Anda di halaman 1dari 22

“URETRITIS”

Makalah ini dibuat untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II yang
dibina oleh Ns. Andi Surya Kurniawan.,S.Kep.,M.Kep

Kelompok 1 :
1. Desi Yulita (1914314201036)
2. Eka Nata Lintang (1914314201041)
3. Haenor Rafik (1914314201045)
4. Yumi Octafias Quraini (1914314201072)
5. Eva Maulidyah K (1914314201109)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARANI MALANG


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2021

1
KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Wr. Wb


Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa, kami panjatkan puja dan puji syukur atas
kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “URETRITIS”
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga tugas makalah Keperawatan Medikal Bedah II ini dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Malang, 27 Februari 2021

Kelompok 1

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.

DAFTAR ISI.

BAB I PENDAHULUAN.

1.1 Latar belakang.------------------------------------------------------------------------------------4

1.2 Rumusan masalah.--------------------------------------------------------------------------------4

1.3 Tujuan penulisan.---------------------------------------------------------------------------------5

BAB II PEMBAHASAN.

2.1 Definisi penyakit uretritis.-----------------------------------------------------------------------6

2.2 Anatomi fisiologi penyakit uretritis.----------------------------------------------------------10

2.3 Patofisiologi penyakit uretritis.----------------------------------------------------------------11

2.4 Pemeriksaan diagnostik penyakit uretritis.---------------------------------------------------11

2.5 Peran perawat.-----------------------------------------------------------------------------------12

2.6 Trend dan issue penyakit uretritis.------------------------------------------------------------13

2.7 Asuhan keperawatan penyakit uretritis.------------------------------------------------------16

BAB III PENUTUP.

3.1 Kesimpulan.--------------------------------------------------------------------------------------21

3.1 Saran.---------------------------------------------------------------------------------------------21

DAFTAR PUSTAKA.

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejak zaman dahulu, penyakit urethritis sudah dikenal di kalangan dunia medis sebagai
penyakit infeksi di saluran perkemihan akibat invasi oleh bakteri baik yang bersifat menular atau
tidak menular. Menurut The Center For Deseases Control and Prevention (CDC) di Atlanta
mengatakan Chlamyda adalah infeksi sexual yang paling sering terjadi di Amerika (diperkirakan
3 juta orang Amerika mengidap penyakit ini setiap tahun dan sebagian besar berumur 15 dan 24
tahun). Chlamydia disebabkan melalui hubungan seksual, tetapi bukan sebagai virus, seperti
kebanyakan penyakit akibat hubungan seksual lain. Ini disebabkan oleh suatu bakteri yang
disebut Chlamydia.
Di Indonesia Infeksi saluran kemih adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk
mengatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, Ardaya, Suwanto,
2001). Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik laki-laki maupun perempuan dari semua umur
baik pada anak-anak remaja, dewasa maupun pada umur lanjut. Akan tetapi, dari dua jenis
kelamin ternyata wanita lebih sering dari pria dengan angka populasi umum, kurang lebih 5 – 15
%.
Infeksi saluran kemih pada bagian tertentu dari saluran perkemihan yang disebabkan oleh
bakteri terutama E. coli. Resiko dan beratnya meningkat dengan kondisi seperti refluks
vesikouretral, obstruksi saluran perkemihan, statis perkemihan, pemakaian instrumen uretral baru
dan septikemia.
Infeksi traktus urinarius pada pria merupakan akibat dari menyebarnya infeksi yang berasal
dari uretra seperti juga pada wanita. Namun demikian, panjang uretra dan jauhnya jarak antara
uretra dari rektum pada pria dan adanya bakterisidal dalam cairan prostatik melindungi pria dari
infeksi traktus urinarius.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan penyakit uretritis?
2. Bagaimana anatomi fisiologi penyakit uretitis?
3. Bagaimana patofisiologi dari penyakit uretritis?

4
4. Bagaimana pemeriksaan diagnostik dari penyakit uretritis?
5. Bagaimana peran perawat dari penyakit uretritis?
6. Apa trend dan issue dari penyakit uretritis?
7. Bagaiamana asuhan keperawatan dari penyakit uretritis?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui pengertian dari penyakit uretritis.
2. Mengetahui anatomi fisiologi penyakit uretritis
3. Mengetahui patofisiologi penyakit uretritis.
4. Mengetahui pemeriksaan diagnostik yang digunakan pada penyakit uretritis.
5. Mengetahui peran perawat untuk penyakit uretritis.
6. Mengetahui trend dan issue dari penyakit uretritis.
7. Mengetahui asuhan keperawatan dari penyakit urethritis.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Penyakit Uretritis


Urethritis adalah suatu inflamasi uretra atau suatu infeksi yang menyebar naik yang
digolongkan sebagai infeksi gonoreal dan nongonoreal. Namun demikian kedua kondisi tersebut
dapat terjadi pada satu pasien. (Nursalam, 2008).
Urethritis adalah peradangan uretra oleh berbagai penyebab dan merupakan sindrom
yang sering terjadi pada pria. (Sylvia A. Price, 2006).
Urethritis yaitu inflamasi pada uretra, keadaan ini kerap kali merupakan
gejala penyakit gonore, dapat pula disebabkan oleh mikroorganisme. (Barbara. 2005).
Urethritis adalah peradangan yang terjadi pada uretra (Anonym 2007). Urethritis juga
merupakan salah satu sindroma dari penyakit menular seks (PMS) urethritis secara spesifik dapat
terbagi 2 yaitu gonococal urethritis dan nongonococal urethritis.
Urethritis merupakan peradangan pada saluran kencing atau urethra, yang terjadi pada
lapisan kulit urethra, disebabkan oleh bakteri-bakteri yang menyerang saluran kemih seperti
Chlamydia trachomatis, neisseria gonorrhoae, tricomonal vaginalis dan lain-lain. peradangan ini
biasanya terjadi pada ujung urethra atau urethra bagian posterior, urethritis juga merupakan salah
satu dari infeksi dari saluran kemih yaitu urethra, prostate, vas deferens, testis atau ovarium, buli-
buli, ureter sampai ginjal. dan dapat dikatakan sebagai bagian dari infeksi saluran kemih
superficial atau mukosa yang tidak menandakan invasi pada jaringan.
2.1 1 Klasifikasi Penyakit Urethritis
1. Urethritis Akut
a. Penyakit ini disebabkan asending infeksi atau sebaliknya oleh karena prostate
mengalami infeksi. Keadaan ini lebih sering diderita kaum pria.
b. Tanda dan gejalanya misalnya mukosa merah udematus, terdapat cairan eksudat
yang purulent, Ada ulserasi pada uretra. Jika dilihat secara mikroskopis terlihat
infiltrasi leukosit sel – sel plasma dan sel-sel limfosit, ada rasa gatal yang
menggelitik, gejala khas pada urethritis gonorhea yaitu morning sickness, pada

6
pria diakibatkan pembuluh darah kapiler, kelenjar uretra tersumbat oleh kelompok
pus tetapi pada wanita jarang diketemukan.
c. Diagnosa diferential seperti urethritis gonorhea, amicrobic pyuhria, urethritis
karena trichomonas dan prostatitis non spesifik.
d. Pemeriksaan diagnostik biasanya dilakukan pemeriksaan terhadap secret uretra
untuk mengetahui kuman penyebab.
e. Tindakan pengobatan diberikan antibiotika. Bila terjadi striktuka, lakukan dilatasi
uretra dengan menggunakan bougil.
f. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah prostatitis, periuretral abses yang dapat
sembuh, kemudian meninbulkan striktura atau urine fistula.

2. Urethritis kronis
a. Penyebabnya adalah pengobatan yang tidak sempurna pada masa akut, prostatitis
kronis dan striktura uretra.
b. Tanda dan gejalanya mukosa terlihat granuler dan merah, jika dilihat secara
mikroskopis tampak infiltrasi dari leukosit, sel plasma, sedikit sel leukosit,
fibroblast bertambah, getah uretra (+), dapat dilihat pada pagi hari sebelum bak
pertama, uretra iritasi, vesikal iritasi, prostatitis, dan cystitis.
c. Prognosanya bila tidak diobati dengan baik, infeksi dapat menjalar ke kandung
kemih, ureter, ataupun ginjal.
d. Tindakan pengobatan berupa pemberian antibiotika sesuai dengan bakteri
penyebabnya dan berikanlah banyak minum.
e. Komplikasinya dapat terjadi peradangan yang dapat menjalar ke prostate.

3. Urethritis gonokokus
a. Penyebabnya adalah bakteri Neisseria gonorhoeoe (gonokokus).
b. Tanda dan gejalalanya mukosa merah udematus, terdapat cairan eksudat yang
purulent, Ada ulserasi pada uretra. Jika dilihat secara mikroskopisterlihat infiltrasi
leukosit sel – sel plasma dan sel – sel limfosit, ada rasa gatal yang menggelitik,
gejala khas pada urethritis gonorhea yaitu morning sickness.
c. Prognosanya infeksi ini dapat menyebar ke proksimal uretra.

7
d. Komplikasi yang dapat ditimbulkan adalah infeksi yang menyebar ke proksimal
uretra menyebabkan peningkatan frekuensi kencing. Gonokokus dapat menebus
mukosa uretra yang utuh, mengakibatkan terjadi infeksi submukosa yang meluas
ke korpus spongiosum. Infeksi yang menyebabkan kerusakan kelenjar peri uretra
akan menyebabkan terjadinya fibrosis yang dalam beberapa tahun kemudian
mengakibatkan striktura uretra.

4. Urethritis non gonokokus (non spesifik)


a. Urethritis non gonokokus (sinonim dengan urethritis non spesifik) merupakan
penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual yang paling sering
diketemukan. Pada pria, lender uretra yang mukopurulen dan disuria terjadi dalam
beberapa hari sampai beberapa minggu setelah melakukan hubungan kelamin
dengan wanita yang terinfeksi. Lendir mengandung sel nanah tetapi gonokokus
tidak dapat di deteksi secara mikroskopis atau kultur
b. Jumlah insidennya masih merupakan penyakit yang sering terjadi pada banyak
bagian dunia, insiden berhubungan langsung dengan promiskuitas dari populasi
c. Penyebab dari infeksi ini hampir selalu didapat selama hubungan seksual.
Gonokokus membelah diri pada mukosa yang utuh dari uretra anterior dan setelah
itu menginvasi kelenjar peri uretral, dengan akibat terjadinya bakteremia dan
keterlibatan limfatik.
d. Jika diamati secara makroskopik terjadi peradangan akut dari mukosa uretra,
dengan eksudat yang purulenta pada permukaan dan dapat terjadi ulserasi dari
mukosa.
e. Perjalanan penyakit ini dapat mengalami resolusi dalam 2-4 minggu, sebagai
akibat pengobatan atau kadang – kadang spontan dan jika tidak dilakukan
penatalaksanaan dengan benar akan menjadi kronik.

2.1 2 Etiologi Urethritis


Pada orang dewasa khususnya wanita muda dan aktif dapat ditularkan
organisme penyebab urethritis melalui hubungan seksual seperti Chlamydia trachomatis,
niesseria gonorrhoaeae, dan virus herpes simpleks merupakan kuman-kuman penyebab

8
utama urethritis. Pada wanita dapat juga terjadi karena perubahan PH dan flora vulva
dalam siklus menstruasi.
Ada juga organisme lain seperti urea plasma, urealyticum, mycoplasma
hominis, tricomonal vaginalis, dan neisseria meningitides yang juga merupakan
organisme penyebab peradangan urethra. Tidak hanya pada perempuan tapi pada laki-
laki dan anak bayi dan remaja bias terjangkit olehkuman-kuman ini.Kuman gonore atau
kuman lain, kadang-kadang urethritis terjadi tanpa adanya bakteri. Penyebab klasik dari
urethritis adalah infeksi yang dikarenakan oleh Neisseria Gonorhoea. Akan tetapi saat
ini urethritis disebabkan oleh infeksi dari spesies Chlamydia, Eserchia Coli atau
Mycoplasma. Secara umum penyebab dari urethritis adalah sebagai berikut :
1. Kuman Gonorrhoe (N.Gonorhoe).
2. Kuman Non-Gonorrhoe (Klamidia Trakomatik atau Urea Plasma Urelytikum).
3. Tindakan invasif.
4. Iritasi batu ginjal.
5. Trihomonas vaginalis.
6. Organisme bakteri gram negatif seperti :
 Escherichia coli.
 Entero bakteri.
 Pseudomonas.
 Klebsiella.
 Proteus.
Pada pria, urethritis biasanya dimulai dengan keluarnya cairan dari uretra. Jika
penyebabnya adalah gonokokus maka cairan ini akan mengandung nanah. Jika
penyebabnya adalah jasad renik yang lainnya, maka cairan ini mengandung lendir.
Gejala lainnya adalah nyeri pada saat berkemih dan penderita sering mengalami desakan
untuk berkemih.
Jika urethritis karena gonokokus tidak diobati secara adekuat, maka pada
akhirnya akan terbentuk penyempitan uretra (striktur). Striktur ini akan meningkatkan
resiko terjadinya urethritis pada uretra yang lebih tinggi dan kadang menyebabkan
terbentuknya abses di sekitar uretra. Abses bisa membentuk kantong pada dinding uretra
(divertikulum uretra), yang juga bisa mengalami infeksi. Jika abses menyebabkan

9
terjadinya perforasi kulit, maka air kemih bisa mengalir melalui saluran baru (fistula
uretra).
2.2 Anatomi Fisiologi Penyakit Uretritis
Sistem perkemihan atau sistem urinaria terdiri atas, dua ginjal yang fungsinya
membuang limbah dan substansi berlebihan dari darah, dan membentuk kemih dan dua ureter,
yang mengangkut kemih dari ginjal ke kandung kemih (vesika urinaria) yang berfungsi sebagai
reservoir bagi kemih dan urethra. Saluran yang menghantar kemih dari kandung kemih keluar
tubuh sewaktu berkemih. Setiap hari ginjal menyaring 1700 L darah, setiap ginjal mengandung
lebih dari 1 juta nefron, yaitu suatu fungsional ginjal. Ini lebih dari cukup untuk tubuh, bahkan
satu ginjal pun sudah mencukupi. Darah yang mengalir ke kedua ginjal normalnya 21 % dari
curah jantung atau sekitar 1200 ml/menit. Masing-masing ginjal mempunyai panjang kira-kira 12
cm dan lebar 2,5 cm pada bagian paling tebal. Berat satu ginjal pada orang dewasa kira-kira 150
gram dan kira-kira sebesar kepalang tangan. Ginjal terletak retroperitoneal dibagian belakang
abdomen. Ginjal kanan terletak lebih rendah dari ginjal kiri karena ada hepar disisi
kanan. Ginjal berbentuk kacang, dan permukaan medialnya yang cekung disebut hilus renalis,
yaitu tempat masuk dan keluarnya sejumlah saluran, seperti pembuluh darah, pembuluh getah
bening, saraf dan ureter.Panjang ureter sekitar 25 cm yang menghantar kemih. Ia turun ke bawah
pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum. Di pelvis menurun ke arah luar dan
dalam dan menembus dinding posterior kandung kemih secara serong (oblik). Cara masuk ke
dalam kandung kemih ini penting karena bila kandung kemih sedang terisi kemih akan menekan
dan menutup ujung distal ureter itu dan mencegah kembalinya kemih ke dalam ureter.Kandung
kemih bila sedang kosong atau terisi sebagian, kandung kemih ini terletak di dalam pelvis, bila
terisi lebih dari setengahnya maka kandung kemih ini mungkin teraba di atas pubis.
Peritenium menutupi permukaan atas kandung kemih. Periteneum ini membentuk
beberapa kantong antara kandung kemih dengan organ-organ di dekatnya, seperti kantong
rektovesikal pada pria, atau kantong vesiko-uterina pada wanita. Diantara uterus dan rektum
terdapat kavum douglasi. Uretra pria panjang 18-20 cm dan bertindak sebagai saluran untuk
sistem reproduksi maupun perkemihan. Pada wanita panjang uretra kira-kira 4 cm dan bertindak
hanya sebagai system Perkemihan. Uretra mulai pada orifisium uretra internal dari kandung
kemih dan berjalan turun dibelakang simpisis pubis melekat ke dinding anterior vagina. Terdapat

10
sfinter internal dan external pada uretra, sfingter internal adalah involunter dan external dibawah
kontrol volunter kecuali pada bayi dan pada cedera atau penyakit saraf.

2.3 Patologi Penyakit Uretritis

2.4 Pemeriksaan Diagnostik Penyakit Uretritis


 Kultur urine : Mengidentifikasi organisme penyebab
 Urine analisis/urinalisa : Memperlihatkan bakteriuria, sel darah putih, dan endapan sel
darah merah dengan keterlibatan ginjal
 Darah lengkap
 Sinar-X ginjal, ureter dan kandung kemih mengidentifikasi anomali struktur nyata.
 Pielogram intravena (IVP) : Mengidentifikasi perubahan atau abnormalitas struktur.
 Urinalisis
 Leukosuria atau piuria terdapat > 5 /lpb sedimen air kemih

11
 Hematuria 5 – 10 eritrosit/lpb sedimen air kemih. Bakteriologis
 Mikroskopi satu bakteri lapangan pandang minyak emersi. 102 – 103 organisme
koliform/mL urin plus piuria.
 Biakan bakteri
 Tes kimiawi; tes reduksi griess nitrate berupa perubahan warna pada uji carik.

2.5 Peran Perawat Pada Uretritis


1. Pemberian Asuhan Keperawatan
Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan perawat dengan
memperhatikan kebutuhan dasar pasien yang berkaitan dengan gangguan sistem perkemihan,
dimana perawat harus mengetahui apa yang dibutuhkan malalui pemberian pelayanan
keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis
keperawatan terkait dengan gangguan perkemihan yang dialami pasien, agar bisa
direncanakan dan dilaksanakan yang tepat.
2. Advokat Klien
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan
berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain khusunya dalam
pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien terkait
dengan gangguan pada sistem perkemihan yang dialami pasien, perawat juga dapat berperan
mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-
baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menntukan
nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.
3. Edukator
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan
kesehatan, gejala penyakit bhkan tindakan yang diberikankan sesuai keadaan pasien
yang mengalami gangguan sietem perkemihan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien
setelah dilakukan pendidikan kesehatan.
4. Koordinator

12
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi
pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian pelayanan kesehatan dapat
terarah serta sesuai dengan kebutuan klien.
5. Kalaborator
Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri
dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan
keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan
bentuk pelayanan selanjutnya.

6. Konsultan
Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan
yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien terhadap
informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.
2.6 Trend dan issue penyakit uretritis
1. Infeksi Saluran Kemih ( ISK)
Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi di sepanjang saluran
kemih,termasuk ginjal itu sendiri, akibat proliferasi suatu mikroorganisme. Sebagian besar
infeksi saluran kemih disebabkan oleh bakteri, tetapi virus dan jamur juga dapat menjadi
penyebabnya. Infeksi bakteri tersering disebabkan oleh Escherichia coli. Infeksi saluran
kemih sering terjadi pada anak perempuan. Salah satu penyebabnya adalah uretra wanita
yang lebih pendek sehingga bakteri kontaminan lebih mudah memperoleh akses ke kandung
kemih (Corwin,2007).
Infeksi saluran kemih merupakan jenis infeksi nosokomial yang sering terjadi.
Beberapa penelitian menyebutkan, infeksi saluran kemih merupakan 40 % dari seluruh
infeksi nosokomial dan dilaporkan 80% infeksi saluran kemih terjadi sesudah
instrumentasi, terutama oleh kateterisasi (marlina,2013)
Walaupun kesakitan dan kematian dari infeksi saluran kemih berkaitan dengan kateter
dianggap relatif rendah dibandingkan infeksi nosokomial lainnya, tingginya prevalensi
penggunaan kateter urin menyebabkan besarnya kejadian infeksi yang menghasilkan
komplikasi infeksi dan kematian. Berdasarkan survei di rumah sakit amerika Serikat tahun
2002, kematian yang timbul dari infeksi saluran kemih diperkirakan lebih dari 13.00

13
(2,3% angka kematian). Sementara itu, kurang dari 5 % kasus bakteriuria berkembang
menjadi bakterimia. Infeksi saluran kemih yang berkaitan dengan kateter adalah
penyebab utama infeksi sekunder aliran darah nosokomial. Sekitar 17% infeksi
bakterimia nosokomial bersumber dari infeksi saluran kemih, dengan angka kematian
sekitar 10% (Gould & Brooker 2009).
Kateter urin adalah penyebab yang paling sering dari bakteriuria. Resiko
bakteriuria pada kateter diperkirakan 5% sampai 10% per hari. Kemudian diketahui pasien
akan mengalami bakteriuria setelah penggunaan kateter selama 10 hari. Infeksi saluran kemih
merupakan penyebab terjadinya lebih dari 14 dari seluruh infeksi yang didapat di rumah
sakit. Sebagian besar infeksi ini (sedikitnya 80%) disebabkan prosedur invasif atau
instrumentasi saluran kemih yang biasanya berupa kateterisasi (Smeltzer & Bare,2005).
2. Batu Saluran Kemih
Penyakit batu saluran kemih merupakan penyakit yang banyak di derita oleh
masyarakat, dan menempati urutan ketiga dari penyakit di bidang urologi disamping infeksi
saluran kemih dan pembesaran prostat jinak. Dan penyakit ini dapat menyerang penduduk di
seluruh dunia tidak terkecuali penduduk di Indonesia. Angka kejadian penyakit ini tidak
sama di berbagai belahan bumi. Di Amerika serikat dan eropa 5-10% penduduknya satu.
Kali dalam hidupnya pernah menderita penyakit saluran kemih, bahkan pada laki-laki
angka ini lebih tinggi yaitu 10-20%. Angka kejadiannya laki-laki dibanding perempuan
sebesar 3 dibanding 1, usia terjadinya batu antara 20 tahun sampa 40-50 tahun dimana
merupakan usia produktif. Lebih kurang dua pertiga dari pasien batu pada anak adalah
batu kandung kemih. Biasanya banyak didapatkan pada umur 2-7 tahun dan kebanyakan
pada anak laki-laki. (Smith, 2000)
Batu saluran kemih pada laki-laki 3-4 kali lebih banyak dari pada wanita. Hal ini
mungkin karena kadar kalsium air kemih sebagai bahan utama pembentuk batu pada wanita
lebih rendah dari pada laki-laki dan kadar sitrat air kemih sebagai bahan penghambat
terjadinya batu (inhibitor) pada wanita lebih tinggi dari pada laki-laki. (Kimata,2012).
Batu saluran kemih banyak dijumpai pada orang dewasa antara umur 30-60 tahun
dengan rerata umur 42,20 tahun (pria rerata 43,06 dan wanita rerata 40,20 tahun). Umur
terbanyak penderita batu di negara-negara Barat 20-50 tahun dan di Indonesia antara 30-60

14
tahun. Kemungkinan keadaan ini disebabkan adanya perbedaan faktor sosial ekonomi,
budaya dan diet.
Jenis batu saluran kemih terbanyak adalah jenis kalsium oksalat seperti di Semarang
53,3%, jakarta 72%. Manifestasi batu saluran kemih dapat berbentuk rasa sakit yang ringan
sampai berat dan komplikasi seperti urosepsis dan gagal ginjal. Batu saluran kemih dapat
menimbulkan keadaan darurat bila batu turun dalam sistem kolektivus dan dapat
menyebabkan kelainan sebagai kolektivus ginjal atau infeksi dalam sumbatan saluran kemih.
Kelainan tersebut menyebabkan nyeri karena dilatasi sistem sumbatan dengan peregangan
reseptor sakit dan iritasi lokal dinding ureter atau dinding pelvis ginjal yang disertai
edema dan penglepasan mediator sakit. Sekitar 60-70% batu yang turun spontan sering
disertai dengan serangan kolik ulangan. (Lozanovsky, 2011)
Salah satu komplikasi batu saluran kemih yaitu terjadinya gangguan fungsi ginjal
yang ditandai kenaikan kadar ureum dan kreatinin darah, gangguan tersebut bervariasi dari
stadium ringan sampai timbulnya sindroma uremia dan gagal ginjal, bila keadaan
sudah stadium lanjut bahkan bisa mengakibatkan kemih akan menjadi masalah yang
semakin besar di Indonesia.
Komposisi batu saluran kemih yang dapat ditemukan adalah asam urat, kalsium,
oksalat, magnesium, ammonium, fosfat, sistin, dan Fantin. Unsur-unsur tersebut tidak
berdiri sendiri, tetapi bergabung membentuk susunan kimia batu campuran. Senyawa
kimia tersebut dapat sebagai asam urat, kalsium oksalat, kalsium fosfat, magnesium
ammonium fosfat dan sistin. Insiden batu urat dan oksalat akan tinggi pada orang-orang
dengan kebiasaan makan sayuran, rempah-rempah dan saos. Sedang batu kalsium akan
tinggi pada kebiasaan minum susu , es krim, keju, dan makan beberapa jenis buah polongan
yang mempunyai kandungan kalsium tinggi.
3. Benigna Prostat Hipertropi (BPH)
Benigna Prostat Hipertropi (BPH) adalah pembesaran kelenjar dan jaringan seluler
kelenjar prostat yang berhubungan dengan perubahan endokrin berkenaan dengan proses
penuaan (Suharyanto,2009)
Inggris telah mengeluarkan proyeksi prevalensi BPH bergejala di Inggris dan wales
beberapa tahun ke depan. Pasien BPH bergejala yang berjumlah sekitar 80.00 pada tahun
1991, diperkirakan akan meningkat menjadi satu setengah kalinya pada tahun 2031.

15
Namun demikian, tidak semua penderita BPH berkembang menjadi penderita BPH
bergejala. Prevalensi BPH yang bergejala pada pria berusia 40-49 tahun mencapai
hampir 15%. Angka ini meningkat dengan bertambahnya usia, sehingga pada usia 50-59
tahun prevalensinya mencapai hampir 25%, dan pada usia 60 tahun mencapai angka sekitar
43%.
Meskipun jarang mengancam jiwa, salah satu pokok permasalahannya adalah gejala-
gejala yang ditimbulkan pada pembesaran kelenjar prostat dirasakan sangat tidak nyaman
oleh pasien dan mengganggu aktivitas sehari-hari.
Menurut survei, berdasarkan pola penyakit pasien rawat jalan pada Rumah Sakit di
Provinsi Jawa Barat, Umur diatas 60 tahun pada 2003 penyakit BPH (Benigna Prostat
Hipertropi) menempati urutan ke 19 yaitu sebesar 1,37% (530 orang).
2.7 Asuhan Keperawatan
Kasus
Seorang laki-laki berumur 19 tahun mengunjungi poliklinik kulit dan kelamin RSUP
Sanglah dengan nomer rekam medis 14000601 pada tanggal 4 Januari 2014. Pasien datang
dengan keluhan alat kelamin keluar nanah sejak 4 hari sebelum datang ke rumah sakit. Dari
anamnesis didapatkan pasien mengeluh keluar nanah dari kemaluannya, terdapat nyeri di lokasi
penis dengan intensitas 1 berdasarkan face pain rating scale (nyeri ringan), riwayat kontak
seksual dengan pacar kurang lebih 8 hari yang lalu. Keluhan yang sama pada pasangan seksual
tidak diketahui oleh pasien. Riwayat berhubungan seksual dengan PSK (Pekerja Seks
Komersial) tidak diidentifikasi. Riwayat pengobatan terdahulu tidak ada.Pada pemeriksaan
didapatkan keadaan umum baik, kesadaran kompos mentis. Status general dalam batas normal,
tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 84 x/menit, respirasi 22 x/menit,temperatur 36,5C.Tidak
ditemukan kelainan pada jantung, paru, abdomen, dan ekstremitas. Pemeriksaan kelenjar getah
bening inguinal ditemukan pembesaran, tidak nyeri, dengan diameter 1,5 cm x 1,5 cm
konsistensi padat kenyal dan mobile. Pemeriksaan lokal di area orifisium uretra eksterna
didapatkan discharge purulen, makula hiperemi dengan batas tidak jelas dan tepi irreguler,
didapatkan pula ektropion Pada pasien tidak ditemukan riwayat alergi obat maupun makanan.
Tidak ditemukan riwayat penyakit penyerta. Riwayat operasi dan transfusi tidak ditemukan.
Riwayat penyakit dalam keluarga tidak ditemukan. Tidak ditemukan penyakit penyerta. Riwayat
operasi dan tranfusi tidak ditemukan. Status internus keadaan umum pasien baik. Pada penilaian

16
status dermatologi, stigmata atopic tidak ditemukan. Ditemukan eritema pada mukosa. Kuku
kusam dan rapuh tidak ditemukan. Fungsi kelenjar keringat tidak ditemukan hiperhidrosis dan
anhidrosis. Tidak ditemukan pembesaran kelenjar getah bening. Status venereologi lokalisasi
kelainan pada orifisium uretra eksternum ditemukan eritema dan discharge mukopurulen,
namun tidak ditemukan edema. Pemeriksaan gram ditemukan leukosit > 50/lpb, diplokokus
gram negatif ekstraseluler dan intraseluler. Diagnosis kerja adalah uretritis gonore. Diagnosis
banding kasus ini adalah uretritis non-spesifik. Penatalaksanaan diberikan Cefixime 1 x 400mg
dosis tunggal, dengan catatan pasien diminta untuk kembali kontrol pada tanggal 6 Januari
2014. KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) mengenai pencegahan, penularan dan
pengobatan HIV (Human Immunodeficiency Virus). Pasien ingin melakukan tes HIV dengan
sukarela. Konseling post test dilakukan setelah hari ke tiga kunjungannya ke poliklinik
diperoleh hasil non reaktif. Prognosis pasien ini baik.
1. ANALISIS DATA
N DATA ETIOLOGI MASALAH
O
1 DS: Urethritis Nyeri akut b.d respons iritasi
Pasien mengatakan alat pada uretra.
kelaminnya keluar
Peradangan pada sel epitel
nanah sejak 4 hari
sebelum datang ke uretra (Domain 12.Kelas 1.Kode
rumah sakit.terdapat
Diagnosis 00134)
nyeri ringan di lokasi
penis. Uretra dilewati urin pada
proses miksi
DO:
pasien terlihat
merasakan nyeri ringan
Nyeri seperti terbakar
diarea alat kelaminnya.

P:
Nyeri akut
Nyeri dirasakan setelah
berhubungan seksual
dengan mitranya

Q:
Nyeri dirasakan
menyebar sampai ke
abdomen bagian bawah

17
R:
Nyeri terasa pada ujung
penis pada saat miksi.

S:
Bila nyeri kambuh,
klien mengatakan
merasa tidak nyaman.
Skla nyeri 3
T:
Nyeri terasa Padas saat
awal melakukan miksi
2 DS: Uretritis Ketidak efektifan
Pasien mengatakan alat
pemeliharaan kesehatan b.d
kelaminnya keluar
nanah sejak 4 hari Kurangnya pengetahuan kurangnya pengetahuan
sebelum datang ke
informasi tentang penyakit mengenai resiko penyebaran
rumah sakit.terdapat
nyeri ringan di lokasi dan transmisi penyakit
penis
Koping individu tidak menular seksual
DO: adekuat
pasien terlihat
(domain 1.kelas 2.kode
merasakan nyeri ringan
diarea alat kelaminnya Kurang pengetahuan diagnosis 00099)

P:
Nyeri dirasakan setelah
berhubungan seksual
dengan mitranya

Q:
Nyeri dirasakan
menyebar sampai ke
abdomen bagian bawah

R:
Nyeri terasa pada ujung
penis pada saat miksi

S:
Bila nyeri kambuh,
klien mengatakan
merasa tidak nyaman.
Skla nyeri 3

18
T:
Nyeri terasa Padas saat
awal melakukan miksi
2. RENANA KEPERAWATAN
N NOC NIC
O
1 Nyeri Akut Management Nyeri (1400)
1.Tingkat nyeri (2102) 1. Terapeutik: gunakan strategi
- Nyeri yang dilaporkan (1 ke 3) komunikasi terapeutik untuk
- Ekspresi nyeri wajah (1 ke 3) mengetahui ppengalaman nyeri
- Menggosok area yang pasien dan sampaikan penerimaan
terdampak (1 ke 4) pasien terhadap nyeri.
2. Tingkat ketidaknyamanan (2109) - dorong pasien untuk istirahat atau
- Nyeri (1 ke 4) tidur yang adekuat untuk
- Cemas (1 ke 3) mrmbantu penurunan nyeri
- Stress (1 ke 4) 2. Komunikasi: berikan informasi
- Rasa gatal (1 ke 4) mengenai nyeri,seperti penyebab
3. Pengetahuan Management nyeri nyeri berapa lama nyeri akan
- Faktor faktor penyebab dan dirasakan,dan antisipasi dari
faktor faktor yang berkontribusi ketidaknyamanan akibat prosedur.
(1 ke 4) 3. Observasi: observasi adanya
- Tanda dan gejala nyeri (1-3) petunjuk nonverbal mengenai
- Strategi untuk mengontrol nyeri ketidaknyamanan terutama pada
(1 ke 4) mereka yang tidak dapat
berkomunikasi secara efektif
4. Kolaborasi: kolaborasi dengan
pasien,orang terdekat dan tim
kesehatan lainnya untruk memilih
dan mengimplementasikan
tindakan penurun nyeri non
farmakologi,sesuai kebutuhan.
2 Defisiensi pengetahuan: Defisit pengetahuan (5515)
1. Pengetahuan perilaku kesehatan 1. Terapeutik: gunakan strategi untuk
- Strategi mengelola stress peningkatan pemahaman (yaitu
(1 ke 4) mulai dengan informasi yang lebih
- Strategi untuk mencegah pentingdahulu)
penyebaran penyakit menular 2. Komunikasi: ciptakan lingkungan
(1 ke 4) perawatan kesehatan dimana px
- Layanan peningkatan kesehatan dengan permasalahan memahami
(1 ke 4) aksara dapat mencari bantuan
- Teknik skrining sendiri (1 ke 4) tanpa merasa malu atau merasa
dicela,gunakan komunikasi yang
2. Pengetahuan managemen infeksi sesuai dan jelas.
- Cara penularan (1 ke 5) 3. Observasi: observasi tanda tanda
- Faktor yang berkontribusi pada kesadaran kesehatan yang

19
penularan (1 ke 4) terganggu.
- Tanda dan gejala (1 ke 4) 4. Kolaborasi: konsultasikan
perkembangan pasien dengan
dokter.

20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Uretritis adaah suatu inflamasi uretra atau suatu infeksi yang menyebar naik yang digolongkan
sebagai infeksi gonorel dan nongonorel. Namun demikian kedua kondisi tersebut dapat terjadi
pada sutu pasien dan uretritis adalah peradangan uretra oleh berbagai penyebab dan merupakan
sindrom yang sering terjadi.
3.2 Saran
Sebaiknya kita menambah ilmu pengetahuan tentang penyakit terutama uretritis agar kita dapat
terhindar dan mecegah penyakit tersebut dari diri kita.

21
DAFTAR PUSTAKA
Price, Sylvia.A. 2006 “Patofisologi” . Jakarta: EGC.
R. Sjamsuhidsjst. 2003. “Ilmu Bedah”. Jakarta: EGC

22

Anda mungkin juga menyukai