1. Mata perkuliahan ini mengkaji karya-karya tafsir di Indonesia, dengan beragam
bahasa lokal maupun nasional. Pengkajiannya tidak memiliki kekhususan pembuatan tafsir, boleh pada awal tafsir muncul pertama kali, yaitu Tafsir al-Kahfi yang oleh sebagian peneliti dinisbatkan kepada Hamzah Fansuri, kemudian tafsir yang lahir setelahnya yakni Abdurrauf al-Sinkili dengan tafsirnya Turjuman al-Mustafid. 2. Sebuah karya tafsir yang diteliti ditempatkan sebagi objek materi yang kemudian dicapture melalui sudut pandang yang ingin diteliti (objek formal). Dapat diteliti dari segi budaya kultural, ideologi, penggunaan bahasa, atau juga hubungan dengan keadaan politik pemerintahan. 3. Penelitian tafsir nusantara memiliki beberapa kekhasan yang tidak temukan pada penelitian non-nusantara, seperti salah satunya ialah resistensi budaya yakni menggunakan bahasa lokal padahal Alquran sendiri menggunakan bahasa arab. Salah satu latar belakang pemilihan bahasa tersebut adalah agar dapat membumi dan mudah dipahami oleh masyarakat yang umumnya awam. 4. Penelitian tafsir nusantara memiliki objek formal sebagaimana yang telah penulis paparkan pada poin 2. Namun, tidak hanya itu, objek formal penelitian nusantara dapat berupa basis sejarah, basis tokoh, tafsir dan terjemah dengan basis keraton, basis epistemology, basis surat, basis pesantren, basis lokalitas, basis akademisi, basis tematik dan isu aktual.