OLEH
KELOMPOK 9
DEBERTU L. BARRANG
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
seperti ini maka skema asuransi sosial menjadi solusi terbaik untuk saat
ini karena resiko biaya berobat dapat di transfer kepada orang lkain dengan
Penyelenggara Jaminan Sosial yang juga hasil transformasi PT. Askes, PT.
Jamsostek sebagai bdan penyelenggara SJSN dan di implementasikan
(PBI) dan peserta non-PBI. Peserta PBI terdiri dari fakir miskin dan orang
tidak mampu, sedangkan peserta non PBI terdiri dari pekerja penerima
upah (PPU) dan anggota keluarganya seperti PNS, anggota TNI/ POLRI,
Kesehatan, sekarang ini telah lebih dari 70% penduduk Indonesia menjadi
156.790.287 orang pada tahun 2015. Kemudian pada tahun 2016 jumlah
(Retnaningsih, 2017)
kesehatan untuk peserta BPJS Kesehatan juga terus meningkat. Pada tahun
Poliklinik Rawat Jalan RS sebanyak 21,3 juta orang; dan jumlah peserta
orang. Selama tahun 2015 ada 146,7 juta orang yang menggunakan
fasilitas kesehatan dengan rincian 100,6 juta di FKTP; 39,8 juta orang di
Poliklinik Rawat Jalan RS; dan 6,3 orang di Rawat Inap RS. Sedangkan
fasilitas kesehatan sebanyak 177,8 juta orang dengan rincian 120,9 juta
orang di FKTP; 49,3 juta orang di Poliklinik Rawat Jalan RS, dan 7,6 juta
BPJS mengalami defisit sebesar 1,94 Triliun, pada akhir tahun 2015 BPJS
Sosial”
BAB II
POKOK PEMBAHASAN
falsafah dan dasar negara Pancasila terutama sila ke-5 dan juga
termaktub dalam UUD 45 pasal 28H dan pasal 34, dan diatur dalam UU
mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya
No. 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan; dan Peta Jalan JKN
secara luas dan direduksi secara efektif, maka pola, pembiayaan ini
kelompok
teratur oleh peserta, pemberi kerja dan atau pemerintah untuk program
yang relatif sama) dan sumber daya yang meliputi seluruh komponen
pada tahun 2014 BPJS mengalami defisit sebesar 3,3 Triliun Rupiah,
kemuidan meningkat menjadi 5,7 Triliun Rupiah pada tahun 2015 pada
menjadi 11,2 Triliun Rupiah. Hal ini tidak sejalan disaat program
oleh :
sebagai badan hukum publik yang terdiri dari BPJS Kesehatan dan
BPJS apakah berbentuk BUMN atau BLU jika ditelisik lebih lanjut
Badan tersebut dilebur tanpa Likuidasi dan digantikan oleh BPJS yang
mengundang persoalan baru dikemudian hari, selain itu ciri khas dari
BPJS itu sendiri . Sejauh ini tidak ada kejelasan mengenai status BPJS
apakah berbentuk BUMN atau BLU jika ditelisik lebih lanjut BPJS
dilebur tanpa Likuidasi dan digantikan oleh BPJS yang hanya berbentuk
baru dikemudian hari, selain itu ciri khas dari BPJS itu sendiri yang
Keuangan BPJS Kesehatan bersifat nirlaba, sifat ini hanya dimiliki oleh
profit
Dalam hal ini BPJS dipimpin oleh direksi yang mana Direksi akan
Legislatif ) dalam artian DPR hanya sebagai Mitra Kerja BPJS, nmaun
tidak diatur sistem pertanggung jawaban DJSN dan Presiden. Selain itu
operasional BPJS.
4. Sistem Pengawasan terhadap pembayaran iuran serta penerimaan
Rekomendasi :
2. Rasionalisai Iuran Peserta PBI dan Non PBI karena dianggap selama ini
THE, 2(1).
5(4), 194–200.