Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN HASIL PENGKAJIAN DEPARTEMEN KEPERAWATAN

MANAJEMEN DI RUANG PERAWATAN BAJI DAKKA RSUD


LABUANG BAJI MAKASSAR

OLEH:

KELOMPOK B
1. AYU ANDIRA (70900119030)
2. NURDIANA (70900119031)
3. ADE IRMA SUHARDI (70900119032)
4. BAHUDDIN (70900119033)

Preseptor Lahan, Preseptor Instirusi,

(Andi Nur Inayah, S.Kep.,Ns.,M.Kep) (Syamsiah Rauf, S.Kep.,Ns,M.Kep)

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XVI


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2020

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelanggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

menyediakanpelayanan rawat inap, rawat jalan dan rawat darurat. Rumah

sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada

semua bidang penyakit. Hakikat dasar rumah sakit adalah pemenuhan

kebutuhan dan tuntutan pasien yang mengharapkan penyelesaian masalah

kesehatan pada rumah sakit (Listiyono,2015).

Menurut UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 pasal 23 tenaga kesehatan

berwenang untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Kira-kira 40-60%

pelayanan di rumah sakit merupakan pelayanan keperawatan. Penerapan

proses keperawatan dalam asuhan keperawatan untuk klien merupakan salah

satu wujud tanggung gugat perawat terhadap klien yang pada akhirnya

penerapan proses keperawatan akan meningkatkan kualitas perawatan kepada

klien (Asmadi, 2013).

Mendapatkan pelayanan kesehatan merupakan salah satu hak dasar

penduduk indonesia disamping pelayanan pendidikan dan perlindungan

hukum. Kesehatan menjadi issu penting terkait dengan dampak akan

perubahan lingkungan akibat perkembangan dunia saat ini (Listiyono, 2015).

B. Tujuan Praktik

1. Tujuan Umum

Pelayanan atau Asuhan Keperawatan di RSUD Labuang Baji Makassar

dapat diberikan secara profesional sesuai dengan Metode Proses

Keperawatan Professional (MPKP).

2
2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian di Ruang Perawatan Baji Dakka.

b. Menentukan dan merencanakan kebutuhan tenaga keperawatan yang

mendukung MPKP berdasarkan analisis jumlah dan tingkat

ketergantungan pasien.

c. Melakukan pengorganisasian proses penerapan metode penugasan

tim.

d. Melaksanakan metode proses keperawatan profesioanl di Ruangan

Perawatan Baji Dakka.

e. Melakukan dokumentasi sesuai standar atau pedoman pencatatan

asuhan keperawatan.

C. Manfaat Penulisan

1. Bagi rumah sakit

Mahasiswa dapat membantu atau memberikan masukan di RSUD Labuang

Baji Makassar dalam memecahkan masalah yang bersifat tekhnis,

operasional dari satu aspek manajemen pelayanan keperawatan tertentu,

yang dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan secara umum

yang akhirnya akan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.

2. Bagi profesi Ners UIN Alauddin Makassar

Peningkatan kualitas proses pembelajaran yang melibatkan mahasiswa

secara aktif dalam kegiatan administrasi dan manajemen rumah sakit.

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Rumah Sakit dan Sejarah Peradaban Islam


1. Awal Berdirinya Rumah Sakit Dalam Sejarah Peradaban Isalam.
Rumah sakit berasal dari kata persia “Bimaristan”. Bimar
berartisakit ditambah stan yang berarti tempat atau lokasi. Pada zaman
Islam di abad pertengahan perkembangan dunia Islam kata Bimaristan
digunakan untuk menunjukan sebuah tumah sakit yang seperti zaman
modern ini yaitu suatu tempat tidur yang nyaman, dimana orang sakit
dilayani dan di rawat oleh pegawai kesehatan yuang berkualitas
(Sunardi, 2015).
Berbeda dengan bangsa Yunani yang merawat orang-orang yang
sakit di petirahan/peristirahatan (asylum) yang berdekatan dengan kuil
untuk diobati oleh pendeta. Proses pengobatanyapun lebih bersifat
mistik yang terdiri dari sembahyang dan berkoreban untuk dewa
penyembuhan bernama Aescalapius (Samantho, 2017).
2. Fungsi Rumah Sakit dalam Sejarah Peradaban Islam
Rumah sakit di era keemasan Islam bertugas untuk merawat
seluruh klien baik laki-laki maupun perempuan sampai benar-benar
sembuh, dalam hal ini berfungsi sebagai :
a. Pusat perawatan medis, rumah bagi klien untuk pemulihan
penyakit atau kecelakaan
b. Rehabilitasi mental untuk klien yang menderita gangguan jiwa
c. Rumah panti jompo untuk yang telah brusia lanjut
d. Sebagai sekolah kedokteran bagi mahasiswa kedokteran waktu itu
e. Dan sebagai tempat penyimpanan obat bagi klinik rawat jalan.
Apotik rumah sakit meresepi secara tepat obat yang komposisinya
terkontrol (Sunardi, 2015).

4
B. Manajemen Keperawatan
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif
dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi.Manajemen mencakup
kegiatan POAC (planning, organizing, actuating, controlling) terhadap
staf, sarana, dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Aditama,
2015).
Manajemen keperawatan merupakan konsep yang bersifat
memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana dalam mengelola kegiatan
keperawatan.Lingkup manajemen keperawatan terdiri dari manajemen
pelayanan keperawatan dan manajemen asuhan keperawatan.Manajemen
pelayanan keperawatan merupakan pelayanan di rumah sakit yang
dikelola oleh bidang keperawatan melalui tingkatan manajerial baik
tingkat tinggi, menengah dan bawah.Keberhasilan pelayanan keperawatan
sangat bergantung pada manajer keperawatan dalam menjalankan peran
dan fungsinya (Suarli, 2013).
Manajemen adalah proses untuk melaksanakan kegiatan melalui
orang lain. Kegiatan manajemen keperawatan mengacu pada konsep
manajemen secara umum, dengan menggunakan pendekatan fungsi-
fungsi manajemen meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
dan pengontrolan (pengawasan dan Evaluasi). Manajemen pelayanan
keperawatan berfokus pada komponen 5 M (Man, Money, Material,
Method, Machine) (Asmuji,2012).
C. Tujuan Manajemen Keperawatan
Adapun tujuan dari manajemen keperawatan yaitu:
1. Mengarahkan seluruh kegiatan yang direncanakan.
2. Mencegah/mengatasi permasalahan manajerial.
3. Pencapaian tujuan organisasi secara efektif dan efisien dengan
melibatkan seluruh komponen yang ada.
4. Meningkatkan metode kerja keperawatan sehingga staf perawatan
bekerja lebih efektif dan efisien, mengurangi waktu kerja yang sia-sia,
mengurangi duplikasi tenaga dan upaya

5
D. Prinsip-Prinsip Manajemen Keperawatan
Agar manajemen dapat terlaksana sesuai rencana dan mencapai tujuan
yang diharapkan maka perlu mengetahui prinsip-prinsip manajemen itu
sendiri yakni:
1. Perencanaan (Planning). Perencanaan adalah fungsi dasar dan pertama
dalam manajemen (the first function of management). Semua fungsi
manajemen tergantung dari perencanaan. Perencanaan adalah suatu
proses berpikir atau proses mental untuk membuat keputusan dan
peramalan (forecasting). Perencanaan harus berorientasi ke masa
depan dan memastikan kemungkinan hasil yang diharapkan.
2. Penggunaan Waktu Efektif (Effective utilization of time). Penggunaan
waktu efektif berhubungan dengan pola pengaturan dan pemanfaatan
waktu yang tepat dan memungkinkan berjalannya roda organisasi dan
tercapaianya tujuan organisasi.Waktu pelayanan dihitung, dan kegiatan
perawat dikendalikan.
3. Pengambilan keputusan (Decision making). Pengambilan keputusan
adalah suatu hasil atau keluaran dari proses mental atau kognitif yang
membawa pada pemilihan di antara beberapa alternatif yang tersedia
yang dilakukan oleh seorang pembuat keputusan. Keputusan dibuat
untuk mencapai tujuan melalui pelaksanaan/ implementasi dari pilihan
keputusan yang diambil.
4. Pengelola/Pemimpin (Manager/leader). Manajer yang bertugas
mengatur manajemen memerlukan keahlian dan tindakan nyata agar
para anggota menjalankan tugas dan wewenang dengan baik. Adanya
manajer yang mampu memberikan semangat, mengontrol dan
mengajak mencapai tujuan merupakan sumber daya yang sangat
menentukan.
5. Tujuan sosial (Social goal). Manajemen yang baik harus memiliki
tujuan yang jelas dan ditetapkan dalam bentuk visi, misi dan tujuan
organisasi.

6
6. Pengorganisasian (Organizing). Pengorganisasian adalah
pengelompokan sejumlah aktivitas untuk mencapai tujuan yang
diharapkan. Penugasan pada masing-masing kelompok dilakukan
berdasarkan supervisi, ada koordinasi dengan unit lain baik secara
horizontal maupun secara vertikal.
7. Perubahan (Change) adalah proses penggantian dari suatu hal dengan
yang lainnya yang berbeda dari sebelumnya. Perubahan, di dalam
manajemen keperawatan perubahan dijadikan prinsip karena sifat
layanan yang dinamis mengikuti karakteristik pasien yang akan Anda
layani.
E. Fungsi Manajemen Keperawatan
Adapun fungsi manajemen keperawatan antara lain:
1. Perencanaan
Perencanaan disini dimaksudkan nntuk menentukan kebutuhan
dalam asuhan keperawatan kepada semua pasien, menegakkan tujuan,
mengalokasikan semua anggaran belanja, memutuskan ukuran dan tipe
tenaga keperawatan yang dibutuhkan, membuat pola struktur
organisasi yang dapat mengoptimalkan efektifitas staff serta
menegakkan kebijaksanaan dan prosedur operasional untuk mencapai
visi dan misi institusi yang telah ditetapkan (Asmadi, 2015).
2. Pengorganisasian
Struktur informal organisasi terdiri dari hubungan timbal balik
pribadi yang tidak resmi diantara para pekerja yang mempengaruhi
efektifitas kerja mereka.Kualitas hubungan timbal balik seorang
manajer dengan lainnya langsung dikaitkan dengan kemampuan
kepemimpinannya.Mengingat struktur formal dan informal organisasi
saling melengkapi, manajer perawat bisa memakai struktur organisasi
informal unttuk mengganti kerugian karena kekurangan atau kegagalan
dalam struktur formaL (Hamid, A.Y. 2014).

7
3. Ketenagaan
Tujuan manajemen ketenagaan di ruang rawat adalah untuk
mendayagunakan tenaga keperawatan yang efektif dan produktif yang
dapat memberikan pelayanan bermutu sehingga dapat memenuhi
pengguna jasa. Perkiraan kebutuhan perawat harus memperhatikan
kategori klien yang dirawat, ratio perawat dan metode penugasan.
4. Pengarahan
Mencangkup tanggung jawab dalam mengelola sumber daya
manusia seperti motivasi untuk semangat, manajemen konflik,
pendelegasian, komunikasi, dan memfasilitasi kolaborasi.
5. Pengawasan/ pengendalian
Meliputi penilaian kinerja, tanggung gugat fiskal, pengawasan
mutu, pengawasan hukum dan etika, dan pengawasan hubungan
profesional dan kolegial.
F. Metode Praktek Keperawatan Profesional (MPKP)
1. Pengertian Metode Praktek Keperawatan Profesional (MPKP)
Model Praktek Keperawatan Profesional atau MPKP adalah salah
satu metode keperawatan dari system, struktur, proses dan nilai-nilai
professional, yang memfasilitasi perawat professional yang
mempunyai kemampuan dan tanggung jawab dalam mengatasi
masalah keperawatan dan telah menghasilkan berbagai jenjang produk
keperawatan termasuk lingkungan tempat asuhan keperawatan tersebut
diberikan (Sitorus & Yulia, 2005)
2. Jenis-Jenis Metode Praktek Keperawatan Profesional
Ada lima metode pemberian asuhan keperawatan profesional yang
sudah ada dan akan terus dikembangkan di masa depan dalam
menghadapi tren pelayanan keperawatan yaitu:
a. Fungsional (bukan model MAKP)
Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam
pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada
saat perang dunia kedua. Pada saat itu, karena masih

8
terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat, maka setiap
perawat hanya melakukan satu atau dua jenis intervensi
keperawatan saja (misalnya, merawat luka) kepada semua
pasien di bangsal.

Kepala Ruang

Perawat : Perawat : Penyiapan Kebutuhn

Pengobatan Merawat Luka instrumen dasar

Pasien/Klien

Bagan 1,Struktur organisasi metode fungsional (Nursalam,2016).

Kelebihan:
1) Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian
tugas yang jelas dan pengawasan yang baik
2) Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga
3) perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial,
sedangkan perawat pasien diserahkan kepada perawat
junior dan/atau belum berpengalaman.
Kelemahan:
1) Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat
2) Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat
menerapkan proses keperawatan
3) Persepsi perawat cenderung pada tindakan yang berkaitan
dengan keterampilan saja.

9
b. MAKP Tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota
yang berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan
terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi
2–3 tim/grup yang terdiri atas tenaga profesional, teknikal, dan
pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling membantu.
Metode ini biasa digunakan pada pelayanan keperawatan di
unit rawat inap, unit rawat jalan, dan unit gawat darurat.
Konsep Metode Tim:
1) Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu
menggunakan berbagai teknik kepemimpinan
2) Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas
rencana keperawatan terjamin
3) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua
tim
4) Peran kepala ruang penting dalam model tim, model
tim akan berhasil bila didukung oleh kepala ruang.
Kelebihannya:
1) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang
menyeluruh
2) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
3) Memungkinkan komunikasi antartim, sehingga konflik
mudah di atasi dan memberi kepuasan kepada anggota
tim.
Kelemahan:
Komunikasi antaranggota tim terbentuk terutama dalam
bentuk konferensi tim, yang biasanya membutuhkan
waktu, yang sulit untuk dilaksanakan pada waktu-waktu
sibuk

10
Tanggung jawab anggota tim:
1) Memberikan asuhan keperawatan pada pasien di
bawah tanggung jawabnya
2) Kerja sama dengan anggota tim dan antartim
3) Memberikan laporan.
Tanggung jawab ketua tim:
1) Membuat perencanaan
2) Membuat penugasan, supervisi, dan evaluasi
3) Mengenal/mengetahui kondisi pasien dan dapat
menilai tingkat kebutuhan pasien
4) Mengembangkan kemampuan anggota
5) Menyelenggarakan konferensi.
Tanggung jawab kepala ruang:
1) Perencanaan:
a) Menunjuk ketua tim yang akan bertugas
diruangan masing-masing
b) Mengikuti serah terima pasien pada sif sebelumnya
c) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien:
gawat, transisi, dan persiapan pulang, bersama
ketua tim
d) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan
berdasarkan aktivitas dan kebutuhan pasien
bersama ketua tim, mengatur
penugasan/penjadwalan
e) Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan
f) Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi,
patofisiologi, tindakan medis yang dilakukan,
program pengobatan, dan mendiskusikan dengan
dokter tentang tindakan yang akan dilakukan
terhadap pasien

11
g) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan,
termasuk kegiatan membimbing pelaksanaan
asuhan keperawatan, membimbing penerapan
proses keperawatan dan menilai asuhan
keperawatan, mengadakan diskusi untuk
pemecahan masalah, serta memberikan informasi
kepada pasien atau keluarga yang baru masuk
h) Membantu mengembangkan niat pendidikan dan
latihan diri
i) Membantu membimbing peserta didik keperawatan
j) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan
dan rumah sakit.
2) Pengorganisasian:
a) Merumuskan metode penugasan yang digunakan
b) Merumuskan tujuan metode penugasan
c) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim
secara jelas
d) Membuat rentang kendali, kepala ruangan
membawahi 2 ketua tim, dan ketua tim
membawahi 2–3 perawat
e) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan:
membuat proses dinas, mengatur tenaga yang ada
setiap hari, dan lain-lain
f) Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan
g) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat
praktik
h) Mendelegasikan tugas, saat kepala ruang tidak
berada di tempat kepada ketua tim
i) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk
mengurus administrasi pasien
j) Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya

12
k) Identifikasi masalah dan cara penanganannya
3) Pengarahan
a) Memberi pengarahan tentang penugasan kepada
ketua tim
b) Memberi pujian kepada anggota tim yang
melaksanakan tugas dengan baik
c) Memberi motivasi dalam peningkatan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap
d) Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting
dan berhubungan dengan asuhan keperawatan pada
pasien
e) Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir
kegiatan
f) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan
dalam melaksanakan tugasnya
g) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.
4) Pengawasan
a) Melalui komunikasi
b) Supervisi

Kepala Ruang

Ketua Tim Ketua Tim Ketua Tim

Sraff/Perawat Sraff/Perawat Sraff/Perawat

Pasien/klien Pasien/klien Pasien/klien

Bagan 2, Struktur organisasi Metode Tim

(Nursalam,2016).

13
c. MAKP Primer

Metode penugasan di mana satu orang perawat bertanggung

jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan

pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit.

Mendorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara

pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini

ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus-menerus

antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk

merencanakan, melakukan, dan koordinasi asuhan keperawatan

selama pasien dirawat.

Dokter Kepala Ruang Sarana RS

Perawat Primer

Pasien/klien

Kepala Ruang Kepala Ruang Kepala Ruang

Bagan 3,Struktur organisasi metode primer (Nursalam,2016).

Kelebihan:
1) Abersifat kontinuitas dan komprehensif

14
2) Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap
hasil, dan memungkinkan pengembangan diri
3) Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter, dan
rumah sakit.
Kelemahannya adalah hanya dapat dilakukan oleh perawat yang
memiliki pengalaman dan pengetahuan yang memadai dengan
kriteria asertif, self direction, kemampuan mengambil keputusan
yang tepat, menguasai keperawatan klinis, penuh pertimbangan,
serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin ilmu.
d. MAKP Kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh
kebutuhan pasien saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh
perawat yang berbeda untuk setiap sif, dan tidak ada jaminan
bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari
berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu
pasien satu perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk
perawat privat/pribadi dalam memberikan asuhan keperawatan
khusus seperti kasus isolasi dan perawatan intensif (intensive
care).
Kelebihannya:
1) Perawat lebih memahami kasus per kasus
2) Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah.
Kekurangannya:
1) Belum dapat diidentifikasi perawat penanggung jawab
2) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai
kemampuan dasar yang sama.

Kepala Ruang

15
Staff/Perawat Staff/Perawat Staff/Perawat

Pasien/Klien Pasien/Klien Pasien/Klien

Bagan 4, Struktur organisasi metode kasus (Nursalam,2016).

e. Modifikasi MAKP Tim-Primer

KEPALA RUANGAN

PP1 PP2 PP3 PP4

PA PA PA PA

PA PA PA PA

PA PA PA PA

16
7-8 Pasien 7-8 Pasien 7-8 Pasien 7-8 Pasien

Bagan 5, Struktur organisasi metode modifikasi tim-primer(Nursalam,2016).

Keterangan:

PP : Perawat Primer

PA : Perawat Associate

3. Struktur Organisasi Keperawatan

a. Kepala Ruangan

Menurut Zaidin (2014), peran kepala ruangan adalah sebagai berikut:

1) Pengkajian: mengidentifikasi masalah terkait fungsi manajemen

2) Perencanaan: fungsi perencanaan dan fungsi ketenagaan

a) Menunjuk ketua tim

b) Mengiuti serah terima klien

c) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan

d) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan

berdasarkan aktifitas dan kebutuhan klien

e) Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan

f) Merencanakan logistik ruangan/ fasilitas ruangan

g) Melakukan pendokumentasian

3) Implementasi

a) Fungsi pengorganisasian

(1) Merumuskan sistem penugasan

(2) Menjelaskan rincian tugas ketua tim

17
(3) Menjelaskan rentang kendali di ruang rawat

(4) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan di

ruang rawat

(5) Mengatur dan mengendalikan logistik/ fasilitas ruangan

(6) Mengatur dan mengendalikan situasi lahan praktik

(7) Mendelegasikan tugas kepada ketua tim

b) Fungsi pengarahan

(1) Memberikan pengarahan kepada ketua tim

(2) Memberikan motivasi dalam meningkatkan

pengetahuan, keterampilan dan sikap anggota tim

(3) Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan

tugas dengan baik.

(4) Membimbing bawahan.

(5) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim.

(6) Melakukan supervisi.

(7) Memberikan informasi tentang hal-hal yang

berhubungan dengan yankep di ruangan.

(8) Melakukan pelaporan dan pendokumentasian

4) Evaluasi

a) Fungsi pengendalian

b) Mengevaluasi kinerja katim

c) Memberikan umpan balik pada kinerja katim

d) Mengatasi masalah di ruang rawat dan menetapkan tindak

lanjut.

e) Memperhatikan aspek legal dan etik keperawatan

f) Melakukan pelaporan dan pendokumentasia

18
b. Ketua Tim

Tanggung jawab ketua tim/katim :

1) Melakukan orientasi kepada pasien baru & keluarga

2) Mengkaji setiap klien, menganalisa, menetapkan rencana

keperawatan (renpra), menerapkan tindakan keperawatan

dan mengevaluasi renpra

3) Mengkoordinasikan renpra dengan tindakan medis melalui

komunikasi yang konsisten

4) Membagi tugas anggota tim dan merencanakan kontinuitas

asuhan keperawatan melalui konfrens

5) Membimbing dan mengawasi pelaksanan asuhan

keperawatan oleh anggota tim

6) Bertanggung jawab terhadap kepala ruangan

c. Anggota Tim

Menurut Marquis (1998), tanggung jawab anggota tim adalah

sebagai berikut :

1) Melaksanakan perawatan sesuai renpra yang dibuat katim

2) Memberikan perawatan total/ komprehensif pada sejumlah

pasien

3) Bertanggung jawab atas keputusan keperawatan selama

katim tidak ada di tempat

4) Berkontribusi terhadap perawatan

5) Observasi terus menerus

6) Ikut ronde keperawatan

7) Berinterkasi dgn pasien & keluarga berkontribusi dgn

katim/karu bila ada masalah

19
4. Proses Keperawatan Profesional

a. Penerimaan pasien baru

Tahap pra penerimaan pasien baru menurut (Nursalam, 2015) :

1) Menyiapakan kelengkapan administrasi

2) Menyiapkan kelengkapan kamar sesuai pesanan

3) Menyiapkan format penerimaan pasien baru

4) Menyiapkan buku status pasien dan format pengkajian

keperawatan

5) Menyiapkan nursing kit

6) Menyiapkan lembar tata tertib pasien, keluarga, dan

pengunjung ruangan

7) Pasien datang di ruangan diterima oleh kepala

ruangan/perawat primer/perawat yang diberi delegasi

8) Perawat memperkenalkan diri kepada pasien dan

keluarganya

9) Perawat menunjukkan kamar atau tempat tidur pasien dan

mengatur ketempat yang telah ditetapkan

10) Perawat bersama karyawan lain memindahkan pasien ke

tempat tidur dan diberikan posisi yang nyaman

11) Perawat menanyakan kembali tentang tentang kejelasan

tentang informasi yang telah disampaiakan.

12) Perawat mulai melakukan pengkajian terhadap pasien

sesuai dengan format.

b. Timbang Terima (Handover)

20
Menurut Nurhidayah (2014) timbang terima adalah suatu cara

menyampaikan dan menerima (laporan) yang berkaitan dengan

keadaan klien, tujuannya:

1) Menyampaikan kondisi atau keadaan secara umum klien.

2) Menyampaikan hal penting yang perlu ditindak lanjuti oleh

dinas berikutnya

3) Tersusun secara kerja untuk dinas berikutnya

Adapun langkah-langkahnya adalah:

1) Kedua shif dalam keadaan siap

2) Shif yang akan menyerakhan perlu persiapan hal apa yang

akan disampaikan

3) Perawat primer menyampaikan kepada penanggung jawab

shif yang selanjutnya meliputi: kondisi,tindak lanjut dan

rencana kerja.

4) Dilakukan dengan jelas dan tidak terburu-buru

5) Secara langsung melihat keadaan klien.

c. Pre dan Post Conference

Konferensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap

hari. Konferensi dilakukan sebelum atau setelah melakukan

operan dinas, sore atau malam sesuai dengan jadwal dinas

perawatan pelaksanaan. Konferensi sebaiknya dilakukan di tempat

tersendiri sehingga dapat mengurangi gangguan dari luar

(Nursalam, 2007).

1. Pre conference

a) Pengertian

21
Pre conference adalah komunikasi katim dan perawat

pelaksana setelah selesai operan untuk rencana kegiatan pada

shift tersebut yang dipimpin oleh ketua tim atau penanggung

jawab tim. Jika yang dinas pada tim tersebut hanya satu

orang, maka pre conference ditiadakan. Isi pre conference

adalah rencana tiap perawat (rencana harian), dan tambahan

rencana dari katim dan PJ tim.

b) Tujuan

Tujuan pre conference yaitu untuk menidentifikasi

masalah-masalah pasien, merencanakan asuhan dan

merencanakan evaluasi hasil, mempersiapkan hal-hal yang

akan ditemuai di lapangan, dan mempersiapkan kesempatan

untuk berdiskusi tentang keadaan pasien.

c) Pelaksanaan

Waktu : setelah operan

Tempat : Meja masing – masing tim

Penanggung jawab : Ketua tim atau PJ tim

d) Kegiatan :

- Ketua tim atau PJ tim membuka acara

- Ketua tim atau PJ tim menanjakan rencana harian

masing – masing perawat pelaksana

- Ketua tim atau PJ tim memberikan masukan dan

tindakan lanjut terkait dengan asuhan yang diberikan

saat itu.

- Ketua tim atau PJ tim memberikan reinforcement

- Ketua tim atau PJ tim menutup acara

22
2. Post conference

a) Pengertian

Post conference merupakan kegiatan diskusi yang

dilakukan oleh ketua tim dan perawat pelaksana mengenai

kegiatan selama sif sebelum dilakukan operan sif

berikutnya (Sugiharto, Keliat, Sri, 2012).

b) Tujuan

Post conference dilakukan untuk mendiskusikan mengenai

masalah masalah yang terjadi pada

c) Pelaksanaan

Waktu :Sebelum operan ke dinas berikutnya.

Tempat : Meja masing – masing tim.

Penanggung jawab : ketua tim atau Pj tim

d) Kegiatan :

- Ketua tim atau Pj tim membuka acara.

- Ketua tim atau Pj tim menanyakan kendala dalam

asuhan yang telah diberikan.

- Ketua tim atau Pj tim yang menanyakan tindakan

lanjut asuhan klien yang harus dioperkan kepada

perawat shift berikutnya.


- Ketua tim atau Pj menutup acara
d. Ronde Keperawatan
Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah
keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat, disamping
pasien dilibatka untuk membahas dan melaksanakan asuhan
keperawatan akan tetapi pada kasus tertentu harus dilakukan oleh
perawat primer atau konselor, kepala ruangan, perawat associate
yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim.

23
Adapun tujuannya yakni:
1. Menumbuhkan cara berpikir secara kritis
2. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan
yang berasal dari masalah klien
3. Meningkatkan validitas data klien
4. Menilai kemampuan justifikasi
5. Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja
6. Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana
perawatan (Hidayah,2014).
e. Pendelegasian
Delegasi (Delegation) secara singkat dapat dikatakan bahwa
delegasi adalah pemberian sebagian tanggung jawab dan
kewibawaan kepada orang lain. Menurut keliat (2010) ada
beberapa metode dalam pendelegasian yaitu :
1) Cara bijaksana, yaitu sikap bertanggung jawab penuh dari
pemimpin dan bawahan.Pemimpin melaksanakan
pendelegasian serta memberi dukungan, sementara bawahan
siap serta taat kepada pemimpin dalam melaksanakan
tugas/tanggung jawab yang dipercayakan kepadanya.
2) Cara konsistensi, yaitu sikap pasti yang terus-menerus
dipertahankan oleh pemimpin dan bawahan.
3) Efektif dan efisien, yaitu memperhitungkan faktor kualitas dan
kuantitas kerja.
4) Pragmatis dan produktif, yaitu berorientasi kepada hasil atau
produksi tinggi, sesuai dengan perencanaan.
f. Supervisi
Supervisi adalah melakukan pengamatan secara langsung dan
berkala oleh atasan terhadap pekerjaan yang dilaksanakan oleh
bawahan untuk kemudian apabila ditemukan masalah, segera
diberikan petunjuk atau bantuan yang bersifat langsung guna
untuk mengatasinya.

24
g. Discharge planning
Discharge planning (perencanaan pulang) adalah serangkaian
keputusan dan aktivitas-aktivitasnya yang terlibat dalam
pemberian asuhan keperawatan yang kontinu dan terkoordinasi
ketika pasien dipulangkan dari lembaga pelayanan kesehatan
(Potter & Perry, 2005)
Program discharge planning (perencanaan pulang) pada
dasarnya merupakan program pemberian informasi atau
pemberian pendidikan kesehatan kepada pasien yang meliputi
nutrisi, aktifitas/latihan, obat-obatan dan instruksi khusus yaitu
tanda dan gejala penyakit pasien.
Informasi diberikan kepada pasien agar mampu mengenali
tanda bahaya untuk dilaporkan kepada tenaga medis. Sebelum
pemulangan, pasien dan keluarganya harus mengetahui bagaimana
cara manajemen pemberian perawatan di rumah dan apa yang
diharapkan di dalam memperhatikan masalah fisik yang
berkelanjutan karena kegagalan untuk mengerti pembatasan atau
implikasi masalah kesehatan (tidak siap menghadapi pemulangan)
dapat menyebabkan meningkatknya komplikasi yang terjadi pada
pasien (Potter & Perry, 2006).

25
BAB III
ANALISA SITUASI

A. Analisa Situasi Ruangan


1. Gambaran Umum RSUD Dr. Labuang Baji Makassar
Rumah Sakit Umum Labuang Baji didirikan pada tahun 1938 oleh
Zending Gereja Geroformat Surabaya, Malang dan Semarang sebagai
Rumah Sakit Zending. Rumah sakit ini di resmikan pada tanggal 12
juli 1938 dengan kapasitas tempat tidur yang tersdia pada ketika itu
yakni 15 buah.
Pada masa Perang Dunia II, Rumah Sakit ini dipakai oleh
Pemerintah Kotapraja Makassar untuk menampung para penderita
korban perang tahun 1946 – 1948.Rumah Sakit Umum Labuang Baji
menerima derma dari pemerintah Indonesia Timur, dengan
merehabilitasi gedung – gedung yang hancur akhir perang, dan dipakai
untuk menampung korban akhir perang tersebut.
Pada tahun 1949 – 1951, Zending mendirikan bangunan
permanent, sehingga kapasitas tempat tidur menjadi 120 buah. Pada
tahun 1952-1955 oleh Pemda Kota Praja Makassar diberikan
komplemen beberapa bangunan ruang sehingga kapasitas menjadi 190
buah. Sejak tahun 1955 Rumah Sakit Labuang Baji didanai oleh
Pemda Tingkat I Sulawesi Selatan. Pada tahun 1960 oleh Zending
Rumah Sakit Umum Labuang Baji diserahkan dan menjadi milik
PemerintahDaerah Tingkat I Sulawesi Selatan dengan penjabaran
Rumah Sakit Kelas C.
Terhitung mulai tanggal 16 januari 1996 melalui perda Propinsi
Dati I Sulawesi Selatan Nomor; 2 tahun 19996 kelas Rumah Sakit

26
ditingkatkan dari Rumah Sakit kelas C menjadi kelas B non
pendidikan. Peraturan kawasan tersebut oleh mentri Dalam Negeri
bulan agustus 1996.
Untuk struktur kelas B non pendidikan tersebut Direktur sebagai
Pemimpin Rumah Sakit dilantik dan dilakukan pada tanggal 13 juni
1998, sedangkan Pesonalia yang mengisi struktur tersebut dilantik dan
dikukuhkan pada tanggal12 mei 1999, terekreditasi 5 ( lima ) bidang
pelayanan Rumah Sakit pada tahun 2000. Dengan SK Gubernur No
821.22.107 tanggal 23 Juli 2001.
Pada tanggal 13 September 2002 mulai Perda Prov. Sulsel No. 6
Tahun 2002 Rumah Sakit Labuang Baji berubah status nama dari
Rumah Sakit Umum Labuang Baji Propensi Sulawesi Selatan dan
Pimpinan Seorang Kepala Badan Pengelolah RSUD Labuang Baji.
Kepala tubuh serta pejabat yang mengisi struktur oeganisasi tubuh
pengelolah tersebut di angkat melalui SK Gubernur Sulsel No.
821.22.158 yang ditetapkan di Malassar pada tanggal 14 November
2002 dan dilantik tanggal 22 Desember 2002.
Sejak berdiri pada tanggal 12 Juni  1938, Rumah Sakit umum
Labuang Baji telah mengalami beberapa pergantian Direktur yaitu;
1. dr. Ong Yang Hang
2. Prof. Dr. Warouw
3. dr. G.J. Hoekstra
4. dr. Hibertein
5. dr. A.W.F. Wiegers
6. dr. P. Rooft
7. dr. R.A. Tini Iswan (1967)
8. dr. Ny. Th. Sumantri Tulong (1967 - 1978)
9. dr. B. Tjahyadi (1978 - 1981)
10. dr. H.A. Wahid Baelang (1981 - 1991)
11. dr. H. Mustafa Djide, SKM (1991 - 1996)
12. dr. H.A. Jasmin Abu Mattimu 11995 - 1997)

27
13. dr. Hj. Nurfiah A. Pattiroi, MHA. (1997 - 1998)
14. dr. H. Muh. Basir Palu, SpA, MHA (1998 - 2001)
15. dr. H. Sofyan Muhammad, M.Si (2006)
16. dr. H. Muh. Thalib Suyuti, M.Kes (2006 - 2008)
17. dr. H. Bambang Arya, M.Kes (2008 - 2011)
18. DR. Drs. H. Azikin Solthan, M.Si (2011)
19. dr. Enrico Marentek, SpPD (9 September 2011 - Sekarang)
B. Pengumpulan Data
1. Karakteristik Responden
a. Usia
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia di Ruangan Baji Dakka Rsud
Labuang Baji Makassar

Usia Frekuensi (f) Presentase (%)


40 Tahun 2 20
32 Tahun 2 20
45 Tahun 2 20
37 Tahun 2 20
28 Tahun 1 10
39 Tahun 1 10
Total 10 100
Sumber : Data Primer, 2020.
Interpretasi: Data yang diperoleh menunjukkan bahwa perawat yang
berusia 45 tahun sebanyak 2 orang, perawat yang berusia 40 tahun sebanyak 2
orang, perawat yang berusia 39 tahun sebanyak 1 orang, perawat yang berusia
37 tahun sebanyak 2 orang, perawat yang berusia 32 tahun sebanyak 2 orang,
dan yang berusia 28 tahun sebanyak 1 orang
b. Jenis Kelamin
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Ruangan Baji
Dakka RSUD Labuang Baji Makassar

Jenis Kelamin Frekuensi (f) Presentase (%)


Perempuan 9 90
Laki-laki 1 10

28
Total 10 100
Sumber : Data Primer, 2020.
Interpretasi: Data yang diperoleh menunjukkan bahwa perawat yang
berjenis kelamin perempuan sebanyak 9 orang dan yang berjenis kelamin laki-
laki sebanyak 1 orang.
c. Pendidikan Terakhir
Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan di Ruangan Baji
Dakka RSUD Labuang Baji Makassar

Pendidikan Terakhir Frekuensi (f) Presentase (%)


D3 3 30
Profesi Ners 4 40
S2 3 30
Total 10 100
Sumber : Data Primer, 2020.
Interpretasi: Data yang diperoleh menunjukkan bahwa perawat yang
memiliki pendidikan terakkhir Diploma III (DIII), sebanyak 3 orang, Profesi
Ners sebanyak 4 orang, dan S2 sebanyak 3 orang.
d. Lama Bekerja
Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja di Ruangan Baji
Dakka RSUD Labuang Baji Makassar

Usia Frekuensi (f) Presentase (%)


18 Tahun 2 20
8 Tahun 1 10
10 Tahun 2 20
11 Tahun 1 10
19 Tahun 1 10
3 Tahun 1 10
5 Tahun 1 10
20 Tahun 1 10
Total 10 100
Sumber : Data Primer, 2020.
Interpretasi: Data yang diperoleh menunjukkan lama bekerja perawat
adalah 20 tahun sebanyak 1 orang, 19 tahun sebanyak 1 orang, 18 tahun
sebanyak 1 orang, 11 tahun sebanyak 1 orang, 10 tahun sebanyak 2 orang, 8

29
tahun sebanyak 1 orang, 5 tahun sebanyak 1 orang, dan 3 tahun sebanyak 1
orang.
e. Jabatan
Karakteristik Responden Berdasarkan Jabatan di Ruangan Baji Dakka
RSUD Labuang Baji Makassar

Jabatan Frekuensi (f) Presentase (%)


Perawat Pelaksana 8 80
Ketua Tim 1 10
Kepala Ruangan 1 10
Total 10 100
Sumber : Data Primer, 2020.
Interpretasi: Data yang diperoleh menunjukkan bahwa perawat yang
menjabat /bertugas sebagai kepala ruangan adalah 1 orang, yang menjabat
/bertugas sebagai ketua tim sebanyak 1 orang, dan yang menjabat /bertugas
sebagai perawat pelaksana sebanyak 8 orang.
2. Hasil Pengkajian
a) M1 (Ketenagaan/SDM)
Distribusi Frekuensi Tanggapan Perawat Terkait Ketenagaan (SDM)
RS “LB”

Kriteria Frekuensi (f) Presentase (%)


Baik 7 70
Kurang 3 30
Total 10 100
Sumber : Data Primer, 2020.
Interpretasi: Data yang diperoleh menunjukkan bahwa tanggapan
perawat terkait ketenagaan (SDM) di RS “LB” didominasi oleh tanggapan
dalam kategori baik dengan jumlah responden 7 (70%).
b) M2 (Material/ Sarana dan Prasarana)
Distribusi Frekuensi Tanggapan Perawat Terkait Material (Sarana dan Prasarana) di RS “LB”

Kriteria Frekuensi (f) Presentase (%)


Baik 8 80
Kurang 2 20

30
Total 10 100
Sumber : Data Primer, 2020.
Interpretasi: Data yang diperoleh menunjukkan bahwa tanggapan
perawat terkait material (sarana dan prasarana) di RS “LB” didominasi oleh
tanggapan dalam kategori baik dengan jumlah responden 8 (80%).
c) M3 (Metode Asuhan Keperawatan)
a. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
Distribusi Frekuensi Tanggapan Perawat Terkait Model Asuhan Keperawatan Profesional di RS
“LB”

Kriteria Frekuensi (f) Presentase (%)


Baik 5 50
Kurang 5 50
Total 10 100
Sumber : Data Primer, 2020.
Interpretasi: Data yang diperoleh menunjukkan bahwa tanggapan
perawat terkait model asuhan keperawatan profesional di RS “LB”
didapatkan data yang setara, dengan kategori baik 5 responden (50%) dan
kategori kurang 5 responden (50%).
b. Operan
Distribusi Frekuensi Tanggapan Perawat Terkait Operan
di RS “LB”

Kriteria Frekuensi (f) Presentase (%)


Baik 7 70
Kurang 3 30
Total 10 100
Sumber : Data Primer, 2020.
Interpretasi: Data yang diperoleh menunjukkan bahwa tanggapan
perawat terkait operan di RS “LB” didominasi oleh tanggapan dalam kategori
baik dengan jumlah responden 7 (70%).
c. Ronde Keperawatan
Distribusi Frekuensi Tanggapan Perawat Terkait Ronde Keperawatan
di RS “LB”

31
Kriteria Frekuensi (f) Presentase (%)
Baik 4 40
Kurang 6 100
Total 10 100
Sumber : Data Primer, 2020.
Interpretasi: Data yang diperoleh menunjukkan bahwa tanggapan
perawat terkait ronde keperawatan di RS “LB” didominasi oleh tanggapan
dalam kategori Kurang dengan jumlah responden 6 (60%).
d. Sentralisasi Obat
Distribusi Frekuensi Tanggapan Perawat Terkait Sentralisasi Obat
di RS “LB”

Kriteria Frekuensi (f) Presentase (%)


Baik 7 70
Kurang 3 30
Total 10 100
Sumber : Data Primer, 2020.
Interpretasi: Data yang diperoleh menunjukkan bahwa tanggapan
perawat terkait sentralisasi obat di RS “LB” didominasi oleh tanggapan dalam
kategori baik dengan jumlah responden 7 (70%).
e. Supervisi
Distribusi Frekuensi Tanggapan Perawat Terkait Supervisi
di RS “LB”

Kriteria Frekuensi (f) Presentase (%)


Baik 3 30
Kurang 7 70
Total 10 100
Sumber : Data Primer, 2020.
Interpretasi: Data yang diperoleh menunjukkan bahwa tanggapan
perawat terkait Supervisi di RS “LB” didominasi oleh tanggapan dalam
kategori kurang dengan jumlah responden 7 (70%).
f. Penerimaan Pasien Baru
Distribusi Frekuensi Tanggapan Perawat Terkait
Penerimaan Pasien Baru di RS “LB”

32
Kriteria Frekuensi (f) Presentase (%)
Baik 9 90
Kurang 1 10
Total 10 100
Sumber : Data Primer, 2020.
Interpretasi: Data yang diperoleh menunjukkan bahwa tanggapan
perawat terkait Penerimaan Pasien Baru di RS “LB” didominasi oleh
tanggapan dalam kategori Baik dengan jumlah responden 9 (90%).
g. Pendokumentasian
Distribusi Frekuensi Tanggapan Perawat Terkait Pendokumentasian
di RS “LB”

Kriteria Frekuensi (f) Presentase (%)


Baik 10 100
Kurang 0 0
Total 100 100
Sumber : Data Primer, 2020.
Interpretasi: Data yang diperoleh menunjukkan bahwa tanggapan
perawat terkait pendokumentasian di RS “LB” didominasi oleh tanggapan
dalam kategori baik dengan jumlah responden 10 (100%).
d) M4 (Money) Keuangan
Distribusi Frekuensi Tanggapan Perawat Terkait Keuangan
di RS “LB”

Kriteria Frekuensi (f) Presentase (%)


Baik 6 60
Kurang 4 40
Total 10 100
Sumber : Data Primer, 2020.
Interpretasi: Data yang diperoleh menunjukkan bahwa tanggapan
perawat terkait Keuangan di RS “LB” didominasi oleh tanggapan dalam
kategori Baik dengan jumlah responden 6 (60%).

33
e) M5 (Mutu Layanan)
Distribusi Frekuensi Tanggapan Perawat Terkait Mutu Layanan
di RS “LB”

Kriteria Frekuensi (f) Presentase (%)


Baik 3 30
Kurang 7 70
Total 10 100
Sumber : Data Primer, 2020.
Interpretasi: Data yang diperoleh menunjukkan bahwa tanggapan
perawat terkait mutu layanan di RS “LB” didominasi oleh tanggapan dalam
kategori kurang dengan jumlah responden 7 (70%).

34
C. Analisis SWOT
Strenghts Weakness Opportunities Threats
M1:
- Jumlah perawat yang melakukan Masih terdapat tanggapan perawat Adanya mahasiswa yang - Adanya tuntutan tinggi dari
survey online sebanyak 10 orang. terkait ketenagakerjaan dalam melakukan survey dengan sistem masyarakat untuk pelayanan yang
kategori kurang yakni 30% online lebih professional.
- Berdasarkan hasil survey online - Semakin tingginya kesadaran
yang dilakukan didapatkan masyarakat akan pentingnya
tanggapan perawat terkait kesehatan
ketenagakerjaan di RS “LB” dalam
katergori baik yakni 70%
M2:
- Data primer yang didapatkan Masih terdapat tanggapan perawat Tersedianya sarana dan - Persaingan pelayanan RS yang
dengan menggunakan survey online terkait sarana dan prasarana dalam prasarana pendukung semakin kuat
ditemukan tanggapan perawat kategori kurang yakni 20% administrasi ruangan seperti - Adanya tuntutan tinggi dari
terkait sarana dan prasarana dalam absen dan sebagainya masyarakat perihal kelengkapan
kategori baik yakni 80% sarana dan prasarana

35
M3:
1. MAKP
Data yang diperoleh dengan Sebagian perawat memiliki Adanya keinginan bidang Adanya tuntutan tinggi dari
menggunakan survey online tanggapan kurang terkait model keperawatan dalam masyarakat perihal kelengkapan
didapatkan tanggapan perawat terkait asuhan keperawatan profesional pengembangan standar asuhan sarana dan prasarana ruangan.
model asuhan keperawatan yakni sebanyak 50% keperawatan yang lebih baik
profesional dalam kategori baik
yakni 50%.
2. Operan
Tanggapan perawat terkait operan di Sebagian perawat masih memiliki Adanya keinginan bidang Adanya tuntutan tinggi dari
RS “LB” didominasi oleh tanggapan tanggapan kurang yakni 30%. keperawatan dalam masyarakat perihal kelengkapan
dalam kategori baik dengan jumlah pengembangan standar asuhan sarana dan prasarana ruangan.
70%. keperawatan yang lebih baik

3. Ronde Keperawatan
tanggapan perawat terkait ronde Data yang didapatkan tanggapan Adanya keinginan untuk Adanya tuntutan tinggi dari
keperawatan di RS “LB” didominasi perawat terkait ronde keperawatan mengetahui manajemen masyarakat perihal kelengkapan
oleh tanggapan dalam kategori dalam kategori kurang yakni 40%. keperawatan sarana dan prasarana ruangan.
Kurang dengan jumlah (60%)

36
4. Sentralisasi obat
Tanggapan perawat terkait Sebagian perawat masih memiliki Adanya keinginan bidang Adanya tuntutan tinggi dari
sentralisasi obat di RS “LB” tanggapan kurang yakni 30%. keperawatan dalam masyarakat perihal kelengkapan
didominasi oleh tanggapan dalam pengembangan standar asuhan sarana dan prasarana ruangan.
kategori baik dengan jumlah 70% keperawatan yang lebih baik

5. Supervisi
Tanggapan perawat terkait Supervisi Sebagian perawat masih memiliki Adanya keinginan bidang Adanya tuntutan tinggi dari
di RS “LB” didominasi oleh tanggapan baik yakni 30%. keperawatan dalam masyarakat perihal kelengkapan
tanggapan dalam kategori kurang pengembangan standar asuhan sarana dan prasarana ruangan.
baik dengan jumlah 70%. keperawatan yang lebih baik

6. Discharge Planning
Tanggapan perawat terkait Sebagian perawat masih memiliki Adanya keinginan untuk Adanya tuntutan tinggi dari
Penerimaan Pasien Baru di RS “LB” tanggapan kurang yakni 10%. mengetahui manajemen masyarakat perihal kelengkapan
didominasi oleh tanggapan dalam keperawatan sarana dan prasarana ruangan.
kategori Baik dengan jumlah 90%.

7. Pendokumentasian

37
D. Identifikasi Masalah
No Data Masalah
1. Survey online: Ronde keperawatan masi kurang
a. Data yang peroleh menunjukkan bahwa optimal.
tanggapan perawat terkait ronde keperawatan
didominasi oleh tanggapan dalam kategori
kurang dengan jumlah responden 6 (60%).

2. Survey online: Supervisi masih kurang optimal.


a. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa
tanggapan perawat terkait supervisi
didominasi oleh tanggapan dalam kategori
kurang dengan jumlah responden 7 (70%).

3. Survey online: Mutu pelayanan kurang optimal.


a. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa
tanggapan perawat terkait mutu layanan
didominasi oleh tanggapan dalam kategori
kurang dengan jumlah responden 7 (70%).

38
E. Perencanaan (PLAN OF ACTION)

No. Masalah Tujuan Program/ Kegiatan Waktu Sasaran Metode Media Penanggung jawab
1. Ronde Penerapan Memberikan materi 11 Kepala ruangan, ketua Diskusi PPT Semua anggota
keperawatan masih model ronde terkait Ronde Agustus tim, perawat pelaksanaan kelompok
kurang optimal. keperawatan keperawatan 2020 di ruang perawatan baji
dengan model dakka.
Tim yang dapat
diterapkan.
2. Supervisi masih Penerapan Memberikan materi 12 Kepala ruangan, ketua Diskusi PPT Semua anggota
kurang optimal. model supervisi terkait Supervisi Agustus tim, perawat pelaksanaan kelompok
dengan model 2020 di ruang perawatan baji
Tim yang dapat dakka.
diterapkan.
3. Mutu pelayanan Mengetahui Memberikan materi 13 Kepala ruangan, ketua Diskusi PPT Semua anggota
kurang optimal. pentingnya terkait pentingnya Agustus tim, perawat pelaksanaan kelompok
mutu mutu pelayanan 2020 ruang perawatan baji
pelayanan. rumah sakit. dakka.

39
F. Penyelesaian Masalah
No Data Masalah Alternatif Penyelesaian
Masalah
1. Survey online: Ronde keperawatan masi Pemaparan materi terkait
a. Data yang peroleh menunjukkan kurang optimal. ronde keperawatan.
bahwa tanggapan perawat
terkait ronde keperawatan
didominasi oleh tanggapan
dalam kategori kurang dengan
jumlah responden 6 (60%).

2. Survey online: Supervisi masih kurang Pemaparan materi terkait


a. Data yang diperoleh optimal. supervisi.
menunjukkan bahwa tanggapan
perawat terkait supervisi
didominasi oleh tanggapan
dalam kategori kurang dengan
jumlah responden 7 (70%).
3. Survey online: Mutu pelayanan kurang Pemaparan materi tentang
a. Data yang diperoleh optimal. pentingnya mutu pelayanan.
menunjukkan bahwa tanggapan
perawat terkait mutu layanan
didominasi oleh tanggapan
dalam kategori kurang dengan
jumlah responden 7 (70%).

BAB IV

40
PEMBAHASAN
A. Analisis Kesenjangan teori dan penyelesaian
Dari hasil pengkajian yang dilakukan oleh mahasiswa Profesi Ners
UIN Alauddin Makassar dengan menggunakan survey online didapatkan
beberapa masalah. Setelah dianalisis dan mempertimbangkan kemampuan
kelompok, maka kelompok memutuskan untuk mengatasi beberapa
masalah diruang perawatan baji dakka RSUD Labuang Baji Makassar
yakni rende keperawatan masi belum optimal serta supervisi masih kurang
optimal dan mutu pelayanan kurang optimal.
Adapun gambaran masalah fungsi manajemen keperawatan profesional
yang diintervensi mahasiswa dan kinerja kelompok adalah:
1. M3
a) Ronde Keperawatan
Masalah yang ditemukan pada M2 adalah terkait ronde
keperawatan berdasarkan hasil survey online yang didapatkan
tanggapan perawat terkait ronde keperawatan didominasi oleh
dalam kategori kurang dengan jumlah responden 6 (60%).
Untuk mengatasi masalah tersebut alternatif penyelesaian masalah
yang akan dilakukan adalah Pemaparan materi terkait ronde
keperawatan.
Dalam teori keperawatan ronde keperawatan merupakan suatu
kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan
klien yang dilaksanakan oleh perawat, disamping pasien dilibatka
untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan akan
tetapi pada kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat primer atau
konselor, kepala ruangan, perawat associate yang perlu juga
melibatkan seluruh anggota tim.

2. M3

41
a) Supervisi
Masalah yang ditemukan pada M2 adalah terkait supervisi
berdasarkan hasil survey online yang didapatkan tanggapan
perawat terkait supervisi didominasi oleh dalam kategori kurang
dengan jumlah responden 7 (70%).
Untuk mengatasi masalah tersebut alternatif penyelesaian masalah
yang akan dilakukan adalah Pemaparan materi terkait supervisi
Supervisi adalah melakukan pengamatan secara langsung dan
berkala oleh atasan terhadap pekerjaan yang dilaksanakan oleh
bawahan untuk kemudian apabila ditemukan masalah, segera
diberikan petunjuk atau bantuan yang bersifat langsung guna
untuk mengatasinya.
3. M5
a) Mutu Layanan
Masalah yang ditemukan pada M5 adalah terkait mutu layanan
berdasarkan hasil survey online yang didapatkan tanggapan
perawat terkait mutu layanan didominasi oleh dalam kategori
kurang dengan jumlah responden 7 (70%).
Untuk mengatasi masalah tersebut alternatif penyelesaian masalah
yang akan dilakukan adalah Pemaparan materi tentang pentingnya
mutu pelayanan
Mutu asuhan keperawatan yang baik apabila semua tugas yang
dilimpahkan dapat dijalankan dengan baik. Tanggung jawab kepala
ruangan yang baik dilakukan dalam hal perencanaan,
pengorganisasia,pengarahan, dan pengawasan (Hidayah,2014).

BAB V

42
A. Kesimpulan
1. Dilakukan pengkajian dengan menggunakan survey online di ruang
perawatan baji dakka.
2. Responden yang mengisi google form adalah sebanyak 10 responden.
3. Pengkajian dilakukan dengan menggunakan pertanyaan yang telah di
berikan oleh pihak institusi.
B. Saran
1. Bagi rumah sakit
Diharapkan hasil praktek proses ronde keperawatan di ruang perawatan
baji kamase RSUD Labuang Baji Makassar, mampu menjadi masukan
dalam penyusunan dan penerapan konsep manajemen dengan inovasi
berbeda.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan laporan ini dapat menjadi acuan dan referensi bagi
mahasiswa-mahasiswa terkait dengan proses rende keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

43
Aditama. 2015. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Jakarta: IV Press.
Asmadi. 2015. Konsep Dasar keperawatan. Jakarta: EGC.
Asmadi. 2013. Konsep Dasar keperawatan. Jakarta: EGC.
Hamid, A.Y. 2014. Buku Ajar Aspek Spiritual Dalam Keperawatan. Jakarta:
EGC.
Hidayah, Nur.2014. Manajemen Model Asuhan Keperawatan Profesional
(MAKP) Tim Dalam Peningkatan Kepuasan Pasien Di Rumah Sakit,
Volume VII No.2. Uin Alauddin Makassar
Mugiati,Sri. 2016. Manajemen Dan Kepemimpinan Dalam Praktek Keperawatan.
Jakarta Selatan: Pusdik SDM Kesehatan.
Nursalam. 2016. Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Jakarta: Salemba Medika.
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses,
danPraktik. Edisi 4 volume 1. Jakarta: EGC.
Samantho, Ahmad. 2017. Bimaristan Konsep Ideal Rumah Sakit Islam. Diakses
pada tanggal 8 Agustus 2020 pukul 14.00 WITA.
Sitorus R . & Yulia. 2005. Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah
Sakit Panduan Implementasi. Jakarta: EGC
Suarli dan Bahtiar, Yanyan. 2013. Manajemen Keperawatan. Jakarta: Erlangga.
Sunardi. 2015. Revolusi Ilmuwan Muslim Bagi Dunia Kedokteran. Surakarta:
Hilal Ahmar Press.
Zaidin, H. 2014. Dasar-Dasar Keperawatan Profesional. Jakarta: Widya Medika.

44

Anda mungkin juga menyukai