Anda di halaman 1dari 14

KONSTRUKSI AKTA LELANG DIGITAL (DIGITAL SIGNATURE) DI INDONESIA

Lusiana Puspitaningrum1 dan Aditya wirawan2


Politeknik Keuangan Negara STAN
E-mail : adityawirawan@pknstan.ac.id

INFORMASI ARTIKEL ABSTRAK

File Diterima: This study shows analyze the implementation of the auction
[01 Juni 2020] using the minutes of the auction to become a digital auction
certificate (digital signature) with the Digital Auction Deed
Revisi: regulation (digital signature),and the other related aspects.
[10 Juni 2020] This study performs with the qualitative study method that
requires data collection through the interviews and literature
Diterima: studies. The data have been analyzed using an interactive
[20 Juni 2020] model of analysis. Based on the results, the urgency of
implementing the Digital Auction Deed need to compete in
Kata Kunci: the global era, one of them is the inability of the Vendu
Risalah lelang, Akta Lelang Digital, Dokumen Elektronik, Tanda Reglement facing the times. On the other hand, based on the
Tangan Elektronik aspects of justice, expediency, and legal certainty

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisi pelaksanaan lelang


dengan menggunakan Risalah lelang menjadi Akta Lelang
Digital (digital signature) dan aspek-aspek terkait. Penelitian
ini merupakan studi kualitatif dengan pengumpulan data
melalui metode wawancara dan studi pustaka. Data yang
terkumpul dianalisis dengan model interaktif (interactive
model of analysis). Hasil yang didapatkan yaitu adanya urgensi
terkait penerapan Akta Lelang Digital untuk bersaing di era
global, salah satunya dikarenakan ketidakmampuan Vendu
Reglement dalam menghadapi perkembangan zaman. Selain
itu berdasarkan aspek keadilan, kemanfaatan, dan kepastian
hukum.

Halaman 1
KONSTRUKSI AKTA LELANG DIGITAL (DIGITAL SIGNATURE) Indonesia Rich Journal, Vol. 1, No. 1, (2020), 1-14
DI INDONESIA.
Lusiana Puspitaningrum1 dan Aditya wirawan2

1. PENDAHULUAN pemenang lelang untuk ke KPKNL/Balai Lelang, maka


akan menambah waktu dan biaya yang harus
1.1. Latar Belakang
dikeluarkan. Oleh karena itu, perlu adanya
Lelang telah dikenal di Indonesia sejak zaman simplifikasi dan digitalisasi dalam proses bisnis lelang
kolonial Belanda. Namun secara resmi masuknya terutama pada tahap pascalelang. Proses bisnis yang
lelang di Indonesia ditandai dengan diterbitkannya belum menerapkan digitalisasi secara penuh akan
pengaturan formal terkait lelang yakni Vendu membuat inefisiensi dalam pelayanan lelang.
Reglement Staatsblad No. 189 tahun 1908. Saat ini DJKN selaku regulator lelang di Indonesia terus
eksistensi Vendu Reglement dalam sektor lelang melakukan upaya pembaharuan dan perbaikan
telah menginjak usia 112 tahun. Hal ini menandakan regulasi. Salah satunya dengan penyusunan
bahwa lelang telah menjadi bagian dari peradaban Rancangan Undang-Undang Perlelangan untuk
transaksi jual beli di Indonesia. menggantikan Vendu Reglement. Hal tersebut
Berbicara mengenai lelang, tidak terlepas dari menjadi langkah dasar bagi lelang dalam
istilah Risalah Lelang. Risalah Lelang merupakan legal menghadapi tantangan globalisasi. Rancangan
output yang dibuat Pejabat Lelang sebagai akibat Undang-Undang Perlelangan memuat pengaturan
dari adanya pelaksanaan lelang. Pada tahun 2016 lelang yang berbasis internet termasuk di dalamnya
dan 2017 total Risalah Lelang yang telah dibuat pengaturan mengenai Akta Lelang Digital, yang
mencapai lebih dari 50.000 (Direktorat Lelang, 2017). disebutkan bahwa Akta Risalah Lelang dapat dibuat
Hal tersebut memberikan dampak yang kurang baik dan disimpan dalam bentuk digital.
bagi pelayanan lelang, seperti tingginya persentase Dengan adanya Akta Lelang Digital (digital
kemungkinan kesalahan redaksional dalam Risalah signature) maka kehadiran peserta sudah tidak
Lelang dan keterlambatan penyelesaian lelang oleh diperlukan lagi. Selain mempermudah para pihak
Pejabat Lelang. untuk mengaksesnya, berkurangnya interaksi antar
Oleh sebab itu, diperlukan alat bantu bagi pihak secara langsung juga diyakini dapat
Pejabat Lelang untuk membuat dan mencetak meminimalisasi adanya campur tangan kepentingan
Risalah Lelang termasuk turunannya yang berbasis pihak tertentu yang menimbulkan disparitas
web (online). Sehingga tidak mustahil apabila pelayanan. Akta Lelang Digital sebagai dokumen
kedepannya Risalah Lelang akan bertransformasi elektronik memiliki kekuatan pembuktian yang
menjadi Akta Lelang Digital. Pembahasan tersebut sempurna seperti akta autentik pada umumnya.
sejalan dengan roadmap Direktorat Lelang tahun Pernyataan ini merujuk pada Pasal 5 ayat 1 Undang-
2016-2019 mengenai pengembangan pelayanan Undang Nomor 11 tahun 2008. Selain itu, Akta
lelang yang berbasis teknologi. Lelang Digital merupakan akta autentik berdasarkan
Hal lain yang melatarbelakangi adanya Pasal 1870 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
pengembangan pelayanan lelang berbasis teknologi sehingga memiliki kekuatan pembuktian yang sah
adalah proses bisnis lelang yang belum sepenuhnya dan sempurna.
menerapkan otomatisasi dan digitalisasi; proses Oleh sebab itu, penting untuk dilakukan
bisnis lelang dan dokumen terkait pelaksanaan konstruksi hukum peraturan lelang khususnya terkait
lelang yang belum terintegrasi satu sama lain; dan Akta Lelang Digital (digital signature) sebagai payung
penyimpanan serta pengelolaan data lelang masih hukum dalam pelaksanaan lelang yang lebih efektif
dilakukan secara manual, belum mendasarkan pada dan efisien. Selain itu, untuk memberikan kepastian
mekanisme pengarsipan secara efektif, aman, dan hukum dan manfaat yang lebih optimal bagi
digital. penyelenggara maupun partisipan yang ikut serta
Adapun pada saat ini, mekanisme pembuatan dalam lelang. Penelitian ini bertujuan untuk
Risalah Lelang belum dilakukan secara otomatis. menganalisis alternatif penggunaan Risalah lelang
Pemenang lelang harus mengajukan surat menjadi Akta Lelang Digital (digital signature)
permohonan Kutipan Risalah Lelang terlebih dahulu ditinjau dari materi muatan peraturan perundang-
kepada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan undangan.
Lelang (KPKNL) dimana lelang tersebut dilakukan.
Keadaan tersebut kurang menguntungkan bagi pihak
2. KERANGKA TEORI
pemenang lelang karena tidak semuanya berasal dari
2.1. Hierarki Peraturan Perundang-Undangan
daerah yang sama dengan KPKNL yang
bersangkutan. Sehingga cukup memakan waktu dan Dalam kamus besar bahasa Indonesia, hierarki
biaya. berarti urutan tingkatan atau jenjang jabatan
Dengan demikian proses dalam pascalelang (pangkat kedudukan). Adapun peraturan adalah
dirasa cukup menyita waktu bagi pemenang lelang tatanan (petunjuk, kaidah, ketentuan) yang dibuat
dalam memeroleh haknya. Salah satu penyebabnya untuk mengatur. Sedangkan Undang-Undang
adalah jarak dan waktu yang diperlukan oleh memiliki arti yaitu ketentuan dan peraturan negara
pemenang lelang untuk menyelesaikan kewajiban yang dibuat oleh pemerintah, disahkan oleh
pelunasan lelang maupun pengurusan Risalah
Lelang. Semakin jauh jarak yang ditempuh
Halaman 2
KONSTRUKSI AKTA LELANG DIGITAL (DIGITAL Indonesia Rich Journal, Vol. 1, No. 1, (2020), 1-14
SIGNATURE) DI INDONESIA.
Lusiana Puspitaningrum1 dan Aditya wirawan2

parlemen (Dewan Perwakilan Rakyat, badan legislatif, Adapun hierarki yang diatur dalam Pasal 7 ayat
dsb) ditandatangani oleh kepala negara (presiden, 1 Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011 tentang
kepala pemerintah, raja), dan mempunyai kekuatan Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
yang mengikat. sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-
Berdasarkan pengertian di atas, dapat Undang Nomor 15 tahun 2019, memiliki tujuan
disimpulkan bahwa hierarki peraturan perundang- materi muatan dari rancangan peraturan mengenai
undangan adalah susunan atau tata urutan akta lelang digital telah sesuai materi muatan dalam
peraturan perundang-undangan yang sistematis dari hierarki paraturan. Adapun pengaturan risalah
kedudukan tertinggi ke kedudukan yang terendah. lelang diatur dalam Pasal 35 Vendu Reglement
Peraturan yang dibuat tidak boleh bertentangan (staatsblad 1908:189 sebagaimana telah diubah
dengan hierarki yang ada yakni tidak boleh terakhir dengan staatsblad 1941:3). Kedudukan
bertentangan dengan peraturan yang ada di atasnya. staatsblad belum memiliki kesebandingan dalam
Menurut Zainal Asikin (2012, 201) hal tersebut hierarki peraturan perundang-undangan di
dikenal dengan asas lex superior derogate legi Indonesia. Dengan penjelasan diatas, perlu untuk
inferior yaitu peraturan yang lebih tinggi menyusun materi muatan yang sesuai dengan Pasal
mengesampingkan yang lebih rendah. 35 Vendu Reglement (staatsblad 1908:189
Hierarki atau tata urutan peraturan perundang- sebagaimana telah diubah terakhir dengan
undangan di Indonesia mengacu pada Pasal 7 ayat 1 staatsblad 1941:3) tersebut.
Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011 tentang 2.2. Hierarki Peraturan Perundang-Undangan
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan Menurut Hans Kelsen
sebagaimana yang telah diubah dengan Undang- Menurut Hans Kelsen (2009:124) dalam Stufen
Undang Nomor 15 tahun 2019, menyatakan bahwa Theorie menyatakan bahwa norma-norma yang ada
jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan bentuknya berjenjang seperti hierarki. Norma yang
terdiri atas: lebih tinggi menjadi dasar bagi norma yang lebih
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik rendah. Adapun norma yang lebih rendah tidak
Indonesia Tahun 1945; dapat bertentangan dengan norma yang lebih tinggi.
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat; Begitu seterusnya hingga mencapai norma yang
c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah paling tinggi yang disebut dengan grundnorm.
Pengganti Undang-Undang; Hals Kelsen membagi norma-norma tersebut
d. Peraturan Pemerintah; menjadi empat kelompok antara lain:
e. Peraturan Presiden; a. Kelompok I : Staatsfundamentalnorm (Norma
f. Peraturan Daerah Provinsi; dan Fundamental Negara )
g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. b. Kelompok II : Staatgrundgesetz (Aturan
Berdasarkan tata urutan peraturan perundang- Dasar/Pokok Negara)
undangan di atas, maka kekuatan hukum ditentukan c. Kelompok III : Formell Gesetz (Undang-Undang
sesuai dengan hierarki yang ada. Semakin tinggi formal)
kedudukannya maka semakin tinggi pula kekuatan d. Kelompok IV : Verordnung En Autonome
hukumnya. Dalam hal ini peraturan yang lebih Satzung (Aturan Pelaksana dan Aturan
rendah tidak dapat bertentangan dengan peraturan Otonom).
yang lebih tinggi. Dengan kata lain apabila terdapat Tujuan menggunakan Stufen Theorie bertujuan
peraturan yang bertentangan dengan peraturan untuk menganalisis materi muatan dalam menyusun
yang berada di atasnya maka peraturan tersebut suatu peraturan perundang-undangan yang sesuai.
dianggap sudah tidak berlaku lagi. Materi muatan yang sesuai berakibat bahwa
Berdasarkan Pasal 8 ayat 2 Undang-Undang rancangan peraturan mengenai akta lelang digital
Nomor 12 tahun 2011 peraturan-peraturan tersebut telah sesuai dengan peraturan yang lebih tinggi
dapat diakui keberadaannya dan mempunyai maupun sederajat.
kekuatan hukum mengikat. Hal tersebut berlaku Berdasarkan Stufenbau Theory, A. Hamid S.
sepanjang diperintahkan oleh Peraturan Perundang- Attamimi membandingkan dan menerapkannya
undangan yang lebih tinggi atau dibentuk dalam hierarki tata hukum di Indonesia sebagai
berdasarkan kewenangan yang ada. berikut:
Selanjutnya, dalam penyusunan peraturan a. Staatsfundamentalnorm: Pancasila (Pembukaan
Perundang-Undangan juga harus memerhatikan Undang-Undang Dasar Negara Republik
peraturan lain yang ada dan relevan dengan Indonesia tahun 1945);
peraturan tersebut. Sehingga peraturan yang akan b. Staatsgrundgesetz: Batang Tubuh Undang-
dibuat tidak akan menimbulkan disharmonisasi atau Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
pertentangan antar peraturan-peraturan yang ada, 1945, Ketetapan Majelis Permusyawaratan
baik dengan peraturan yang setingkat maupun yang Rakyat, dan Konvensi Ketatanegaraan;
berbeda tingkatan c. Formell gesetz: Undang-Undang.

Halaman 3
KONSTRUKSI AKTA LELANG DIGITAL (DIGITAL Indonesia Rich Journal, Vol. 1, No. 1, (2020), 1-14
SIGNATURE) DI INDONESIA.
Lusiana Puspitaningrum1 dan Aditya wirawan2

d. Verordnung en Autonome Satzung: Secara d. Harga yang dihasilkan berasal dari penawaran
hierarkis mulai dari Peraturan Pemerintah lisan baik itu dengan sistem meningkat maupun
hingga Keputusan Bupati atau Walikota menurun;
2.3. Pengertian Lelang e. Dapat juga dilakukan penawaran secara tertulis;
Lelang berasal dari bahasa latin “auctio” yang f. Peserta dengan penawaran tertinggi dan
berarti peningkatan harga secara bertahap. melebih nilai limit ditetapkan sebagai Pemenang
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor Lelang
27/PMK.06/2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan g. Setiap pelaksanaan lelang harus disertai dengan
Lelang, pengertian lelang adalah penjualan barang pembuatan Risalah Lelang.
yang terbuka untuk umum dengan penawaran harga 2.4. Asas-Asas Lelang
secara tertulis dan/atau lisan yang semakin Menurut Rochmat Soemitro, Asas-asas yang
meningkat atau menurun untuk mencapai harga mendasari ketentuan dalam pelaksanaan lelang
tertinggi, yang didahului dengan pengumuman (Rochmat Soemitro, 1987:8) antara lain:
lelang. a. Asas Transparansi
Berdasarkan pengertian di atas, lelang dapat Transparan yang dimaksud disini adalah suatu
diartikan sebagai proses transaksi jual beli barang keterbukaan yang mana seluruh lapisan masyarakat
atau jasa dengan penawaran meningkat atau dapat mengetahui dan mengakses informasi dari
menurun yang dapat diikuti oleh khalayak umum suatu pelaksanaan lelang.
yang telah memberikan uang jaminan (peserta b. Asas Persaingan
lelang) di hadapan pejabat lelang yang mana Peserta lelang akan bersaing dan peserta
penawaran tertinggi yang melampaui nilai limit akan dengan penawaran tertinggi dan berada di atas
ditetapkan sebagai pemenangnya. harga limit akan ditetapkan sebagai pemenang
Lelang mulai dikenal di Indonesia sejak tahun lelang.
1740 saat Vereenigde Oostindische Compagnie c. Asas Kepastian
(VOC) melakukan lelang (penjualan) atas komoditas Independensi Pejabat Lelang dalam
hasil perkebunan mereka. Secara resmi lelang masuk menetapkan pemenang lelang. Selain itu pemenang
di Indonesia pada tahun 1908. Hal ini ditandai lelang yang telah melunasi kewajibannya, dipastikan
dengan berlakunya Vendu Reglement Staatsblad akan memperoleh objek lelang beserta
1908 No.189 dan Vendu Instructie Staatsblad 1908 dokumennya.
No.190. d. Asas Pertanggungjawaban
Segala sesuatu yang dilakukan oleh pemerintah
Balai Lelang dan DJKN cq. KPKNL selaku harus dapat dipertanggungjawabkan kepada semua
penyelenggara lelang di Indonesia, hingga saat ini pihak. Dalam hal ini Pejabat Lelang berperan
masih berpedoman pada Vendu Reglement sebagai mengawasi jalannya pelaksanaan lelang baik dari sisi
dasar hukum dalam pelaksanaan lelang. Vendu pengelolaan bea lelang, administrasi, serta
Reglement merupakan peraturan setingkat pembuatan akta lelang.
peraturan pemerintah yang termuat di dalam e. Asas Efisiensi
Ordonantie, yaitu peraturan yang dibentuk oleh Pelaksanaan lelang dilakukan pada suatu waktu
Gubernur Jenderal dan Dewan Rakyat. Seiring dan tempat tertentu yang mana penetapan
perkembangan zaman, peraturan ini terus pemenang lelang dilakukan saat itu juga, sehingga
berkembang yang ditandai dengan ditetapkannya diperoleh efisiensi biaya dan waktu.
peraturan-peraturan terkait lelang dengan 2.5. Teori Tujuan Hukum Menurut Gustav
kedudukan di bawahnya. Radbruch
Sebagai salah satu skema jual beli yang ada di Berdasarkan Pasal 1 ayat 3 dinyatakan bahwa
Indonesia, lelang memiliki ciri khas tersendiri yang Indonesia adalah negara hukum. Oleh karena itu
membedakannya dengan skema penjualan lainnya. hukum menjadi hal krusial yang harus diperhatikan
Pelaksanaan lelang harus didahului dengan dalam penyelenggaraan suatu negara. Menurut S.M.
pengumuman lelang yang bertujuan untuk Amin, tujuan hukum adalah untuk mewujudkan
mengumpulkan peserta lelang dan juga social ketertiban dalam pergaulan manusia, sehingga
control. Adapun pelaksanaan lelang ini harus keamanan dan ketertiban terpelihara. Adapun teori
dilakukan di hadapan Pejabat Lelang. Berikut adalah tujuan hukum yang dicetuskan oleh Gustav
unsur-unsur yang ada dalam lelang: Radbruch menguraikan bahwa tujuan hukum
a. Dilakukan pengumuman lelang terlebih dahulu; meliputi keadilan, kemanfaatan, dan kepastian
b. Dilakukan pada tempat dan waktu telah hukum. Hukum yang baik adalah hukum yang
ditentukan sebelumnya; memuat ketiga aspek tersebut. Namun
c. Dilakukan oleh dan/atau di hadapan Pejabat pelaksanaannya di lapangan, hal tersebut sulit untuk
Lelang; diwujudkan. Setiap aspek memiliki nilai tuntutan
yang berbeda satu dengan lainnya.

Halaman 4
KONSTRUKSI AKTA LELANG DIGITAL (DIGITAL Indonesia Rich Journal, Vol. 1, No. 1, (2020), 1-14
SIGNATURE) DI INDONESIA.
Lusiana Puspitaningrum1 dan Aditya wirawan2

Sehingga antar aspek memiliki potensi saling tujuan adanya suatu hukum selain keadilan dan
bertentangan dan mengakibatkan ketegangan dalam kepastian hukum adalah untuk memberikan manfaat
penyelenggaraan hukum. Berikut adalah ketiga dan kebahagiaan sebesar-besarnya kepada
aspek tujuan hukum menurut Gustav Radbruch: masyarakat. Tanpa adanya hukum, kebahagiaan
a. Keadilan akan sukar untuk diwujudkan.
Tujuan hukum yang paling sering dibicarakan c. Kepastian Hukum
sepanjang perjalananan sejarah filsafat hukum Kepastian hukum berkaitan erat dengan tata
adalah Keadilan (Dardji Darmojo 2006, 155). kehidupan dalam bermasyarakat. Pada dasarnya
Berdasarkan kajian filsafat hukum, keadilan dapat kepastian hukum bersifat normatif. Aspek ini
tercipta apabila memenuhi prinsip tidak merugikan merujuk pada pelaksanaan tata kehidupan yang
seseorang dan berperilaku sesuai dengan hak dan jelas, teratur, konsisten, dan tidak dapat dipengaruhi
kewajibannya masing-masing. Adapun menurut oleh keadaan-keadaan yang sifatnya subjektif.
Sanusi (Sanusi, 2011: 621), suatu kegiatan dapat Kepastian hukum memberikan jaminan
dikatakan adil apabila memenuhi kedua prinsip perlindungan dan akan meningkatkan kepercayaan
tersebut. masyarakat terhadap hukum. Pelaksanaan hukum
Nilai dasar dalam tujuan hukum adalah menjadi tidak mengenal adanya anomali bagi
keadilan, selain kemanfaatan dan kepastian hukum. individu, badan hukum, maupun oknum-oknum
Arti keadilan itu sendiri adalah menempatkan segala pemerintah. Adapun efektivitas hukum dapat dinilai
sesuatu sesuai dengan porsinya. Suatu tindakan dari kepastian hukum itu sendiri (Theo Huijbers
dikatakan adil jika dalam pendistribusian tersebut 2010, 119). Oleh karena itu kepastian hukum dapat
tidak menimbulkan suatu kesenjangan. terjamin apabila pemerintah memiliki sarana yang
Aspek keadilan mempunyai peran dan memadai untuk menyusun, menetapkan, dan
kedudukan yang dominan dalam pelaksanaan memastikan peraturan-peraturan yang ada.
hukum yang diperkuat dengan pernyataan Gustav
yang menyatakan bahwa rechct ist wille zur 3. METODE PENELITIAN
gerechtigkeit” yang artinya hukum adalah kehendak 3.1. Jenis Data
demi untuk keadilan. Hukum pada dasarnya Data yang digunakan dalam karya tulis ini
merupakan sarana untuk menciptakan adalah data kualitatif, berupa gambaran umum
kesejahteraan sosial. Penyelenggaraan hukum yang obyek penelitian.
tidak mengacu pada keadilan akan mencederai 3.2. Sumber Data
tujuan utama suatu hukum diciptakan. Tanpa Sumber data yang digunakan penulis dalam
adanya keadilan, hukum akan terperangkap dalam penelitian ini adalah sumber data primer dan
permainan kesewenang-wenangan para pihak sekunder. Sumber data primer diperoleh dari hasil
penguasa. wawancara dengan Kepala KPKNL Yogyakarta, Kasie
b. Kemanfaatan Lelang, Pejabat Lelang dan pemangku
Keberadaan hukum bertujuan memberikan kepentingan/pengguna layanan lelang di wilayah
keamanan, ketertiban, serta kesejahteraan bagi kerja Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang
masyarakat. Kemanfaatan menjadi unsur penting Yogyakarta.
dalam cita suatu hukum selain keadilan dan 3.3. Teknik Pengumpulan Data
kepastian hukum. Menurut penganut mahzab Data-data yang diperlukan diperoleh melalui
utilitarianisme, tujuan hukum yang utama adalah metode wawancara dan studi pustaka berupa
mampu memberikan manfaat bagi masyarakat dan sumber buku, berita media masa, jurnal, artikel, dan
lingkungan sekitar. Bentham dalam karyanya yang peraturan-peraturan yang relevan dengan topik
berjudul “Introduction to the Principles of Morals yang dibahas.
and Legislation” (1789) berpendapat bahwa
keberadaan hukum dan negara semata-mata untuk 3.4. Teknik Analisis Data
menciptakan manfaat yang sejati yaitu Adapun teknik analisis data yang digunakan
kebahagiaan/kemanfaatan bagi masyarakat secara dalam karya tulis ini adalah teknik analisis model
luas. interaktif (interactive model of analysis) yang terdiri
Menurut Gustav, terciptanya suatu hukum dari reduksi data, penyajian data, dan yang terakhir
ditujukan untuk memberikan suatu kemanfaatan. adalah penarikan kesimpulan dan verifikasinya.
Pernyataan tersebut sejalan dengan pemikiran aliran 3.5. Teknik Validasi Data
utilitas, yang mana tujuan hukum semata-mata Penelitian ini menggunakan analisis triangulasi
untuk menciptakan kebahagiaan atau kemanfaatan dalam menguji validitas data. Analisis triangulasi
bagi masyarakat suatu negara. merupakan kegiatan menganalisis jawaban subjek
Kemanfaatan pada umumnya dipahami sebagai dengan meneliti kebenarannya terhadap data
kesesuaian yang harus ada untuk mencapai suatu empiris yang ada atau berdasarkan sumber lainnya.
tujuan. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa

Halaman 5
KONSTRUKSI AKTA LELANG DIGITAL (DIGITAL Indonesia Rich Journal, Vol. 1, No. 1, (2020), 1-14
SIGNATURE) DI INDONESIA.
Lusiana Puspitaningrum1 dan Aditya wirawan2

4. HASIL PENELITIAN
4.1. Urgensi Akta Lelang Digital Dalam rangka simplifikasi proses bisnis lelang
a. Peningkatan Kualitas Layanan dalam Sektor yang lebih efisien dan efektif, Direktorat Lelang DJKN
Lelang tengah menyusun Rancangan Peraturan Menteri
Lelang telah dikenal di Indonesia sejak zaman Keuangan (RPMK) mengenai Petunjuk Pelaksanaan
kolonial Belanda. Namun kegiatan lelang di Lelang. Penyusunan RPMK ini merupakan upaya
Indonesia masih jarang digunakan secara sukarela penyempurnaan dan penyederhanaan dari PMK
oleh masyarakat. Stigma negatif masyarakat Nomor 27/PMK.06/2016, PMK Nomor
terhadap lelang sering dikaitkan dengan eksekusi 90/PMK.06/2016, dan PMK 13/PMK.06/2018.
pengadilan. Selain itu, mekanisme lelang yang Adapun RPMK ini juga ditujukan untuk
terlalu rigid juga menjadi alasan mengapa lelang mengintegrasikan beberapa hal yang terkandung
kurang diminati di Indonesia. Seperti halnya dalam Peraturan Direktur Jenderal Kekayaan Negara
mekanisme pembuatan Risalah Lelang yang belum Nomor 2/KN/2017 tentang Petunjuk Teknis
dilakukan secara otomatis Pelaksanaan Lelang.
Adapun dalam setiap pelaksanaan lelang harus Sejalan dengan hal tersebut, DJKN selaku
disertai dengan pembuatan Risalah Lelang, sekalipun regulator dalam bidang lelang tengah menggalakkan
lelang tersebut tidak ada peminat (TAP). Ketentuan penyusunan Rancangan Undang-Undang tentang
terkait kewajiban pembuatan Risalah Lelang dalam Perlelangan. Disebutkan dalam RUU Perlelangan
setiap pelaksanaan lelang mengacu pada Pasal 35 tersebut bahwa kedepannya Risalah Lelang dapat
Vendu Reglement yang berbunyi, “Dari tiap-tiap dibuat dan disimpan dalam bentuk digital. Dengan
penjualan umum yang dilakukan oleh juru lelang demikian pembuatan Akta Lelang Digital diyakini
atau kuasanya, selama penjualan, untuk tiap-tiap dapat lebih efektif, tidak lagi memakan banyak
hari pelelangan atau penjualan harus dibuat berita waktu.
acara tersendiri.” Kemudian pada Pasal 85 ayat 1 Berbicara mengenai Akta Lelang Digital, maka
Peraturan Menteri Keuangan Nomor hal tersebut menandakan bahwa pembuatan Akta
27/PMK.06/2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang Digital tidak lagi dilakukan secara manual.
Lelang, disebutkan juga bahwa Pejabat Lelang yang Namun kedepannya Akta Lelang itu akan dibuat,
melaksanakan lelang wajib membuat Risalah Lelang. dicetak, maupun disimpan melalui platform yang
Oleh karena itu, dalam setiap pelaksanaan lelang sudah terintegrasi dengan proses lelang lainnya.
harus dibuat berita acara tersendiri. Selain itu, Akta Lelang Digital dapat mengurangi
Sebagai hal wajib yang harus dibuat dalam kebutuhan akan security paper. Sehingga biaya yang
setiap pelaksanaan lelang, pembuatan Risalah dikeluarkan pun dapat ditekan.
Lelang menjadi pekerjaan yang sangat menyita Berdasarkan Pasal 60 ayat 1, Peraturan
waktu, tenaga, dan biaya. Kenaikan frekuensi lelang Pemerintah Nomor 71 Tahun 2019 tentang
yang luar biasa pada sembilan tahun terakhir, Penyelenggaraan Sistem Transaksi Elektronik
memungkinkan timbulnya masalah tersendiri dalam menyatakan bahwa tanda tangan elektronik
pembuatan Risalah Lelang seperti: berfungsi sebagai alat autentikasi dan verifikasi atas:
a. Adanya unsur kekhilafan yang dilakukan KPKNL identitas Penanda Tangan dan keutuhan dan
seperti tidak mencantumkan irah-irah pada keautentikan Informasi Elektronik. Dalam konteks
Risalah Lelang sehingga dapat menimbulkan tersebut, Narasumber 11 menyatakan bahwa Akta
masalah hukum; Lelang Digital dinyatakan sah sebagai dokumen
Tingginya persentase kemungkinan kesalahan elektronik apabila disertai dengan tanda tangan
redaksional dalam Risalah Lelang, seperti elektronik (digital signature) di dalamnya, kecuali
kesalahan penulisan spesifikasi kendaraan ditentukan lain oleh Undang-Undang. Pejabat Lelang
bermotor. Implikasi dari kesalahan tersebut dapat menandatangani kapan saja tanpa terbatas
menyebabkan objek lelang tidak dapat oleh tempat dan waktu. Penerapan Akta Lelang
dilakukan proses balik nama; Digital akan lebih membantu Pejabat Lelang dalam
b. Pemborosan dalam penggunaan security paper memberikan pelayanan yang efisien dan efektif.
dikarenakan rawan terjadinya salah tulis yang Dengan demikian menurut narasumber 12,
mana security paper tidak dapat digunakan moderninasi Risalah Lelang dalam bentuk digital
apabila salah cetak atau cacat sehingga security dapat meningkatkan utilitas dalam pelayanan lelang.
paper tersebut harus dimusnahkan;
c. Pejabat Lelang menjadi kurang responsif atau
cekatan dikarenakan beban kerja yang
menumpuk; 1
d. Membutuhkan banyak space untuk Wawancara, hari senin, tanggal 20 April 2020, jam
penyimpanan Minuta Risalah Lelang; 08.00 WIB
2
e. Keterlambatan pembuatan Risalah Lelang Wawancara, hari senin, tanggal 20 April 2020, jam
08.00 WIB
Halaman 6
KONSTRUKSI AKTA LELANG DIGITAL (DIGITAL Indonesia Rich Journal, Vol. 1, No. 1, (2020), 1-14
SIGNATURE) DI INDONESIA.
Lusiana Puspitaningrum1 dan Aditya wirawan2

Peningkatan kualitas layanan lelang tidak dapat untuk sampai ke KPKNL yang bersangkutan.
dipisahkan dari yang namanya penyederhanaan Dikatakan efisien dan efektif apabila jarak yang
proses bisnis lelang. Sehingga sangat diperlukan ditempuh tidak terlalu jauh. Mengingat semakin
pengambilan kebijakan yang representatif dan bersifat jauh jarak yang ditempuh maka semakin besar pula
dapat diterapkan dengan segera. Peraturan ini dapat waktu dan biaya yang dikeluarkan.
berupa Undang-Undang Perlelangan dan/atau Pengertian jarak disini adalah ukuran ruang
Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur lebih (jauh dekat) antara satu benda dengan benda
spesifik mengenai Akta Lelang Digital. lainnya yang diukur dengan satuan meter. Dalam hal
b. Penyesuaian Bisnis Lelang di Era Digital ini peneliti menggunakan 4 kategori jarak yakni
Perkembangan zaman yang begitu cepat dekat, sedang, jauh, dan sangat jauh. Kategori ini
menuntut adanya kesiapan untuk menyesuaikan berdasarkan perhitungan data alamat pemenang
diri. Tanpa adanya upaya perbaikan dan lelang pada KPKNL Yogyakarta sesuai dengan
pembaharuan pada sektor lelang, maka skema lampiran nomor satu.
penjualan lelang akan semakin tertinggal dan
tenggelam. Dalam menjawab tantangan global ini, Berdasarkan data alamat pembeli lelang pada
DJKN telah berhasil menciptakan lelang secara KPKNL Yogyakarta perbulan Mei tahun 2020,
online (e-auction). diperoleh jarak terjauh antara alamat pembeli lelang
Penerapan e-auction ini terbukti berhasil dengan KPKNL Yogyakarta sebesar 1.792 kilometer
meningkatkan daya tarik masyarakat terhadap dan jarak terdekat 1,30 kilometer. Adapun dasar
lelang. Frekuensi lelang di Indonesia meningkat pengkategorian ini adalah nilai kuartil dari data
sangat tajam selama sembilan tahun terakhir. tersebut. Hasil pengkategorian jarak dapat dilihat
Namun meningkatnya frekuensi lelang ini tidak serta sebagai berikut:
merta menandakan bahwa perkembangan lelang di Tabel 1.Kategorisasi Data Alamat Pembeli
Indonesia berjalan dengan cepat. Seperti halnya Kategori Interval Frekuensi Persentase
lelang yang belum mengusung otomatisasi pada (km) (%)
proses bisnisnya terutama dalam mekanisme Dekat ≤ 8,5 16 24,6
pembuatan Risalah Lelang. Selain itu, peraturan Sedang >8,5 – 63,3 17 26,2
yang terlalu rigid menjadi salah satu penyebab Jauh >63,3 – 396 16 24,6
kurang berkembangnya lelang di Indonesia Sangat >396 16 24,6
khususnya prosedur dalam penyelesaian lelang atau Jauh
yang sering disebut pascalelang. Total 65 100
Berdasarkan data hasil wawancara dengan Sumber:Diolah dari data alamat pembeli KPKNL
beberapa Pemenang Lelang3 di KPKNL Yogyakarta, Yogyakarta
dapat dikatakan bahwa dalam pelaksanaan lelang Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui
belum memfasilitasi adanya otomatisasi dan bahwa alamat pembeli lelang yang jaraknya dibawah
digitalisasi, sehingga kurang efektif dan efisien. atau sama dengan 8,5 km dalam kategori dekat
Dalam hal pemenang lelang telah menyelesaikan terdapat 16 orang (24,6%). Sebanyak 17 pembeli
kewajibannya bukan berarti Kutipan Risalah Lelang lelang (26,2%) memiliki kategori jarak sedang.
dapat langsung diperolehnya. Pemenang lelang Sedangkan dalam kategori jauh dan sangat jauh
harus mempunyai kuitansi sebagai bukti telah memiliki frekuensi masing-masing 16 orang atau
dilakukan penyelesaian kewajiban yang diterbitkan setara dengan 24,6%. Semakin jauh jarak yang
oleh bendahara penerima KPKNL. Setelah itu, ditempuh pemenang lelang untuk ke KPKNL akan
pemenang lelang diharuskan mengajukan semakin besar pula waktu dan biaya yang harus
permohonan Kutipan Risalah Lelang kepada KPKNL dikeluarkan.
yang bersangkutan. Meskipun hal tersebut dapat Data di atas menunjukkan salah satu
diwakilkan oleh seseorang yang ditunjuk sebagai keberhasilan lelang secara online (e-auction) karena
kuasa dari pemenang lelang namun tetap saja dapat menggaet peserta lelang dari mana saja tidak
kurang efisien. Terdapat beberapa faktor yang dirasa terbatas dimana pun keberadaannya. Namun
berpengaruh dalam efisiensi dan efektifitas pada permasalahannya adalah belum sepenuhnya e-
pascalelang. Salah satu penyebabnya adalah jarak, auction dilakukan secara online dan penggunaan
waktu, maupun biaya. pelayanan publik yang berbasis internet belum bisa
Efisiensi dan efektifitas ini dapat dilihat dari dilakukan secara optimal. Sehingga menimbulkan
jarak yang harus ditempuh oleh pemenang lelang4 inefisiensi dalam pelaksanaannya.
Hal ini dapat dilihat dari latar belakang
3 pendidikan masyarakat Indonesia yang majemuk.
Wawancara, hari selasa, tanggal 10 Maret 2020, jam
Selanjutnya diperkuat dengan survei Pusat
08.00 WIB
4 Penelitian Perkembangan IPTEK yang dilakukan oleh
Wawancara, hari kamis, tanggal 12 Maret 2020, jam
LIPI, yang mana dari 1.829 responden yang berasal
08.00 WIB
Halaman 7
KONSTRUKSI AKTA LELANG DIGITAL (DIGITAL Indonesia Rich Journal, Vol. 1, No. 1, (2020), 1-14
SIGNATURE) DI INDONESIA.
Lusiana Puspitaningrum1 dan Aditya wirawan2

dari 10 kota di Indonesia, 54% diantaranya dianggap konsep, bentuk, dan juga platform yang akan
kurang mampu memahami isu-isu yang berkaitan digunakan. Baik itu membuat platform baru maupun
dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sehingga mengembangkan platform yang sudah ada. Selain
adanya digitalisasi suatu business process dalam itu, perlu dilakukan perancangan secara detail
pemerintahan perlu disertai dengan regulasi yang terkait mekanisme pembuatannya, pihak-pihak yang
memadai. Salah satunya dengan simplifikasi dan dapat mengakses layanan tersebut, serta regulasi
digitalisasi pada mekanisme pembuatan dan yang mengaturnya.
pencetakan Risalah Lelang termasuk turunannya Kesiapan platform ini harus memerhatikan
yang berbasis web (online). Hal ini menandakan dari segi kenyamanan dan keamanan yang ada.
adanya peralihan dari Risalah Lelang menjadi Akta Salah satu yang harus diperhatikan adalah sistem
Lelang Digital. penyimpanan. Server yang ada harus bisa
Transformasi Risalah Lelang menjadi Akta terlindungi dari malware, virus, atau hal-hal lain
Lelang Digital perlu disertai dengan rancangan yang dapat mengganggu penyimpanan Akta Lelang
framework atau platform sebagai wadah Digital.
pengembangan inovasi ini. Berdasarkan fakta-fakta 3. Ketersediaan Anggaran
yang ada di lapangan, hal lain yang melatarbelakangi Kedua faktor diatas tentu memerlukan
adanya pengembangan pelayanan lelang berbasis anggaran yang tidak sedikit. Perlu adanya riset dan
teknologi antara lain: percobaan untuk menyiapkan segalanya secara
a. Proses bisnis lelang yang kurang optimal karena matang. Selain itu untuk menciptakan Pejabat
lini pelayanan masih dilakukan secara manual, Lelang yang professional dan kompeten perlu
belum dilakukan secara otomatis by system. mengeluarkan dana yang cukup besar seperti untuk
b. Proses bisnis lelang dan dokumen terkait keperluan diklat/pelatihan, studi banding, maupun
pelaksanaan lelang yang belum terintegrasi satu penelitian.
sama lain. Sehingga perlu adanya simplifikasi dan Kedepannya, inovasi Akta Lelang Digital ini
digitalisasi dalam proses bisnis lelang maupun diharapkan dapat memberikan efisiensi waktu pada
dokumen lelang. pembuatan dan pengurusan Risalah Lelang. Selain
c. Penyimpanan dan pengelolaan arsip/data lelang itu bertujuan untuk meminimalisasi terjadinya
masih dilakukan secara manual, belum human error. Karena pada dasarnya pembuatan
mendasarkan pada mekanisme pengarsipan Risalah Lelang masih dilakukan secara manual
secara efektif, aman, dan digital. Oleh karena itu, menggunakan Microsoft Word. Dengan terciptanya
perlu adanya digitalisasi produk hukum lelang. otomatisasi dan integrasi dalam proses bisnis lelang,
Namun permasalahan yang dihadapi saat ini mencakup tahap permohonan lelang online
adalah sumber daya manusia yang kurang cakap (pralelang), portal lelang Indonesia (pelaksanaan
dalam mengaplikasikan teknologi, kebiasaan lelang) dan proses pengurusan Risalah Lelang
masyarakat yang sulit menerima hal-hal baru, dan (pascalelang), maka digitalisasi lelang diharapkan
ketidaktahuan masyarakat terhadap sistem yang dapat mewujudkan adanya one day service.
ada. Tantangan lain yang dihadapi DJKN dalam Selanjutnya, pelaksanaan lelang pada
mewujudkan digitalisasi Akta Lelang terhambat oleh umumnya akan mengakibatkan terjadinya peralihan
beberapa faktor seperti: suatu hak. Peralihan hak tersebut hanya dapat
1. Sumber Daya Manusia dilakukan dengan adanya Kutipan Risalah Lelang
Pejabat yang berwenang membuat Risalah yang dibuat oleh Pejabat Lelang. Prosedur ini diatur
Lelang adalah Pejabat Lelang. Untuk menuju dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997
digitalisasi Akta Lelang, diperlukan Pejabat Lelang tentang Balik Nama Karena Lelang. Pada Pasal 41
yang kompeten baik secara teknis maupun dijelaskan bahwa pemindahan hak dengan lelang
nonteknis. Karena perlu adanya adaptasi bagi hanya dapat didaftarkan dengan Kutipan Risalah
Pejabat Lelang, yang semula dalam bentuk fisik Lelang oleh Pejabat Lelang baik lelang eksekusi
berubah menjadi bentuk digital. maupun non eksekusi.
Pejabat Lelang yang dimaksud disini tidak Berdasarkan data yang diperoleh dari
hanya Pejabat Lelang kelas I, melainkan juga Pejabat wawancara dengan Narasumber 15 , proses
Lelang kelas II. Sehingga perlu adanya pelatihan peralihan hak dengan Akta Lelang Digital adalah
lebih lanjut untuk menghasilkan Pejabat Lelang yang sama sepanjang sarana dan prasarananya sudah
kompeten. Kompeten yang dimaksud adalah sesuai terakomodir. Selain itu peraturan terkait digitalisasi
dengan standar kompetensi jabatan yang berlaku. yang dimiliki oleh pihak instansi yang berwenang
2. Kesiapan Platform dengan balik nama juga berpengaruh terhadap
Penerapan Akta Lelang Digital berarti proses prosedur peralihan hak. Namun apabila pihak
pembuatan Akta Lelang sudah sepenuhnya
dilakukan secara digital atau elektronik. Oleh karena
5
itu, perlu adanya persiapan yang matang mengenai Wawancara, hari senin, tanggal 20 April 2020, jam
08.00 WIB
Halaman 8
KONSTRUKSI AKTA LELANG DIGITAL (DIGITAL Indonesia Rich Journal, Vol. 1, No. 1, (2020), 1-14
SIGNATURE) DI INDONESIA.
Lusiana Puspitaningrum1 dan Aditya wirawan2

instansi terkait tidak memungkinkan dilakukan dilakukan paling lambat 5 (lima) hari kerja dan
secara digital, maka Akta Lelang Digital harus diubah dilakukan secara tunai. Apabila lebih dari 5 (hari)
menjadi Akta Lelang secara konvensional (tertulis). kerja belum dilakukan pelunasan, maka uang
Oleh karena ini digitalisasi Akta Lelang perlu jaminan Pemenang Lelang yang berkisar 20% hingga
dilakukan untuk memberikan pelayanan yang prima, 50% tidak akan dikembalikan dan masuk ke kas
efisien, dan efektif. Selain itu digitalisasi Akta Lelang negara.
juga diperlukan untuk menghadapi kondisi-kondisi Menurut Narasumber 36 menyatakan bahwa adanya
tidak terduga seperti saat ini yaitu pandemi Covid-19 perbedaan terkait ketentuan jadwal waktu pelunasan
dimana protokol kesehatan mengharuskan setiap lelang dapat menimbulkan ketidakpastian hukum.
proses dilakukan dengan kontak fisik (tatap muka) Dalam pelaksanaannya, jadwal pelunasan lelang
seminimal mungkin. mengacu pada Pasal 79 Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 27 tahun 2016 yakni 5 (lima) hari kerja.
c. Ketidakmampuan Vendu Reglement Karena 5 (lima) hari kerja dianggap lebih efektif
Menghadapi Perkembangan Zaman dibandingkan dengan 3 (tiga) bulan. Sehingga Pasal 22
Vendu Reglement yang lahir sejak zaman Hindia Vendu Reglement sudah tidak efektif lagi untuk
Belanda ini, sudah tidak relevan dengan kondisi dan digunakan menurut narasumber 47.
situasi saat ini seperti nominal bea lelang, nominal 1. Pemberian Kredit
denda, pemberian kredit, kewenangan Pejabat Dalam Vendu Reglement dijelaskan bahwa
Lelang, serta jangka waktu pelunasan lelang. Berikut adanya kemungkinan pelunasan pokok dan bea
beberapa pasal dalam Vendu Reglement yang sudah lelang dilakukan secara kredit. Ketentuan tersebut
tidak sesuai dengan kondisi saat ini: tercantum pada Pasal 25 Vendu Reglement yang
1. Kewenangan Pejabat Lelang menyatakan bahwa pembayaran secara kredit
Vendu Reglement menyatakan bahwa setiap dimungkinkan terjadi tergantung dari kebijaksanaan
pelaksanaan lelang harus dilakukan oleh Pejabat juru lelang, Adapun dalam pasal tersebut disebutkan
Lelang. Hal tersebut telah sesuai dengan Pasal 2 pihak-pihak yang tidak diperkenankan untuk
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 27 tahun 2016 melakukan pembayaran secara kredit kecuali dalam
yang mana setiap pelaksanaan lelang harus keadaan lain yang ditentukan oleh pasal tersebut.
dilakukan oleh dan/atau di hadapan Pejabat Lelang Namun dalam Peraturan Menteri Keuangan
kecuali ditentukan lain oleh Undang-Undang atau Nomor 27/PMK.06/2016 tidak terdapat ketentuan
Peraturan Pemerintah. Namun berdasarkan Pasal 2 yang mengatur tentang pembayaran kredit. Dalam
Vendu Reglement terdapat keleluasaan Pejabat pasal 79 hanya disebutkan bahwa pembayaran
Lelang untuk memberikan kuasa kepada orang lain pokok dan bea lelang harus dilakukan paling lambat
untuk melaksanakan lelang. Adapun orang yang 5 (lima) hari kerja dan dilakukan secara tunai.
ditunjuk akan dianggap seolah-olah sebagai Pejabat Pelunasan pokok dan bea lelang secara kredit
Lelang. dimungkinkan untuk dilakukan namun harus ada
Hal tersebut disebabkan karena kondisi pada peraturan pelaksanaan yang mengaturnya agar ada
saat disusunnya Vendu Reglement dengan saat ini kepastian hukum yang jelas.
sangat berbeda. Ketentuan yang tertuang pada Pasal
2 Vendu Reglement ditujukan untuk meringankan Selain itu, dalam Vendu Reglement masih
beban kerja Pejabat Lelang pada saat itu. Mengingat terbatas mengatur pelaksanaan lelang secara
jumlah Pejabat Lelang pada saat itu masih sangat sentralistik pada Pejabat Lelang dan Pemerintah
sedikit sehingga tidak mampu mencakup semua selaku operator lelang. Di samping itu, lelang yang
wilayah. dimaksud pada Vendu Regelement adalah untuk
Berbeda dengan Pejabat Lelang saat ini yang melindungi kepentingan Pejabat Hindia Belanda
jumlahnya sudah cukup memenuhi kebutuhan pada saat itu. Oleh karena itu, ketentuan yang diatur
setiap daerah. Sehingga tidak diperlukan adanya di dalamnya dirasa belum memberikan perlindungan
pemberian kuasa dalam melaksanakan lelang oleh hukum yang memadai bagi pemohon lelang maupun
Pejabat Lelang. Oleh karena itu, ketentuan pada pemenang lelang. Ditambah lagi peraturan dalam
Pasal 2 Vendu Reglement sudah tidak sesuai untuk Vendu Reglement belum memuat adanya proses
digunakan pada kondisi sekarang. bisnis secara digital seperti pelaksanaan lelang
2. Jangka Waktu Pelunasan Lelang berbasis internet.
Berdasarkan Pasal 22 Vendu Reglement
dinyatakan bahwa jangka waktu pelunasan lelang
dilakukan dalam waktu tiga bulan. Hal tersebut tidak
relevan dengan jadwal pelunasan lelang yang
6
dilakukan saat ini, yang mana diatur pada Pasal 79 Wawancara, hari selasa, tanggal 27 Mei 2020, jam
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 27 tahun 2016 11.00 WIB
7
bahwa pembayaran pokok dan bea lelang harus Wawancara, hari Selasa, tanggal 25 Juni 2020, jam
09.00 WIB
Halaman 9
sempurna. Hal tersebut tidak hanya memberikan
Vendu Reglement sebagai pedoman dalam kepastian hukum saja tetapi menjamin juga adanya
pelaksanaan lelang, seharusnya memuat peraturan keadilan. Namun tidak adanya peraturan yang
yang sejelas mungkin. Namun faktanya, Vendu mengatur mengenai Akta Lelang Digital akan
Reglement sudah tidak mampu mengakomodir menjadikan celah bagi pihak-pihak tertentu untuk
kebutuhan hukum saat ini. Oleh karena itu, memeroleh keuntungan Oleh karena itu, adanya
pemerintah terus melakukan upaya pembaharuan pembaharuan peraturan terkait lelang khususnya
dan perbaikan regulasi dengan penyusunan mengenai Akta Lelang Digital diharapkan keadilan
Rancangan Undang-Undang Perlelangan dapat lebih terjamin.
menggantikan Vendu Reglement. Hal tersebut
menjadi langkah fundamental bagi lelang dalam b. Aspek Kemanfaatan
menghadapi tantangan globalisasi. Moderninasi Risalah Lelang dalam bentuk digital
tidak hanya menguntungkan bagi penggunaan
4.2. Tinjauan Akta Lelang Digital (Digital layanan saja namun juga bagi pihak penyelenggara
Signature) Berdasarkan Aspek Keadilan, lelang itu sendiri. Dengan adanya Akta Lelang Digital,
Kemanfaatan, dan Kepastian Hukum beban kerja Pejabat Lelang menjadi lebih ringan.
a. Aspek Keadilan Pembuatan Akta Lelang dilakukan secara sistematis
Aspek keadilan pada Akta Lelang Digital dapat dan terstruktur mulai dari permohonan hingga ke
dilihat dengan mempertimbangkan ketentuan yang output lelang melalui suatu platform sehingga tidak
terkandung dalam RUU Perlelangan. Dalam RUU memakan banyak waktu dan tenaga dalam
Perlelangan disebutkan bahwa suatu Akta Lelang pembuatannya. Akta Lelang Digital juga memberikan
dapat dibuat dan disimpan dalam bentuk digital kemudahan dalam penyusunan laporan administrasi
yang mana hal tersebut tidak memengaruhi terkait pelaksanaan lelang.
kekuatan pembuktiannya. Ketentuan ini secara tidak Menurut narasumber 58 Dengan melihat Trend
langsung memberikan jaminan keseimbangan hak Internet of Things (IoT) penerapan Akta Lelang
dan kewajiban bagi masing-masing pihak yang Digital dapat meningkatkan utilitas stakeholder
berkepentingan. Seperti kemudahan pemohon dan dalam pelayanan lelang. Kegiatan menjadi tepat
pemenang lelang untuk memeroleh haknya. waktu dan lancar, karena minimnya kesalahan teknis
Konteks kemudahan ini dikarenakan adanya serta kendala ruang dan waktu. Proses pascalelang
simplifikasi dan digitalisasi pada business process dapat dilakukan tanpa kehadiran atau interaksi antar
lelang. Sehingga para pihak yang berkepentingan pihak secara langsung cukup dengan smartphone
dapat dengan mudah melakukan klaim atas haknya masing-masing. Berkurangnya interaksi secara
dan pihak penyelenggara lelang pun dapat dengan langsung antar pihak dapat meminimalisasi adanya
mudah melaksanakan kewajibannya. Misalnya penyimpangan kewenangan atau conflict of interest.
penerapan Akta Lelang Digital yang sudah Sehingga dapat menjaga dan meningkatkan tingkat
mengakomodir tanda tangan digital. Sehingga para kepercayaan masyarakat terhadap penyelenggaraan
pihak dapat dengan mudah menjalankan hak dan lelang yang transparan dan patuh terhadap hukum
kewajibannya masing-masing, kapan saja dan yang berlaku.
dimana saja. Adapun inovasi Akta Lelang Digital ini diyakini
Adapun ketentuan tersebut menandakan sudah dapat menghemat space penyimpanan Minuta
adanya otomatisasi dalam pembuatan Akta Lelang. Risalah Lelang. Mengingat adanya kewajiban
Sehingga tidak ada campur tangan kepentingan penyimpanan Risalah Lelang berdasarkan Pasal 92
pihak tertentu yang menimbulkan disparitas dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
pelayanan. Semua pihak memiliki peluang yang 27/PMK.06/2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan
sama untuk mendapatkan pelayanan yang prima. Lelang. Jangka waktu penyimpanan Minuta Risalah
Tidak ada pihak yang memeroleh pelayanan Lelang adalah tiga puluh tahun sejak pelaksanaan
prioritas, pelayanan sesuai dengan urutan yang ada lelang sehingga membutuhkan ruang penyimpanan
pada sistem tersebut. Selain itu, pelayanan dapat yang cukup besar. Dengan demikian, adanya Akta
fokus terhadap pemerataan dan kesetaraan serta Lelang Digital dapat efektif menekan luas ruang
kemudahan para pihak untuk mengaksesnya penyimpanan yang dibutuhkan.
sehingga tidak ada lagi diskriminasi. c. Aspek Kepastian Hukum
Dalam setiap pelaksanaan lelang, Pejabat Lelang
Adapun ketentuan tersebut menandakan sudah wajib membuat berita acara lelang yang kemudian
adanya otomatisasi dalam pembuatan Akta Lelang. dilegitimasi menjadi Risalah Lelang. Risalah Lelang
Sehingga tidak ada campur tangan kepentingan dikatakan autentik apabila memenuhi syarat-syarat
pihak tertentu yang menimbulkan disparitas dalam yang diatur dalam Pasal 1868 dan 1870 KUHPerdata.
pelayanan. Selanjutnya ketentuan dalam RUU
Perlelangan yang menyatakan bahwa Akta Lelang
8
Digital memiliki kekuatan pembuktian yang Wawancara, hari kamis, tanggal 2 Juli 2020, jam
11.00 WIB
Halaman 10
Salah satunya mengenai pejabat yang berwenang itu menurut Abdul Munif , dokumen elektronik
membuatnya. Dalam pembuatan Risalah Lelang, tersebut juga harus mencantumkan tanda tangan
pejabat yang berwenang membuatnya adalah elektronik (Abdul Munif 2012:16).
Pejabat Lelang. Pejabat tersebut meliputi Pejabat
Lelang kelas I (pegawai DJKN yang berwenang) dan Berdasarkan Rancangan Undang-Undang
Pejabat Lelang kelas II (notaris). Lelang, Akta Risalah Lelang harus memuat tanda
Saat ini DJKN tengah menggalakkan penyusunan tangan dari Pejabat Lelang dan juga para pihak
Rancangan Undang-Undang Perlelangan yang di seperti penjual dan atau pembeli. Tanda tangan
dalamnya juga mengatur mengenai Akta Lelang tersebut dapat dilakukan secara digital atau tanpa
Digital. Dalam RUU Perlelangan disebutkan bahwa, kehadiran. Berdasarkan Pasal 11 Undang-Undang
Akta Lelang dapat dibuat dan disimpan dalam Informasi dan Transaksi Elektronik, digital signature
bentuk digital. Selain itu dijelaskan pula bahwa Akta telah dinyatakan memiliki kekuatan hukum yang sah
Lelang dalam bentuk digital memiliki kekuatan dan akibat hukum yang jelas pula.
pembuktian yang sempurna setelah diberikan Menurut Herlien Budiono, penggunaan jenis
legalisasi oleh pelelang atau pimpinan material tidak menjadi masalah dalam membuat
penyelenggara lelang. Dengan ketentuan tersebut, suatu tulisan/dokumen (Herlien Budiono, 2007:
maka dapat dikatakan bahwa Akta Lelang Digital 217). Pernyataan tersebut diperkuat dengan Pasal 6
memiliki kekuatan pembuktian yang sama dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 menyatakan
Akta Lelang tertulis, selama substansi yang bahwa dokumen elektronik disetarakan
terkandung di dalamnya dapat dibuktikan kedudukannya dengan dokumen yang dibuat di atas
keasliannya. kertas. Sehingga suatu Risalah Lelang yang
Namun dalam RUU Perlelangan tersebut belum merupakan akta autentik yang ditransmisikan
mengatur secara jelas mengenai Akta Lelang Digital menjadi akta digital kekuatan pembuktiannya pun
itu sendiri, baik itu bentuk, mekanisme pembuatan, adalah sama.
hingga konsekuensi hukumnya. Bicara mengenai Apabila terdapat kesalahan atau perbedaan
otentifikasi suatu akta, berikut adalah unsur-unsur antara Akta Lelang Digital dengan Akta Lelang
yang harus dipenuhi agar Akta Lelang Digital tertulis maka yang berlaku adalah Akta Lelang dalam
memiliki ciri autentik: bentuk tertulis. Ketentuan tersebut diperkuat
1. Risalah Lelang dibuat dan diresmikan oleh dengan Pasal 1888 Kitab Undang-Undang Hukum
Pejabat Lelang sesuai yang telah ditetapkan pada Perdata yang mengatur bahwa “Kekuatan
Undang-Undang, termasuk pernyataan bahwa pembuktian suatu bukti tulisan adalah pada akta
Risalah Lelang harus dibuat dalam bentuk digital. aslinya.” Adapun dalam Pasal 5 ayat (1) Undang-
2. Pembuatan Akta Lelang Digital dilakukan oleh Undang Nomor 11 tahun 2008 dinyatakan bahwa
pejabat umum yang berwenang, dalam hal ini “Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik
adalah Pejabat Lelang. dan/atau hasil cetakannya merupakan alat bukti
3. Pembuatan Akta Lelang Digital dilakukan di hukum yang sah.”
hadapan Pejabat Lelang yang berwenang Adapun berdasarkan Pasal 1870 KUHPerdata,
membuat Akta Lelang di tempat objek itu suatu akta autentik merupakan suatu bukti yang
berada. Artinya Akta Lelang tidak boleh dibuat sempurna mengenai apa yang dimuat di dalamnya.
oleh pejabat umum lainnya yang mana tidak Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa kedudukan akta
memiliki wewenang untuk membuatnya. autentik dalam bentuk fisik memiliki kekuatan
Pada dasarnya bentuk Risalah Lelang telah hukum yang lebih kuat. Karena pada prinsipnya akta
diatur dalam Pasal 37, 38, dan 39 Vendu Reglement. autentik merupakan alat bukti yang sempurna.
Namun seiring dengan berjalannya waktu dan Sedangkan dokumen elektronik dapat dikatakan
kemajuan teknologi perlu adanya perombakan di memiliki kekuatan pembuktian yang sempurna
dalamnya. Digitalisasi Akta Lelang menjadi tuntutan sepanjang sesuai dengan akta aslinya, atau apabila
tersendiri bagi perkembangan lelang di Indonesia. tidak terdapat akta aslinya maka harus didukung
Dewasa ini, dalam perkara perdata telah terjadi dengan bukti lainnya.
perkembangan dalam hal alat bukti. Alat bukti tidak Perbedaan substansi yang ada pada Akta Lelang
hanya terbatas pada bukti tertulis saja. Namun Digital dengan Akta Lelang yang asli, menandakan
dapat juga berupa surat elektronik, foto, hasil bahwa tidak terjaminnya keutuhan dan
rekaman baik suara maupun gambar, short message pertanggungjawaban dalam akta tersebut. Dengan
service, dan bentuk dokumen elektronik lainnya. demikian Akta Lelang Digital dinyatakan tidak sah
Suatu dokumen elektronik dapat dikatakan secara hukum. Maka kekuatan pembuktiannya akan
sebagai alat bukti yang sah apabila penggunaan berlaku sah bagi akta aslinya. Kemudian apabila
sistem elektronik telah mendapat sertifikasi terdapat sengketa hukum terkait Akta Lelang Digital
elektronik dari pihak yang berwenang yakni maka akta tersebut tidak memerlukan alat
pemerintah. Ketentuan tersebut merujuk pada Pasal pembuktian lainnya. Karena Akta Lelang Digital
13-16 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008. Selain sendiri memiliki kekuatan pembuktian sah dan

Halaman 11
sempurna. Sehingga Akta Lelang Digital dapat yang tepat untuk dikenakan adalah sanksi
dibuktikan dengan sempurna dalam suatu sengketa. administrasi, sesuai dengan ranah wewenang dan
Pembuktian ini dapat digunakan untuk menegakkan tanggung jawabnya masing-masing.
hak yang dipermasalahkan dalam sengketa tersebut Selanjutnya untuk memberikan jaminan
Dengan demikian Akta Lelang Digital merupakan kepastian hukum dan meminimalisasi adanya tindak
akta autentik yang mana berdasarkan Pasal 1870 penyimpangan atau perbuatan melawan hukum,
KUHPerdata dinyatakan bahwa, “Bagi para pihak maka perlu adanya ketentuan yang memuat
yang berkepentingan beserta para ahli warisnya mengenai sanksi pidana atas tindakan tersebut.
ataupun bagi orang-orang yang mendapatkan hak Sanksi pidana ini ditujukan apabila terdapat
dari mereka, suatu akta autentik memberikan suatu perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan
bukti yang sempurna tentang apa yang termuat di Undang-Undang maupun merugikan pihak lain atau
dalamnya”. Sehingga apabila terdapat perubahan disebut dengan perbuatan melawan hukum.
dalam Risalah Lelang Digital, harus dapat dibuktikan
bahwa perubahan yang dilakukan tidak mengubah 5. KESIMPULAN DAN SARAN
isi dari dokumen tersebut. Kemudian apabila akta 5.1. Kesimpulan
yang asli hilang maka dalam pengajuan bukti harus Dari hasil penelitian dan pembahasan di atas,
disertai dengan keterangan bahwa alat bukti dapat dikemukakan simpulan sebagai berikut:
tersebut telah sesuai dengan aslinya. 1. Urgensi Akta Lelang Digital
Adanya perbedaan Kutipan/Salinan Risalah a. Peraturan yang terlalu rigid dan beban kerja
Lelang dengan minutanya akan membuat kutipan Pejabat Lelang yang tinggi dapat
atau salinan yang awalnya dapat digunakan sebagai memungkinkan timbulnya masalah tersendiri
alat bukti yang sah, berubah menjadi batal demi dalam pembuatan Risalah Lelang, seperti
hukum. Karena tidak memenuhi syarat formil dan tingginya persentase kesalahan redaksional dan
materiil dalam pembuatan Akta Lelang. Hal tersebut keterlambatan penyelesaian Risalah Lelang.
dapat menimbulkan kerugian bagi pihak lain dan b. Belum adanya otomatisasi dan sinergi dalam
mengandung unsur penipuan kekhilafan. lini pelayanan lelang, terutama pada proses
Berdasarkan uraian-uraian di atas, dapat pascalelang. Ketidakmampuan dalam
dikatakan bahwa Akta Lelang Digital ini telah cukup mengakomodir layanan yang sepenuhnya
memenuhi aspek-aspek keadilan, kemanfaatan, digital, berpotensi memberikan inefisiensi
maupun kepastian hukum. Namun dalam dalam lini layanan tersebut. Salah satu faktor
mewujudkan Akta Lelang secara digital, perlu penyebabnya adalah jarak dan waktu. Semakin
disertai dengan regulasi yang mengaturnya. jauh jarak yang ditempuh Pemenang Lelang
Sehingga keabsahan dari Akta Lelang Digital akan untuk ke KPKNL/ Balai Lelang, maka semakin
lebih kuat dan mempermudah hakim dalam banyak pula waktu dan biaya yang harus
memutus perkara apabila terdapat sengketa dikeluarkan.
mengenai Akta Lelang Digital. Karena meskipun tidak c. Vendu Reglement merupakan dasar hukum
jelas peraturannya atau belum ada dalil hukumnya, dalam pelaksanaan lelang yang sudah tidak
hakim tidak diperbolehkan menolak perkara aplikatif lagi, terutama dalam hal pelaksanaan
tersebut. Ketentuan tersebut mengacu pada Pasal lelang berbasis internet. Oleh karena itu, DJKN
10 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang tengah mencanangkan pembaharuan dan
Kekuasaan Kehakiman. perbaikan regulasi dengan penyusunan
Ketentuan mengenai Akta Lelang Digital ini, Undang-Undang Perlelangan.
diharapkan dapat diatur lebih lanjut dalam Undang-
Undang Perlelangan, sebagaimana yang sedang 2. Akta Lelang Digital ditinjau dari aspek-aspek
dicanangkan oleh DJKN. Adapun dengan terkait seperti keadilan, kemanfaatan, dan
diterbitkannya Undang-Undang tersebut, maka kepastian hukum.
peraturan lain yang berada di bawahnya akan a. Aspek keadilan
menyesuaikan. Sehingga dimungkinkan adanya Penerapan Akta Lelang Digital diyakini dapat
penyusunan Peraturan Direktorat Jenderal Kekayaan meminimalisasi adanya campur tangan
Negara sebagai bentuk penyempurnaan dari kepentingan pihak tertentu yang
Peraturan Direktur Jenderal Kekayaan Negara mengakibatkan disparitas dalam pelayanan.
Nomor 5/KN/2017 tentang Risalah Lelang atau Dengan demikian, pelayanan dapat fokus
peraturan lain yang terkait. terhadap pemerataan dan kesetaraan serta
Kemudian melihat dasar aturan dalam Akta kemudahan para pihak untuk mengaksesnya.
Lelang Digital apabila dikaitkan dengan peraturan Adapun bagi pihak yang merasa dirugikan
mengenai Petunjuk Teknis Jabatan Fungsi Pelelang, atas haknya, dapat menggunakan Akta Lelang
dapat diketahui bahwa aturan tersebut sifatnya Digital sebagai alat untuk memeroleh haknya
mengatur tata pelaksanaan pejabat lelang pada kembali secara penuh, kecuali dapat dibuktikan
sektor lelang. Oleh karena itu, konsekuensi sanksi lain atas hal tersebut.
Halaman 12
b. Aspek Kemanfaatan terlaksana dengan baik dan menguntungkan
Akta Lelang Digital tidak hanya bermanfaat bagi semua pihak.
bagi pengguna layanan saja namun juga bagi 6. IMPLIKASI DAN KETERBATASAN
pihak penyelenggara lelang itu sendiri. Seperti Akta Lelang merupakan suatu bagian penting
beban kerja Pejabat Lelang menjadi lebih dalam kegiatan lelang. Tetapi dalam era global saat
ringan; mempermudah penyusunan laporan ini, konsep digital diperlukan dalam berbagai
administrasi terkait pelaksanaan lelang; kegiatan untuk mengakomodasi jumlah lelang yang
meningkatkan utilitas stakeholder dalam semakin besar. Hasil penelitian ini menunjukkan
pelayanan lelang; meminimalisasi adanya bahwa Akta Lelang Digital merupakan cara yang
penyimpangan kewenangan atau conflict of lebih optimal untuk bersaing di era digital
interest; serta efektif menekan luas ruang dibandingkan dengan akta konvensional. Hal ini
penyimpanan yang dibutuhkan. mengandung implikasi agar kedepannya dapat
c. Aspek kepastian hukum diterapkan penggunaan Akta Lelang Digital dalam
Akta Lelang Digital memiliki kepastian hukum kegiatan lelang agar terciptanya sistem layanan
yang kuat dengan kedudukan yang sama lelang yang semakin baik.
dengan akta tertulis sebagai alat bukti yang sah. Penelitian ini telah diusahakan dan
Apabila terdapat sengketa hukum terkait Akta dilaksanakan sesuai dengan prosedur ilmiah, namun
Lelang Digital maka akta tersebut tidak demikian masih memiliki keterbatasan akibat kondisi
memerlukan alat pembuktian lainnya. pandemi Covid-19. Hal ini menyebabkan
Kemudian apabila terdapat kesalahan ataupun keterbatasan pada data yang dapat diperoleh dalam
perbedaan antara Akta Lelang Digital dengan proses pengumpulan data.
Akta Lelang tertulis maka yang berlaku adalah
Akta Lelang dalam bentuk tertulis. Adanya DAFTAR PUSTAKA
perbedaan Kutipan/Salinan Risalah Lelang 1. Buku dan atau Sumber Lainnya
dengan minutanya akan membuat Kutipan atau Amin, SM. 1954. Bertamasya kealam hukum
Salinan yang awalnya dapat digunakan sebagai Penerbit Djakarta. Jakarta.
alat bukti yang sah, berubah menjadi batal Amiruddin dan Zainal Asikin. 2012. Pengantar
demi hukum. Karena tidak memenuhi syarat Metode Penelitian Hukum. Jakarta: PT Raja
formil dan materiil dalam pembuatan akta Grafindo Persada.
lelang. Bentham, Jeremy. 1789. Introduction to the
5.2. Saran Principles of Morals and Legislation. Oxford:
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, Clarendon Press.
saran dari peneliti adalah sebagai berikut: Budiono, Herlien. Kumpulan tulisan hukum perdata
1. Beberapa peraturan lelang yang ada sudah di bidang kenotariatan. Bandung. Citra Aditya
tidak relevan dengan kondisi saat ini terutama Bakti.
dalam menghadapi era digital. DJKN selaku Huberman, A. Michael dan Matthew B. Miles. 1992.
regulator lelang seharusnya menyegerakan Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Universitas
terbentuknya Undang-Undang Perlelangan Indonesia Press.
yang dinilai lebih sesuai dengan perkembangan Kelsen, Hans. 2009. General Theory of Law and
yang ada. Undang-Undang Perlelangan ini State. USA: Harvard University Printing Office
dapat menjadi payung hukum yang jelas serta Cambridge.
terciptanya keseragaman dalam pelaksanaan Munif, Abdul. 2012. Pengantar Hukum Indonesia.
lelang di Indonesia. Jakarta. PT. Cakrawala Media Baru.
2. Dalam rangka mendukung peraturan Akta Rawls, John. 1999. A Theory of Justice. Cambridge,
Lelang Digital guna terwujudnya keadilan, Massachusetts: The Belknap Press of Harvard
kemanfaatan, dan kepastian hukum, perlu University. Revised Edition.
dilakukan penyusunan maupun pengembangan Radbruch, Gustav. 2011. Einfuhrung in die
platform yang memadai dan mudah diakses, rechtsphilosophie. Mohr iebeck tubingen.
dengan tetap mempertimbangkan aspek legal Passau
dan keamanannya. Selain itu, perlu adanya riset
dan development dari tim khusus yang Sanusi, Arsyad. 2011. Keadilan Substantif dan
kompeten dalam hal ini. DJKN juga perlu Problem Atika Penegakannya. Varia
mempertimbangkan permasalahan sumber Peradilan. Jakarta: IKAHI Mahkamah Agung
daya manusia atas pelaksanaan Undang-
Republik Indonesia.
Undang Perlelangan. Sosialisasi terkait juga Soemitro, Rochmat. 1987. Peraturan Lelang dan
perlu dilakukan untuk meningkatkan kesadaran Intruksi Lelang. Bandung: PT Eresco Bandung.
dan pengetahuan masyarakat terhadap
pentingnya pelaksanaan lelang dan tata cara 2. Dokumen Publik atau Peraturan Perundang-
penggunaannya sehingga tujuan lelang dapat undangan
Halaman 13
Burgerlijk Wetboek/Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata
Herzien Inlandsch Reglement
Pemerintah Republik Indonesia. 2008. Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun
2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik.
Pemerintah Republik Indonesia. 2016. Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun
2016 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Informasi Dan Transaksi Elektronik
Pemerintah Republik Indonesia. 2019. Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun
2019 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun
2011, tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan
Vendu Instructie (Staatsblad 1908 No. 190)
Vendu Reglement (Staatsblad 1908 No. 189)
Pemerintah Republik Indonesia. 2012. Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82
Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Sistem
dan Transaksi Elektronik.
Kementerian Keuangan Republik Indonesia. 2010.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor
93/PMK.06/2010 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Lelang.
Kementerian Keuangan Republik Indonesia. 2010.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor
175/PMK.06/2010 tentang Pejabat Lelang
Kelas II
Kementerian Keuangan Republik Indonesia. 2013.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor
106/PMK.06/2013 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Lelang perubahan atas
Peraturan Menteri Keuangan Nomor
93/PMK.06/2010.
Kementerian Keuangan Republik Indonesia. 2016.
Peraturan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor 27/PMK.06/2016
tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang
Kementerian Keuangan Republik Indonesia. 2012.
Peraturan Direktur Jenderal Kekayaan Negara
Nomor 2/KN/2012 tentang Pembuatan
Kutipan Risalah Lelang oleh KPKNL
Kementerian Keuangan Republik Indonesia. 2012.
Peraturan Direktur Jenderal Kekayaan Negara

Halaman 14

Anda mungkin juga menyukai