Anda di halaman 1dari 43

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN.

K DENGAN DIAGNOSA
GERD (GASTROESOPAGEAL REFLUX DISIASE) DI UGD MANDAYA
HOSPITAL

Disusun Oleh :

AGUNG SETYO PAMBUDI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Penilaian Perawat Orientasi

RUMAH SAKIT MANDAYA KARAWANG


DIVISI KEPERAWATAN
KARAWANG, MARET 2021
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan


rahmat, taufik serta hidayah-Nya, sehingga laporan ini dapat diselesaikan. Laporan
ini merupakan laporan tentang, “ Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tn.k Dengan
Diagnosa gastroepageal reflux disease di kamar 515 emerald Mandaya Hospital”
laporan ini disusun sebagai salah satu tugas Perawat baru di Mandaya Hospital.

Pada kesempatan ini tak lupa kami ingin mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah mendukung dalam proses penyusunan laporan ini,
khususnya kepada Kepala Bidang Keperawatan, semua perawat Pembimbing,
Kepala Ruangan Lantai 5 Emerald

beserta rekan-rekan yang telah memberi masukan dan bimbingan selama ini,
sehingga laporan ini dapat diselesaikan.

Kami menyadari bahwa laporan ini masih memiliki banyak kekurangan dan
keterbatasan, oleh karenanya kritikan yang membangun sangat kami harapkan
sebagai masukan yang berharga guna perbaikan dan kemajuan di masa yang akan
datang.

Karawang, Maret 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I...................................................................................................................................1
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................1
A. Pengertian..................................................................................................................1
B. Etiologi.......................................................................................................................1
C. Manifestasi Klinis.......................................................................................................2
D. Patofisiologi................................................................................................................3
E. Komplikasi..................................................................................................................6
F. Pemeriksaan Diagnostik.............................................................................................6
G. Penatalaksanaan........................................................................................................8
H. Diagnosa Keperawatan.............................................................................................11
I. Intervensi Keperawatan...........................................................................................11
BAB II................................................................................................................................17
TINJAUAN KASUS.............................................................................................................17
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN. D DENGAN GERD
(GASTROESOPHAGEAL REFLUX DISEASE) DI RUANG IGD RUMAH SAKIT
BHAYANGKARA TINGKAT II SARTIKA ASIH BANDUNG...........................................................17
A. PENGKAJIAN.............................................................................................................17
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN......................................................................................26
C. INTERVENSI KEPERAWATAN.....................................................................................27
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN...............................................................................28
E. EVALUASI KEPERAWATAN........................................................................................31
F. CATATAN PERKEMBANGAN.....................................................................................31
BAB III...............................................................................................................................32
PENUTUP..........................................................................................................................32
A. Kesimpulan...............................................................................................................32
B. Saran........................................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................33
BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Gastroesophageal reflux disease adalah gerakan terbalik pada makanan
dan asam lambung menuju kerongkongan dan kadangkala menuju mulut.
Reflux terjadi ketika otot berbentuk cincin yang secara normal mencegah isi
perut mengalir kembali menuju kerongkongan (esophageal sphincter bagian
bawah) tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
GERD adalah suatu kondisi di mana cairan lambung mengalami
refluks ke esofagus sehingga menimbulkan gejala khas berupa rasa terbakar,
nyeri di dada, regurgitasi dan komplikasi. Gastroesophageal Reflux Disease
(GERD) adalah suatu keadaan patologis yang disebabkan oleh kegagalan dari
mekanisme antireflux untuk melindungi mukosa esophagus terhadap refluks
asam lambung dengan kadar yang abnormal dan paparan yang berulang.

B. Etiologi
1. Menurunnya tonus LES (lower esophageal spinchter)
2. Bersihan asam dari lumen esophagus menurun
3. Ketahanan epitel esophagus menurun
4. Bahan refluksat mengenai dinding esophagus yaitu : PH<2, adanya
pepsin, garam empedu, HCl
5. Kelainan pada lambung (delayed gastric emptying)
6. Infeksi H. pylori dengan corpus predominan gastritis
7. Non acid refluks (refluks gas) menyebabkan hipersensitivitas visceral
8. Alergi makanan atau tidak bisa menerima makanan juga membuat
refluks, tetapi hal ini adalah penyebab yang kurang sering terjadi.
9. Mengonsumsi makanan berasam, coklat, minuman berkafein dan
berkarbonat, alkohol, merokok tembakau, dan obat-obatan yang
bertentangan dengan fungsi esophageal sphincter bagian bawah
termasuk apa yang memiliki efek antikolinergik (seperti berbagai
antihistamin dan beberapa antihistamin), penghambat saluran kalsium,
progesteron, dan nitrat.
10. Alergi makanan atau tidak bisa menerima makanan juga membuat
refluks, tetapi hal ini adalah penyebab yang kurang sering terjadi.
11. Kelainan anatomi, seperti penyempitan kerongkongan

C. Manifestasi Klinis
1. Rasa panas/ tebakar pada esofagus (pirosis)

2. Muntah

3. Nyeri di belakang tulang payudara atau persis di bawahnya, bahkan


menjalar ke leher, tenggorokan, dan wajah, biasanya timbul setelah
makan atau ketika berbaring

4. Kesulitan menelan makanan (osinofagia) karena adanya penyempitan


(stricture) pada kerongkongan dari reflux.

5. Tukak esofageal peptik yaitu luka terbuka pada lapisan kerongkongan,


bisa dihasilkan dari refluks berulang. Bisa menyebabkan nyeri yang
biasanya berlokasi di belakang tulang payudara atau persis di bawahnya,
mirip dengan lokasi panas dalam perut.

6. Nafas yang pendek dan berbunyi mengik karena ada penyempitan pada
saluran udara

7. Suara parau

8. Ludah berlebihan (water brash)


9. Rasa bengkak pada tenggorokan (rasa globus)

10. Terjadi peradangan pada sinus (sinusitis)

11. Gejala lain : pertumbuhan yang buruk, kejang, nyeri telinga (pada anak)

12. Peradangan pada kerongkongan (esophagitis) bisa menyebabkan


pendarahan yang biasanya ringan tetapi bisa jadi besar. Darah
kemungkinan dimuntahkan atau keluar melalui saluran pencernaan,
menghasilkan kotoran berwarna gelap, kotoran berwarna ter (melena)
atau darah merah terang, jika pendarahan cukup berat.

13. Dengan iritasi lama pada bagian bawah kerongkongan dari refluks
berulang, lapisan sel pada kerongkongan bisa berubah (menghasilkan
sebuah kondisi yang disebut kerongkongan Barrett). Perubahan bisa
terjadi bahkan pada gejala-gejala yang tidak ada. Kelainan sel ini adalah
sebelum kanker dan berkembang menjadi kanker pada beberapa orang.

D. Patofisiologi
GERD terjadi karena beberapa factor seperti Hiatus hernia, pendeknya
LES, penggunaan obat-obatan, faktor hormonal yang menyebabkan penurunan
tonus LES dan terjadi relaksasi abnormal LES sehingga timbul GERD. Hiatus
hernia juga menyebabkan bagian dari lambung atas yang terhubung dengan
esophagus akan mendorong ke atas melalui diafragma sehingga terjadi
penurunan tekanan penghambat refluks dan timbul GERD. Selain itu, GERD
juga terjadi karena penurunan peristaltic esophagus dimana terjadi penurunan
kemampuan untuk mendorong asam refluks kembali ke lambung, kelemahan
kontraksi LES dimana terjadi penurunan kemampuan mencegah refluks,
penurunan pengosongan lambung dimana terjadi memperlambat distensi
lambung, dan infeksi H. Pilory dan korpus pedominas gastritis. GERD dapat
menimbulkan perangsangan nervus pada esophagus oleh cairan refluks
mengakibatkan nyeri akut. Selain itu GRED menyebabkan kerusakan sel
skuamosa epitel yang melapisi esophagus sehingga terjadi nyeri akut,
gangguan menelan, dan bersihan jalan nafas tidak efektif. Gangguan nervus
yang mengatur pernafasan juga disebabkan oleh GERD sehingga timbul pola
nafas tidak efektif. Disamping itu GERD menyebabkan refluks cairan masuk
ke laring dan tenggorokan, terjadi resiko aspirasi dan jika teraspirasi maka
timbul masalah bersihan jalan nafas tidak efektif. GERD dapat menyebabkan
refluks asam lambung dari lambung ke esophagus sehingga timbul odinofagia,
merangsang pusat mual di hipotalamus, cairan terasa pada mulut, aliran balik
dalam jumlah banyak sehingga terjadi penurunan nafsu makan dan timbul
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan.

Esofagus dan gaster dipisahkan oleh suatu zona tekanan tinggi (high
pressure zone) yang dihasilkan oleh kontraksi lower esophageal
sphincter (LES). Pada individu normal, pemisah ini akan dipertahankan
kecuali pada saat terjadinya aliran antegrad yang terjadi pada saat menelan,
atau aliran retrograd yang terjadi pada saat sendawa atau muntah. Aliran balik
dari gaster ke esophagus melalui LES hanya terjadi apabila tonus LES tidak
ada atau sangat rendah (< 3 mmHg). Refluks gastroesofageal pada pasien
GERD terjadi melalui 3 mekanisme:

a. Refluks spontan pada saat relaksasi LES yang tidak adekuat


b. Aliran retrograde yang mendahului kembalinya tonus LES setelah
menelan
c. Meningkatnya tekanan intraabdominal
Dengan demikian dapat diterangkan bahwa patogenesis terjadinya
GERD menyangkut keseimbangan antara faktor defensif dari esophagus dan
faktor ofensif dari bahan refluksat. Yang termasuk faktor defensif esophagus,
adalah pemisah antirefluks (lini pertama), bersihan asam dari lumen
esophagus (lini kedua), dan ketahanan epithelial esophagus (lini ketiga).
Sedangkan yang termasuk faktor ofensif adalah sekresi gastrik dan daya
pilorik
1. Pathway Keperawatan

Obat - obatan, Hormonal,


Pendeknya LES, Infeksi H. Hernia Heatus Pengosongan Lambung Obesitas
Pylori dan korpus pedominas lambat, dilatasi lambung
gastritis

Tekanan intra
Bagian dari lambung atas Transient LES
Kekuatan lower abdomen meningkat
yang terhubung dengan Relaxation
Esophageal Sphincter
esophagus akan mendorong
(LES) menurun
ke atas melalui diafragma

Penurunan tekanan
penghambat refluks

Aliran retrograde yang mendahului Refluks spontan saat relaksasi


kembalinya tonus LES setelah LES tidak adekuat
menelan

Aliran asam lambung ke


esofagus

Kontak asam lambung dan mukosa


esophagus dalam waktu lama dan/atau
berulang
GASTROESOPHAGEAL
REFLUKS DISEASE (GERD)

Asam lambung mengiritasi Nafas bau asam Refluks saat malam


sel mukosa esofagus hari

Kerusakan sel mukosa Merangsang pusat Aspirasi isi lambung ke


esofagus mual tracheobronkial

Peradangan Risiko
Aspirasi

Hearth burn non Odinofagia Penurunan


cardiac nafsu makan

Gangguan Intake nutrisi


Nyeri Akut Menelan inadekuat

BB menurun

Ketidakseimbangan
Nutrisi Kurang Dari
Kebutuhan Tubuh
Faktor ofensif dari bahan refluksat bergantung dari bahan yang
dikandungnya. Derajat kerusakan mukosa esophagus makin meningkat pada
pH < 2, atau adanya pepsin atau garam empedu. Namun dari kesemuanya itu
yang memiliki potensi daya rusak paling tinggi adalah asam.

Faktor-faktor lain yang berperan dalam timbulnya gejala GERD adalah


kelainan di lambung yang meningkatkan terjadinya refluks fisiologis, antara
lain dilatasi lambung, atau obstruksi gastric outlet dan delayed gastric
emptying. Peranan infeksi helicobacter pylori dalam patogenesis GERD relatif
kecil dan kurang didukung oleh data yang ada. Namun demikian ada
hubungan terbalik antara infeksi H. pylori dengan strain yang virulens (Cag A
positif) dengan kejadian esofagitis, Barrett’s esophagus dan adenokarsinoma
esophagus. Pengaruh dari infeksi H. pylori terhadap GERD merupakan
konsekuensi logis dari gastritis serta pengaruhnya terhadap sekresi asam
lambung. Pengaruh eradikasi infeksi H. pylori sangat tergantung kepada
distribusi dan lokasi gastritis. Pada pasien-pasien yang tidak mengeluh gejala
refluks pra-infeksi H. pylori dengan predominant antral gastritis, pengaruh
eradikasi H. pylori dapat menekan munculnya gejala GERD. Sementara itu
pada pasien-pasien yang tidak mengeluh gejala refluks pra-infeksi H. pylori
dengan corpus predominant gastritis, pengaruh eradikasi H. pylori dapat
meningkatkan sekresi asam lambung serta memunculkan gejala GERD. Pada
pasien-pasien dengan gejala GERD pra-infeksi H. pylori dengan antral
predominant gastritis, eradikasi H. pylori dapat memperbaiki keluhan GERD
serta menekan sekresi asam lambung. Sementara itu pada pasien-pasien
dengan gejala GERD pra-infeksi H. pylori dengan corpus predominant
gastritis, eradikasi H. pylori dapat memperburuk keluhan GERD serta
meningkatkan sekresi asam lambung. Pengobatan PPI jangka panjang pada
pasien-pasien dengan infeksi H. pylori dapat mempercepat terjadinya gastritis
atrofi. Oleh sebab itu, pemeriksaan serta eradikasi H. pylori dianjurkan pada
pasien GERD sebelum pengobatan PPI jangka panjang.

Non-acid reflux turut berperan dalam patogenesis timbulnya gejala


GERD. Non-acid reflux adalah berupa bahan refluksat yang tidak bersifat
asam atau refluks gas. Dalam keadaan ini, timbulnya gejala GERD
E. Komplikasi
1. Erosif esofagus

2. Esofagus barrett’s

3. Striktur esofagus

4. Gagal tumbuh (failur to thrive)

5. Perdarahan saluran cerna akibat iritasi

6. Aspirasi

F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Endoskopi

Pemeriksaan endoskopi saluran cerna bagian atas merupakan


standar baku untuk diagnosis GERD dengan ditemukannya mucosal break
di esophagus (esofagitis refluks). Jika tidak ditemukan mucosal break pada
pemeriksaan endoskopi saluran cerna bagian atas pada pasien dengan
gejala khas GERD, keadaan ini disebut non-erosive reflux disease
(NERD).

2. Esofagografi dengan barium

Dibandingkan dengan endoskopi, pemeriksaan ini kurang peka dan


seringkali tidak menunjukkan kelainan, terutama pada kasus esofagitis

ringan. Pada keadaan yang lebih berat, gambar radiology dapat berupa
penebalan dinding dan lipatan mukosa, ulkus, atau penyempitan lumen.
Walaupun pemeriksaan ini sangat tidak sensitive untuk diagnosis GERD,
namun pada keadaan tertentu pemeriksaan ini mempunyai nilai lebih dari
endoskopi, yaitu pada stenosis esophagus derajat ringan akibat esofagitis
peptic dengan gejala disfagia, dan pada hiatus hernia.

3. Monitoring pH 24 jam

Episode refluks gastroesofageal menimbulkan asidifikasi bagian


distal esophagus. Episode ini dapat dimonitor dan direkam dengan
menempatkan mikroelektroda pH pada bagian distal esophagus.
Pengukuran pH pada esophagus bagian distal dapat memastikan ada
tidaknya refluks gastroesofageal. pH dibawah 4 pada jarak 5 cm di atas
LES dianggap diagnostik untuk refluks gastroesofageal.

4. Tes Perfusi Berstein

Tes ini mengukur sensitivitas mukosa dengan memasang selang


transnasal dan melakukan perfusi bagian distal esophagus dengan HCl 0,1
M dalam waktu kurang dari 1 jam. Tes ini bersifat pelengkap terhadap
monitoring pH 24 jam pada pasien-pasien dengan gejala yang tidak khas.
Bila larutan ini menimbulkan rasa nyeri dada seperti yang biasanya
dialami pasien, sedangkan larutan NaCl tidak menimbulkan rasa nyeri,
maka test ini dianggap positif. Test Bernstein yang negative tidak
menyingkirkan adanya nyeri yang berasal dari esophagus.

5. Manometri esofagus : mengukuran tekanan pada katup kerongkongan


bawah menunjukan kekuatannya dan dapat membedakan katup yang
normal dari katup yang berfungsi buruk kekuatan sphincter

G. Penatalaksanaan
Pada prinsipnya, penatalaksanaan GERD terdiri dari modifikasi gaya
hidup, terapi medikamentosa, terapi bedah serta akhir-akhir ini mulai
dilakukan terapi endoskopik. Target penatalaksanaan GERD adalah
menyembuhkan lesi esophagus, menghilangkan gejala/keluhan, mencegah
kekambuhan, memperbaiki kualitas hidup, dan mencegah timbulnya
komplikasi.

1. Modifikasi gaya hidup

Modifikasi gaya hidup merupakan salah satu bagian dari penatalaksanaan


GERD, namun bukan merupakan pengobatan primer. Walaupun belum
ada studi yang dapat memperlihatkan kemaknaannya, namun pada
dasarnya usaha ini bertujuan untuk mengurangi frekuensi refluks serta
mencegah kekambuhan.
2. Terapi medikamentosa

Terdapat berbagai tahap perkembangan terapi medikamentosa pada


penatalaksanaan GERD ini. Dimulai dengan dasar pola pikir bahwa
sampai saat ini GERD merupakan atau termasuk dalam kategori gangguan
motilitas saluran cerna bagian atas. Namun dalam perkembangannya
sampai saat ini terbukti bahwa terapi supresi asam lebih efektif daripada
pemberian obat-obat prokinetik untuk memperbaiki gangguan motilitas.

Pada berbagai penelitian terbukti bahwa respons perbaikan gejala


menandakan adanya respons perbaikan lesi organiknya (perbaikan
esofagitisnya). Hal ini tampaknya lebih praktis bagi pasien dan cukup
efektif dalam mengatasi gejala pada tatalaksana GERD.

Berikut adalah obat-obatan yang dapat digunakan dalam terapi


medikamentosa GERD :

a. Antasid

Golongan obat ini cukup efektif dan aman dalam menghilangkan


gejala GERD tetapi tidak menyembuhkan lesi esofagitis. Selain
sebagai buffer terhadap HCl, obat ini dapat memperkuat tekanan
sfingter esophagus bagian bawah.

b. Antagonis reseptor H2

Yang termasuk dalam golongan obat ini adalah simetidin, ranitidine,


famotidin, dan nizatidin. Sebagai penekan sekresi asam, golongan
obat ini efektif dalam pengobatan penyakit refluks gastroesofageal
jika diberikan dosis 2 kali lebih tinggi dan dosis untuk terapi ulkus.
Golongan obat ini hanya efektif pada pengobatan esofagitis derajat
ringan sampai sedang serta tanpa komplikasi.

c. Obat-obatan prokinetik

Secara teoritis, obat ini paling sesuai untuk pengobatan GERD karena
penyakit ini lebih condong kearah gangguan motilitas. Namun, pada
prakteknya, pengobatan GERD sangat bergantung pada penekanan
sekresi asam.

d. Metoklopramid

Obat ini bekerja sebagai antagonis reseptor dopamine. Efektivitasnya


rendah dalam mengurangi gejala serta tidak berperan dalam
penyembuhan lesi di esophagus kecuali dalam kombinasi dengan
antagonis reseptor H2 atau penghambat pompa proton. Karena
melalui sawar darah otak, maka dapat timbul efek terhadap susunan
saraf pusat berupa mengantuk, pusing, agitasi, tremor, dan diskinesia.

e. Domperidon

Golongan obat ini adalah antagonis reseptor dopamine dengan efek


samping yang lebih jarang disbanding metoklopramid karena tidak
melalui sawar darah otak. Walaupun efektivitasnya dalam.

mengurangi keluhan dan penyembuhan lesi esophageal belum banyak


dilaporkan, golongan obat ini diketahui dapat meningkatkan tonus
LES serta mempercepat pengosongan lambung.

f. Cisapride

Sebagai suatu antagonis reseptor 5 HT4, obat ini dapat mempercepat


pengosongan lambung serta meningkatkan tekanan tonus LES.
Efektivitasnya dalam menghilangkan gejala serta penyembuhan lesi
esophagus lebih baik dibandingkan dengan domperidon.

g. Sukralfat (Aluminium hidroksida + sukrosa oktasulfat)

Berbeda dengan antasid dan penekan sekresi asam, obat ini tidak
memiliki efek langsung terhadap asam lambung. Obat ini bekerja
dengan cara meningkatkan pertahanan mukosa esophagus, sebagai
buffer terhadap HCl di eesofagus serta dapat mengikat pepsin dan
garam empedu. Golongan obat ini cukup aman diberikan karena
bekerja secara topikal (sitoproteksi).

h. Penghambat pompa proton (Proton Pump Inhhibitor/PPI)


Golongan obat ini merupakan drug of choice dalam pengobatan
GERD. Golongan obat-obatan ini bekerja langsung pada pompa
proton sel parietal dengan mempengaruhi enzim H, K ATP-ase yang
dianggap sebagai tahap akhir proses pembentukan asam lambung.

Obat-obatan ini sangat efektif dalam menghilangkan keluhan serta


penyembuhan lesi esophagus, bahkan pada esofagitis erosive derajat berat
serta yang refrakter dengan golongan antagonis reseptor H2.

Umumnya pengobatan diberikan selama 6-8 minggu (terapi inisial)


yang dapat dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan (maintenance therapy)
selama 4 bulan atau on-demand therapy, tergantung dari derajat
esofagitisnya.
H. Diagnosa Keperawatan

1. Risiko aspirasi berhubungan dengan hambatan menelan, penurunan refluks


laring dan glotis terhadap cairan refluks.

2. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi lapisan esofagus.

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan anoreksia, mual, muntah.

4. Gangguan menelan berhubungan dengan penyempitan/striktur pada


esophagus akibat gastroesofageal reflux disease.
I. Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Tujuan & Kh Intervensi Rasional

1. Risiko Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tingkat 1. Meningkatkan


aspirasi keperawatan selama 3x24 kesadaran, reflek ekspansi paru
berhubungan jam masalah aspirasi pada batuk dan maksimal dan alat
dengan klien dapat diatasi dengan kemampuan pembersihan jalan
hambatan kriteria hasil: menelan. napas.
menelan, 2. Naikkan kepala 2. Meningkatkan
penurunan re Status hasil: 30-45 derajat pengisian udara
- Klien dapat bernafas
fleks laring dengan mudah, tidak setelah makan. seluruh segmen
dan glotis irama, frekuensi 3. Potong makanan paru, memobilisasi
pernafasan normal skala
terhadap 4 kecil kecil. dan mengeluarkan
cairan - Pasien mampu sekret.
refluks. menelan, mengunyah Hindari makan 3. Menghindari
tanpa terjadi aspirasi, kalau residu masih terjadinya risiko
dan mampu melakukan banyak ahli gizi aspirasi yang terlalu
oral hygiene skala 4 tinggi.

- Jalan nafas paten, mudah Dapat membatasi


ekspansi
bernafas, tidak merasa gastroesofagus
tercekik dan tidak ada
4. Perlu bantuan
suara nafas abnormal
dalam perencanaan
skala 4
diet yang
memenuhi
kebutuhan nutrisi
2. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 1. Kurangi faktor 1. Dengan
berhubungan keperawatan selama 3x24 presipitasi nyeri berkurangnya
dengan jam, pasien tidak 2. Tingkatkan faktor pencetus
inflamasi mengalami nyeri, dengan istirahat nyeri maka pasien
lapisan kriteria hasil: 3. Berikan informasi tidak terlalu
esofagus - Mampu mengontrol tentang nyeri merasakan
nyeri (tahu penyebab seperti penyebab intensitas nyeri.
nyeri, mampu nyeri, berapa lama 2. Menurunkan
menggunakan tehnik nyeri akan tegangan abdomen
nonfarmakologi untuk berkurang, dan dan meningkatkan
mengurangi nyeri, antisipasi rasa kontrol.
mencari bantuan) ketidaknyamanan 3. Pemberian
- Melaporkan bahwa prosedur. informasi yang
nyeri berkurang dengan 4. Ajarkan tentang berulang dapat
menggunakan teknik mengurangi rasa
manajemen nyeri nonfarmakologi kecemasan pasien
- Mampu mengenali seperti teknik terhadap rasa
nyeri (skala, intensitas, relaksasi nafas nyerinya.
frekuensi dan tanda dalam, distraksi 4. Meningkatkan
- Tanda vital dalam dan kompres relaksasi,
rentang normal hangat/dingin. memfokuskan
5. Berikan analgesik kembali perhatian
untuk mengurangi dan meningkatkan
nyeri kemampuan
koping.
5. Perlu penanganan
obat untuk
memudahkan
istirahat adekuat
dan penyembuhan

3. Ketidak Setelah dilakukan tindakan 1. Dengan memilh


1. diskusikan pada
seimbangan keperawatan selama 3x24 mkanan yang di
pasien makanan
jam klien dapat sukai pasien maka
nutrisi kurang yang di
menunjukkan kriteria hasil: selera makan si
sukainya dan
dari kebutuhan 1. peningkatan berat pasienakan
tubuh makanan yang
badan sesuai dengan bertambah dan
tidak di
berhubungan tujuan skala 4 dapat mengurangi
sukainya
dengan intake 2. tidak ada tanda -tanda rasa mual dan
malnutrisi skala 4 2. buat jadwal mutah
kurang akibat
3. tidak ada penurunan masukantiap 2. Setelah tindakan
mual dan mutah berat badan yang pembagian,kapasita
jam.anjurkan
berarti skala 4 mengukur s gaster menurun
Definisi: 4. mengidentifikasi skala cairan/makanan kurang dari 50 ml
Intake nutrisi skala 4 dan minum ,sehingga perlu
5. stamina dan energi ada sedikit demi makan
Nutrisi tidak
skala 4 sedikit atau sedikit/sering
Cukup untuk
mkan secara 3. Menurunkan
Keperluan perlahan kemungkinanaspira

Metabolism si
3. beritahu pasien
4. Makan berlebihan
Tubuh untuk duduk
dapat
saat
mengakibatkan
makan/minum.
mual dan mutah

4. Tekankan 5. Pengawasan

pentingnya kehilangan dan alat

menyadari pengkjian

kenyang dan kebutuhan nutrisi

menghentikan
masukan

5. Timbang berat
badan tiap hari
secara teratur
4. Gangguan Setelah dilakukan tindakan 1. Bantu pasien 1. Menetralkan
Menelan keperawatan selama 1x24 dengan hiperekstensi,
berhubungan jam maka gangguan mengontrol kepala membantu
dengan menelan pada klien dapat mencegah aspirasi
penyempitan diatasi dengan kriteria dan meningkatkan
/strikture hasil: kemampuan untuk
pada - Klien dapat menelan menelan.
esophagus makanan dengan 2. Letakkan pasien 2. Menggunakan
akibat sempurna skala 4 pada posisi gravitasi untuk
gastroesophe duduk/tegak memudahkan
gal reflux selama dan setelah proses menelan.
disease makan. 3. Pasien
dapat
3. Berikan makan
Perlahan pada berkonsentrasi pada
lingkungan yang
mekanisme makan
tenang
tanpa
adnya gangguan
distraksi
dari luar
3. Berikan makan 3. Pasien dapat
perlahan pada berkonsentrasi pada
lingkungan yang mekanisme makan
tenang tanpa adnya
gangguan distraksi
dari luar
BAB II

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN.K DENGAN DIAGNOSA GERD


(GASTROESOPAGEAL REFLUX DISIASE) DI UGD MANDAYA HOSPITAL

Rumah Sakit : Mandaya hospital karawang


BandRuangan : UGD
Tanggal Pengkajian : 16 Maret 2021Jam: 08:00 WIB
Diagnosa Medis : GERD (Gastroesophageal Reflux Disease)

A. PENGKAJIAN
Identitas Pasien Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tn.Krisna perdana nugroho Nama : Ny. Paulina ika kartika


Umur : 38 tahun 8 bulan Umur : 34 tahun
J. kelamin : laki-laki J. Kelamin : Perempuan
Suku : Jawa Suku : Jawa
Agama : katolik Agama : Katolik
Pendidikan : S1 Pendidikan : S1
No. RM : 00-20-20-51 No. RM :-
Alamat : Galuhmas clust Mf IX/E8 Alamat : Galuhmas clust Mf IX/E8
Parangmulya Telukjambe Parangmulya Telukjambe
timur Karawang timur Karawang
B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Tn. k datang dengan keluhan nyeri ulu hati serta pusing sejak 2 hari yang
lalu sebelum masuk rumah sakit. Nyeri ulu hati dirasakan panas hingga
dada, klien juga mengatakan melilit dan mual.

2. Riwayat Penyakit Sebelumnya


Tn,k mengatakan tidak ada penyakit sebelumnya

3. Riwayat Kesehatan Keluarga


Tn. k mengatakan keluarganya tidak ada yang mengalami sakit seperti
dirinya.

C. PEMERIKSAAN FISIK
Kardiovaskuler - Suara jantung  S1 S2 Tunggal S3 S4
- Nadi Reguler  Iregular HR 102x/menit
- Capilary refill  < 3 detik > 3 detik
- JVP  Normal Meningkat ….. cm
- Murmur
Ya  Tidak
- Gallop
Ya  Tidak
- Akral
 hangat Dingin
- Oedem
Ya, lokasi  Tidak
- Lain- lain
Tidak ada

- Bentuk dada Simetris


Respiratory

- Bunyi nafas  Bronkial Bronkovesikular Vesikular


Suara nafas tambahan
- Whezing  Tidak Ya, (kanan/kiri)
- Ronchi Tidak  Ya, (kanan/kiri)
- Stridor  Tidak Ya,
- Snoring
 Tidak Ya,
Batuk
 Tidak Ya, Produktif/ tidak, secret……
Pemakaian otot Bantu nafas
 Tidak Ya, ……………….
RR
24 x/menit
- Lain – lain
Tidak ada

- Warna kulit Cokelat


Integumen

- Kelembaban  lembab berkeringat kering


- Icterus Tidak ya, lokasi……….
- Turgor
- Jejas  tidak ada, ……cm. lokasi…………
- Luka  tidak ada …….cm lokasi…………
- Luka bakar  tidak ada
- Lain – lain Tidak ada
Neurologi - Pupil  Isokor Anisokor
Reflek cahaya Normal
Diameter
- GCS Composmentis E4V5M6
- Reflek patologis babinski chadock regresi tidak ada
- Reflek fisiologis  bisep  trisep achiles  patela
- Meningeal Sign kernig kaku kuduk Brudzinki I
- Parestesia  tidak ada, ……cm. lokasi…………
- Gangguan N I s/d N XII Tidak ada
- Lain – lain Tidak ada
- Riwayat pertumbuhan dan  Perubahan ukuran kepala, tangan atau kaki
Endokrin

perkembangan fisik pada waktu dewasa


Kekeringan kulit atau rambut
Exopthalmus Goiter Hipoglikemia
Tidak toleran terhadap panas
Tidak toleran terhadap dingin
Polidipsi Poliphagi Poliuri
- Lain – lain Tidak ada masalah
Muskuloskeletal - Kemampuan pergerakan sendi  Bebas Terbatas
- Parese Ya Tidak
- Paralise Ya Tidak
- Hemiparese Ya Tidak
- Kontraktur Ya Tidak
- Lain- lain …………………………
…………………………
Ekstremitas
- Atas  Tidak ada kelainan Peradangan
Patah tulang Perlukaan
Lokasi…………………….
- Bawah  Tidak ada kelainan Peradangan
Patah tulang Perlukaan
Lokasi punggung kaki kiri.
- Tulang belakang  Tidak ada kelainan Peradangan
Patah tulang Perlukaan
Lokasi…………………….
- Lain –lain Tidak ada
Gastrointestinal Abdomen
- Kontur Abdomen  Normal distensi
- Jejas  Tidak ya,……cm, lokasi……..
- Bising usus Tidak  ada, 12 x/mt
- Meteorismus  Tidak ya
- Nyeri tekan
 Tidak ya, lokasi………
- Pembesaran Hepar
 Tidak ya,..........cm bawah arcus costae
- Pembesaran Limpa
 Tidak ya
- Teraba Massa
 Tidak ya, lokasi………………………..
- Ascites
 Tidak ya
- BAB frekwensi/ konsistensi
1 x/hari
- Mual/ muntah
Tidak  ya, mual saja
- Lain – lain

Nutrisi
Pola makan
Tidak ada
- Jenis Diet/ kalori
 Tidak Ya,……………………..
- Mendapat makanan tambahan
Tidak habis 1 porsi 1 piring 3x/hari
- Klien makan Makanan yang
disajikan
- Kesulitan menelan  Tidak ya

- TB/BB cm / kg

- Terpasang Alat Bantu  Tidak ya………………………

- Lain – lain Tidak ada


Konsep Diri Tanggapan tentang tubuh
- Citra diri / body image Bagian tubuh yang disukai..……………………
Bagian tubuh yang tidak disukai………………
Persepsi terhadap kehilangan bagian tubuh yang
lainnya………………………………………….

Status klien dalam keluarga


- Identitas anak istri  suami
kepuasan klien terhadap status dan posisinya
dalam keluarga  puas tidak puas
kepuasan klien terhadap jenis kelaminya
 puas tidak puas
Psikososial
- Peran tanggapan klien terhadap perannya
 senang tidak senang
lain – lain……………………………………..
kemampuan / kesanggupan klien melaksanakan
perannya  sanggup tidak sanggup
kepuasan klien melaksanakan perannya
 puas tidak puas
lain- lain…………………………………………

- Ideal diri / harapan harapan klien terhadap tubuhnya selalu sehat


posisi (dalam pekerjaan)
status (dalam keluarga) ayah dan suami
tugas/ pekerjaan tidak bekerja
Harapan klien terhadap penyakit yang dideritanya
Klien selalu berharap semoga selalu sehat.

- Harga diri tanggapan klien terhadap harga dirinya : klien


sangat menghargai dirinya.

- Sosial /interaksi Klien sering dikunjungi oleh keluarga ya klien


sering dikunjungi oleh anak-anaknya
Hubungan klien dengan keluarga baik
Dukungan keluarga terhadap klien : semua
keluarga sangat mendukung klien

- Spiritual Klien melaksanakan sholat 5 waktu dan rutin


menghadiri pengajian.
D. HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG ( LABORATORIUM, FOTO
THORAX, DLL) :
No. Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
1. Hematologi
Hemoglobin 12.3 g/dl 14-17.5
Leukosit 5,99/mm3m 5.000-10.000
Eritrosit 34.35Juta/m 4.50-5.90
Trombosit 308,000 /mm3 150,000-450,000
37 %
Hematokrit 40-52
MVC 85 fL 82-92
MCH 27-31
28 pg
MCHC 33 g/dL 32-35
Hitung jenis
Basofil 0% 0-1
4%
Eusinofil <4
70 %
Neutrofit 19 % 50-70
7%
Limfosit 20-40
3.72 %
NLCR 1-15
1,120 /mm3
Limfosit absolut 1,000- 4,000
2.
Kimia darah
Glukosa sewaktu 97 mg/Dl 60-140

Imuno Serologi
CRP <5 mg/L <5
Rapid Test Antigen SARS-Cov Negatif Negatif
Hemosastis
Waktu pendarahan 2.00 menit 2.00-6.00
Waktu pembekuan 6.00 menit 3.00-7.00
Kimia Darah
SGOT 13 IU/L 0-42
SGPT 17 IU/L 0-47
Ureum 23 mg/dL 10-50
Kreatinin 1.0 mg/dL 0.6-1.2

FOTO THORAX

Klinis:

- Trakhea masih di tengah


- Cor tidak membesar
- Sinuses dan diapragma normal
- Pulmo : - Hili normal
- Corakan bronkhovaskuler bertambah
- Tidak Nampak perbecakan

Kesan :

Tidak tampak tandatanda pneumonia


Tidak tampak kardiomegali
E. TERAPI
1. Infusan RL / 8Jam selama 24 jam
2. Infusan dex 5% / 8 Jam
3. Pumpicel 40 mg 2x
4. Trovensis 8 mg 3x
5. Episan 200 ml 3x 1 tab
6. Buscopan plus 3x 1 tab
7. Redacid 250 mg 2x 1 tab
8. New diatab 600 mg 3x 1 tab
9. Tricodazole 500 mg 3x 1 tab
ANALISA DATA

Nama Pasien : Tn. K


Umur : 38 Tahun 8 bulan
NO DATA ( DS/DO) MASALAH ETIOLOGI
1. DS : Nyeri akut Inflamasi lapisan
- Klien mengeluh nyeri ulu hati esofagus
sejak 2 hari yang lalu

- Nyeri ulu hati dirasakan panas


hingga dada

- klien juga mengatakan melilit


dan mual

DO:

TD:120/60 mmhg
N: 80x/menit
S:36,5 celcius
R:24 x/menit
SPO:98 %
TB:171 cm
BB:60 kg

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi lapisan esofagus

33
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Kurangi faktor presipitasi nyeri 1. Dengan berkurangnya faktor
berhubungan selama 3x24 jam, pasien tidak 2. Tingkatkan istirahat pencetus nyeri maka pasien tidak

dengan inflamasi mengalami nyeri, dengan kriteria hasil: 3. Berikan informasi tentang nyeri terlalu merasakan intensitas nyeri.
- Mampu mengontrol nyeri (tahu seperti penyebab nyeri, berapa 2. Menurunkan tegangan abdomen dan
lapisan esofagus
penyebab nyeri, mampu lama nyeri akan berkurang, dan meningkatkan rasa kontrol.
menggunakan tehnik antisipasi ketidaknyamanan 3. Pemberian informasi yang berulang
nonfarmakologi untuk mengurangi prosedur. dapat mengurangi rasa kecemasan
nyeri, mencari bantuan) 4. Ajarkan tentang teknik pasien terhadap rasa nyerinya.
- Melaporkan bahwa nyeri berkurang nonfarmakologi seperti teknik 4. Meningkatkan relaksasi,
dengan menggunakan manajemen relaksasi nafas dalam, distraksi memfokuskan kembali perhatian
nyeri dan kompres hangat/dingin. dan meningkatkan kemampuan
- Mampu mengenali nyeri (skala, 5. Berikan analgesik untuk koping.
intensitas, frekuensi dan tanda mengurangi nyeri 5. Perlu penanganan obat untuk
- Tanda vital dalam rentang normal memudahkan istirahat adekuat dan
penyembuhan

31
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
TGL KODE (NDX) JAM IMPLEMENTASI PARAF

16 Maret 2021 1 Shift Pagi

08.00 WIB - Pasien masuk UGD

- Mengobservasi TTV

Respon : klien kooperatif

Hasil : ( TD : 120/80 mmhg, N : 80


x/menit, R : 24 x/menit, S : 36,4 celcius)
Pasien masih merasakan nyeri dada seperti
terbakar

08.05 WIB

- Memasang Infus di vena metacarpal


sinistra vasofix 20 dengan cairan RL
500/ 8 jam + mengambil darah cek
lab:dr,gds,crp
- Melakukan swab antigen hasilnya
negative

31
- Mengantar pasien rontgen

31
08.30 WIB - Memberikan tindakan sesuai advis

 Memberikan injeksi
 Pimpisel 40 mg
 Trovensis 8 mg

08.32 WIB - Memasang EKG


- Mengganti cairan infus D5 20 tpm

08.50 WIB - Pindah ke ruang emerald kamar 517

31
Shift Pagi
Operan Shift dengan perawat emerald
09.00 WIB

11.00 WIB
- Memberikan obat episan syrup 3x 1c
- Monitor balance cairan

Shift siang

16:30
- Monitoring cairan infus,tetesan lancer,tidak
flebitis

- Menobservasi ttv
Shift malam
- Monitoring cairan infus ,tetesan infus,tidak
24:00 flebitis

17 Maret 2021 06:30


- Cek ttv Td:120/80,S:36,8,R:22 ,N:77
- Pasien mengatakan dadanya sudah agak
mendingan
08:00
31
- Mendampingi dokter visite

- Rencana gastro copy

14:30

- Memberikan obat seusai daftar obat mengganti


20:00 cairan infus rl 500 ml/8 jam

- Monitor cairan infus


- Memeberikan obat sesuai jadwal

24:00
- Monitor cairan infus

18 Maret 2020

07:00

- Cek ttv td:120/80,s:36,3,rr:20,n:80


- pasien tampak nyerinya berkurang

14:00
- menganti cairan infus

20:00 - memasukkan obat sesuai jadwal

31
24:00
- Mengganti cairan infus
07:00
- Cek ttv td:110/80,n:87,s:36,0,r:20x/mnt
19 Maret 2021
- Pasien mengatakan sudah tidak nyeri

08:00

- Pasien boleh pulang

31
E. EVALUASI

32
32
32

Anda mungkin juga menyukai