ill"q/U:i'rrilll
.likifn lliT:i: :Jlr:r!:an a,r1i n:rir_r4l cri
],. .,iid:ri[t]l!aii
Gl-.dltlll,[17:{lr] Eiilllli
li!,:,3'.:itili]!$nidi rd
-ir{[J Lq*I]!!.ALijl|ili:fl
t lr. ehrElfi liiBlrtd
&]HruF$'S
:AN
Vol. 13, No. 7, Jan\ari 2072 ISSN: 1411-6855
AL-EAZFrit^U AL-IJAZ
Telaah Kritis atas Konsep Elipsis
dalam Kesarjana"" Islam
Azdn qahtial
Alumni MSI Unsiq Jawa Tengah, li7onosobo
Jl. Raya Kali Bcber KM. 3, rifonosobo
Abstract
The tbeory ofellipsn gadhf) and concismest fijez) is uery common in
Qutbxic satdies. The main purpose ofmentioning thir theory i! to bel?
the inter?rtel ofthe Qar'an in andzutanlitg Qar'anic textt in whicl
tbe phenomenan oftbe ellipsis and concisenets happen. Houeuer, the
author ofthis articlz pointt out that it i not *itabb uith the idca of
the ininiabiliry olthe Qrr'an fi'jn d',Qui zn) axd ties u proue t hit
uithout the theorl one can undtrstand them by *ing another knguistic
4nallrit
I. Pengantar
Pena6iran al-Qufan scbagai sebuah upaya elsegcsis teks suci untuk
menyisihkan ambiguita-s makna dao menemul<an nilai-nilai universal
yang terkandung di dalamnya, mcrupakan fenomena historis yang akan
terus berlanjur dan tak pernah sclcsai. Statement
ini tidaklah berlebihan,
mengingat kebutuhan umat Muslim terhadap taGir al-Qur an benrntuhan
langsung dcngan dimensi spirinral mereka yang paling mendalam, di sam-
ping tentn saja, dimensi prattis-pragmatis mereLa sebagar nubaUif Hzl
ini diperkuat juga oleh keyakinan mereka yang tak akari pcrnah pudar,
balwva al-Qvr n
sdih li halli zonan wa nahan. Karenanya, modifiLasi dan
pengembangan upaF tersebut akan tcrus berlanjut. Beruntuog, para pan-
78 Jun.l Studi llmu-ilmu Al'Quio dd Hadn Vol 13No. rJduri20t2
dahulu kita dengan sadar telah memosisikan segmen ini dalam koridor
ilmu-ilmu yang belum m pan dar. fnal (' ;lm I; naizj ua li ihwmq) .l
Tlnttr saja, dalam upaya tencbut harus ada syarat darr kaidah-kaidah
yarrg dapat dipertanggungjawabkan sccara etiL-akademis, demi merni-
nimalisasi pcna6iran al-Qur'an dari 'bias-bias' penafsir yang tak terhin-
darkan. As-Suyugi, misalny., dengajukan sekian q'arat kuatifiLasi yang
harus dipenuhi oleh pcna6ir, di antaranya adalah penguasaan terhadap
ilmlu bakghah, sebagai lanjutan dari penguasaan terhadap bahasa Arab.'z
Di antara isu yang didiskusikan oleh as-Suyuti dalam konteks ini ada.lah
persoalan /af(elipsis), y.ang sccara l*rusus dikaji di bawah speLmm |Z
den ima-b-t
Penulis sepakat bahwa harus ada sJarat bagi kualifikasi penafsir darr
kaidah-kaidah yang memadai untuk memandu kerja tafsir. \falau demi-
kian, menurut penulis, ryarar-syarat dan kaidah-kaidah tersebut pada
dasarnya lebih bersifat ijtihadiah, artinya ia dapat dikembangkan secara
dinamis sesuai perkembang:n ilmu pengetahuan tcrLait obyek ta6ir,
sehingga dalam tataran ini ia dapat dircvisi, ditambah, atau dibuang seLali-
pun; sebagaimaoa berlaku pada disiplin lain. Untuk membuttikan hal
ini, penulis akal mendiskusikan isu elipsis dalam konteks ufsir al-Quian;
iejauh mana ia bcrperan dan scjauh mana ia layak untuk dipertafian]an.
Fehomena clipsis, dcngan aqdb sebagi solusinya, tersebar luas
dalam lernbar demi lcmbar buku-btrku ta6ir yurg ada" Hal ini menandaLan
betapa konsep tersebut ditcrima rccera luas dan dianggap dapat niem-
bannr memahami nansi relc. Sebagi misal, pcrhatiLan kutipan dari
SyaiLh Nawawi al-J"avi berikuc
' Jaliluddn 1{bdunahmin a*Sryufr, Syar$ 'UqA aLlun;,' f 'Iln at-Ma ati
un al-Bqi" (SenatarytKar2Toha Putra, tt.), 3.
Jalaluddin Abdunahnan as-S'uti,ti, dLhqi" f 'UEn aLQ", aa, ed. Fawwaz
1
A. Zmdli (Behut: Dar al-Kiab al-'Araby, 2007), 853, khususn)€, 864 .fs44.
JAlaluddh 'Abdurahdn as-Stywi, aLhqin, 586.
3
.fr,tr-ii,J, J-J,i -, ;:-::::;:,r:
.i-jr
"J, ii:r ll :
r,.Jj dl r ci -1q! +lr
Dalam kutipan di atas, spekulasi bahwa ada clip sis d,an u46r untl:k
menjelaskan maksud teks, dcngan mudah dimunculLan oleh penafsir,
tarpa teding aling-ahng. Fenomena semacam ini sangat lumrah dalam
buku-bukut rzrd.t
Pendekatan a4dir wtuk memahamipesan oarasi teks karcna ada-
nya asumsi telah ter.jadi elipsis di dalamnya, pada dasarnla, dapat dengaa
mudah dimeogerti dal cukup rasional sec.ara literer Hanya saja, terkait
tafsir al-Qur'an, agaknya konsep ini perlu dipikirkan ulang. Mengingat
kor:sep elipsis dan ra4dr ini, dari perspektiftencnruJ seperti akan. diulrs
nanti, mengindikasikan "posterioritas" al-Qur'an, di mana seharusnya
diposisikan sebagai "prioritas" dan tels utama, Gntu sa.ia, secera teologis
dan literer hal itr.r tak dapat dibenarkan. Namun, penolakan secan zpzaz'
berdasarkan argumen-argurnen teologis an ricl menandakan kedang-
kalan berpiLil Sebab, rcrbuLti rasio tak dapat membeoarLan "siLlus sesat
piktt" tanpa, al$ir (datr ticbrs circe\. Kerenanva diperlukao analisis png
seimbang dan memadai unnrk menguji konsep tersebut. Unni< itu, pene-
lusuran dan analisis lebih lanjut terhadap konsep elipsis dirasa perlu,
sebagai mode apresiasi terhadap jerih payah sarjana Muslim klasik dalam
mengembangkan pendekatan-pendekatan sistematis untu! mcmahami
al-Quian dan tcLs-teks Arab secara umum.
{
Mul'ammad bin 'Umar Nawwi al-li*i, Matil lzbid n kyf
Ma,na at-et it
aLM4iA, d- M. /fr,jn a+Dinn-awi, er. III, Juz I (Beirur Dar al-Icnub at-Imiyyah, 2006),
rr7 QoA dzri ps:ulxl.
5
S€basd ar$ahrn lrgi, pdhatikan lolimar png penulis 6ud d:ri sratemenr lbn
Rutd b€rikufl or, {J;l' ugl .)h,u.jt.l jE ta.__*!a- Jrrl !r} Jrj.Jj JJL,r,J
j_j.rLJij !r__rr,._&1, - !rJ!J,1;! (Jr!lJJ{6i L|J: u)Lj -1, ! Ju!/ !.rri rLrq Fr.l
B\i t'--tb'-t tJ-+6. nt? !., t --llr,JJ utJ ji. JJr. Jr<! i,irl,+lrrrr,J rr-
s,r! :,J--r Jr_+.r.$.__1, JJr !j L-t r+ s4r ur r! a r.:i € ) r+ a. o,jr b#
L,y,rJjJlf.e j,-+,.--rrr, rj-, rn {4L JJlrrr JLiy 6! Q Jrg!t1t) qc +.i,.itt 11;
)LJt s---t' .t- j. ,itt .@Lt J..)r<r ljtri ol c_rlt rjJ J, J ._,t4 a.!r rjl tj, {+r dri r!-ifj
ril.j .L-jJ )r-<1, .je u,L__rr Ji :rrrt_b! +-lJ ,c_1, Jj etr cr, Lrr !E
C_, lj .3,ruijr r,
,L__4r r+ ,/L_-1 a__r, di! -q,J !t *t 4 !9 a .jjJ-r r& )+r dq J!-.!1 + rrlr. Abtr at_
"l-a
\ralid Muhmmad b. Alnad b. Muhammad b. Almd b. tusyd, Bid,tlat aLMtjtat;l
ua Nihardt al.Muqtarid jv,l (SurabaF: al-Hi&rah, .r.), 42.
80 J.m.l Studi n-"-nFu Al-Qu.n de H.disvol. 13 No. I Jmudi 2012
,j-t i!!j ,J-Jl?'11,.-: .r,!t i=,r.'' , j;'tlt i;,r-r .9Ul ,!-p. l,!
g1+;r ,lrtrI !-ji irG)t !€ ;-,:'-'b lJstjr b,'CAi JJtt'!'t 4
iJ.* p t:l fp L* u er: ''Or C rr! lJsr r ,!!ri
Di senpingteraa hdf(elipsis), ada terma lain yang digr:nakan oleh
al-lutlifi, yitt idnar 35'l&syaag peniis bo Atencbut, kelakakan tcrbukd
sangat berlawanan dengan Lonsep elipsis yaag meniscayakad wqdfr .
Di penghujung abad kclima, scorang yuris dan filsufAndalusia paling
I terLenal, Ibn Rusyd (w 595 H) mendiskusikan elispsis dalam konteks
@
A-Baqtani, liar al-Qltrb", 28-30.
! N-Eiq't'fi, Iiiz al-Quti", 167 .
a Mahmud Mu.hammad Sy;kir, "Mukadimah",
dalarn Abdul Qinir 6. Abdur-
rahmrn b. Muhammad al-Jvj^it, Kbab Dak-il dl,lia ed. Mafimnd Mun:mmd Syakir
Gano: Makt bah al-Khani ji, 20M), hlm. alif.
! Mahmnd Syakir, "Mukadim|h", ha.
?i
Abdul Qajril b. Abdurhthm b. Muhmm3d al,Jurjd n, Ki';b Data-it at rjaz,
ed. Mahnnd Mullmnad Syakir (K-riro: Ma-krabah al-Khtniii,2004), 146.
' At-Juljani, Khaa Dah-il ot-Ij,i2, 163.
84 J-ra S.A l-"-itr"r,\.l-Qur'm do Hadis Vol. t3 No. I Jmudi 2012
V Tujuan Elipsis
Ada beberapa manfaat dan tujuan elipsis, di antaran)z: a). Memini-
malisir penggunaan kata, b). Efisiensi waktu, c). Menimbulkan Lctak-
jubaa di hati pendengar lantaran adarya ambiguius (l6Dz7), d). Rcdulai
kata, karena terlalu sering diucapLan, e). Memelihan keutuhan ritrne
$wgayet (E1ikh\, fi . Sudah cukup populcr, karenanya taL 1rcrlu disebut
lagi, dan lainJain.tT
Bagaimanapun, contoh-contoh yang diajukan trntuk klaim tujuan
elipsis di atas, secara gramatiL masih bisa diperdcbatlan lebih lanjut,
dan bukan di sini tempat mendiskusikannya. Semcntara itu, mengenar
syarat-ryarat pembcrlakuan elipsis, yang secan matang dimapankan olch
Ibn Hisyam; seperti adrnya indikator sintagmatik (dzlil hiE-naq;ft)
ataupun prg lain, tidak alcan disoroti dalam tulisan ini, mengingat tulis-
an ini dimalaudkan sebagai kridk atas konsep elipsis, buLan panduan
aplikasi elipsis.
M. Kebcratan-keberatar Teologis-Epistemologis
Diskursus elipsis sebagai scbuah konsep, lumrahnya, diletakLan
di bawah spektrum iZ. Unruk menyedcrhanakan pembahasan, dalam
kontcks ini, Lita jadikan as-Suyu! scbagi rujukan dan panduan. Mcnurut
as-Snyid, |Zrcrbagi menladr dr:o" qalt dan ;jdz hzif Sqrcr. pnero"
le
ijaz qalr, diadkan sebzgi, al-uajh bi hrtihi (yang nngkas k*eny ).
Tcntu definisi ini terlalu umum, namun kutipan as-Suyiti yang menyusul
kemudian cukup mcmpcrjclas, yakni "upa1a mcmperkeya makne, dcngan
kata sesedikit mungkin' (3-i!t J-rb, siJtJ*5).33 Scmcntara scgmcn
kefua, ijaz ba$, dala\ clipsis yang sudah didalripsikan di atas.
'Sebetulryr,
z-Zarlori nmun menurut
mengldadfikasi elipsis dalam 8 bcnn*,
pcnulis, enpat bentuk yang berbeda klasifik si as-Suyun, tidak cukup rdeo unmk
d{i
didiskusikan. Seleagkapnyz llhu *-ZarU.zsfi, Al-Buhnr, W: tr7 -r34.
r? Lihar ane.a lain az-Zarkasi Al-Buth;,, Ill: ro5-108, as-S'znia\, Al-ltnlah
,
. ' Unruk analisis aFr tersebur, lihar as-S,"mdt, " Darafa al_Ihifa,f at-lu,hh
Al-Qurzniuah" , 60-61.
a Al,luriui, Kiub Data-it aLljaz r
46.
a lJ-lurjui' Kinb Data-it 4/_rja, ]52-151.
a? Az-Za*xit,
Al-BurLia,III: ro3.
a Az-Atkasf\ Al-Bturha,,llr: to4.
90 Jumal Studi Ilhu-ilhu Al-Quid do Hldis Vot 13 No. 1 ,sq.i 2012
frase kedua. Karenanya, al-Alusi dalam Rih al-Ma'ini seperti dikutip as-
Spmai, menilai penfelasan tafsir semacam itu sebagai tahalluf(mengada-
rd")."
Untr* kasus ihhtizal, as-Suyuti mcmaparkan contoh sedemikian
ban$,tt sebab kescmuanya merupaken turunan dad tiga hal yang sudah
disebut di atas, yaitu nomina, verba, dan konjungsi. Untuk menghernat
rempat, kita diskusikan tiga sampel saja. l'). Nomioa (mudzX; mcnwntt
as-Suyu!, ayer -L-9r-../i;.Jt (ai-Baqanh: 19, memill<t uqfi,demil<t-
an. f-:r ,a.:i ;i ,.3-i ,- Tz4E, deml[^n, s.pcni relah disinggr.rng, justru
meripersempit cakuian makna ayat. Sebab, berdasatkan prinsip aq&r
tersebut, Lurang lebih pengenian aJat ini menjaAi,'haji adzhb hdji padz
bukn-balzn.," atau" bulaz4ulan haji adaW bthn-bahn yng dileuhai.." .
Karena itr.r, fahir Sulaimin Hamudch dalam Za-himt al-Haiff ad-Dars
al-LryLaui mengomcntati pnnsip haifaLnQaftni, yang baryak diusung
oleh pakar bahasa, scbagai tidak meoiliki pembenar ilmiah dan malah
menggiring pada redulrsi makna.56 Sekiralya, ta4dir tersebut kita tolak,
boleh jadi, waktu pclaksanaan haji bisa dipikirkan ulaog. 2). Verba; iL1
or-.ii crq;-r ;5r:rt ,1" oi (acTaubah: @. Dalam conroh ini, kata yaig
meajadi pusat perhatian adalah isajam. Berdeserker opini mazhab
Bashrah, ma'mul tidakdiperkcnankan mendahului lzzl-nya, atau dalam
konteLs ioi, f-/ mend ahduj f'1. Kzrenanya diasurnsilan, sebclum Lata
ahad tcrdepar kata isnja-ta yang dibuarrg. Atau bolch jadi, kasus ini
disandarkan pada penoalan isltighal, di mane"korrfrik" antan mafassir
(loa penjefas) daryan mrfassar (kzta yang dibuang) hanrstah dcngan
melenyapkan mufassar, sebab kedunya tak boleh discbut bcriringan dalam
satu frase. Hanya saja, jika kita pcrhatikan, pada dasamya opini tersebut
sangat dipengaruhi oleh pcmikirao mengeni teori 'imil, yeng dialak
'$ f
A*syznan, " Dalalzt al-Iktifr aLlanhh At'Qurhnlryah", 23 -24.
I' Haru dialoi bahw kesemlra contoh tersebut hanpk epcnuhnla dikutip dari
Ibn Hispm, walau as-Supti tidrk menyinggung namarla kecuali pada Kaidah
Pcrnbedakuan Eipsis, Stbapi pembanding, lihat lbn Hissnm, Mush"; aLlrbib, Itl
t5Gt77.
'"Li s.4 i rL>!r .J-;i !riu, 4+i jii t - rj+5 ii-s-r. L-i 'Jj
:.i.rr--
q 3r.;i ui.lr .;--ll !- :1'-.1 ii !5+ !-rrr ;i !- }'.i r:linl |ij Jl fl.. Li;
tt\-;tt t-t& 'jS it52 ii. Dikutip dalam a-Syamari ,'Dalilzt al-Il;fa'f allunhh
Al-Qarhniryl| ,25 .
A,n B&ttu,,at-Haifdau d1'4e 93
5e
Petr2n , reori zl-iktiF; kedh, kaiialt u';btyah yanl wgr d.batabtz, yeit!
Jrjlr f Jrjlr tu; drr yang teraHrn ad.lah persoa.lu utio b?Ly^:tlsifa.fy^ttiha{a\\
dan sansai lokal{emponl. Lihar, Abd. Moqsirh chaz.lt, A'Stlna Plaftkne Agaad,
.er. il (Depok l:rexira, 2009),354-355.
"" Mcnsacu pada QS..l,Mtjdah 5. Lihar. Moqsnh chuliArs"nea PhraLffit,
A'$n Rahiit, At-Hatfa'du dLije 95
n€rapkan adanya eiipsis da.lam suatu frase yang-tanpa kerja elipsis dan
ar4&sekaiipnn-tidak mel ahirkan dzrar ma' nzwi maupun.azaae Singlamya,
penetapan adarya elipsis dalam ayat rersebut dan penentuan aqdiryang
diusuJLannya tidal< berdasar secara rlcdemis.
Ketiga, ini yang pding parah, Moqsith memilih "tafsir" lang muatan
a4 [r ny a palingbaoy ak, kar ena taq dir y angdibuat Moqsith merupakan
sisi balik dari mantth selttthnya. Kaidahnya sederhana, jika harus
^y*
mengakui elipsis, pilih yzng n:,ratan uqdir-nya paling minim. Gntu ini
problematis; di sampin g hhilafal-asl, taqfrtyang diberikan oleh Moqsith
lebih merupakan az-zaid 'ali hitibillih (ek:terior tela). Jika kita meminjam
terminologi dalam Hermen€utika Jorg€ Gracia, dapat dlkatakan: inter-
praant yzng disugohlan Moqsirh rerLJ u memban ilui i n*rpmandum seun
over dosis dan meluap, sehingga melahirkan "perbedaan esensial" yang
dapat merusak "identit as tel<s" interyreandum.6r Hal semacam ini, secara
hermeneutik, tidak dapat dibenarkan. Di sini, dalam pemberlakuan elipsis,
Moqsith tidak mematuhi lirnit yang berlaku dalam kaidah elipsis, tentunya
jika konsep elipsis ini kita terima dan sePakari.
DCSimpulan
Kricik yang diajukan dalam rulisan ini bukan mengajak unuk
menyingkirkan dan membuang total konsep elipsis dari diskursus ke-
sa-tjaraan Islarn. Bagaimanapun, dalam beberapa disiplin, konsep tersebut
cllcrp membantu. HaoJz saja, unn:lc diskunus al-Qur an dan ta6ir, agaknya
penggunaan terma clipsis pcrlu dipikirkan ulang, atau s€tidaknya,
dirumuskao ularrg. Terlepas dari itu, tulisarr ini hendak menegaskan juga
betapa materi-materi dalam Ulumul Qur an dan ta6ir bukanlah sesuatu yang
sakral, final, dan kebal kritik. Pcmbacaan lcritis untuk kepentingan studi
ini tetap t€rbuka lebar. Timbahan lagi, lahirnya konsepsi elipsis dalam
diskursus al-Qur'an dan tafsir, yang diaplikxikan secara lux, menan-
dakzn betapa generasi sebelum kita ddak pernah sungkan menggunakan
@
Penodn danr;tiimerupakan wilarn g.npan seoiang gramrikr *mentara
dztar na'aauilndt tt bawah otoritas ahli ta&ir, yairt ket;'ka nzhiuf dtkare2orlkan
Wh
seb.{:li fi4;1.
-fentmg pcreoalan ini l;hat d zlzm Ih
Hisyan' M4hni al'
^eu
Labib, IL 156 d{ 176; FA4il Salih a'Samra'i,/4zlah zl-Arabl1ah, 78-80
61lory.e
J. E- GA<i, A Tb.o-) of rdiutiry: th. Lasi. dnd EpittenohgJ lAibsv:
State Universirv of Nq York P.ss, 1995), I l0-l1l
A^ B.l.Lri.', AI-IWare al-ija. 97
DAFTAR PUSTAKA
Ans-ari, Jam-aluddinIbn Hisyim d-- Mugbni al-Labib. Surabaya: Al-
Hidiyah, t.th.
Biqilani, Abu Bakar Muhammad bin Jaryib al-. Ijfu aLQurin, ed.
galih Muhammad 'Uwai{ah, ccr. II. Bcinrt: Dir al-Kutub
al-Ilrniyyah,2008.
Daroub, Saad lJasstn. "Qa/ayi at-Taqlir aa-Nahui'iada Sibzuaili',
risalah suplementer unruk meraih gelar MA di Departement
ofArabic and Ncar Eastcm l-eanguagcs, Faculty ofAru and
Scicnccs, American University, Bcirut, 1996.
Quttubi, Ibn Madi' al-. Kita-b ar-Radl ,ali an_Nuhal, ed. Syauq.i ea)4
cer. II. Kairo: Dar al-Ma?ril 1982.