Anda di halaman 1dari 21

6/21/19

IMPLEMENTASI
SASARAN KESELAMATAN PASIEN

Dr Arjaty W Daud MARS


Disampaikan pada lokakarya standar dan instrumen akreditasi edisi 1
pada pelatih dan pendamping
Jakarta 19-22 Juni 2019

SASARAN KESELAMATAN PASIEN


1. Ketepatan Identifikasi Pasien

2. Peningkatan komunikasi yang efektif

3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai

4. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien


operasi.

5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan


kesehatan

6. Pengurangan risiko pasien jatuh


arjaty/ SKP FKTP/2019 6/21/19

1
6/21/19

SKP 1 Proses Identifikasi pasien dilakukan dengan benar.


O Identifikasi dilakukan minimal dengan dua cara yang relatif tidak berubah, :
O nama lengkap,
O tanggal lahir,
O nomor rekam medis,
O Salah identifikasi pasien dapat terjadi :
O akibat dari kondisi kesadaran pasien mis pasien koma.
O perpindahan ruang rawat, dan kondisi lain yang menyebabkan terjadinya
salah identitas.
O Identifikasi pasien pada kondisi tertentu, :
O pasien tidak mempunyai identitas,
O mempunyai nama sama,
O pasien dengan penurunan kesadaran,
O tidak dapat menyebutkan nama, dan
O tidak memiliki kartu identitas
O Identifikasi dilakukan setiap akan melakukan prosedur diagnostik, tindakan,
pemberian obat, dan pemberian diit.

arjaty/ SKP FKTP/2019 6/21/19 3

q Identifikasi pasien
q Minimal 2 Identitas : Nama lengkap dan Tanggal lahir.

q Gelang Identitas : Pink untuk wanita, Biru untuk Pria

q Pemasangan Gelang Identitas untuk semua Pasien Rawat Inap


dan Pasien Rawat jalan yg akan dilakukan Prosedur / Tindakan
Invasif
q Pemasangan gelang identitas diutamakan pada ekstrimitas yg tidak terpasang
infus,

q Beri informasi ke pasien bahwa petugas kesehatan akan selalu menanyakan


nama dan tanggal lahir , sebelum melakukan tindakan, pemberian obat

q Nomor kamar dan tempat tidur tidak boleh dipakai untuk melakukan
identifikasi

arjaty/ SKP FKTP/2019 6/21/19

2
6/21/19

IDENTIFIKASI PASIEN PADA KONDISI TERTENTU


1. Pasien yang tidak dapat berkomunikasi:
v Terpasang ventilator
v Usia ( Bayi )
v Pasien tidak sadar
v Gangguan mental
Identifikasi dilakukan dengan mencocokan identitas gelang pasien
dengan identitas pada berkas rekam medis

2. Kesadaran menurun & tidak ada keluarga: Gelang identitas


mencantumkan :
v Mr X. / Miss X , tanggal , jam masuk RS dan nomor rekam
medis
3. Tidak punya ekstrimitas atas / luka bakar:

v Identifikasi dilakukan dengan menempelkan stiker identitas dibaju


pasien
v Penempelan foto pada berkas rekam medis
arjaty/ SKP FKTP/2019 6/21/19

IDENTIFIKASI PASIEN SECARA BENAR

IDENTIFIKASI RISIKO

FALL RISK
ALLERGY
DNR : DO NOT RESUCITATION

arjaty/ SKP FKTP/2019 6/21/19 6

3
6/21/19

SKP 2. Proses untuk meningkatkan efektifitas komunikasi


dalam pemberian asuhan ditetapkan dan dilaksanakan
O Kesalahan pembuatan keputusan klinis, tindakan, dan
pengobatan dapat terjadi akibat komunikasi yang tidak
efektif dalam proses asuhan pasien
O Komunikasi yang tidak efektif :
O saat perintah secara verbal / melalui telpon,
O penyampaian hasil kritis pemeriksaan penunjang
diagnosis,
O serah terima antar shift, dan pemindahan pasien dari unit
yang satu ke unit yang lain.
O Pelaporan kondisi pasien dalam komunikasi verbal atau
lewal telpon antara lain dapat dilakukan dengan
menggunakan tehnik SBAR (Situation, Background,
Asessment, Recommendation)
arjaty/ SKP FKTP/2019 6/21/19 7

PENDAHULUAN
2. Peningkatan komunikasi yang efektif

O Komunikasi efektif, merupakan komunikasi di antara para petugas


pemberi pelayanan yang dilakukan dengan , tepat waktu, akurat,
lengkap, jelas, dan dapat dipahami oleh penerima, sehingga dapat
mengurangi kesalahan dan menghasilkan perbaikan untuk
keselamatan pasien.

O Komunikasi efektif dapat dilakukan secara:


1. Verbal,
2. Tertulis,
3. Elektronik.

arjaty/ SKP FKTP/2019 6/21/19 8

4
6/21/19

Meningkatkan komunikasi yang efektif


Verbal Order :
• Write Down, Read Back
• SBAR (Stituation Back Ground Assessment
Reccomendation)
• Repeat Back
• Teach Back
• Check Back
• 5 Benar
• Jangan menggunakan Singkatan yg tidak
terstandard

6/21/19 9
arjaty/ SKP FKTP/2019

SKP 2 Proses untuk meningkatkan efektifitas komunikasi dalam


pemberian asuhan ditetapkan dan dilaksanakan

O Komunikasi efektif verbal lewat telpon menggunakan teknik Read


Back (TBaK) : Tulis, baca ulang oleh penerima pesan, dan
dikonfirmasi kepada pemberi pesan.
O Nilai kritis hasil pemeriksaan penunjang harus ditetapkan dan
segera dilaporkan kepada DPJP, termasuk pemeriksaan yang
dilakukan oleh perawat / bidan langsung di bed site / tempat
perawatan pasien (POCT /point of care testing), misalnya
pemeriksaan GDS.
O Definisikan, siapa dan kepada siapa dilaporkan nilai kritis dan catat
di Rekam medis
O Serah terima pasien dilakukan dengan tehnik SBAR, menggunakan
formulir yang baku, dan berisi informasi kritikal yang harus
disampaikan antara lain: Situation, Backround, Assessment,
Reccomendation.

arjaty/ SKP FKTP/2019 6/21/19 10

5
6/21/19

Komunikasi verbal
KOMUNIKASI VERBAL KOMUNIKASI VERBAL DENGAN
TBAK
DENGAN SBAR (Tulis BAca Konfirmasi Kembali)
Kapan dilakukan? Kapan dilakukan ?
O Saat Serah Terima Pasien 1 Saat petugas menerima
instruksi verbal per
O Saat Petugas melaporkan
telpon/lisan dari DPJP
kondisi pasien kepada DPJP
2 Saat petugas menerima
O Catat Instruksi diformulir
terintegrasi laporan hasil tes kritis /
critical test /pemeriksaan
O Beri stempel SBAR
cito
3 Beri stempel TBAK
4 DPJP memberi paraf saat
visit keesokan harinya.

arjaty/ JCI/IPSG/2013 6/21/19 11

SBAR
This handover tool has been used in many communication situations, The
tool was utilised to facilitate shift to shift handover and nurse to doctor
communication..
S Situation
What is the situation? (Chief complaint, current
status)
B Background
What is the clinical background? (Previous history)
A Assessment
What is the problem? (Results of assessment, vital signs
and symptoms)
R Request/ Recommendation
What do I recommend/request to be done? (Suggested
and anticipated changes, critical monitoring)

arjaty/ SKP FKTP/2019 6/21/19 12

6
6/21/19

SERAH TERIMA PASIEN DENGAN SBAR


Situasi
O Pasien Tn Gun, 45 thn, dirawat di kamar 605, saat ini
mengalami gangguan pernafasan dengan RR 35 x/mt
Backround :
O Pasien masuk rumah sakit 2 hari yang lalu dengan
riwayat, pneumothorax, O2 saturasi turun dari 95%
dalam 2 lmenit menjadi 85% dgn non rebreathing,
pada auskultasi: suara pernafasan menurun disebelah
kanan. Tracheal shift, peningkatan distress, pasien
saat ini diposisikan tidur semi fowler, dan diberikan
Oksigen 4 liter/mt dengan nasal canule

Assessment :
O Pasien tampaknya mengalami gagal nafas / gangguan
pertukaran gas

Recommendation:
O Dokter telah dihubungi pertelpon belum terhubung,
mohon dihubungi kembali untuk kemungkinan alih
rawat ICU untuk pemasangan ventilator.

arjaty/ JCI/IPSG/2013 6/21/19 13

MELAPORKAN KONDISI PASIEN DENGAN SBAR


Situasi :
Tn Ari Gunadi, Tanggal lahir 22 April 197, rawat di lantai IV utara, kamar 411,
mengalami gangguan pernafasan, TD 130/90, N 88, RR 25 x/mt

Backround:
Pasien masuk rumah sakit 2 hari yang lalu dengan riwayat , pneumothorax, O2
saturasi turun dari 95% dalam 2 lmenit menjadi 85% dgn non rebreathing, pada
auskultasi: suara pernafasan menurun disebelah kanan. Tracheal shift, distress
pernafasan, pasien saat ini diposisikan tidur semi fwoler, dan diberikan Oksigen 4
liter/mt dengan nasal kanule

Assessment:
Pasien tampaknya tidak stabil dan cenderung memburuk

Recommendation:
Mohon segera datang, apakah diperlukan tindakan intubasi.

Stempel

arjaty/ JCI/IPSG/2013 6/21/19 14

7
6/21/19

MENERIMA LAPORAN HASIL TES KRITIS


DAN NILAI KRITIS DENGAN TBAK

v Tes kritis dilaporkan oleh petugas Lab, Ro, Cardiologi

v Tes kritis (critical tes) / pemeriksaan cito, contoh:


- Tes / pemeriksaan diagnostik (x-ray, CT Scan, EKG)
- Tes / pemeriksaan walaupun hasilnya NORMAL /
ABNORMAL harus dilaporkan SEGERA

v Nilai / Hasil kritis (critical test result)


Hasil abnormal yang harus dilaporkan segera < 1 jam ke
dokter peminta pemeriksaan / perawat untuk dilaporkan ke
dokter.

arjaty/ JCI/IPSG/2013 6/21/19 15

KOMUNIKASI TERTULIS
Hal-hal yang harus diperhatikan :
• Penulisan instruksi harus dilakukan secara lengkap, dapat
terbaca dengan jelas agar sumber instruksi dapat dilacak bila
diperlukan verifikasi.
• Harus menuliskan nama lengkap , tanda tangan serta
tanggal dan waktu
• Hindari penggunaan singkatan, akronim, dan simbol yang
berpotensi menimbulkan masalah dalam penulisan instruksi
dan dokumentasi medis.
• Lihat Buku Standar Singkatan RS untuk panduan
penggunaan Singkatan
arjaty/ JCI/IPSG/2013 6/21/19 16

8
6/21/19

JANGAN GUNAKAN SINGKATAN

arjaty/ JCI/IPSG/2013 6/21/19 17

LOOK ALIKE SOUND ALIKE

arjaty/ JCI/IPSG/2013 6/21/19 18

9
6/21/19

Examples

Intended dose of 4 units in patient history


interpreted as 44 units. “U” should be written out
as “unit.”

arjaty/ JCI/IPSG/2013 6/21/19 19

Examples

Intended dose of “.4 mg” interpreted as 4 mg


from medication order. Should be written as
“0.4 mg.”
arjaty/ JCI/IPSG/2013 6/21/19 20

10
6/21/19

Examples

Intended recommendation of “less than 10”


was interpreted as 4. “<” should be written
out as “less than.”

arjaty/ JCI/IPSG/2013 6/21/19 21

SKP 3 Proses untuk meningkatkan keamanan terhadap obat-obat yang perlu diwaspadai
O Kesalahan penggunaan obat-obat yang perlu diwaspadai (high alert) dapat
menimbulkan cedera pada pasien.
O Obat yang perlu diwaspadai (High alert) adalah obat-obat yang dalam
penggunaannya sering menyebabkan kesalahan dan / atau kejadian sentinel,
berisiko tinggi untuk penyalahgunaan, antara lain:
O obat-obatan dengan rentang terapi yang sempit,
O insulin,
O antikoagulan,
O kemoterapi,
O elektrolit konsentrat
O potassium chloride (KCL) [equal to or greater than 2 mEq/mL
concentration],
O potassium phosphate [equal to or greater than 3 mmol/mL
concentration],
O sodium chloride (Nacl) [greater than 0.9% concentration], and
O magnesium sulfate (MgSO4)[equal to or greater than 50%
concentration]).
O obat-obatan psikoterapi, dan
6/21/19 22
O obat-obatan dengan nama dan rupa mirip (LASA)
arjaty/ SKP FKTP/2019

11
6/21/19

SKP 3 Proses untuk meningkatkan keamanan terhadap obat-


obat yang perlu diwaspadai

O Kebijakan dan prosedur pengelolaan obat yang perlu diwaspadai


meliputi:
O penyimpanan,
O penataan,
O peresepan,
O pelabelan,
O penyiapan,
O penggunaan,
O Evaluasi penggunaan obat-obat yang perlu diwaspadai
termasuk obat psikotropika, narkotika, dan obat dengan nama
atau rupa mirip (LASA)

arjaty/ SKP FKTP/2019 6/21/19 23

INFUS INFUS
DARI TAMPAK BELAKANG INF RL – D5N ½ - D5

arjaty/ SKP FKTP/2019 6/21/19 24

12
6/21/19

CONTOH OBAT HIGH ALERT


• Elektrolit pekat terdiri dari: injeksi KCl 7,46 %
injeksi MgSO4 40 %
injeksi Ca Gluconas 10 %
injeksi Na Bicarbonat 8,4 %
injeksi Na Cl 3 %
• Injeksi heparin

• Obat kanker

• Obat LASA
(Look Alike Sound Alike = Nama Obat Rupa Mirip) :
arjaty/ JCI/IPSG/2013 6/21/19 25

12

LOOK ALIKE (SEDIAAN INTRAVENA)


ALINAMIN F EPINEFRIN

DOPAMIN
VIT K

TRAMADOL FUROSEMID

GENTAMISIN DIAZEPAM
arjaty/ JCI/IPSG/2013 6/21/19 26

13
6/21/19

arjaty/ JCI/IPSG/2013 6/21/19 27

SKP 4 Proses memastikan tepat pasien, tepat prosedur, tepat sisi


pada pasien yang menjalani operasi / tindakan medis
O Insiden dapat terjadi akibat Salah pasien, Salah prosedur, Salah sisi pada tindakan invasif
atau bedah minor
O PKM menetapkan jenis Tindakan invasif yang ada di fasilitasnya dan mengidentifikasi area
di mana prosedur invasif dilakukan.
O Tindakan invasif : semua tindakan yang meliputi sayatan / insisi atau tusukan, termasuk,
tetapi tidak terbatas pada, pencabutan gigi, biopsi, dan artrosentesis,
O Puskesmas mengembangkan dan menerapkan Protokol Umum (Universal Protocol) tdd:
1. Proses verifikasi sebelum dilakukan tindakan;
2. Penandaan sisi yang akan dilakukan tindakan / prosedur; dan
3. Time out yang dilakukan segera sebelum dimulainya prosedur.
1. Proses pre verifikasi
O Proses verifikasi sebelum tindakan bertujuan:
O verifikasi benar pasien,
O benar prosedur,
O benar sisi,
O memastikan semua dokumen : Informed consent, rekam medis, hasil pemeriksaan
penunjang tersedia dan diberi label,
O memastikan obat-obatan, cairan intravena, jika ada ada produk darah yang
diperlukan,
O peralatan medis atau implant tersedia dan siap digunakan. 6/21/19 28
arjaty/ SKP FKTP/2019

14
6/21/19

SKP 4 Proses memastikan tepat pasien, tepat prosedur, tepat sisi


pada pasien yang menjalani operasi / tindakan medis
2. Penandaan sisi :
O melibatkan pasien jika memungkinkan dan dilakukan dengan tanda yang langsung
dapat dikenali dan tidak membingungkan.
O Tanda harus dilakukan secara seragam dan konsisten.
O Penandaan dilakukan pada semua organ yang mempunyai lateralitas :
O (kanan vs kiri, seperti salah satu dari dua anggota badan, satu dari sepasang organ),
O beberapa struktur (seperti jari, jari kaki, lesi), atau
O beberapa tingkat (tulang belakang).
O Untuk tindakan di poli gigi, seperti pencabutan gigi, penandaannya bila perlu,
menggunakan hasil rontgen gigi atau diagram gigi.
O Penandaaan harus dilakukan oleh operator/orang yang akan melakukan tindakan yang
akan melakukan seluruh prosedur dan tetap bersama pasien selama prosedur
berlangsung
O Penandaan sisi dapat dilakukan kapan saja sebelum prosedur dimulai, selama pasien
terlibat secara aktif dalam penandaan sisi dan tanda tersebut terlihat setelah pasien
disiapkan dan dipasang doek steril. Adakalanya pasien tidak memungkinkan untuk
berpartisipasi, misalnya: pasien anak-anak, atau ketika pasien tidak kompeten membuat
keputusan tentang perawatan kesehatan.
3. Time-out dilaksanakan secara aktif segera sebelum dimulai prosedur invasif, di
tempat tindakan invasif dilakukan, dengan tim lengkap yang akan melakukan tindakan
invasif, memastikan benar pasien, benar prosedur, dan benar sisi tindakan, dan
6/21/19 29
didokumentasikan. arjaty/ SKP FKTP/2019
O

Penandaan (Mark Site)


Penandaan daerah operasi/ tindakan
invasif: • Organ tunggal seperti: uterus,
q Dilakukan oleh dokter operator jantung
untuk pasien :
• Di mana secara teknis atau
1. Operasi elektifàdilakukan di
anatomis tidak mungkin untuk
ruang rawat inap
diberi tanda seperti :
2. Operasi cito à IGD/ Rawat
permukaan mukosa, perineum,
Inap
bayi premature
q Menggunakan spidol permanen
à Tanda “ “ • Untuk gigi, nama prosedur
tindakan gigi akan ditandai
O Organ yang mempunyai lateralisasi
pada Rontgen gigi
O Beberapa digit pada jari tangan • Penandaan tidak dilakukan
atau kaki pada tindakan: Endoskopi
O Tulang belakang bagian depan atau gastroenterology, Tonsilektomi
belakang pada tingkat: cervical, , Hemorroidectomy
thoracal, lumbal dan sacrum.

15
6/21/19

Benar Lokasi Operasi ?

• Seorang pasien 43 th, akan


dilakukan Tympanoplasty dgn
GA. Saat asesmen preoperativ,
sudah diberi tanda pada
mastoid kiri.
• Saat pasien di lakukan Sign in
di Ruang Penerimaan di OK,
ternyata pasien mempunyai
TATO di telinga kanan yg dapat
menyebabkan WRONG SITE
SURGERY ……
arjaty/ JCI/IPSG/2013 6/21/19 31

CHECK LIST KESELAMATAN PASIEN DI RUANG OPERASI


SEBELUM INSISI
SEBELUM DIANESTESI SEBELUM PASIEN MENINGGALKAN
Time Out RUANG OPERASI
Paraf
Masuk Ruang Operasi Pastikan semua anggota tim
Memperkenalkan nama dan Keluar Ruang Operasi
Pa perannya
Pasien sudah dipastikan : raf Dokter bedah, anestesi dan perawat Perawat konfirmasi dgn Par
• Identitas Konfirmasi secara verbal mengenai tim: af
• Sisi Operasi • Pasien
• Prosedur • Sisi Nama prosedur yang
• Informed Consent • Prosedur tercatat
Tanda operasi ada/tidak Antisipasi keadaan kritis Kebenaran, jlh instrumen,
Cek Keselamatan Anestesi Dokter bedah review kassa, jarum
Oximeter siap dan berfungsi keadaan kritis atau langkah-langkah
yang tidak diharapkan, lama operasi,
Apakah pasien alergi? Bagaimana spesimen diberi
antisipasi kehilangan darah
Ya label (termasuk nama
Tidak pasien)
Tim anestesi review
Adakah risiko aspirasi? apakah ada keadaan pasien yang Apakah ada masalah pada
Ya perlu diperhatikan? alat
Tidak Tim perawat review
Adakah risiko perdarahan? Sudah steril (termasuk indikator Dokter bedah, anestesi
500 ml (7ml/kg BB pd hasil) ?Adakah masalah alat? dan
anak) Apakah antibiotik profilaksis telah Perawat review hal-hal
Tidak diberikan penting untuk pemulihan
Ya
Ya, sudah disiapkan pasien
Tidak
transfusi
Apakah ada hasil imaging? 6/21/19
arjaty/ SKP FKTP/2019 32
Ya
Tidak

16
6/21/19

SAFE SURGERY SAVE LIVES

arjaty/ SKP FKTP/2019 6/21/19 33

SKP 5 Kebersihan tangan diterapkan untuk menurunkan


risiko infeksi yang didapat di fasilitas kesehatan.

O Puskesmas harus menerapkan kebersihan tangan Panduan


kebersihan tangan perlu disusun dan disosialisasikan, serta
ditempel pada tempat yang mudah dibaca. T
O Tenaga medis, tenaga kesehatan, dan karyawan puskesmas
perlu diedukasi tentang kebersihan tangan.
O Sosialisasi kebersihan tangan perlu juga dilakukan untuk
pasien, keluarga pasien, anak sekolah, dan masyarakat.

arjaty/ SKP FKTP/2019 6/21/19 34

17
6/21/19

IPSG 5 Menurunkan risiko infeksi akibat


pelayanan rumah sakit

arjaty/ SKP FKTP/2019 6/21/19 36

18
6/21/19

arjaty/ SKP FKTP/2019 6/21/19 37

SKP 6 Proses untuk mengurangi risiko pasien jatuh


O Cedera dapat terjadi karena jatuh di fasilitas kesehatan.
O Risiko jatuh pada pasien termasuk :
O riwayat jatuh,
O penggunaan obat,
O minum minuman beralkohol,
O gangguan keseimbangan,
O gangguan visus,
O gangguan mental, dan
O sebab yang lain
O Penapisan (screening) secara umum dapat dilakukan dengan :
O Pertanyaan sederhana dengan jawaban ya / tidak misalnya apakah pasien
pernah jatuh dalam kurun waktu 6 (enam) bulan terakhir, apakah pasien
mengalami vertigo, apakah pasien mengkonsumsi obat yang mengganggu
keseimbangan, apakah pasien perlu bantuan ketika berdiri/berjalan,
O observasi dengan skor yang diberikan berdasarkan respons pasien.
Misalnya modified time up and go
arjaty/ SKP FKTP/2019 6/21/19 38

19
6/21/19

SKP 6 Proses untuk mengurangi risiko pasien jatuh


O Penapisan risiko jatuh dilakukan pada pasien di rawat jalan dengan
mempertimbangkan kriteria :
O Kondisi pasien, contoh : pasien geriatri, dizziness, vertigo, gangguan
keseimbangan, gangguan penglihatan, penggunaan obat, sedasi, status
kesadsran dan atau kejiwaan, konsumsi alkohol
O Diagnosis, contoh pasien dengan diagnosis penyakit Parkinson
O Situasi : Pasien yang mendapatkan sedasi atau pasien dengan riwayat
tirah baring lama yang akan dipindahkan untuk pemeriksaan penunjang
dari ambulans, perubahan posisi akan meningkatkan risiko jatuh
O Lokasi : hasil identifikasi area-area di puskesmas yang berisiko terjadi
pasien jatuh, antara lain lokasi yang dengan kendala penerangan atau
mempunyai barrier/penghalang yang lain, misalnya tempat pelayanan
fisioterapi, tangga.
O Puskesmas harus melakukan penapisan risiko jatuh pada pasien. Kriteria
penapisan risiko jatuh harus ditetapkan, dan dilakukan upaya untuk mencegah
atau meminimalkan kejadian jatuh.

arjaty/ SKP FKTP/2019 6/21/19 39

6 Menurunkan risiko cedera karena pasien


jatuh
O Semua pasien rawat inap dan rawat jalan dinilai risiko
jatuhnya dan penilaian diulang jika diindikasikan terjadi
perubahan kondisi pasien atau pengobatan.
O Penilaian risiko jatuh pada Pasien Dewasa dengan
Skala Jatuh Morse
O Penilaian risiko jatuh pada Pasien Anak dengan Skala
Humpty Dumpty

arjaty/ SKP FKTP/2019 6/21/19 40

20
6/21/19

arjaty/ SKP FKTP/2019 6/21/19 41

Safety begins with you


Don’t wait for someone else

arjaty/ SKP FKTP/2019 6/21/19 42

21

Anda mungkin juga menyukai