Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DENGAN GANGGUAN SISTEM


PERSYARAFAN PADA KASUS CEDERA KEPALA SEDANG (CKS)

RUANG : IGD NAMA MAHASISWA : IVA ANNISHA NOVIRA


TANGGAL : 15 APRIL 2020 NIM/KELOMPOK : 012SYE17
INISIAL PASIEN: TN. R
UMUR/NO. REG: 37 TAHUN/1234567

I. KONSEP TEORI
a. Pengertian

Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang
disertai atau tanpa perdarahan interstitial dalam subtansi otak tanpa di ikuti
terputusnya kontiunitas otak (Hudak, 2013).
Cedera kepala sedang adalah suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat
kongenital ataupun degeneratif, tetapi disebabkan oleh serangan atau benturan
fisik dari luar yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran yang mana
menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik (Padila, 2012).
Cedera kepala sedang bila GCS 9-12, kehilangan kesadaran atau
terjadi amnesia lebih dari 24 jam bahkan sampai berhari-hari. Resiko utama
pasien yang mengalami cedera kepala adalah kerusakan otak akibat
perdarahan atau pembengkakan otak sebagai respon terhadap cedera dan
menyebabkan peningkatan TIK (Oman, 2008).
b. Etiologi
Penyebab cedera kepala sedang adalah adanya trauma yang diakibatkan
benturan benda tumpul, trauma benda tajam, kecelakaan saat berkendara
ataupun kecelakaan saat berolahraga. Cedera kepala akan menimbulkan luka
robekan yang dapat mengenai otak atau pun luka yang berbatas pada daerah
yang terkena (Andra & Yessie, 2012).
c. Klasifikasi
1. Berdasarkan keparahan cedera:
a) Cedera Kepala Ringan (CKR)
1) Tidak ada fraktur tengkorak.
2) Tidak ada kontusio serebri, hematoma.
3) GCS: 13-15
4) Dapat terjadi kehilangan kesadaran <30menit.
b) Cedera Kepala Sedang (CKS)
1) Kehilangan kesadaran (amnesia) > 30 menit tapi < 24jam.
2) Muntah-muntah.
3) GCS: 9-12
4) Dapat mengalami fraktur tengkorak, disorientasi ringan(binggung).
c) Cedera Kepala Berat (CKB)
1) GCS: 3-8
2) Hilang kesadaran.
3) Adanya kontusio serebri, laserasi atau hematomaintrakranial.
2. Menurut Jenis Cedera:
a) Cedera kepala terbuka dapat menyebabkan fraktur pada tulang tengkorak
dan jaringan otak.
b) Cedera kepala tertutup dapat disamakan dengan keluhan gegerotak
ringan dan oedema serebral yang luas.
d. Manifestasi klinis
Klien dengan cidera otak sedang mengalami kelemahan pada salah satu
bagian tubuh disertai kebingungan bahkan terjadi penurunan kesadaran hingga
koma. Terjadi abnormalitas pupil, terjadi defisit neurologis berupa gangguan
penglihatan dan pendengar berdasarkan letak lesi yang terdapat pada otak.
Pasien akan mengalami kejang otot dan gangguan pergerakan. Bila terjadi
perdarahan dan fraktur pada tengkorak maka akan terjadi hematoma yang
menyebabkan peningkatan tekanan intra kranial. Peningkatan TIK dapat
menimbulkan nyeri atau pusing pada kepala. (Andra & Yessie, 2012).
e. Patofisiologi
Trauma yang disebabkan oleh benda tumpul dan benda tajam atau
kecelakaan dapat menyebabkan cidera kepala. Cidera otak primer adalah
cidera otak yang terjadi segera setelah trauma. Cidera kepala primer dapat
menyebabkan kontusio dan laserasi. Cidera kepala ini dapat berlanjut menjadi
cidera sekunder. Akibat trauma terjadi peningkatan kerusakan sel otak
sehingga menimbulkan gangguan autoregulasi. Penurunan aliran darah ke otak
menyebabkan penurunan suplai oksigen ke otak dan terjadi gangguan
metabolisme dan perfusi otak. Peningkatan rangsangan simpatis menyebabkan
peningkatan tahanan vaskuler sistematik dan peningkatan tekanan darah.
Penurunan tekanan pembuluh darah di daerah pulmonal mengakibatkan
peningkatan tekanan hidrolistik sehingga terjadi kebocoran cairan kapiler.
Trauma kepala dapat menyebabkan odeme dan hematoma pada serebral
sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intra kranial. Sehingga pasien
akan mengeluhkan pusing serta nyeri hebat pada daerah kepala (Padila, 2012).
f. Pathway

Trauma kepala

Ekstra kranial tulang kranial intra krnial

Terputusnya kontinuitas terputusnya kontinuitas nyeri akut

Jaringan otot, kulit, vaskuler tulang

Perdarahan dan hematoma Gangguan suplai darah jaringan otak rusak

Perubahan sirkulasi CSS hipoksia odeme serebral

Gangguan perfusi jaringan

kejang

Peningkatan TIK

Obstruksi jalan nafas

Mual muntah deficit nutrisi kurang dari kebutuhan

Ketidakefektifan bersihan

jalan nafas

g. Pemeriksaan penunjang
1. CT-Scan (dengan/ tanpa kontras), mengidentifikasi adanya hemoragik,
menentukan ukuran ventrikuler, pergeseran jaringan otak.
2. Aniografi Cerebral, menunjukkan kelainan sirkulasi serebral, seperti
pergeseran jaringan otak akibat edema, perdarahan, trauma.
3. X-Ray, mengidentifikasi atau mendeteksi perubahan struktur tulang
(fraktur), perubahan struktur garis (perdarahan/ edema).
4. AGD (Analisa Gas Darah), mendeteksi ventilasi atau masalah
pernapsan (oksigenisasi) jika terjadi peningkatan intrakranial.
5. Elektrolit, untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit sebgai akibat
peningkatan tekanan intrakranial.
6. Hemoglobiin, sebagai salah satu pertanda adanya perdarahan yang hebat.
7. Leukosit, merupakan salah satu indikator berat ringannya cidera kepala
yang terjadi.
8. Ventrikulografi udara.
9. Diagnostik Peritoneal Lavage (DPL).
h. Komplikasi
1. Epilepsi Pasca Trauma
Epilepsi pasca trauma adalah suatu kelainan dimana kejang terjadi
beberapa waktu setelah otak mengalami cidera karena benturan dikepala.
Kejang bisa saja baru terjadi beberapa tahun kemudian setelah terjadinya
cedera. Obat-obat anti kejang (misalnya fentolin, danvalport) biasanya
dapat mengatasi kejang pasca trauma.
2. Afasia
Afasia adalah hilangnya kemampuan untuk menggunakan bahasa
karena terjadinya cedera pada area bahasa diotak. Penderita tidak mampu
memahami atau mengekspresikan kata-kata.
3. Amnesia
Amnesia adalah hilangnya sebagian atau seluruh kemampuan untuk
mengingat peristiwa yang baru saja terjadi atau peristiwa yang sudah lama
berlalu. Penyebabnya masih belum dapat sepenuhnya dimengerti.
4. Diabetes Insipidus
Disebabkan oleh kerusakan traumatik pada tangkai hipofisi,
menyebabkan pengehentian sekresi hormon antidiuretik.
5. Kejang Pasca Trauma, Dapat segera terjadi dalam 24 jam pertama, dini
(minggu pertama) atau lanjut (setelah satu minggu). Kejang segera tidak
merupakan predisposisi untuk kejang lanjut; kejang dini menunjukkan
risiko yang meningkat untuk kejang lanjut dan pasien harus dipertahankan
dengan antikonvulsan.
i. Penatalaksanaan
Menurut Pedoman Tatalaksana Cidera Otak (2014) penatalaksanaan
pasien dengan cidera otak sedang sebagai berikut :
1. Stabilitasi airway, breathing dan sirkulasi
2. Melakukan anamneses, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan neurologis
3. Pemasangan kateter untuk mengevaluasi produksi urin
4. Terapi Medikamentosa :
a. Cairan IV NS 0,9 1,5ml/kgBB/jam
b. Obat simtomatik melalui IV atau supp
c. Obat anti kejang
d. Obat analgesik
5. Pembedahan dilakukan bila terjadi fraktur pada tulang tengkorak dan laserasi
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian keperawatan
b. Diagnosa keperawatan
c. Intervensi keperawatan
d. Implementasi keperawatan
e. Evaluasi keperawatan
DAFTAR PUSTAKA

Padila. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta:


Nuha Medika.

Saferi, andra & Putri, Mariza Yessie. 2013. Keperawatan Medikal


Bedah Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep.
Yogyakarta: Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai