Enzim Klebsiella pneumoniae
Bakteri klebsiella ini memiliki enzim urease dan enzim sitrat permiase. Klebsiella juga mampu
memproduksi enzim ESBL (Extended Spektrum Beta Lactamase) yang dapat melumpuhkan
kerja berbagai jenis antibiotic. Hal ini menyebabkan bakteri kebal dan sulit dilumpuhkan.
Perlawanan terhadap antibiotik tersebut dengan cara :
(1) Obat inaktivasi oleh enzim degradasi atau modifikasi seperti lactamaces beta dan vamino
glikosida transferases,
(2) Perubahan obat target
(3) Munculnya suatu jalur bypass yang tidak dihambat oleh obat
(4) Mengurangi permeabilitas membran untuk obat
(5) Obat penghabisan dari sel-sel.
Klebsiella pneumoniae pertama kali ditemukan oleh Carl Friedlander. Carl Friedlander adalah
patologis dan mikrobiologis dari Jerman yang membantu penemuan bakteri penyebab pneumonia
pada tahun 1882. Carl Friedlander adalah orang yang pertama kali mengidentifikasi
bakteri Klebsiella pneumoniae dari paru-paru orang yang meninggal karena pneumonia. Karena
jasanya, Klebsiella pneumoniae sering pula disebut bakeri Friedlander.
Klebsiella pneumoniae adalah bakteri Gram negatif yang berbentuk batang (basil). Klebsiella
pneumonia tergolong bakteri yang tidak dapat melakukan pergerakan (non motil). Berdasarkan
kebutuhannya akan oksigen, Klebsiella pneumoniae merupakan bakteri fakultatif an
aerob. Klebsiella pneumoniae dapat memfermentasikan laktosa. Pada test dengan
indol, Klebsiella pneumoniae akan menunjukkan hasil negatif. Klebsiella pneumoniae dapat
mereduksi nitrat. Klebsiella pneumoniae banyak ditemukan di mulut, kulit, dan sal usus, namun
habitat alami dari Klebsiella pneumoniae adalah di tanah.
Klebsiella pneumoniae dapat menyebabkan pneumonia. Pneumonia adalah proses infeksi akut
yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Pneumonia yang disebabkan oleh Klebsiella
pneumoniae dapat berupa pneumonia komuniti atau community acquired pnuemonia. Pneumonia
komuniti atau community acquired pnuemonia adalah pneumonia yang di dapatkan dari
masyarakat. Strain baru dari Klebsiella pneumoniae dapat menyebabkan pneumonia nosomikal
atau hospitality acquired pneumonia, yang berarti penyakit peumonia tersebut di dapatkan saat
pasien berada di rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan. Klebsiella pneumonia umumnya
menyerang orang dengan kekebalan tubuh lemah, seperti alkoholis, orang dengan penyakit
diabetes dan orang dengan penyakit kronik paru-paru.
4. Pengobatan
Beberapa jenis Klebsiella pneumonia dapat diobati dengan antibiotik, khususnya antibiotik
yang mengandung cincin beta-laktam.
Contoh antibiotik tersebut adalah ampicillin, carbenicillin, amoxiciline, dll. Dari hasil
penelitian diketahui bahwa Klebsiella pneumonia memiliki sensitivitas 98,4% terhadap
meropenem, 98,2% terhadap imipenem, 92,5% terhadap kloramfenikol, 80 % terhadap
siprofloksasin, dan 2% terhadap ampisilin. Strain baru dan Klebsiella pneumonia kebal terhadap
berbagai jenis antibiotik dan sampai sekarang masih dilakukan penelitian untuk menemukan obat
yang tepat untuk menghambat aktivitas atau bahkan membunuh bakteri tersebut.
5. Diagnosa Laboratorium
Pada pemerikasaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit, biasanya lebih dari
10.000/µl kadang-kadang mencapai 30.000/µl, dan pada hitungan jenis leukosit terdapat
pergeseran kekiri serta terjadi peningkatan LED. Untuk menentukan diagnosis etiologi
diperlukan pemeriksaan dahak, kultur darah dan serologi.
Kesimpulan:
Klebsiella pneumoniae merupakan bakteri Gram negatif yang berbentuk batang
(basil). Klebsiella pneumoniae tergolong bakteri yang tidak dapat melakukan pergerakan (non
motil). Berdasarkan kebutuhannya akan oksigen, Klebsiella pneumoniae merupakan bakteri
fakultatif an aerob. Bakteri ini dapat memfermentasikan laktosa. Pada test dengan
indol, Klebsiella pneumoniae akan menunjukkan hasil negatif tetapi dapat mereduksi nitrat.
Klebsiella pneumoniae dapat menyebabkan pneumonia. Pneumonia itu sendiri proses infeksi
akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Klebsiella pneumoniae yang menyebabkan
penyakit paru-paru memberikan penampakan berupa pembengkakan paru-paru sehingga lobus
kiri dan kanan paru-paru menjadi tidak sama; demam (panas-dingin); batuk-batuk (bronkhitis);
penebalan dinding mukosa; dan dahak berdarah.
Pada pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan pemerikasaan Aanthal Leukosit dan LED,
serta dapat dilakukan pemeriksaan dahak, kultur darah, dan serologi.