Anda di halaman 1dari 5

MATERI 3

IDENTITAS NASIONAL

A.   Pengertian Identitas Nasional


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia”identitas” berarti cirri-ciri atau keadaan khusus
seseorang/jati diri. Secara terminologis “identitas nasional” adalah suatu cirri yang dimiliki oleh suatu
bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lain. Maka setiap bangsa
di dunia akan memiliki identitas sendiri-sendiri sesuai dengan keunikan, sifat, ciri-ciri serta
karakterdari bangsa tersebut
Pengertian kepribadian sebagai suatu identitas pertama kali muncul dari pakar psikologi. Pada
umumnya istilah kepribadian sebagai suatu identitas adalah keseluruhan atau totalitas dari factor-
faktor biologis, psikologis dan sosiologis yang mendasari tingkah laku individu yang terdiri atas
kebiasaan, sikap, sifat-sifat serta karakter yang berada pada seseorang sehingga seseorang tersebut
berbeda dengan orang lainnya.
Bangsa pada hakikatnya adalah sekelompok besar manusia yang mempunyai persamaan nasib
dalam proses sejarahnya, sehingga mempunyai persamaan watak atau karakter yang kuat untuk
bersatu dan hidup bersama mendiami suatu wilayah tertentu sebagai suatu kesatuan nasional. Bagi
bangsa Indonesia dimensi dinamis identitas nasional indonesia belum menunjukkan perkembangan
kearah sifat kreatif serta dinamis. Setelah bangsa indonesia mengalami kemerdekaan 17 agustus
1945, berbagai perkembangan kearah kehidupan kebangsaan dan kenegaraan mengalami
kemerosotan dari segi identitas nasional. Pada masa mempertahankan  kemerdekaan bangsa
Indonesia dihadapkan pada kemelut kenegaraan sehingga tidak membawa kemajuan bangsa dan
negara.
Setelah dekrit presiden 5 juli 1959 bangsa indonesia kembali ke UUD 1945, dikenal dengan
periode orde lama dengan penenkanan kepada kepemimpinan yang sifatnya sentralistik. Rakyat
Indonesia menjadi semakin tidak menentu. Identitas dinamis bangsa Indonesia pada saat itu ditandai
dengan perang saudara yang memakan banyak korban rakyat kecil. Maka muncullah gerakan aksi
dari para pemuda, pelajar dan mahasiswa untuk menyelamatkan bangsa dan negara dari bahaya
negara atheistic.
 Kejatuhan kekuasaan orde lama diganti dengan kekuasaan orde baru dengan munculnya
pememipin kuat yaitu jenderal Soeharto. Pada periode orde baru Soeharto banyak mengembangkan
program pembangunan nasional yang sangat populer dengan program Repelita. Pasca kekuasaan
Orde Baru bangsa Indonesia melakukansuatu gerakan nasional yang populer dewasa ini disebut
sebagi gerakan “reformasi”. Rakyat dengan di tokohi kalangan rakyat elit politik, para intelektual
termasuk mahasiswa melakukan reformasi dengan tujuan seharusnya adalah peningkatan
kesejahteraan atas kehidupan rakyat.

      B.   Faktor Pendukung Kelahiran Identitas Nasional


Faktor-faktor yang mendukung kelahiran identitas nasional Indonesia yaitu : faktor objektif (faktor
ekologis dan demografis) dan faktor subjektif (historis, sosial, politik, kebudayaan yang dimiliki
Indonesia).
Kondisi ekologis-demografis Indonesia terletak di persimpangan jalan komunikasi antarwilayah dunia
di Asia Tenggara mempengaruhi perkembangan kehidupan demografis, ekonomis, sosial dan cultural
Indonesia.faktor historis juga mempengaruhi proses pembentukan masyarakat dan bangsa Indonesia
serta identitasnya, melalui interaksi berbagai faktor yang ada di dalamnya.

Menurut Robertde Ventos, munculnya identitas nasional bangsa sebagai hasil interaksi faktor
historis ada 4 faktor penting :
1.    Mencakup etnisitas, territorial, bahasa, agama dan sejenisnya.
2.    Meliputi pembangunan komunikasi dan teknologi.
3.    Mencakup kodifikasi bahasa dalam gramatika yang resmi, tumbuhnya birokrasi, dan
pemantapan system pendidikan nasional.
4.    Meliputi penindasan, dominasi, dan pencarian identitas alternative melalui memori kolektif
rakyat.
Empat faktor tersebut pada dasarnya tercakup dalam pembentukan identitas nasional bangsa
Indonesia yang telah berkembang dari masa sebelum mencapai kemerdekaan dari penjajahan
Negara lain.
  
     C.   Unsur - Unsur Identitas Nasional
Identitas Nasional Indonesia merujuk pada suatu bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu
merupakan gabungan dari unsur-unsur pembentuk identitas, yaitu suku bangsa, agama, kebudayaan,
dan bahasa.
a) Suku Bangsa: adalah golongan sosial yang khusus yang bersifat askriptif (ada sejak lahir), yang
sama coraknya dengan golongan umur dan jenis kelamin. Di Indonesia terdapat banyak sekali
suku bangsa atau kclompok etnis dengan tidak kurang 300 dialek bahasa.
b) Agama: bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang agamis. Agama-agama yang
tumbuh dan berkembang di Nusantara adalah agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan
Kong Hu Cu. Agama Kong Hu Cu pada masa Orde Baru tidak diakui sebagai agama resmi
negara, tetapi sejak pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid, istilah agama resmi negara
dihapuskan.
c) Kebudayaan: adalah pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang isinya adalah
perangkat-perangkat atau model-model pengetahuan yang secara kolektif digunakan oleh
pendukung-pendukungnya untuk menafsirkan dan memahami lingkungan yang dihadapi dan
digunakan sebagai rujukan atau pedoman untuk bertindak (dalam bentuk kelakuan dan benda-
benda kebudayaan) sesuai dengan lingkungan yang dihadapi.
d) Bahasa: merupakan unsur pendukung identitas nasional yang lain. Bahasa dipahami sebagai
sistem perlambang yang secara arbitrer dibentuk atas unsur-unsur bunyi ucapan manusia dan
yang digunakan sebagai sarana berinteraksi antar manusia.
Dari unsur-unsur identitas Nasional tersebut dapat dirumuskan pembagiannya menjadi 3
bagian sebagai berikut:
1) Identitas Fundamental, yaitu Pancasila yang merupakan Falsafah Bangsa, Dasar Negara,
dan ldeologi Negara.
2) Identitas Instrumental, yang berisi UUD 1945 dan Tata Perundangannya, Bahasa Indonesia,
Lambang Negara, Bendera Negara, Lagu Kebangsaan "Indonesia Raya".
3) Identitas Alamiah yang meliputi Negara Kepulauan (archipelago) dan pluralisme dalam
suku, bahasa, budaya, serta agama dan kepercayaan (agama).

D.    Pancasila sebagai Identitas Nasional


Para pendiri Negara sadar akan pentingnya dasar filsafat sebagai asas dalam hidup bernegara.
Prinsip-prinsip dasar yang ditemukan para pendiri bangsa diangkat dari filsafat hidup atau pandangan
hidup Indonesia kemudian diabstraksikan menjadi prinsip dasar filsafat Negara yaitu Pancasila.
Menurut Titus, salah satu fungsi filsafat adalah kedudukannya sebagai suatu pandangan hidup
masyarakat. Pancasila  dapat dikatakan sebagai dasar filsafat bangsa dan Negara Indonesia pada
hakikatnya bersumber kepada nilai-nilai budaya dan keagamaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia
sebagai kepribadian bangsa. Jadi filsafat Pancasila itu bukan muncul secara tiba-tiba dan dipaksakan
oleh suatu rezim atau penguasa melainkan melalui suatu fase historis yang cukup panjang. Proses
perumusan materi Pancasila secara formal tersebut dilakukandalam siding-sidang BPUPKI pertama,
sidang “Panitia 9”, BPUPKI kedua, serta akhirnya disyahkan secara formal yuridis sebagai dasar
filsafat Negara Republik Indonesia.
Pancasila juga merupakan Identitas Nasional Bangsa Indonesia, yang memberikan ciri khas jati diri
bangsa Indonesia dalam pergaulan global yang membedakan keberadaaan Bangsa Indonesia
dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Konsep Pancasila sebagai Identitas Nasional menurut
Supriatnoko(2008), meliputi :
     1.     Konsep hakekat eksistensi manusia
Konsep tentang manusia merupakan konsep pokok untuk memahami dan mendudukan
manusia.Manusia ada sebagai suatu fenomena, selalu dalam relasi dengan fenomena lain dalam
suatu integritas. Relasi tersebut dalam bentuk integrasi saling memberi dan saling
mempengaruhi antar fenomena, yang dapat melahirkan sesuatu yang baru.
Hakekat manusia adalah kebersamaan dan adanya saling ketergantungan. Pancasila
memberikan arahan bahwa eksistensi manusia yang dalam hidupnya selalu dalam relasi dengan
Tuhannya, dengan sesama manusia,dengan masyarakat termasuk masyarakat dalam kehidupan
bernegara dan masyarakat global di dunia internasional.
      2.    Konsep Pluralistik
Pancasila memberikan arahan kehidupan pluralistik, baik dalam kehidupan beragama,suku
bangsa, etnik, budaya, maupun adat istiadat, sebagaimana tertulis dalam Lambang Negara
Garuda  Pancasila Bhinneka Tunggal Ika. Pandangan pluralistik Pancasila berbeda dengan
pluralistik individualis yang mengagungka kepentinganpribadi. Pancasila mendudukkan manusia
sebagai pribadi dengan harkat dan martabat yang sama dan memandang pluralistik masyarakat
Indonesia dalam konsep kebersamaan dalam satu wadah Negara Kesatuan Indonesia.
      3.     Konsep harmoni dan keselarasan
Alam semesta ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa tertata dengan keselarasan, tiap-tiap kehdupan
dan lingkungan dalam alam semesta berelasi dalam harmoni kelestarian.Setiap kehdupan dan
lingkungan memiliki fungsi sesuai dengan kodranya. Bilamana setiap kehidupan berfungsi
sebagaimana kodratnya, maka ketertiban, keteraturan dan kedamaian akan terwujud.
Manusia sebagai khalifah di muka bumi merupakan sentral kehidupan yang mampu menciptakan
kebaikan, keharmonisan, serta keselarasan. Pancasila memberikan arahan untuk terwujudnya
keharmonisan dan keselarasan kehidupan manusia dalam hubungannya dengan sesama
manusia dengan lingkungan dan dengan Tuhannya. Sebaliknya bila manusia mengembangkan
prinsip individu dengan segala yang dimiliki dan kemampuan tanpa memperhatikan
keseimbangan akan melahirkan manusia tamak, serakah yang tidak sejalan dengan arahan
Pancasila dapat menghancurkan kehidupan yang harmonis dan kesenjangan di segala bidang
kehidupan.
     4.     Konsep kekeluargaan dan gotong royong
Prinsip gotong royong adalah bekerja bersama dan hasilnya diperuntukkan bagi kepentingan
bersama. Kehidupan gotong royong yang banyak dilakukan dalam kehidupan pedesaan
masyarakat Jawa, sampai sekarang masih dipertahankan keberadaannya(Kuntjaraningrat,2000).
Nilai gotong royong juga pernah dijelaskan oleh Sukarno dalam kehidupan bernegara,bahwa
gotong royong merupakan esensi dari Pancasila, yang disebutkan gotong royong adalah paham
dinamis dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, lebih dari sekedar kekeluargaan, atau
persaudaraan. Gotong royong menggambarkan satu usaha, satu pekerjaan (satu karya, satu
gawe).
     5.     Konsep integralistik
Konsep integralistik menurut Abdulkadir Besar(Supriatnoko, 2008) menyebutkan:
a. Terjalinnya hubungan relasi interaksi saling memberi, saling tergantung antara negara dan
rakyat. Hal ini tercermin dalam tugas-tugas pemerintahan negara, serta perwujudan hak
dan kewajiban warga negara terhadap negara.
b. Bersatunya kepentingan negara dan warga negara
c. Kedaulatan negara ditangan rakyat, bukan pada individu
d. Kebebasan manusia saling relasional
e. Keputusan di utamakan dengan musyawarah untuk mencapai mufakat.
     6.     Konsep kerakyatan
Kerakyatan merupakan perwujudan dari kehidupan demorasi dimana rakyat sebagai sumber
kedaulatan kenegaraan. Pada sila ke empat disebutkan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah
kebijaksanaan dalam permusyawaratan /perwakilan.
     7.     Konsep kebangsaan
Konsep kebangsan tidak dapat dipisahkan dengan nasionalime.Konsep kebangsaan mulai
dibicarakan dalam pergerakan Budi Utomo, kemudian konsep kebangsaan menjadi semakin
jelas dengan teralisasinya Sumpah Pemuda tahun 1928, serta mencapai kenyataan sebagai
bangsa yang merdeka tanggal 17 agustus1945.Tekad mewujudkan kebangsaan sebagai bagsa
merdeka dan bernegara mengandung konsekuwensi, bahwa kepentingan bangsa dan negara
didudukan di atas kepentingan pribadi dan golongan.

Dengan memperhatikan konsep serta makna yang terdukung dalam Pancasila,maka nilai-nilai
sebagaimanayang menjadi dasar pencapaian tujuan bangsa Indonesia sebagaimana disebutkan
Supriatnoko(2008), mencakup nilai keimanan, ketaqwaan, keadilan, keberadaban, persatuan dan
keatuan, mufakat, dan kesejahteraan.
     a.     Nilai keimanan
Keimanaan adalah suatu sikap yang menggambarkan keyakinan adanya kekuatan
transidental di luar manusia yang disebut dengan Tuhan Yang Maha Esa dan Maha Kuasa.
     b.     Nilai ketaqwaan
Ketaqwaan merupakan sikap berserah diri, rela dan ikhlas kepada Tuhan  yang Maha Esa
yang tercermin pada prilaku untuk melaksanakan perintah dan menjauhi segala laranganNya.
     c.     Nilai Keadilan
Keadilan pada sila ke dua adalah perwujudkan keadilan yang bersifat universal ditunjukan
kepada manusia di seluruh dunia, bahwa bangsa Indonesia merupakan bagian bangsa-
bangsa di dunia dengan kedudukan dan martabat yang sama.
     d.     Nilai Keberadaban
Keberadaban adalah keadaan ynag menggambarkan setiapkomponen dalam kehidupan
bersama berpegang teguh pada peradapan yang mencerminkan nilai luhur budaya bangsa.
      e.    Nilai Persatuan dan Kesatuan
Persatuan dan kesatuan adalah keadaan yang menggambarkan masyarakat majemuk bangsa
Indonesia yang sangat beragam komponen dari suku bangsa, agama,adat istiadat,
kebudayaan, namun dalam keanekaragaman tersebut mampu membentuk suatu kesatuan
yang utuh.
     f.      Nilai Mufakat
Mufakat adalah suatu sikap terbuka untuk menghasilkan suatu kesepakatan bersama pada
kegiatan musyawarah. Kesepakatan sebagai hasil mufakat dalam musyawarah adalah
keputusan terbaik dalam suatu pengambilan keputusan karena keberhasilan dalambentuk
mufakat dapat menampung semua aspirasi yang berkembang, ssehingga tidak satupun
kelompok atau golongan tertentu yang merasa dirugikan karena aspiranya tidak tertampung
dalamkehidupan bersama.
     g.    Nilai Kesejahteraan
Kesejahteraan adalah kondisi yang menggambarkan terpenuhinya kebutuhan kehidupan
individu atau keluarga dalam pergaulan kehidupan sehari-hari. Kesejahteraan seorang atau
keluarga sifatnya relatif , namun setidaknya kesejahteraan itu, secara pribadi dapat dirasakan
secara individu yang bersangkutan pada sisi lain orang lain melihat kehidupan nyata individu
atau keluarga tidak pernah terjadi masalah dalam kehidupan sehari-hari.

     E.   Revitalisasi Ideologi sebagai Identitas Nasional


Globalisasi yang dipelopori Negara-negara maju dari Negara-negara berideologi liberal kapitalis,
merupakan bentuk keberhasilan pendukung ideologi liberal kapitalis, dimana dalam globalisasi secara
tidak langsung terjadi sosialisasi pelaksanaan demokrasi liberal untuk diberlakukan dalam pergaulan
dunia, seperti persaingan bebas dalam pasar bebas, sebagai perwujudan bentuk kebebasan manusia
dalam berusaha, dan menentang setiap bentuk proteksi atau monopoli sekalipun dilakukan oleh
Negara dalam melindungi warga Negaranya.
Bagi bangsa Indonesia globalisasi harus dipandang sebagai konsep dan hubungan internasional
dalam hubungan berbanagsa, perlu disadari dapat berpengaruh positif terhadap perkembangan
bangsa, persaingan ekonomi, memperkaya pengetahuan dan teknologi, bagi pembangunan bangsa.
Pengaruh positif globalisasi adalah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin
trasparan, serta semangat bersaing dan bekerja keras. Pada sisi lain kita juga harus menyadari,
bahwa globalisasi dapat bedampak negatif  bagi bangsa Indonesia. Dampak negatif globalisasi
secara tidak langsung memberikan pembenaran terhadap perluasan ideologi liberal-kapitalis yang
sekuler, perilaku individu tanpa batas, gaya hidup bebas, semua dapat merupakan ancaman bagi
eksistensi nilai-nilai dasar Pancasila sebagai Identitas Nasional Bangsa Indonesia. Indonesia harus
berjuang memberdayakan Pancasila dalam konteks kehidupan sebagai individu, masyarakat, dan
bangsa Indonesia. Upaya pokok dan terus –menerus secara nasional telah dilakukan langkah-
langkah sebagai berikut:
1) Memperkuat kesadaran terhadap ideologi Pancasila
Dapat dilakukan dengan mempelajari dan memahami eksistesi Pancasila dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara bagi Bangsa Indonesia, guna menumbuhkan keyakinan bahwa
Pancasila sebagai ideologi yang sesuai untuk bangsa Indonesia yang beragam dalam banyak
hal, dan dengan keyakinan penuh nilai-nilai Pancasila dapat diwujudkan dalam berbagai
bidang kehidupan bangsa, baik sebagai individu warga negara, ataupun pemimpin/pejabat
negara sebagai pemimpin penyelenggaraan negara.
2) Memperkuat daya tahan
Pancasila bagi bangsa Indonesia merupakan arahan untuk direalisasikan pada berbagai
bidang politik, ekonomi, sosial-budaya, pertahanan keamanan dalam kehidupan kebangsaan
Indonesia yang dapat diandalkan. Menjadi kewajiban kita semua untuk mengaktualisasikan
Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam pergaulan hidup maupun dalam hasil
belajar dan rekayasa ilmu pengetahuan dan teknologi.
3) Meningkatkan daya saing
Bangsa indonesia harus mampu bersaing dengan bangsa lain, dalam berbagai bidang
kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga kehidupan negara kita tidak tergantung pada
negara lain. Untuk itu keunggulan bangsa Indonesia dalam pergaulan dunia harus
dipertahankan, sedang dalam meningkatkan daya saing ke depan bangsa Indonesia harus
mampu mendidik generasi muda untuk berprestasi pada tingkat internasional. Dengan
kemampuan daya saing yang tinggi maka bangsa Indonesia tidak dikendalikan oleh negara
lain yang lebih konpetitif, tetapi sebaliknya kita akan mampu memberikan pengaruh kepada
bangsa lain bila hasil pemikiran bangsa Indonesia mampu memberikan kemajuan peradaban
manusia secara nyata.
4) Memperkuat semangat kebangsaan
Semangat kebangsaan yang ada dan tumbuh sejalan dengan sejarah pergerakan dan
perjuangan bangsa harus tetap ditumbuh kembangkan dalam mengisi kemerdekaan dan
persainagan global. Kita harus bangga, bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar
dengan perjalanan sejarah panjang, mengalami pasang surut dari bangsa merdeka, terjajah
dan dengan perjuangan para pejuang melawan penjajah, sekarang telah mendapatkan
kembali kemerdekaannya.  

     F.    Sejarah Budaya Bangsa sebagai Akar Identitas Nasional


Untuk memahami jati diri bangsa Indonesia serta identitas nasional Indonesia maka tidak dapat
dilepaskan dengan akar-akar budaya yang mendasari identitas nasional Indonesia. Kepribadian,
jati diri, serta identitas nasional Indonesia yang terumuskan dalam filsafat Pancasila harus
dilacak dan dipahami melalui sejarah terbentuknya bangsa Indonesia sejak zaman Kutai,
Sriwijaya, Majapahit serta kerajaan lainnya sebelum penjajahan bangsa asing di Indonesia.

Nilai-nilai esensial yang terkandung dalam pancasila yaitu: Ketuhanan, kemanusiaan, Persatuan,
Kerakyatan serta Keadilan, dalam kenyataan secara objektif telah dimiliki oleh bangsa Indonesia
sejak zaman dahulu kala sebelum mendirikan Negara. Dasar-dasar Negara bangsa Indonesia
sudah mulai Nampak pada abad ke-VII, ketika timbul kerajaan Sriwijaya di bawah wangsa
Syailendra di Palembang,kemudian kerajaan Airlangga dan Majapahit di Jawa Timur dan
kerajaan lain.

Dasar-dasar pembentukan nasionalisme modern menurut Yamin dirintis oleh para pejuang
kemerdekaan bangsa. Oleh karena itu akar-akar nasionalisme Indonesia juga merupakan unsur-
unsur identitas nasional, yaitu nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang dalam sejarah
terbentuknya bangsa Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai