Proposal Seminar SDM Kelompok 2
Proposal Seminar SDM Kelompok 2
HM. YAMIN
Disusun Oleh:
KELOMPOK 2
FAKULTAS EKONOMI
Puji syukur kita panjatkan kehadiran Allah STW, atas berkat rahmat serta perlindungan-
Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Seminar MSDM dengan judul: “Pengaruh
Gaya Kepemimpinan dan Kesiapan Karyawan Terhadap Terhadap Kinerja Karyawan di PDAM
Penulis mengucapakan perusahan rasa terima kasih yang sebesar besarnya kepada Ibu
Hilma Harmen, SE,.MBA selaku dosen pengampuh mata kuliah Seminar MSDM yang telah
membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas latihan penulisan Penelitian ini dengan
baik.
Penulis sudah berusaha menyusun penelitian ini dengan sebaik-baiknya, apabila terdapat
kesalahan penulis juga sangat mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun di masa
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................5
2. 1 Kerangka Teoritis.............................................................................................................12
3
3.4 Teknik Pengumpulan Data.............................................................................................................24
4
BAB I
PENDAHULUAN
Pemimpin dan karyawan merupakan elemen penting dalam perusahaan yang memiliki
peran penting dalam menjalankan sebuah perusahaan. Dewasa ini perkembangan bisnis yang
semakin pesat dan tingkat persaingan yang semakin tajam membuat perusahaan harus
meningkatkan dan mengembangkan performancenya disemua bidang. Setiap perusahaan
memiliki cara agar perusahaannya dapat bertahan ditengah – tengah persaingan yang ketat, salah
satunya bidang yang harus di tingkatkan ialah sumber daya manusia. Ini dilakukan agar
perusahaan tetap bertahan dalam persaingan global (Ruyatnsih,et el 2013). Karyawan merupakan
asset perusahaan yang diharapkan dapat bekerja secara optimal guna menunjang kesuksesan
perusahaan.
Begitu pentingnya peran kepemimpinan dalam sebuah organisasi menjadi fokus yang
menarik perhatian para peneliti bidang perilaku keorganisasian. Bass (1990) menyatakan bahwa
kualitas dari pemimpin sering kali dianggap sebagai faktor terpenting yang menentukan
keberhasilan atau kegagalan organisasi.
Sumber daya manusia dalam perusahaan tidak akan terlepas dari kepemimpinan dan
karyawan. Dalam sebuah kepemimpinan ada gaya kepemimpinan yang diharapkan dapat
memajukan perusahaan dan mensejahterakan karyawan. Setiap pemimpin memiliki perilaku
kepemimpinan yang berbeda yang disebut dengan gaya kepemimpinan. Gaya kepemimpinan
yang baik dilakukan untuk meningkatkan kinerja karyawan dan memberikan motivasi pada
karyawan (Syarifah Fatmawati, 2013) . Pemimpin yang baik tidak akan ada tanpa bawahan yang
baik, begitu pula sebaliknya. Antara pimpinan dan bawahan saling membutuhkan untuk
bersinergi menjadikan perusahaan lebih maju.
Dewasa ini perusahaan membutuhkan pemimpin yang dapat menciptakan visi masa
depan, dan memberikan inspirasi kepada karyawan agar bersedia mencapai visi tersebut.
Pemimpinan pada dasarnya adalah kemampuan untuk mempengaruhi, menggerakkan, dan
mengarahkan suatu tindakan pada seseorang atau kelompok untuk tujuan tertentu (Fuad Mas’ud,
5
2002). Hal tersebut juga dikuatkan dengan pernyataan bahwa Gaya kepemimpinan merupakan
cara seorang pemimpin mempengaruhi, mengarahkan, memotivasi, dan mengendalikan bawahan
dengan cara tertentu sehingga bawahan dapat menyelesaikan tugas secara efektif dan efisien
(Djoko Purwanto, 2006).
Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mau berubah menuju arah yang lebih baik.
Tidak semua orang memiliki sifat atau jiwa kepemimpinan. Perilaku khusus yang dimiliki
individu dapat membedakan antara pemimpin dan bukan pemimpin. Enam karakter yang
membedakan antara pemimpin dan bukan pemimpin yaitu ambisi dan semangat, kejujuran,
hasrat untuk memimpin, kepercayaan diri, integritas, kecerdasan dan pengetahuan mengenai
pekerjaannya (Robbins, 2006). Ada beberapa jenis kepemimpinan yaitu, kharismatik yang para
pengikutnya terpacu memiliki kepemimpinan heroik atau luar biasa ketika mereka mengamati
perilaku pemimpin mereka, kemudian kepemimpinan transaksional yang memotivasi para
karyawan menuju tujuan yang ditetapkan dengan memperjelas tugas dan peran, selanjutnya ada
kepemimpinan transformasional yang menginspirasi para karyawan untuk melampaui
kepentingan pribadi mereka dan membawa dampak mendalam dan luar biasa pada karyawan
(Robbins, 2006).
6
memiliki pengaruh terhadap kinerja para karyawan. Ruyatnasih,et al (2013) juga mendukung
penelitian Syarifah dan membuktikan pada penelitiannya bahwa gaya kepemimpinan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Bagaimana gaya kepemimpinan
seorang pemimpin dipengaruhi oleh orang yang dipimpinnya untuk menyesuaikan keadaan orang
yang di pimpin agar kepemimpinan dapat berjalan efektif dan optimal (Sarita Permata Dewi,
2012). Dalam dunia bisnis penerapan gaya kepemimpinan seseorang dapat mempengaruhi sikap
dan perilaku bawahan ( Djoko Purwanto, 2006).
Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan Rahardjo dan Purbudi (1997) bahwa
keberhasilan dan kegagalan sebuah perusahaan di pengaruhi oleh seorang pemimpin,
kepemimpinan yang efektif memberi dampak kemajuan pada perusahaan. Baik dan buruknya
cara seseorang memimpin dapat mempengaruhi kinerja pegawai baik secara langsung maupun
tidak langsung. Selain pemimpin, karyawan juga menentukan keberhasilan suatu perusahaan
(Ackoff, 1999). Karyawan dapat menjadikan perusahaan berhasil dengan kinerja yang
dilakukannya, hasil pekerjaan, dan target yang telah dicapai.
Dewasa ini tantangan pemimpin tidak hanya menambah produktifitas karyawan tetapi
juga menjadikan karyawan yang memiliki rasa loyalitas terhadap perusahaan. Tidak mudah
menumbuhkan rasa loyalitas karyawan terhadap pekerjaanya. Dukungan dari rekan kerja akan
membantu karyawan untuk meningkatkan kinerjanya, ditambah dengan support dari pemimpin
akan membantu karyawan untuk tetap loyal terhadap pekerjaanya (Ayu Purnama, 2013). Oleh
karena itu perusahaan harus dapat mempengaruhi rasa loyalitas karyawan dengan memberikan
fasilitas pekerjaan, memberi tunjangan kesejahteraan dan memberikan upah yang cukup (RT
Martiwi,et el 2012).
7
Dari berbagai faktor yang menyebabkan kegagalan transformasi, faktor manusia dan
faktor organisasi yang paling mendominasi. Perubahan menyebabkan karyawan harus bergerak
meninggalkan status quo menuju sesuatu yang baru (Zulkarnain & Hadiyani, 2014: 19). Oleh
karena itu, Fernandez dan Rainey (2006: 169), menyebutkan, sebagai langkah awal proses
perubahan, pemimpin manajerial harus memverifikasi kebutuhan akan perubahan, yakni dengan
cara memastikan bahwa setiap individu memiliki kebutuhan dan kesiapan untuk berubah.
Kesiapan karyawan untuk berubah merupakan faktor penting dalam kesuksesan perubahan
organisasi. Sebagaimana dikatakan Armenakis dkk. (1993), memastikan kesiapan dan kapasitas
organisasi untuk mengadopsi perubahan merupakan salah satu faktor paling penting dalam
memengaruhi inisiatif individu untuk melakukan perubahan sekaligus mengatasi potensi
kegagalan perubahan. Kesiapan berubah merefleksikan keyakinan, sikap, dan intensi perilaku
terhadap usaha perubahan (Desplaces, 2005: 35).
Perubahan organisasi tidak akan berhasil tanpa perubahan karyawan dan perubahan
karyawan tidak efektif tanpa dipersiapkan terlebih dahulu (Madsen dkk.,2005). Untuk
mempersiapkan karyawan agar siap berubah, diperlukan pemahaman mengenai cara-cara yang
dapat digunakan dalam menumbuhkan kesiapan untuk berubah (Zulkarnain & Hadiyani, 2014:
20). Secara implikasi, seorang karyawan akan mempertimbangkan dan mendukung sebuah
perubahan apabila dirinya menerima manfaat secara individu (Simbolon, 2014: 4 143). Proses
penerimaan dan pertukaran ini memiliki kesamaan konsep dengan Social Exchange Theory
(SET), di mana hubungan yang terjadi antara karyawan dan perusahaan muncul dari serangkaian
interaksi yang berevolusi dengan waktu serta adanya rasa saling menguntungkan dan saling setia
selama rentang kondisi tertentu.
Kinerja karyawan dapat dikenal dengan seberapa banyak kontribusi karyawan terhadap
perusahaan. Pada dasarnya kinerja merupakan sesuatu hal yang bersifat individual, karena setiap
karyawan memiliki tingkat kemampuan yang berbeda dalam mengerjakan tugasnya. Kinerja
tergantung pada kombinasi antara kemampuan, usaha, dan kesempatan yang diperoleh. Sunarto
(2003) kinerja yang tinggi dapat tercapai oleh karena kepercayaan (trust) timbal balik yang tinggi
di antara anggotaanggotanya artinya para anggota mempercayai integritas, karakteristik, dan
kemampuan setiap anggota lain. Untuk dapat mengoptimalkan tujuan perusahaan tentunya
diperlukan kinerja karyawan yang optimal.
8
Hasil pekerjaan baik secara kualitas maupun kuantitas yang dapat dicapai dan dilakukan
oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugas dan mengemban tanggung jawab yang
diberikan oleh atasan disebut kinerja karyawan (A.A. Anwar Prabu Mangkunegara, 2004).
Karyawan mampu melaksanakan tugasnya dengan baik jika kondisi perusahaan, atasan dan
teman sejawat saling mendukung dan bekerja sama dengan baik. Bila antara atasan dan bawahan
memiliki kepercayaan dan didorong dengan kemampuan individu yang berintegritas dan
kompeten akan menghasilkan kinerja yang baik.
1. 2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat di identifikasi beberapa masalah
yang muncul. adapaun masalah tersebut adalah :
9
1. 3 Batasan Masalah
Agar penelitian ini mempengaruhi temuan yang terfokus pada permasalahan dan terhindar
dari penafsiran yang berbeda, maka perlu dilakukan pembatasan masalah. Penelitian ini berfokus
pada “Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Kesiapan Karyawan terhadap Kinerja Karyawan pada
1. 4 Rumusan Masalah
1. 5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan Penjelasan dalam perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah untuk menguji pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Kesiapan Karyawan secara parsial
1. 6 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan mamfaat bagi semua pihak yang
10
a) Manfaat Teoritis
1. Bagi Akademi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan teori
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dibidang Sumber Daya
Manusia sehingga dapat bermamfaat bagi penelitian selanjutnya mengenai Pengembangan SDM.
3. Manfaat Praktis
1. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan input atau masukan untuk menelaah lebih
lanjut mengenai faktor gaya kepemimpinan dan kesiapan karyawan yang berhubungan langsung
dengan peningkatan dan penurunan kinerja karyawan, sehingga perusahaan dapat membantu
mencegah, memperbaiki dan mengevaluasi dalam mencapai tujuan perusahaan, terutama dalam
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran atau kajian bagi pengembang
ataupun manager SDM dalam pengelolaan ataupun pengembangan sumber daya manusia.
Sehingga dapat menjadi pedoman ataupun sebagai sumber inovasi dalam melakukan
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian gaya kepemimpinan yang demikian ini sesuai dengan pendapat yang
disampaikan oleh Davis dan Newstrom (1995) yang menyatakan bahwa pola tindakan pemimpin
secara keseluruhan seperti yang dipersepsikan atau diacu oleh bawahan. Gaya kepemimpinan
mewakili filsafat, ketrampilan, dan sikap pemimpin dalam politik. Gaya kepemimpinan adalah
pola tingkah laku yang dirancang untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan
individu untuk mencapai tujuan tertentu (Heidjrachman dan Husnan, 2002:224). Sedangkan
menurut Tjiptono (2001:161),gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang digunakan pemimpin
dalam berinteraksi dengan bawahannya.
Pendapat Sutarto (1995) di Tohardi, (2002: halaman), dan Sutrisno (2013: 222) yang
menyatakan bahwa perilaku pemimpin yang sukses ditentukan oleh gaya dan tindakan yang
dapat dilihat dari bagaimana mereka memberikan perintah dan tugas-tugas dan bagaimana
mereka berkomunikasi satu sama lain. Perusahaan harus membuat pengawasan yang lebih baik
dengan meningkatkan kualitas para pemimpin yang dapat memberikan tugas-tugas yang jelas,
langsung dan terstruktur dengan baik.
Pendapat lain menyebutkan bahwa gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku (kata-
kata dan tindakan-tindakan) dari seorang pemimpin yang dirasakan oleh orang lain (Hersey,
2004:29). gaya kepemimpinan adalah cara yang digunakan oleh pemimpin untuk mempengaruhi,
langsung, mendorong, dan mengendalikan orang lain dalam mencapai tujuan (Kristanti dan
Harahap, 2012: 18). Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk
mendukung pencapaian yang relevan dari organisasi (Ivancevich, 2008, di Noor, 2013: 169).
Pola semua tindakan pemimpin seperti yang dirasakan atau disebut dengan bawahan dikenal
sebagai gaya kepemimpinan (Newstrom, 2007, Noor, 2013: 170-171).
12
Adapun gaya kepemimpinan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kepemimpinan Otokratis
Pemimpin sangat dominan dalam setiap pengambilan keputusan dan setiap kebijakan,
peraturan, prosedur diambil dari idenya sendiri. Kepemimpinan jenis ini memusatkan kekuasaan
pada dirinya sendiri. Ia membatasi inisiatif dan daya pikir dari para anggotanya. Pemimpin yang
otoriter tidak akan memperhatikan kebutuhan dari bawahannya dan cenderung berkomunikasi
satu arah yaitu dari atas (pemimpin) ke bawah (anggota).
2. Kepemimpinan Birokrasi
Gaya kepemimpinan ini biasa diterapkan dalam sebuah perusahaan dan akan efektif
apabila setiap karyawan mengikuti setiap alur prosedur dan melakukan tanggung jawab rutin
setiap hari. Tetap saja dalam gaya kepemimpinan ini tidak ada ruang bagi para anggota untuk
melakukan inovasi karena semuanya sudah diatur dalam sebuah tatanan prosedur yang harus
dipatuhi oleh setiap lapisan.
3. Kepemimpinan Partisipatif
Dalam gaya kepemimpinan partisipatif, ide dapat mengalir dari bawah (anggota) karena
posisi kontrol atas pemecahan suatu masalah dan pembuatan keputusan dipegang secara
bergantian. Pemimpin memberikan ruang gerak bagi para bawahan untuk dapat berpartisipasi
dalam pembuatan suatu keputusan serta adanya suasana persahabatan dan hubungan saling
percaya antar pimpinan dan anggota.
4. Kepemimpinan Delegatif
13
sebaliknya dapat menjadi boomerang bagi perusahaan bila memiliki karyawan yang bertolak
belakang dari pernyataan sebelumnya.
5. Kepemimpinan Transaksional
Kepemimpinan jenis ini cenderung terdapat aksi transaksi antara pemimpin dan bawahan
dimana pemimpin akan memberikan reward ketika bawahan berhasil melaksanakan tugas yang
telah diselesaikan sesuai kesepakatan. Pemimpin dan bawahan memiliki tujuan, kebutuhan dan
kepentingan masing-masing.
6. Kepemimpinan Transformasional
Pemimpin cenderung memiliki semangat yang positif untuk para bawahannya sehingga
semangatnya tersebut dapat berpengaruh pada para anggotanya untuk lebih energik. Pemimpin
akan sangat mempedulikan kesejahteraan dan kemajuan setiap anak buahnya.
Hubungan yang terjalin antara pemimpin yang melayani dengan para anggota
berorientasi pada sifat melayani dengan standar moral spiritual. Pemimpin yang melayani lebih
mengutamakan kebutuhan, kepentingan dan aspirasi dari para anggota daripada kepentingan
pribadinya.
8. Kepemimpinan Karismatik
Pemimpin yang karismatik memiliki pengaruh yang kuat atas para pengikut oleh karena
karisma dan kepercayaan diri yang ditampilkan. Para pengikut cenderung mengikuti pemimpin
karismatik karena kagum dan secara emosional percaya dan ingin berkontribusi bersama dengan
pemimpin karismatik. Karisma tersebut timbul dari setiap kemampuan yang mempesona yang ia
miliki terutama dalam meyakinkan setiap anggotanya untuk mengikuti setiap arahan yang ia
inginkan.
14
9. Kepemimpinan Situasional
Setiap orang memiliki situasi yang berbeda sehingga ini menuntut setiap pemimpin untuk
mengadaptasikan gaya kepemimpinannya masing-masing dalam mencapai kesuksesan. Sebagai
pemimpin, Anda harus mampu untuk mengadakan pendekatan terhadap setiap tim dan juga
individu dengan ragam keahlian yang dimiliki. Untuk itulah, seorang pemimpin harus mampu
memimpin dengan gaya yang sesuai dengan situasi. Gaya kepemimpinan dipengaruhi oleh
beberapa faktor, bukan hanya karakteristik pribadi pemimpin atau anggota tim. Dan inilah 4 gaya
kepemimpinan yang ada dalam gaya kepemimpinan situasional,yaitu :
a. Directing (Mengarahkan)
Pada tahapan ini, para pemimpin harus berurusan dengan pekerja yang belum
kompeten dan belum termotivasi. Ini disebabkan oleh kurangnya pengalaman atau
ketidakmampuan seseorang untuk bekerja secara mandiri. Ini biasanya terjadi pada
anggota baru sebuah tim.
b. Coaching (Melatih)
Pada tahapan ini, anggota tim telah memiliki beberapa keterampilan, namun mereka
belum berkembang secara penuh. Mereka memiliki keinginan untuk bekerja secara
mandiri namun belum mampu untuk melakukannya. Mereka adalah anggota tim yang
belum mencapai kematangan penuh dan masih terhambat oleh keadaan, seperti
perubahan organisasi
c. Supporting (Mendukung)
Pada tahapan ini, anggota tim telah berkompeten dalam keterampilan mereka.
Namun, mereka masih belum memiliki konsistensi dalam kinerja dan mereka tidak
berfokus pada tujuan akhir. Mereka adalah orang-orang yang memenuhi kualifikasi,
namun mereka terkadang merasa bahwa mereka memiliki pekerjaan yang sangat
banyak.
d. Delegating (Mendelegasi)
Ini adalah tahapan dimana para anggota tim memiliki keterampilan yang tinggi dan
komitmen yang penuh. Pada tahapan ini, pemimpin dapat mendelegasikan tugas dan
membiarkan anggota tim melakukannya secara mandiri.
15
2.1.2 Kesiapan Karyawan
Kesiapan merupakan kesediaan untuk memberikan respon atau reaksi. Kesediaan itu
datang dari dalam diri siswa dan juga berhubungan dengan kematangan. Kesiapan amat perlu
diperhatikan dalam suatu proses, karena jika siswa sudah ada kesiapan, maka hasilnya akan
memuaskan. Menurut S. Nasution (2003 :179) menyatakan bahwa “Kesiapan adalah kondisi
yang mendahului kegiatan itu sendiri, tanpa kesiapan atau kesediaan ini proses mental tidak
terjadi”. Sedangkan menurut pendapat Slameto (2010 :113) menyatakan bahwa “Kesiapan
adalah keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberi respon atau
jawaban di dalam cara tertentu terhadap suatu situasi”.
1. Prinsip-prinsip kesiapan:
a. Semua aspek perkembangan berinteraksi (saling pengaruh mempengaruhi).
b. Kematangan jasmani dan rohani adalah perlu untuk memperoleh manfaat dari
pengalaman.
c. Pengalaman–pengalaman mempunyai pengaruh yang positif terhadap kesiapan.
d. Kesiapan dasar untuk kegiatan tetentu terbentuk dalam periode tertentu selama
masa pembentukan dalam masa perkembangan.
2. Aspek-aspek kesiapan:
a. Kematangan (Maturation) Kematangan adalah proses yang menimbulkan
perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pertumbuhan dan perkembangan.
b. Kecerdasan Menurut J. Piaget dalam Slameto, perkembangan kecerdasan adalah
sebagai berkut : (1) sensory motor period (0-2 tahun), (2) Preoperational (2-7
tahun), (3) Concrete operation (7-11 tahun), (4) Formal operation (lebih dari 11
tahun)
Kesiapan merupakan modal utama bagi seseorang untuk melakukan pekerjaan sehingga
dengan kesiapan yang dimiliki akan diperoleh hasil kerja yang maksimal. Menurut Malayu S.P.
Hasibuan (2003 :94) “Kerja adalah pengorbanan jasa, jasmani dan pikiran untuk menghasilkan
barang-barang atau jasa-jasa dengan memperoleh imbalan tertentu”. Agus Fitriyanto (2006 :9-
11) mengemukakan bahwa “Kesiapan kerja adalah kondisi yang menunjukkan adanya keserasian
16
antara kematangan fisik, mental serta pengalaman sehingga individu mempunyai kemampuan
untuk melaksanakan suatu kegiatan tertentu dalam hubungannya dengan pekerjaan. Adapun
menurut Herminanto Sofyan (1991 :17) “Kesiapan kerja adalah suatu kemampuan seseorang
untuk menyelesaikan suatu pekerjaan sesuai dengan ketentuan tanpa mengalami kesulitan dan
hambatan dengan hasil maksimal dengan target yang telah ditentukan”.
Ciri-ciri seseorang mempunyai kesiapan kerja menurut Sukirin yang dikutib Herminanto
Sofyan (1991 :1) bahwa untuk mencapai tingkat kesiapan kerja dipengaruhi oleh tiga hal
meliputi:
1. Tingkat kematangan
Tingkat ini menunjukkan pada proses perkembangan atau pertumbuhan yang sempurna,
dalam arti siap digunakan. Kesiapan dibedakan menjadi kesiapan fisik yang
berhubungan dengan pertumbuhan fisik dan kesiapan mental yang berhubungan dengan
aspek kejiwaan.
2. Pengalaman
Pengalaman merupakan pengalaman - pengalaman yang diperoleh berkaitan dengan
lingkungan, kesempatan-kesempatan yang tersedia, dan pengaruh dari luar yang tidak
sengaja. Pengalaman merupakan salah satu faktor penentu kesiapan karena dapat
menciptakan suatu lingkungan yang dapat dipengaruhi perkembangan kesiapan
seseorang.
3. Keadaan Mental dan Emosi yang Serasi
Keadaan mental dan emosi yang serasi meliputi keadaan kritis, memiliki perimbangan-
pertimbangan yang logis, obyektif, bersikap dewasa dan emosi terkendali, kemauan
untuk bekerja dengan orang lain, mempunyai kemampuan untuk menerima, kemauan
untuk maju serta mengembangkan keahlian yang dimiliki.
Menurut Slameto (2010: 113), faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan mencakup tiga
aspek, yaitu: (1) Kondisi fisik, mental dan emosional, (2) Kebutuhan-kebutuhan, motif dan
tujuan, (3) Keterampilan, pengetahuan dan pengertian lain yang telah dipelajari.
Ketiga aspek tersebut akan mempengaruhi kesiapan seseorang untuk berbuat sesuatu.
Disebutkan pula oleh Slameto (2010: 115), bahwa “Pengalaman-pengalaman mempunyai
17
pengaruh yang positif terhadap kesiapan”. Menurut Kartini (1991: 21), faktor-faktor yang
mempengaruhi kesiapan kerja adalah faktor-faktor dari dalam diri sendiri (intern) dan faktor-
faktor dari luar diri sendiri (ekstern). Faktor-faktor dari dalam diri sendiri meliputi, kecerdasan,
ketrampilan dan kecakapan, bakat, kemampuan dan minat, motivasi, kesehatan, kebutuhan
psikologis, kepribadian, cita-cita, dan tujuan dalam bekerja, sedangkan faktorfaktor dari luar diri
sendiri meliputi, lingkungan keluarga (rumah), lingkungan dunia kerja, rasa aman dalam
pekerjaannya, kesempatan mendapatkan kemajuan, rekan sekerja, hubungan dengan pimpinan,
dan gaji.
Kinerja karyawan sering diartikan sebagai pencapaian tugas, dimana karyawan dalam
bekerja harus sesuai dengan program kerja organisasi untuk menunjukkan tingkat kinerja
organisasi dalam mencapai visi, misi, dan tujuan organisasi. Menurut Gibson ( 1996 ) kinerja
karyawan adalah hasil yang diinginkan dari pelaku. Kinerja karyawan adalah tingkat terhadapnya
para karyawan mencapai persyaratan pekerjaan ( Simamora: 2004 ). Penilaian kinerja pada
umumnya mencakup baik aspek kualitatif maupun kuntitatif dari kinerja pelaksanaan pekerjaan.
Menurut Mathis ( 2006 : 113 ) faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan yaitu kemampuan
karyawan untuk pekerjaan tersebut, tingkat usaha yang dicurahkan, dan dukungan organisasi
yang diterimanya. Sehubungan dengan fungsi manajemen manapun, aktivitas manajemen
sumber daya manusia harus dikembangkan, dievaluasi, dan diubah apabila perlu sehingga
mereka dapat memberikan kontribusi pada kinerja kompetitif organisasi dan individu di tempat
kerja. Faktor – faktor yang mempengaruhi karyawan dalam bekerja, yaitu kemampuan karyawan
untuk melakukan pekerjan tersebut, tingkat usaha yang dicurahkan, dan dukungan organisasi.
Kinerja karyawan pada dasarnya adalah hasil karya karyawan selama periode tertentu
dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, misalnya standar, target / sasaran atau kriteria yang
telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama. Menurut Handoko ( 2000: 135 –
137 ), penilaian prestasi kinerja merupakan proses melalui mana organisasi – organisasi
mengevaluasi atau menilai prestasi kinerja karyawan. Kegiatan ini dapat memperbaiki keputusan
– keputusan personalia dan memberikan umpan balik kepada karyawan tentang pelaksanaan
kinerja. Kinerja pada dasarnya adalah apa yang karyawan lakukan atau tidak lakukan, kinerja
karyawan mempengaruhi seberapa banyak mereka memberikan kontribusi pada organisasi yang
18
meliputi kuantitas output, kualitas output, kehadiran kerja dan sikap kooperatif (Gordon, 2000).
Kinerja juga sering bingung dengan istilah kinerja pekerjaan.
Kinerja adalah prestasi kerja yang merupakan rasio antara kerja yang signifikan dengan
standar tenaga kerja (Dessler, 1992). Kinerja adalah hasil dari kemampuan karyawan dikalikan
dengan usaha dan dukungan. Dengan demikian, kinerja akan menurun jika salah satu faktor
berkurang atau tidak ada (Mathis, 2001). Kemampuan seseorang dipengaruhi oleh bakat dan
minat, sementara usaha dipengaruhi oleh motivasi, insentif, dan karya desain. Dukungan untuk
organisasi termasuk pelatihan pengembangan sumber daya manusia dan ketersediaan peralatan
organisasi yang memadai (Gordon, 2001).
Steers (1984) disebut bahwa kinerja individu adalah kombinasi dari tiga faktor fungsi,
yaitu: 1) Kemampuan, marah, dan kepentingan pekerja; 2) Kejelasan dan penerimaan dari
perannya sebagai seorang pekerja; 3) Pekerjaan tingkat motivasi. kinerja karyawan diukur
dengan penilaian kinerja.
Tujuan dari penilaian kinerja ini menurut Robbins (2007) adalah: 1) untuk membuat
keputusan dalam manajemen sumber daya manusia seperti promosi, transfer dan pemberhentian;
2) untuk mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan; 3) untuk memvalidasi seleksi
dan pengembangan program; 4) untuk memberikan umpan balik bagi pekerja pada kinerja
mereka; 5) untuk menjadi dasar untuk menentukan alokasi remunerasi.
Elisabeth A. Sorentino (1992), “The Effect of Head Nurse Behavior on Nurse Job
Satisfaction and Performance”. Penelitian ini mencoba menguji hubungan antara gaya
kepemimpinan kepala rumah sakit yang selalu memberikan petunjuk dan dorongan terhadap
19
kepuasan kerja perawat-perawatnya. Hasilnya adalah dorongan dan semangat yang diberikan
oleh kepala perawat tersebut berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja dan kinerja perawat.
Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan berdasarkan alur pemikiran
tersebut sebagai berikut.
GAMBAR 2.1
Kerangka Berpikir
Gaya Kepemimpinan(x1)
H1
Kinerja
H3 Karyawan(y)
Kesiapan Karyawan(x2)
H2
Keterangan:
20
: Variabel Independen
: Variabel Dependen
Berdasarkan pembahasan dalam latar belakang, landasan teori, dan kerangka berpikir
maka formulasi hipotesis yang dirumuskan untuk diuji kebenarannya dalam penelitian ini, yaitu:
BAB III
METODE PENELITIAN
21
Variabel penelitian adalah suatu atribut, nilai, dan objek atau kegiatan yang memiliki
variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Adapun
variabel penelitian dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel terikat (Y) : Kinerja Karyawan
2. Variabelbebas (X1) : Gaya Kepemimpinan
3. Variabelbebas (X2) : Kesiapan Karyawan
Yang menjadi defenisi operasional dari variabel penelitian ini adalah sebagai berikut :
Gaya kepemimpinan menurut Davis, Keith. (1985) adalah pola tindakan pemimpin
secara keseluruhan seperti yang dipersepsikan oleh para pegawainya. Gaya kepemimpinan
mewakili filsafat, ketrampilan, dan sikap pemimpin dalam politik. Behling, Orlando dan James
M. McFillen (1996) dalam Fuad Mas’ud (2004) mengembangkan kuesioner gaya kepemimpinan
transformasional.
Gaya kepemimpinan pada perusahaan atau instansi akan berpengaruh terhadap hasil
kinerja karyawan. Banyak jenis gaya kepemimpinan,misalnya saja gaya kepimpinan
situasional,partisipatif,karismatik dan lain sebagainya. Gaya kepemimpinan yang diterapkan
diperusahaan akan menghasilkan kinerja karyawan yang berbeda-beda.
22
(2016) Kesiapan kerja adalah kapasitas seseorang dalam meningkatkan kemampuan bekerjanya
yang terdiri dari ilmu pengetahuan dan keahlian serta sikap seseorang tersebut. Selanjutnya
kesiapan kerja adalah suatu kondisi yang menunjukkan keserasian antara kematangan fisik dan
mental serta pengalaman belajar sehingga individu memiliki kemampuan yang mencakup aspek
pengetahuan, ketrampilan, sikap dan kematangan mental yang cukup didukung dengan fisik atau
berfungsinya indera dan organ tubuh sesuai dengan bidang keahliannya (Cony Semiawan dalam
Munfaqih , 2013).
Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2000 : 67) , kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja
secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Gomes (2002) menyatakan
kinerja sebagai catatan atas hasil produksi dan sebuah pekerjaan tertentu dalam periode tertentu.
Dari dimensi kinerja menurut Gomes (1995: 142) dalam Eko Numiarto dan Nurhadi Siswanto
(2006), maka kinerja dapat diukur melalui indikator-indikator sebagai berikut :
1. Observasi
23
Yaitu teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan secara langsung kepada
karyawan yang ada di PDAM Tirtanadi Cabang HM. Yamin.
2. Studi Kepustakaan
Yaitu pengumpulan data dari literatur-literatur baik berupa teori-teori ataupun data-data
yang berhubungan dengan variabel penelitian dan objek dalam penelitian ini.
3. Kuesioner (Angket)
Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup dimana pada setiap
item soal disediakan alternatif pilihan lima jawaban.. Teknik angket ini digunakan untuk
mengambil data kualitatif mengenai variabel.
Dimana :
rxy = Koefisien korelasi product moment antara X dan Y
x = skor pernyataan setiap nomor
y = skor total
n = banyak sampel
∑X = jumlah skor dalam distribusi X
∑Y = jumlah skor dalam distribusi Y
(∑X2) = jumlah kuadrat dalam skor distribusi X
(∑Y2) = jumlah kuadrat dalam skor distribusi Y
24
Menafsirkan keberartian harga validitas item angket yaitu harga rhitung dibandingkan dengan
harga kritik rtabel dengan ɑ =0.05.
Butiran angket dinyatakan valid jika rhitng>rtabel dan sebaliknya dinyatakan tidak valid jika
rhitung<rtabel.
Dimana :
r11 = Nilai reliabilitas yang dicari
∑𝜎²𝑏 = Jumlah varians butir
𝜎²𝑡 = Varians total
k = banyaknya butir pertanyaan
3.6 Teknik Analisis Data
Adapun teknis analisis data yang digunkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.6.1 Uji Asumsi Klasik
3.6.1.1 Uji Normalitas
Menurut Kuncoro (2013:130), uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi, variabel independen variabel atau keduanya memiliki distribusi normal atau tidak.
Model regresi yang baik memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Dalam
penelitian ini, untuk menguji apakah distribusi data normal atau tidak, dapat dilakukan dengan
cara menganalisis grafik. Pada prinsipnya, normalitas dapt dideteksi dengan melihat penyebaran
data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan cara melihat histogram dari residualnya
dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut:
25
a. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal
atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model
regresi memenuhi asumsi normalitas.
b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogramya tidak menunjukkan pola distribusi
normal,maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
26
3.6.2 Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi berganda adalah hubungan secara linear antara dua atau lebih variabel
independen (X1, X2, …..Xn) denga variabel dependen (Y). Analisis ini digunakann untuk
mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen apakah
masing-masing variabel berhubungan positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari
variabel dependen apabila nilai dari variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan.
Sehingga rumus umum dari regresi berganda yaitu:
Y = a+b1X1+b2X2+b3X3+e
Keterangan:
Y = Variabel dependen (Customer retention)
a = Konstanta
X1 = Variabel Independen (Responsiveness)
X2 = Variabel Independen (Switching Cost)
X3 = VariabelIndependen (Brand Trust)
b1b2 = Koefesien regresi masing-masing variabel dependen
e = standar error
3.6.3 Uji Hipotesis
3.6.3.1 Uji Signifikan Simultan (Uji F)
Untuk membuktikan kebanaran hipotesis secara keseluruhan (simultan) digunakan uji F,
yaitu untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel independen (X1, X2.....Xn) yang terdapat
dalam model secara bersama-sama (simultan) terhadap vriabel dependen (Y) maka dih=gunakan
rumus Uji F sebagai berikut:
𝑅2 /𝑘
F = (1−𝑅2 )/(𝑛−𝑘−1)
Keterangan:
R2 = Koefesien determinasi
k = Jumlah variabel independen
n = Jumlah sampel
Apabila dari hasil perhitungan diperoleh hasil Fhitung lebih besar dari Ftabel pada taraf
kepercayaan 0,95 (95%) atauα= 0,05% (5%) dengan dk (derajat kebebasan) =n – 2, maka
27
hipotesis di terima dan sebaliknya jika Fhitung lebih kecil dari Ftabel pada taraf kepercayaan 0,95
(95%) atau α= 0,05% (5%) maka hipotesis ditolak.
Untuk memperoleh dalam mengelola data maka peneliti akan menggunakan software
program SPSS (Statistical Packages for the Social Science) 23.0 for windows.
28