Anda di halaman 1dari 2

Teori Poskolonial Mengenai Perubahan Sosial

Nanang Martono. Sosiologi Perubahan Sosial: Perspektif Klasik, Modern, Posmodern, Poskolonial.
Jakarta : Rajawali Pers.2016

Shafry Saputra Nawawi

1. Teori Poskolonial

Sebelum pembahasaan mengenai konsep teori poskolonial, saya akan jelas kan sedikit
gambaran umum mengenai poskolonial. Secara umum poskolonial merupakan kajian karya
sastra (dan bidang lain) yang berkaitan dengan praktik kolonialisme dan imperialisme, baik
secarasinkronik, maupun diakronik. Ciri khas poskolonial adalah berbagai pembicaraan yang
berkaitan dengan kolonialisme, khususnya orientalisme, sebab termasuk juga di dalamnya adalah
narasi besar dari poskolonial, yaitu orientalisme. Pada konteks sastra Indonesia, dapat digunakan
untuk memahami karya sastra pada masa kolonial Belanda, dan karya-karya yang
menggambarkan adanya relasi pribumi dan penjajah colonial.

Sementara secara etimologis, kata poskolonial berasal dari kata ‘pos’ dan ‘kolonial’,
sedangkan kata kolonial itu berasal dari bahasa Romawi colonial yang berarti tanah pertanian
atau pemukiman. (dari bahasa latin “colonia”), yang kemudian maknanya diperluas menjadi
penaklukan dan penguasaan atas tanah dan harta penduduk asli oleh penduduk pendatang.
definisi kolonialisme adalah sebagai sebuah bentuk pengambilan secara paksa, berupa tanah dan
perekonomian yang dilakukan olehbangsa penjajah, suatu restrukturasi perekonomian
nonkapitalis untuk mendorong kapitalisme penjajahan. Bahkan Moore dan Gilbert pada tahun
1997 mengatakan bahwa teori poskolonial ini sering disebut metode dekonstruksi terhadap
model berpikir dualis (biner) yang membedakan anatara “Timur” dan Barat”. Contohnya: Timur
versus Barat, Diri (self) versus Orang lain (the other), Subyektivitas versus Obyektivitas, Masa
kini versus Masa lalu,Pengamat (subyek) versus Yang Diamati (obyek) dan seterusnya. Model
berpikir oposisi biner ini menempatkan kedudukan Barat, penjajah, self , pengamat, subyek dan
menceritakan dianggap memiliki posisi ungggul dibandingkan dengan Timur, terjajah, orang
luar, obyek, yang diceritakan dan seterusnya. Seperti yang diungkapkan oleh Leela Gandhi
bahwa hubungan antara penjajah-terjajah (atau bekas jajahan) adalah hunungan yang hegemonic,
penjajahan sebagai kelompok superior dibandingkan pihak terjajah yang inferior. Dan dari
hubungan antara penjajah-terjajah yang bersifat hegemonic, kemudian muncullah apa yang
disebut dominasi dan subordinasi. Dari pola hubungan seperti ini kemudian muncullah
gambaran-gambaran yang tidak menyenangkan mengenai pihak terjajah sebagai kelompok
masyarakat barbar, tidak beradab, bodoh, aneh, mistis dan tidak rasional. Model berpikir dualis
ini mengendap dalam ilmu pengetahuan barat karena senatiasa menempatkan kedudukan barat
sebagai bangsa penjajah,orang dalam dan memiliki posisi yang unggul dibandingkan dengan
timur. Teori poskolonial ini menganalisis praktik-praktik “penjajahan” (2kolonialisme) yang
masih berlanjut sampai sekarang, di era modern. Selain penjajahan barat atas timur, penjajahan
juga dilakukan oleh kelompok mayoritas terhadap kelompok minioritas atau kelompok yang
terpinggirkan dalam struktur masyarakat. Termasuk di dalamnya penjajahan laki-laki atas
perempuan. Menurut saya ini mengisyaratkan bahwa poskolonial ingin menggugat praktek-
praktek kolonialisme yang telah melahirkan kehidupan yang penuh dengan rasisme, hubungan
kekuasaan yang tidak seimbang, budaya subaltern, hibriditas dan kreofisasi bukan dengan
propaganda peperangan dan kekerasan fisik, tetapi didialektikakan melalui kesadaran atau
gagasa.

Berdasarkan pemaparan di atas, saya dapat menyimpulkan bahwa teori poskolonial ini
merupakan suatu teori yang mempelajari kondisi dari keadaan sesudahnya. Teori poskolonial
terutama berkenaan dengan keadaan abad ke-18 sampai abad ke-19. Teori ini memberikan
perhatian kepada apa yang disebut budaya pribumi yang merupakan budaya tertindas dari
kekuasaan kolonialisme, juga teori ini berkaitan dengan representasi ras, etnisitas dan
pembentukan negara–bangsa. Untuk itu, kajian poskolonial bertujuan untuk, Pertama ,
mengangkat kembali sejarah ilmu, teknologi dan pengobatan barat, seperti ilmu pengetahuan
dalam perspektif Islam, India, Cina maupun pengetahuan pribumi dan pengetahuan dari budaya
lain melalui kajian empiris dan histories. Kedua, mengembangkan wacana kontemporer tentang
sifat, gaya dan lingkup ilmu pengetahuan, teknologi dan pengobatan non-Barat. Ketiga,
mengembangkan kebijakan ilmu pengetahuan yang mengakui dan menghargai praktek-praktek
ilmiah, teknologi dan pengobatan pribumi atau asli.

Anda mungkin juga menyukai