisan otot, serosa usus dan dapat mengakibatkan perporasi.
Endotoksin dapat menempel di reseptor sel endotel kapiler dengan akibat
timbulnya komplikasi seperti gangguan neuropsikiatrik, kardiovaskular,
pernapasan dan gangguan organ lainnya.
15
3.5.
Manifestasi dan Gejala
Klinis
Pada minggu
pertama setelah melewati masa inkubasi 10-14 hari, gejala penyakit itu pada
awalnya sama dengan penyakit infeksi akut yang lain, seperti demam tinggi yang
berkepanjangan yaitu setinggi 39º C hingga 40º C, sakit kepala, pusing, pegal-
pegal, anoreksia, mual, muntah, batuk, dengan nadi antara 80-100 kali permenit,
denyut lemah, pernapasan semakin cepat dengan gambaran bronkitis kataral,
perut kembung dan merasa tak enak, sedangkan diare dan sembelit silih berganti.
Pada akhir minggu pertama, diare lebih sering terjadi. Khas lidah pada penderita
adalah kotor di tengah, tepi dan ujung merah serta bergetar atau tremor. Epistaksis
16
dapat dialami oleh penderita sedangkan tenggorokan terasa kering dan meradang.
Ruam kulit (rash) umumnya terjadi pada hari ketujuh dan terbatas pada abdomen
di salah satu sisi dan tidak merata, bercak-bercak ros (roseola) berlangsung 3-5
hari, kemudian hilang dengan sempurna. Jika pada minggu pertama, suhu tubuh
berangsur-angsur meningkat setiap hari, yang biasanya menurun pada pagi hari
kemudian meningkat pada sore atau malam.
Pada minggu kedua suhu tubuh penderita terus menerus dalam keadaan tinggi
(demam). Suhu badan yang tinggi, dengan penurunan sedikit pada pagi hari
berlangsung. Terjadi perlambatan relatif nadi penderita.Yang semestinya nadi
meningkat bersama dengan peningkatan suhu, saat ini relatif nadi lebih lambat
dibandingkan peningkatan suhu tubuh. Umumnya terjadi gangguan pendengaran,
lidah tampak kering, nadi semakin cepat sedangkan tekanan darah menurun, diare
yang meningkat dan berwarna gelap, pembesaran hati dan limpa, perut kembung
dan sering berbunyi, gangguan kesadaran, mengantuk terus menerus, dan mulai
kacau jika berkomunikasi.
Pada minggu ketiga suhu tubuh berangsur-angsur turun, dan normal kembali di
akhir minggu. Hal itu terjadi jika tanpa komplikasi atau berhasil diobati. Bila
keadaan membaik, gejala-gejala akan berkurang dan temperatur mulai turun.
Meskipun demikian justru pada saat ini komplikasi perdarahan dan perforasi
cenderung untuk terjadi, akibat lepasnya kerak dari ulkus. Sebaliknya jika
keadaan makin memburuk, dimana septikemia memberat dengan terjadinya
tanda-tanda khas berupa delirium atau stupor, otot-otot bergerak terus,
inkontinensia alvi dan inkontinensia urin. Tekanan abdomen sangat meningkat
diikuti dengan nyeri perut. Penderita kemudian mengalami kolaps. Jika denyut
nadi sangat meningkat disertai oleh peritonitis lokal maupun umum, maka hal ini
menunjukkan telah terjadinya perforasi usus sedangkan keringat dingin, gelisah,
sukar bernapas, dan kolaps dari nadi yang teraba denyutnya memberi gambaran
adanya perdarahan. Degenerasi miokardial toksik merupakan penyebab umum
dari terjadinya kematian penderita demam tifoid pada minggu ketiga.
A. Spesimen
1. Darah
Harus diambil berulang kali.Pada demam enterik dan septikemia, biakan darah
sering positif dalam minggu pertama penyakit.
2. Sumsum tulang
3. Urin
Biakan ini dapat positif setelah minggu kedua
17
4. Feses
Harus diambil berulang. Pada demam enterik, feses akan memberikan hasil
positif mulai minggu kedua/ketiga. Pada enterokolitis selama minggu pertama.
5. Drainase duodenum
Biakan ini positif akan menunjukkan adanya Salmonella di traktus biliar pada
orang carrier
C. Metode Serologi
1. Uji aglutinasi
Serum dan biakan dicampur diatas slide, lihat dalam beberapa menit apakah
ada gumpalan. Tes ini berguna untuk identifikasi preliminer biakan dengan
cepat. Terdapat alat untuk mengaglutinasi dan menentukan serogroup
salmonella melalui antigen O nya:A,B,C1,C2,D, dan E.
18
b. Titer H yang tinggi (≥1:160) menunjukkan riwayat imunisasi atau infeksi
di masa lampau.
c. Titer antibodi yang tinggi terhadap antigen Vi timbul pada beberapa
carrier.
Faktor yang mempengaruhiujiWidalyaitu:
a. Pengobatan dini dengan antibiotik
b. Gangguan pembentukan dengan antibodi, dan pemberian korikosteroid
c. Waktu pengambilan darah
d. Daerah endemik atau non-endemik
e. Riwayat vaksinasi
f. Reaksi anamnesik, yaitu peningkatan titer aglutinin pada infeksi bukan
demam tifoidakibat masa lalu atau vaksinasi.
g. Faktor teknik pemeriksaan antar laboratorium
3. Uji TUBEX
Uji ini merupakan uji semi kuantitatif kolometrik yang cepat (beberapa menit)
dan mudah untuk dikerjakan. Uji ini mendeteksi antibodi anti-S.thyphi 09 pada
serum pasien, dengan cara menghambat ikatan antara IgM anti 09 yang
terkonjugasi pada partikel latex yang berwarna denga lipopolisakarida S.thyphi
yang terkonjugasi pada partikel latex. Hasil positif uji Tubex ini menunjukkan
terdapat infeksi Salmonellae serogrup D walau tidak pada spesifik menunjuk
pada S.thyphi.infeksi oleh S.parathyphi akan memberikan hasil negative.
4. Uji Typhidot
Uji ini dapat mendeteksi antibodi IgM dan IgG yang terdapat pada protein
membran luar Salmonella thyphi. Hasil positif didapatkan 2-3 hari setelah
infeksi dan dapat mengidentifikasi secara spesifik antobodi IgM dan IgG
terhadap antigen S.thyphi seberat 50 kD, yang terdapat pada strip nitroselulosa.
Diagnostik Banding
Penyakit infeksi:
Malaria, infeksi saluran kemih, meningitis, pneumonia, TB paru, pleuritis.
Penyakit keganasan :
Leukomia, karsinoma.
Penyakit kolagen:
Demam reumatik, Eritematosus lupus sisternik.
3.7. Penatalaksanaan
19
1. Perawatan umum
Pasien demam tifoid perlu dirawat dirumah sakit untuk isolasi, observasi dan
pengobatan. Pasien harus tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas
demam atau kurang lebih selama 14 hari. Maksud tirah baring adalah untuk
mencegah terjadinya komplikasi perdarahan usus atau perforasi usus.
Mobilisasi pasien harus dilakukan secara bertahap,sesuai dengan pulihnya
kekuatan pasien.
2. Diet
Diet merupakan hal yang cukup penting dalam proses penyembuhan penyakit
demam tifoid, karena makanan yang kurang akan menurunkan keadaan umum
dan gizi penderita akan semakin turun dan proses penyembuhan akan menjadi
lama. Di masa lampau, pasien demam tifoid diberi bubur saring, kemudian
bubur kasar dan akhirnya diberi nasi. Beberapa peneliti menunjukkan bahwa
pemberian makanan padat dini,yaitu nasi dengan lauk pauk rendah selulosa
(pantang sayuran dengan serat kasar) dapat diberikan dengan aman pada pasien
demam tifoid.
3. Obat
20
-Sulfametakzol 4-20 mg/kg bagi 2
dosis
3.8. Komplikasi
Komplikasi interstinal. Pendarahan intestinal pada plak usus yang
terinfeksi (ileum terminalis) dapat terbentuk luka. Bila menembus usus dan
mengenai pembuluh darah, maka akan terjadi pendarahan. Pendarahan juga
dapat terjadi karena gangguan koagulasi darah.Pendarahan hebat dapat terjadi
hingga penderita mengalami syok.Kategori pendarahan akut, jika darah yang
keluar 5ml/kg bb/jam dan faktor hemostatis masih dalam batas normal.
21
Tindakan yang harus di lakukan adalah transfusi darah.Tetapi jika
transfusi yang diberikan tidak mengimbangi pendarahan, maka tindakan bedah
perlu dipertimbangkan.
o Perforasi usus
Biasanya timbul pada minggu ke-3, tetapi dapat juga terjadi pada minggu
pertama.Penderita biasanya mengeluh nyeri perut yang hebat terutama di
daerah kuadran kanan bawah dan menyebar ke seluruh perut dengan tanda
tanda ileus. Gejala lain biasanya bising usus yang melemah, nadi cepat,
tekanan darah turun, bahkan dapat syok. Faktor-faktor yang dapat
meningkatkan kejadian perforasi adalah umur, lama demam, modalitas
pengobatan, berat penyakit, dan mobilitas penderita.
Antibiotik di berikan secara selektif, umumnya diberikan antibiotik yang
spekrumnya luas dengan kombinasi kloramfenikol dan amfisilin
intravena.Untuk kontaminasi usus dapat di berikan gentamisin atau
metronidazol.Cairan harus di berikan dalam jumlah yang cukup serta penderita
di puasakan dan di pasang nasogastric tube.Transfusi darah dapat diberikan
bila terdapat kehilangan darah akibat pendarahan intestinal.
o
Komplikasihematologi
Dapat berupa trombositopenia, hipofibrinogenemia, peningkatan
protrombin time (pt), peningkatan partial tromboplastin time (ptt), dan
peningkatan fibrin degradation products sampai koagulasi intravaskular
diseminata (KID).
Tindakan yang perlu dilakukan bila terjadi KID dekompensata adalah
transfusi darah, substitusi trombusit dan atau faktor-faktor koagulasi bahkan
heparin.
o Hepatitis tifosa
Pembengkakan hati dari ringan sampai berat dapat di jumpai pada demam
tifoid, biasanya lebih disebabkan oleh S. typhi daripada S. paratyphi.
o Pankretitis tifosa
Merupakan komplikasi yang jarang pada demam tifoid, biasanya
disebabkan oleh mediator proinflamasi, virus, bakteri, cacing, maupun zat-zat
farmakologi.Pemeriksaan enzim amilase dan lipase serta
ultrasonografi/CTscan dapat membantu diagnosis dengan akurat.
Obat yang diberikan adalah antibiotik seftriakson atau kuinolon yang
didepositkan secara intravena.
o Miokarditis
Semua kasus tifoid toksik, atas pertimbangan klinis dianggap sebagai
demam tifoid berat, langsung diberikan pengobatan kombinasi kloramfenikol 4
x 400 mg di tambah ampisilin 4 x 1 gram dan deksametason 3 x 5 mg.
22
Komplikasi Ekstra Intestinal lainnya :
a) Komplikasi Kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi perifer
(renjatanseptik),miokarditis,trombosis dan tromboflebitis
b) Komplikasi darah : anemia hemolitik ,trombositopenia, dan /
DisseminatedIntravascular Coagulation (DIC) dan Sindrom uremia
hemolitik
c) Komplikasi paru : Pneumonia,empiema,dan pleuritis
d) Komplikasi hepar dan kandung empedu : hepatitis dan kolesistitis
e) Komplikasi ginjal : glomerulonefritis,pielonefritis, dan perinefritis
f) Komplikasi tulang : osteomielitis,periostitis,spondilitisdan Artritis
g) Komplikasi Neuropsikiatrik : Delirium, meningismus, meningitis,
polineuritis perifer, sindrom guillain-barre, psikosis dan sindrom katatonia
3.9. Pencegahan
Vaksin Vi Polysaccharide
Vaksin ini diberikan pada anak dengan usia di atas 2 tahun dengan dinjeksikan
secara subkutan atau intra-muskuler. Vaksin ini efektif selama 3 tahun dan
direkomendasikan untuk revaksinasi setiap 3 tahun. Vaksin ini memberikan
efikasi perlindungan sebesar 70-80%.
Vaksin Ty21a
Vaksin oral ini tersedia dalam sediaan salut enterik dan cair yang diberikan pada
anak usia 6 tahun ke atas. Vaksin diberikan 3 dosis yang masing-masing diselang
2 hari. Antibiotik dihindari 7 hari sebelum dan sesudah vaksinasi. Vaksin ini
efektif selama 3 tahun dan memberikan efikasi perlindungan 67-82%.
Vaksin Vi-conjugate
Vaksin ini diberikan pada anak usia 2-5 tahun di Vietnam dan memberikan efikasi
perlindungan 91,1% selama 27 bulan setelah vaksinasi. Efikasi vaksin ini
menetap selama 46 bulan dengan efikasi perlindungan sebesar 89%.
3.10. Prognosis
Prognosis demam tifoid tergantung pada ketepatan terapi, usia penderita,
keadaan kesehatan sebelumnya, serotip Salmonella penyebab ada dan tidaknya
23
komplikasi. Di negara maju denga terapi antibiotik yang adekuat, angka
mortalitasnya <1%. Di negara berkembang, angka mortalitasnya >10%, biasanya
karena keterlambatan diagnosis, perawatan dan pengobatan. Munculnya
komplikasi, seperti perforasi gastrointestinal atau perdarahan hebat, meningitis,
endokarditis, dan pneumonia mengakibatkan morbiditas dan mortalitas yang
tinggi.
Relaps sesudah respon klinis awal terjadi pada 4-8% penderita yang tidak
diobati dengan antibiotik. Pada penderita yang telah mendapat terapi antimikroba
yang tepat, manifestasi klinis relaps menjadi nyata sekitar 2 minggu sesudah
penghentian antibiotik dan menyerupai penyakit akut namun biasanya lebih
ringan dan lebih pendek. Individu yang mengeksresi S.typhi 3 bulan setelah
infeksi umumnya menjadi karier kronis. Resiko menjadi karier pada anak-anak
rendah dan meningkat sesuai usia. Karier kronis terjadi pada 1-5% dari seluruh
pasien demam tifoid. Insiden penyakit saluran empedu (traktus biliaris) lebih
tinggi pada karrier kronis dibandingkan dengan populasi umum.
Angka kematian pada anak-anak 2,6% dan pada orang dewasa 7,4%, rata-rata
5,7%. Prognosis demam tifoid umumnya baik asal penderita cepat berobat.
Mortalitas pada penderita yang dirawat adalah 6%. Prognosis menjadi kurang
baik atau buruk bila terdapat gejala klinis yang berat seperti:
24
Daftar Pustaka
Behrman R.E. et al. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson edisi 15. ab.A.Samik
Wahab. Jakarta: EGC.
Nelwan, R.H.H. 2009. Demam: Tipe dan Pendekatan dalam Sudoyo, Aru W. et.al.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III edisi V. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Samuelson, John. 2008. Patologi Umum Penyakit Infeksi dalam Brooks, G.F., Butel,
Janet S., Morse, S.A. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Setyabudi, Rianto. 2008.Farmakologi dan Terapi Edisi Revisi edisi 5. Jakarta: Balai
PenerbitFKUI.
Sherwood, Lauralee. 2004. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem edisi 2. Jakarta:
EGC
Sumarmo, dkk. 2010. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropisedisi 2. Jakarta: EGC.
Widodo, Djoko. 2009. Demam Tifoid dalam Sudoyo, Aru W. et.al. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid III Edisi V. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI.
25