Anda di halaman 1dari 4

Klebsiella sp

 Penyebab ISK à K. Pneumoniae dan K. rhinoscleromatis


 Bakteri enterik berbentuk batang pendek
 Ukuran 0,5 mm x 3,0 mm,
 Gram negatif
 Koloni berkapsul tebal àbesar, basah,sangat lengket, mukoid
 Fermentasi laktosa /LFC
 Non motil
 Non spora
 Melalui polisakarida ekstraseluler tersebut, spesies Klebsiella à urine bersifat basa à akan
cenderung membentuk batu
 Lebih sering didapatkan pada pasien dengan batu saluran kemih
 Banyak yang resisten antibiotik à multi drug resistant à menghasilkan Extended Spectrum Beta
Lactamase (ESBL)

Klasifikasi Klebsiella sp secara ilmiah:


         Kingdom         : Bacteria
         Phylum            : Proteobacteria
         Class                : Gamma proteobacteria
         Order               : Enterobacteriales
         Family             : Enterobacteriaceae
         Genus              : Klebsiella
         Spesies            : - Klebsiella pneumonia
-Klebsiella oxytoca
-Klebsiella ozaena
-Klebsiella rhinoscleromatis

 Morfologi dan sifat bakteri Klebsiella sp


Merupakan bakteri gram (-) , berbentuk batang pendek, memiliki ukuran 0,5-1,5 x 1,2µ.
Bakteri ini memiliki kapsul, tetapi tidak membentuk spora. Klebsiella tidak mampu bergerak
karena tidak memiliki flagel tetapi mampu memfermentasikan karbohidrat membentuk asam dan
gas.
Spesies klebsiella menunjukan pertumbuhan mucoid, kapsul polisakarida yang besar dan tidak
motil. Mereka biasanya memberikan hasil  tes yang positif untuk lisin dekarboksilase dan sitrat.
Klebsiella memberikan reaksi Voges-Proskauer yang positif
Sifat Biakan atau Kultur dari Klebsiella sp tersebut pada media EMB dan Mac Conkey koloni
menjadi merah. Kemudian pada media padat tumbuh koloni mucoid (24 jam). Mudah dibiakan di
media sederhana (bouillon agar) dengan koloni putih keabuan dan permukaan mengkilap.
 Tipe Antigen
Klebsiella  memiliki struktur antigen. Anggota dari genus Klebsiella biasanya mengungkapkan
2 jenis antigen pada permukaan sel mereka, yaitu:
         Antigen O merupakan bagian terluar dinding sel lipopolisakarida dan terdiri dari unit
berulang polisakarida. Beberapa polisakarida spesifik O mengandung gula unik. Antigen O tahan
terhadap panas dan alcohol dan biasanya dideteksi dengan cara aglutinasi bakteri. Antibody
terhadap antigen O adalah IgM.
         Antigen K merupakan bagian terluar dari antigen O pada beberapa, tetapi tidak pada
enterobacteriaceae. Beberapa antigen K adalah polisakarida dan yang lainnya protein.

Enzim Klebsiella pneumoniae
Bakteri klebsiella ini memiliki enzim urease dan enzim sitrat permiase. Klebsiella juga mampu
memproduksi enzim ESBL (Extended Spektrum Beta Lactamase) yang dapat melumpuhkan
kerja berbagai jenis antibiotic. Hal ini menyebabkan bakteri kebal dan sulit dilumpuhkan.
Perlawanan terhadap antibiotik tersebut dengan cara :
(1) Obat inaktivasi oleh enzim degradasi atau modifikasi seperti lactamaces beta dan vamino
glikosida transferases,
(2) Perubahan obat target
 (3) Munculnya suatu jalur bypass yang tidak dihambat oleh obat
(4) Mengurangi permeabilitas membran untuk obat
 (5) Obat penghabisan dari sel-sel.

Klebsiella pneumoniae pertama kali ditemukan oleh Carl Friedlander. Carl Friedlander adalah
patologis dan mikrobiologis dari Jerman yang membantu penemuan bakteri penyebab pneumonia
pada tahun 1882. Carl Friedlander adalah orang yang pertama kali mengidentifikasi
bakteri Klebsiella pneumoniae dari paru-paru orang yang meninggal karena pneumonia. Karena
jasanya, Klebsiella pneumoniae sering pula disebut bakeri Friedlander.
Klebsiella pneumoniae adalah bakteri Gram negatif yang berbentuk batang (basil). Klebsiella
pneumonia tergolong bakteri yang tidak dapat melakukan pergerakan (non motil). Berdasarkan
kebutuhannya akan oksigen, Klebsiella pneumoniae merupakan bakteri fakultatif an
aerob. Klebsiella pneumoniae dapat memfermentasikan laktosa. Pada test dengan
indol, Klebsiella pneumoniae akan menunjukkan hasil negatif. Klebsiella pneumoniae dapat
mereduksi nitrat. Klebsiella pneumoniae banyak ditemukan di mulut, kulit, dan sal usus, namun
habitat alami dari Klebsiella pneumoniae adalah di tanah.
Klebsiella pneumoniae dapat menyebabkan pneumonia. Pneumonia adalah proses infeksi akut
yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Pneumonia yang disebabkan oleh Klebsiella
pneumoniae dapat berupa pneumonia komuniti atau community acquired pnuemonia. Pneumonia
komuniti atau community acquired pnuemonia adalah pneumonia yang di dapatkan dari
masyarakat. Strain baru dari Klebsiella pneumoniae dapat menyebabkan pneumonia nosomikal
atau hospitality acquired pneumonia, yang berarti penyakit peumonia tersebut di dapatkan saat
pasien berada di rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan. Klebsiella pneumonia umumnya
menyerang orang dengan kekebalan tubuh lemah, seperti alkoholis, orang dengan penyakit
diabetes dan orang dengan penyakit kronik paru-paru.

1.      Patogenitas bakteri Klebsiella pneumoniae


Melalui saluran pernafasan bagian atas bakteri masuk ke jaringan paru, terjadi penghancuran
jaringan, terbentuk daerah purulen dan nekrosis parenkim paru, terjadi abses paru, bronkiektasis,
bakteri masuk aliran darah, septicemia, abses liver.
-       Kapsul memiliki kemampuan untuk mempertahankan organisme terhadap fagositosis dan
pembunuhan oleh serum normal
-       Galur yang berkapsul lebih virulen daripada galur yang berkapsul ( pada hewan percobaan)
-       Tidak ada toksin selain endotoksin yang berperan pada infeksi oportunistik
Galur Klebsiella pneumoniae ada yang memproduksi enterotoksin (pernah diisolasi dari
penderita tropical sprue) toksin ini mirip dengan ST (tahan panas) dan LT (heat-labile
enterotoksin) dari E.coli, kemampuan memproduksi toksin ini diperantarai oleh
plasmidKlebsiella pneumoniae. Menyebabkan pneumonia dapat menginfeksi tempat lain
disamping saluran pernafasan.
Bakteri ini sering menimbulkan pada traktus urinarius karena nosocomial infection, meningitis,
dan pneumonia pada penderita diabetes mellitus atau pecandu alcohol. Gejala pneumonia yang
disebabkan oleh bakteri ini berupa gejala demam akut, malaise (lesu), dan batuk kering,
kemudian batuknya menjadi produktif dan menghasilkan sputum berdarah dan purulent (nanah).
Bila penyakitnya berlanjut akan terjadi abses nekrosis jaringan paru, bronchiectasi dan vibrosis
paru-paru.

2.       Cara penularan bakteri Klebsiella pnemoniae


Klebsiella pneumoniae yang menyebabkan penyakit paru-paru memberikan penampakan
berupa pembengkakan paru-paru sehingga lobus kiri dan kanan paru-paru menjadi tidak sama;
demam (panas-dingin); batuk-batuk (bronkhitis); penebalan dinding mukosa; dan dahak
berdarah.
Cara penularan ( infeksi ) dari Klebsiella pneumoniae pada pasien rawat inap dapat melalui 3
cara, yaitu :
1.      Aspirasi cairan gaster atau orofaring yang mengandung koloni kuman patogen.
2.      Penyebaran kuman secara hematogen ke paru
3.      Penyebaran melalui udara oleh aerosol atau droplet yang mengandung mikroba.
3.      Gejala klinis
Gejala-gejala seseorang yang terinfeksi Klebsiella pneumoniaeadalah napas cepat dan napas
sesak, karena paru meradang secara mendadak. Batas napas cepat adalah frekuensi pernapasan
sebanyak 50 kali per menit atau lebih pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 1 tahun, dan 40
kali permenit atau lebih pada anak usia 1 tahun sampai kurang dari 5 tahun. Pneumonia Berat
ditandai dengan adanya batuk atau (juga disertai) kesukaran bernapas, napas sesak atau
penarikan dinding dada sebelah bawah ke dalam (severe chest indrawing) pada anak usia 2 bulan
sampai kurang dari 5 tahun. Pada kelompok usia ini dikenal juga Pneumonia sangat berat,
dengan gejala batuk, kesukaran bernapas disertai gejala sianosis sentral dan tidak dapat minum.
Sementara untuk anak dibawah 2 bulan, pnemonia berat ditandai dengan frekuensi pernapasan
sebanyak 60 kali permenit atau lebih atau (juga disertai) penarikan kuat pada dinding dada
sebelah bawah ke dalam, batuk-batuk, perubahan karakteristik dahak, suhu tubuh lebih dari 38 º
C. Gejala yang lain, yaitu apabila pada pemeriksaan fisik ditemukan suara napas bronkhial,
bronkhi dan leukosit lebih dari 10.000 atau kurang dari 4500/uL.
Pada pasien usia lanjut atau pasien dengan respon imun rendah, gejala pneumonia tidak khas,
yaitu berupa gejala non pernafasan seperti pusing, perburukan dari penyakit yang sudah ada
sebelumnya dan pingsan. Biasanya frekuensi napas bertambah cepat dan jarang ditemukan
demam.

4.      Pengobatan
Beberapa jenis Klebsiella pneumonia dapat diobati dengan antibiotik, khususnya antibiotik
yang mengandung cincin beta-laktam.
Contoh antibiotik tersebut adalah ampicillin, carbenicillin, amoxiciline, dll. Dari hasil
penelitian diketahui bahwa Klebsiella pneumonia memiliki sensitivitas 98,4% terhadap
meropenem, 98,2% terhadap imipenem, 92,5% terhadap kloramfenikol, 80 % terhadap
siprofloksasin, dan 2% terhadap ampisilin. Strain baru dan Klebsiella pneumonia kebal terhadap
berbagai jenis antibiotik dan sampai sekarang masih dilakukan penelitian untuk menemukan obat
yang tepat untuk menghambat aktivitas atau bahkan membunuh bakteri tersebut.

5.      Diagnosa Laboratorium
Pada pemerikasaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit, biasanya lebih dari
10.000/µl kadang-kadang mencapai 30.000/µl, dan pada hitungan jenis leukosit terdapat
pergeseran kekiri serta terjadi peningkatan LED. Untuk menentukan diagnosis etiologi
diperlukan pemeriksaan dahak, kultur darah dan serologi.

Kesimpulan:
  Klebsiella pneumoniae merupakan bakteri Gram negatif yang berbentuk batang
(basil). Klebsiella pneumoniae tergolong bakteri yang tidak dapat melakukan pergerakan (non
motil). Berdasarkan kebutuhannya akan oksigen, Klebsiella pneumoniae merupakan bakteri
fakultatif an aerob. Bakteri ini dapat memfermentasikan laktosa. Pada test dengan
indol, Klebsiella pneumoniae akan menunjukkan hasil negatif tetapi dapat mereduksi nitrat.
Klebsiella pneumoniae dapat menyebabkan pneumonia. Pneumonia itu sendiri proses infeksi
akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Klebsiella pneumoniae yang menyebabkan
penyakit paru-paru memberikan penampakan berupa pembengkakan paru-paru sehingga lobus
kiri dan kanan paru-paru menjadi tidak sama; demam (panas-dingin); batuk-batuk (bronkhitis);
penebalan dinding mukosa; dan dahak berdarah.
Pada pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan pemerikasaan Aanthal Leukosit dan LED,
serta dapat dilakukan pemeriksaan dahak, kultur darah, dan serologi.

Anda mungkin juga menyukai