K DENGAN DIAGNOSA
GERD (GASTROESOPAGEAL REFLUX DISIASE) DI UGD MANDAYA
HOSPITAL
Disusun Oleh :
Pada kesempatan ini tak lupa kami ingin mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah mendukung dalam proses penyusunan laporan ini,
khususnya kepada Kepala Bidang Keperawatan, semua perawat Pembimbing,
Kepala Ruangan Lantai 5 Emerald
beserta rekan-rekan yang telah memberi masukan dan bimbingan selama ini,
sehingga laporan ini dapat diselesaikan.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih memiliki banyak kekurangan dan
keterbatasan, oleh karenanya kritikan yang membangun sangat kami harapkan
sebagai masukan yang berharga guna perbaikan dan kemajuan di masa yang akan
datang.
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I...................................................................................................................................1
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................1
A. Pengertian..................................................................................................................1
B. Etiologi.......................................................................................................................1
C. Manifestasi Klinis.......................................................................................................2
D. Patofisiologi................................................................................................................3
E. Komplikasi..................................................................................................................6
F. Pemeriksaan Diagnostik.............................................................................................6
G. Penatalaksanaan........................................................................................................8
H. Diagnosa Keperawatan.............................................................................................11
I. Intervensi Keperawatan...........................................................................................11
BAB II................................................................................................................................17
TINJAUAN KASUS.............................................................................................................17
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN. D DENGAN GERD
(GASTROESOPHAGEAL REFLUX DISEASE) DI RUANG IGD RUMAH SAKIT
BHAYANGKARA TINGKAT II SARTIKA ASIH BANDUNG...........................................................17
A. PENGKAJIAN.............................................................................................................17
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN......................................................................................26
C. INTERVENSI KEPERAWATAN.....................................................................................27
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN...............................................................................28
E. EVALUASI KEPERAWATAN........................................................................................31
F. CATATAN PERKEMBANGAN.....................................................................................31
BAB III...............................................................................................................................32
PENUTUP..........................................................................................................................32
A. Kesimpulan...............................................................................................................32
B. Saran........................................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................33
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Gastroesophageal reflux disease adalah gerakan terbalik pada makanan
dan asam lambung menuju kerongkongan dan kadangkala menuju mulut.
Reflux terjadi ketika otot berbentuk cincin yang secara normal mencegah isi
perut mengalir kembali menuju kerongkongan (esophageal sphincter bagian
bawah) tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
GERD adalah suatu kondisi di mana cairan lambung mengalami
refluks ke esofagus sehingga menimbulkan gejala khas berupa rasa terbakar,
nyeri di dada, regurgitasi dan komplikasi. Gastroesophageal Reflux Disease
(GERD) adalah suatu keadaan patologis yang disebabkan oleh kegagalan dari
mekanisme antireflux untuk melindungi mukosa esophagus terhadap refluks
asam lambung dengan kadar yang abnormal dan paparan yang berulang.
B. Etiologi
1. Menurunnya tonus LES (lower esophageal spinchter)
2. Bersihan asam dari lumen esophagus menurun
3. Ketahanan epitel esophagus menurun
4. Bahan refluksat mengenai dinding esophagus yaitu : PH<2, adanya
pepsin, garam empedu, HCl
5. Kelainan pada lambung (delayed gastric emptying)
6. Infeksi H. pylori dengan corpus predominan gastritis
7. Non acid refluks (refluks gas) menyebabkan hipersensitivitas visceral
8. Alergi makanan atau tidak bisa menerima makanan juga membuat
refluks, tetapi hal ini adalah penyebab yang kurang sering terjadi.
9. Mengonsumsi makanan berasam, coklat, minuman berkafein dan
berkarbonat, alkohol, merokok tembakau, dan obat-obatan yang
bertentangan dengan fungsi esophageal sphincter bagian bawah
termasuk apa yang memiliki efek antikolinergik (seperti berbagai
antihistamin dan beberapa antihistamin), penghambat saluran kalsium,
progesteron, dan nitrat.
10. Alergi makanan atau tidak bisa menerima makanan juga membuat
refluks, tetapi hal ini adalah penyebab yang kurang sering terjadi.
11. Kelainan anatomi, seperti penyempitan kerongkongan
C. Manifestasi Klinis
1. Rasa panas/ tebakar pada esofagus (pirosis)
2. Muntah
6. Nafas yang pendek dan berbunyi mengik karena ada penyempitan pada
saluran udara
7. Suara parau
11. Gejala lain : pertumbuhan yang buruk, kejang, nyeri telinga (pada anak)
13. Dengan iritasi lama pada bagian bawah kerongkongan dari refluks
berulang, lapisan sel pada kerongkongan bisa berubah (menghasilkan
sebuah kondisi yang disebut kerongkongan Barrett). Perubahan bisa
terjadi bahkan pada gejala-gejala yang tidak ada. Kelainan sel ini adalah
sebelum kanker dan berkembang menjadi kanker pada beberapa orang.
D. Patofisiologi
GERD terjadi karena beberapa factor seperti Hiatus hernia, pendeknya
LES, penggunaan obat-obatan, faktor hormonal yang menyebabkan penurunan
tonus LES dan terjadi relaksasi abnormal LES sehingga timbul GERD. Hiatus
hernia juga menyebabkan bagian dari lambung atas yang terhubung dengan
esophagus akan mendorong ke atas melalui diafragma sehingga terjadi
penurunan tekanan penghambat refluks dan timbul GERD. Selain itu, GERD
juga terjadi karena penurunan peristaltic esophagus dimana terjadi penurunan
kemampuan untuk mendorong asam refluks kembali ke lambung, kelemahan
kontraksi LES dimana terjadi penurunan kemampuan mencegah refluks,
penurunan pengosongan lambung dimana terjadi memperlambat distensi
lambung, dan infeksi H. Pilory dan korpus pedominas gastritis. GERD dapat
menimbulkan perangsangan nervus pada esophagus oleh cairan refluks
mengakibatkan nyeri akut. Selain itu GRED menyebabkan kerusakan sel
skuamosa epitel yang melapisi esophagus sehingga terjadi nyeri akut,
gangguan menelan, dan bersihan jalan nafas tidak efektif. Gangguan nervus
yang mengatur pernafasan juga disebabkan oleh GERD sehingga timbul pola
nafas tidak efektif. Disamping itu GERD menyebabkan refluks cairan masuk
ke laring dan tenggorokan, terjadi resiko aspirasi dan jika teraspirasi maka
timbul masalah bersihan jalan nafas tidak efektif. GERD dapat menyebabkan
refluks asam lambung dari lambung ke esophagus sehingga timbul odinofagia,
merangsang pusat mual di hipotalamus, cairan terasa pada mulut, aliran balik
dalam jumlah banyak sehingga terjadi penurunan nafsu makan dan timbul
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan.
Esofagus dan gaster dipisahkan oleh suatu zona tekanan tinggi (high
pressure zone) yang dihasilkan oleh kontraksi lower esophageal
sphincter (LES). Pada individu normal, pemisah ini akan dipertahankan
kecuali pada saat terjadinya aliran antegrad yang terjadi pada saat menelan,
atau aliran retrograd yang terjadi pada saat sendawa atau muntah. Aliran balik
dari gaster ke esophagus melalui LES hanya terjadi apabila tonus LES tidak
ada atau sangat rendah (< 3 mmHg). Refluks gastroesofageal pada pasien
GERD terjadi melalui 3 mekanisme:
Tekanan intra
Bagian dari lambung atas Transient LES
Kekuatan lower abdomen meningkat
yang terhubung dengan Relaxation
Esophageal Sphincter
esophagus akan mendorong
(LES) menurun
ke atas melalui diafragma
Penurunan tekanan
penghambat refluks
Peradangan Risiko
Aspirasi
BB menurun
Ketidakseimbangan
Nutrisi Kurang Dari
Kebutuhan Tubuh
Faktor ofensif dari bahan refluksat bergantung dari bahan yang
dikandungnya. Derajat kerusakan mukosa esophagus makin meningkat pada
pH < 2, atau adanya pepsin atau garam empedu. Namun dari kesemuanya itu
yang memiliki potensi daya rusak paling tinggi adalah asam.
2. Esofagus barrett’s
3. Striktur esofagus
6. Aspirasi
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Endoskopi
ringan. Pada keadaan yang lebih berat, gambar radiology dapat berupa
penebalan dinding dan lipatan mukosa, ulkus, atau penyempitan lumen.
Walaupun pemeriksaan ini sangat tidak sensitive untuk diagnosis GERD,
namun pada keadaan tertentu pemeriksaan ini mempunyai nilai lebih dari
endoskopi, yaitu pada stenosis esophagus derajat ringan akibat esofagitis
peptic dengan gejala disfagia, dan pada hiatus hernia.
3. Monitoring pH 24 jam
G. Penatalaksanaan
Pada prinsipnya, penatalaksanaan GERD terdiri dari modifikasi gaya
hidup, terapi medikamentosa, terapi bedah serta akhir-akhir ini mulai
dilakukan terapi endoskopik. Target penatalaksanaan GERD adalah
menyembuhkan lesi esophagus, menghilangkan gejala/keluhan, mencegah
kekambuhan, memperbaiki kualitas hidup, dan mencegah timbulnya
komplikasi.
a. Antasid
b. Antagonis reseptor H2
c. Obat-obatan prokinetik
Secara teoritis, obat ini paling sesuai untuk pengobatan GERD karena
penyakit ini lebih condong kearah gangguan motilitas. Namun, pada
prakteknya, pengobatan GERD sangat bergantung pada penekanan
sekresi asam.
d. Metoklopramid
e. Domperidon
f. Cisapride
Berbeda dengan antasid dan penekan sekresi asam, obat ini tidak
memiliki efek langsung terhadap asam lambung. Obat ini bekerja
dengan cara meningkatkan pertahanan mukosa esophagus, sebagai
buffer terhadap HCl di eesofagus serta dapat mengikat pepsin dan
garam empedu. Golongan obat ini cukup aman diberikan karena
bekerja secara topikal (sitoproteksi).
Metabolism si
3. beritahu pasien
4. Makan berlebihan
Tubuh untuk duduk
dapat
saat
mengakibatkan
makan/minum.
mual dan mutah
4. Tekankan 5. Pengawasan
menyadari pengkjian
menghentikan
masukan
5. Timbang berat
badan tiap hari
secara teratur
4. Gangguan Setelah dilakukan tindakan 1. Bantu pasien 1. Menetralkan
Menelan keperawatan selama 1x24 dengan hiperekstensi,
berhubungan jam maka gangguan mengontrol kepala membantu
dengan menelan pada klien dapat mencegah aspirasi
penyempitan diatasi dengan kriteria dan meningkatkan
/strikture hasil: kemampuan untuk
pada - Klien dapat menelan menelan.
esophagus makanan dengan 2. Letakkan pasien 2. Menggunakan
akibat sempurna skala 4 pada posisi gravitasi untuk
gastroesophe duduk/tegak memudahkan
gal reflux selama dan setelah proses menelan.
disease makan. 3. Pasien
dapat
3. Berikan makan
Perlahan pada berkonsentrasi pada
lingkungan yang
mekanisme makan
tenang
tanpa
adnya gangguan
distraksi
dari luar
3. Berikan makan 3. Pasien dapat
perlahan pada berkonsentrasi pada
lingkungan yang mekanisme makan
tenang tanpa adnya
gangguan distraksi
dari luar
BAB II
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Identitas Pasien Identitas Penanggung Jawab
C. PEMERIKSAAN FISIK
Kardiovaskuler - Suara jantung S1 S2 Tunggal S3 S4
- Nadi Reguler Iregular HR 102x/menit
- Capilary refill < 3 detik > 3 detik
- JVP Normal Meningkat ….. cm
- Murmur
Ya Tidak
- Gallop
Ya Tidak
- Akral
hangat Dingin
- Oedem
Ya, lokasi Tidak
- Lain- lain
Tidak ada
Nutrisi
Pola makan
Tidak ada
- Jenis Diet/ kalori
Tidak Ya,……………………..
- Mendapat makanan tambahan
Tidak habis 1 porsi 1 piring 3x/hari
- Klien makan Makanan yang
disajikan
- Kesulitan menelan Tidak ya
- TB/BB cm / kg
Imuno Serologi
CRP <5 mg/L <5
Rapid Test Antigen SARS-Cov Negatif Negatif
Hemosastis
Waktu pendarahan 2.00 menit 2.00-6.00
Waktu pembekuan 6.00 menit 3.00-7.00
Kimia Darah
SGOT 13 IU/L 0-42
SGPT 17 IU/L 0-47
Ureum 23 mg/dL 10-50
Kreatinin 1.0 mg/dL 0.6-1.2
FOTO THORAX
Klinis:
Kesan :
DO:
TD:120/60 mmhg
N: 80x/menit
S:36,5 celcius
R:24 x/menit
SPO:98 %
TB:171 cm
BB:60 kg
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi lapisan esofagus
33
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
dengan inflamasi mengalami nyeri, dengan kriteria hasil: 3. Berikan informasi tentang nyeri terlalu merasakan intensitas nyeri.
- Mampu mengontrol nyeri (tahu seperti penyebab nyeri, berapa 2. Menurunkan tegangan abdomen dan
lapisan esofagus
penyebab nyeri, mampu lama nyeri akan berkurang, dan meningkatkan rasa kontrol.
menggunakan tehnik antisipasi ketidaknyamanan 3. Pemberian informasi yang berulang
nonfarmakologi untuk mengurangi prosedur. dapat mengurangi rasa kecemasan
nyeri, mencari bantuan) 4. Ajarkan tentang teknik pasien terhadap rasa nyerinya.
- Melaporkan bahwa nyeri berkurang nonfarmakologi seperti teknik 4. Meningkatkan relaksasi,
dengan menggunakan manajemen relaksasi nafas dalam, distraksi memfokuskan kembali perhatian
nyeri dan kompres hangat/dingin. dan meningkatkan kemampuan
- Mampu mengenali nyeri (skala, 5. Berikan analgesik untuk koping.
intensitas, frekuensi dan tanda mengurangi nyeri 5. Perlu penanganan obat untuk
- Tanda vital dalam rentang normal memudahkan istirahat adekuat dan
penyembuhan
31
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
TGL KODE (NDX) JAM IMPLEMENTASI PARAF
- Mengobservasi TTV
08.05 WIB
31
- Mengantar pasien rontgen
31
08.30 WIB - Memberikan tindakan sesuai advis
Memberikan injeksi
Pimpisel 40 mg
Trovensis 8 mg
31
Shift Pagi
Operan Shift dengan perawat emerald
09.00 WIB
11.00 WIB
- Memberikan obat episan syrup 3x 1c
- Monitor balance cairan
Shift siang
16:30
- Monitoring cairan infus,tetesan lancer,tidak
flebitis
- Menobservasi ttv
Shift malam
- Monitoring cairan infus ,tetesan infus,tidak
24:00 flebitis
14:30
24:00
- Monitor cairan infus
18 Maret 2020
07:00
14:00
- menganti cairan infus
31
24:00
- Mengganti cairan infus
07:00
- Cek ttv td:110/80,n:87,s:36,0,r:20x/mnt
19 Maret 2021
- Pasien mengatakan sudah tidak nyeri
08:00
31
E. EVALUASI
32
32
32