Anda di halaman 1dari 8

LEARNING OBJECTIVE

SKENARIO 4 BLOK 9

Nama : Muh. Ilham Hidayat

Stambuk : N10118021

Kelompok : 3

FAKULTAS KEDOKTERAN

S1 PENDIDIKAN KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TADULAKO

2020
1. Perbedaan kriteria KLB dan wabah
Jawaban :
BAB III
UPAYA PENANGGULANGAN KLB/WABAH
Bagian Kesatu Penetapan Daerah KLB
Pasal 6
Suatu daerah dapat ditetapkan dalam keadaan KLB, apabila memenuhi salah satu
kriteria sebagai berikut:

a. Timbulnya suatu penyakit menular tertentu sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 4 yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal pada suatu daerah.
b. Peningkatan kejadian kesakitan terus menerus selama 3 (tiga) kurun waktu
dalam jam, hari atau minggu berturut-turut menurut jenis penyakitnya.
c. Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan
periode sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari atau minggu menurut jenis
penyakitnya.
d. Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukkan
kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan
dalam tahun sebelumnya.
e. Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu) tahun
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata
jumlah kejadian kesakitan per bulan pada tahun sebelumnya.
f. Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu)
kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50% (lima puluh persen) atau
lebih dibandingkan dengan angka kematian kasus suatu penyakit periode
sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.
g. Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita baru pada satu
periode menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding satu periode
sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.
Bagian Kedua Penetapan Daerah Wabah
Pasal 10

(1) Penetapan suatu daerah dalam keadaan wabah dilakukan apabila situasi KLB
berkembang atau meningkat dan berpotensi menimbulkan malapetaka,
dengan pertimbangan sebagai berikut:
a. Secara epidemiologis data penyakit menunjukkan peningkatan angka
kesakitan dan/atau angka kematian.
b. Terganggunya keadaan masyarakat berdasarkan aspek sosial budaya,
ekonomi, dan pertimbangan keamanan.

Sumber :

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR


1501/MENKES/PER/X/2010

2. Terangkan konsep keakuratan dan reabilitas pada penelitian diagnostic


Jawaban :
Reliabilitas
Reliabilitas mengarah kepada keakuratan dan ketepatan dari suatu alat ukur
dalam suatu prosedur pengukuran. Koefisien reliabilitas mengindikasikan adanya
stabilitas skor yang didapatkan oleh individu, yang merefleksikan adanya proses
reproduksi skor. Skor disebut stabil bila skor yang didapat pada suatu waktu dan
pada waktu yang lain hasilnya relatif sama. Makna lain reliabilitas dalam
terminologi stabilitas adalah subjek yang dikenai pengukuran akan menempati
ranking yang relatif sama pada testing yang terpisah dengan alat tes yang
ekuivalen.
Validitas
Pendefinisian validitas tes dapat diawali dengan melihat secara etimologi,
validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan
dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau
instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila
alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang
sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Tes yang
menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran dikatakan
sebagai tes yang memiliki validitas rendah.

Sumber :

Widodo.P.B. 2010.Reliabilitas dan validitas konstruk skala konsep diri untuk


mahasiswa Indonesia. Jurnal psikologi undip vol3(1). Viewed on 15 desember
2020 . from ejournal.undip.ac.id

3. Terangkan cara memilih referensi yang berisi uji atau pemeriksaan penunjang
yang baik untuk kepentingan diagnostic pasien
Jawaban :
WORKSHEET DIAGNOSIS
1. Apakah hasil penelitian valid?
No Pertanyaan Jawab
1 Apakah terdapat perbandingan subjek penelitian menggunakan
metode “blind comparison” dengan gold standart
2 Apakah tes yang diujikan dilakukan pada semua spectrum pasien
yang biasanya ditemukan di RS/fasilitas kesehatan?
3 Apakah tes standar juga dilakukan, selain tes yang diujikan?
4 Apakah tes yang diujikan telah divalidasi pada pasien independent?

2. Apakah hasil penelitian yang valid ini penting?

Tabel 2 x 2
Penyakit Total
Sakit Tidak sakit

Hasil tes Positif a b a+b


Negative c d c+d
Total a+c b+d a+b+c+d

3. Apakah hasil penelitian ini dapat diaplikasikan kepada pasien Anda (sesuai
kasus/scenario)?

No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah tes yang diujikan mudah didapatkan
(available), biayanya terjangkau (affordable),
akurat (accurate) dan tepat (precise) untuk kasus
Anda?

2 Dapatkah Anda mengeneralisasi perkiraan klinis


hasil pre test probability pasien Anda (dari
pengalaman pribadi, nilai prevalensi, data yang
ada, atau penelitian sebelumnya)?
- Apakah karakteristik subjek penelitian
sama dengan pasien Anda
- Apakah memungkinkan hasil probabilitas
penyakit berubah sejak pengambilan data?

3 Akankah hasil post test probability membantu


pasien?
- Berhubungan dengan test-treatment
threshold
- Apakah pasien Anda bersedia untuk diuji
menggunakan tes ini?
4 Akan kah uji ini membantu pasien?

Sumber :
Kemenkes RI. 2017. Buku Panduan Penilaian Teknologi Kesehatan : Efektivitas
Klinis dan Evaluasi Ekonomi. Jakarta : Kemenkes RI.
4. Bagaimana urutan referensi kategori sesuai dengan EBM
Jawaban :
Ia : Meta-analysis of randomized controlled trials
Ib : At least one randomized controlled trial
IIa : At least one well designed controlled study without randomization
IIb: At least one other type of well-designed quasi-experimental study
III : Well-designed non-experimental descriptive studies
IV : Expert committee reports or opinions of respected authorities
Sumber :
Acyclovir versus Valacyclovir for Herpes Virus in Children and Pregnant Women: A
Review of the Clinical Evidence and Guidelines. Viewed On 16 Desember 2020.
From https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK253726/
5. Bagaimana cara menilai efikasi, efektivitas dan keamanan suatu obat sebelum
bisa digunakan dalam penelitian
Jawaban :
 Efikasi (efficacy) adalah bukti tentang kemaknaan efek yang dihasilkan oleh
suatu intervensi, baik secara klinis maupun statistik, seperti yang
ditunjukkan pada situasi riset yang sangat terkontrol. Situasi yang sangat
terkontrol sering kali tidak sama dengan situasi praktik klinis sehari-hari.
Suatu intervensi menunjukkan efikasi jika efek intervensi itu valid secara
internal (internal validity), dengan kata lain intervensi itu memberikan
efektif ketika diterapkan pada populasi sasaran (target population).
 Efektivitas (effectiveness) adalah bukti tentang kemaknaan efek yang
dihasilkan oleh suatu intervensi, baik secara klinis maupun statistik,
sebagaimana ditunjukkan/ diterapkan pada dunia yang nyata. Efektivitas
menunjukkan manfaat praktis-pragmatis dari sebuah intervensi ketika
diterapkan pada lingkungan pelayanan dokter yang sesungguhnya, di mana
banyak terdapat ketidakteraturan (irregularity) dan ketidakpastian
(uncertainty), meskipun pada lingkungan yang sangat terkontrol alias
terkendali intervensi itu mungkin efektif. Kemampuan penerapan intervensi
dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya kesesuaian antara karakteristik
populasi pasien dalam riset dan pasien di tempat praktik, kesesuaian antara
variabel hasil yang diteliti dalam riset dan hasil yang diinginkan pada pasien
(perbaikan klinis), akseptabilitas dan kepatuhan pasien, keamanan (jangka
pendek maupun jangka panjang), biaya, cost-effectiveness, fisibilitas
(kelayakan), perbandingan dengan alternatif intervensi lainnya, preferensi
pasien, akseptabilitas sosial, dan sebagainya. Pertimbangan semua faktor
tersebut diperlukan untuk menentukan kemampuan penerapan intervensi.

Sumber :
Suhadi, R.; dkk. 2016. Seluk Beluk Hipertensi : Peningkatan Kompetensi Klinis
Untuk Pelayanan Kefarmasian. Yogyakarta : Sanata Dharma University Press.

6. Sebutkan macam-macam penelitian klinis


Jawaban :
 Riset Uji Saring Dilakukan untuk penyakit yang begitu muncul sudah sulit
diobati, untuk deteksi dini penyakit seperti kanker. Contoh penelitian
akurasi pap smear untuk uji saring kanker leher rahim di banding dengan
baku emasnya (gold standard) yaitu biopsi. Riset uji saring bisa dipertajam
sampai tingkatan biomolekuler.
 Riset Faktor Risiko Untuk menentukan faktor yang terkait dengan risiko
untuk mendapat suatu penyakit, misalnya perempuan dan paparan sinar
ultraviolet merupakan risiko untuk munculnya SLE. Dengan mengetahui
faktor risiko, kita dapat mengendalikan faktor risiko untuk mencegah
timbulnya suatu penyakit.
 Riset Uji diagnostik Riset terapan klinis ini untuk menentukan akurasi dan
manfaat alat diagnostik, seperti kuesioner, pemeriksaan laboratorium, sinar
X ray, CT scan, MRI. Sebagai contoh alat diagnosis SLE karya Fakultas
Saintek harus dilakukan Penelitian Terapan Klinis untuk menentukan
Akurasi, dan Manfaat, dan Aplikabilitas alat tersebut pasien SLE sebelum
digunakan atau dipasarkan.
 Riset Faktor Prognosis Yaitu riset pada faktor yang mempengaruhi
perjalanan penyakit. Misalnya merokok yang meningkatkan angka
komplikasi serangan infark jantung ulang,
 Riset uji klinis Terapi Merupakan Riset eksprimental untuk menentukan
kemanjuran suatu terapi pada pasien. Intervensi bisa farmakologis non
farmakologis seperti fisioterapi dan pembedahan.
 Riset sosial dan ekonomik seperti cost-efectiveness, cost utility, cost
benefit study. Digunakan untuk membantu kebijakan dalam investasi alat
diagnostik dan terapi melalui unit HTA (Health Technology Assessment).
 Metaanalisis Adalah analisis gabungan dari artikel-artikel riset terapan
klinis yang telah lolos telaah kritis. Cochrane Collaboration, suatu lembaga
nirlaba yang didirikan tahun 1993 dengan anggota lebih dari 32.000 periset
terapan klinis dari seluruh dunia. Kolaborasi tersebut melakukan meta-
analisis berkelanjutan pada banyak bidang riset terapan klinis dan riset
sosial-ekonomi.

Sumber :
Tumbelaka, A. R. 2016. Evidence-Based Medicine (EBM). Sari Pediatri. Vol. 3 (4).
Viewed on December 16th 2020. From : https://saripediatri.org/index.php/sari-
pediatri/article/download/986/916

Anda mungkin juga menyukai