Anda di halaman 1dari 5

Nama : Anggun Nitami

Npm : 5019168
Kelas : 2E
Mata kuliah : Pendidikan Karakter
Dosen Pengampu : Eka lokaria, M. Pd

JawablahPertanyaan di bawahini!

1. Rencanapemerintahmengembangkanpendidikankarakterpatutdidukungselur
uhkomponenbangsatermasuksekolahdanperguruantinggi. Pendidikan
yangmengembangkankarakter (bangsa)
sangatdibutuhkanuntukmembangunbangsaIndonesia agar
bangkitdariketerpurukan moral dansosial yang
berdampakluas.Berbagaifenomena, sepertikorupsi, markus, ketidak-adilan,
mutilasi, danpenggelapanpajak yang mengemukaakhir-
akhirinimenunjukkanadanyakemerosotan moral yang
sangatmemprihatinkanbangsa Indonesia. Ironisnyahal-
halitujustrudilakukanoleh orang-orang yang “terdidik”, yang
secaraekonomiberada,dan yang memilikijabatan. Pertanyaannyaadalah:
a. Apakahpendidikantidakmengembangkankarakterbangsa?
b. Sepertiapakahpendidikan yang mengembangkankarakter?
c. Karakterapasaja yang perludikembangkanmelaluipendidikan?
d. Bagaimanaimplementasinya di keluargadansekolah?
e. Bagaimanastrategipengembangan yang
dapatdilakukanmenilaikarakterberbasispenilaianotentik?

Jawab :
1. A. Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional,
yaitu untuk mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan,
kepribadian dan akhlak mulia. Orang yang perilakunya sesuai dengan kaidah
moral berarti dia berkarakter yang mulia. Pembinaan karakter juga termasuk
melingkupi materi yang harus direalisasikan oleh peserta didik dalam kehidupan
sehari-hari.
Permasalahannya,pendidikankarakterdisekolahselamainibarumenyentuhpadating
katanpengenalannormaataunilai-
nilaiaspekpengetahuan.Belummenyentuhpadatingkataninternalisasidantindakann
yatadalamkehidupansehari-
hari.Pendidikankarakter,sekaranginimutlakdiperlukanbukanhanyadisekolahnyasaj
a,melainkandirumahdandilingkungansosial.Sekaranginipesertapendidikankarakte
rbukanlagianakusiadinihinggaremajaakantetapijugausiadewasa.

Fenomena merosotnya karakter bangsa di tanah air dapat disebabkan lemahnya


pendidikan karakter dalam meneruskan nilai-nilai kebangsaan pada saat alih
generasi. Kehidupan yang cerdas juga dikehendaki sebagai kehidupan yang
menempuh jalan lurus mengikuti kaidah-kaidah nilai dan norma sesuai dengan
fitrah manusia yang berorientasi kebenaran dan keluhuran. Kehidupan dengan
jalan lurus itu disebut dengan kehidupan berkarakter. Perilaku cerdas hendaknya
disertai dengan tindakan yang berkarakter dan perilaku berkarakter hendaknya
pula diisi upaya yang cerdas. Kecerdasan dan karakter dipersatukan dalam
perilaku yang berbudaya. Kehidupan yang cerdas tanpa disertai kehidupan yang
berkarakter akan menimbulkan kesenjangan dan penyimpangan.

B. Dari mana memulai dibelajarkannya nilai-nilai karakter bangsa, dari


pendidikan informal, dan secara pararel berlanjut pada pendidikan formal dan
nonformal. Tantangan saat ini dan ke depan bagaimana kita mampu
menempatkan pendidikan karakter sebagai sesuatu kekuatan bangsa.
Terkait dengan pelaksanaan dan penanaman nilai/karakter di sekolah, lingkungan
menjadi faktor penting dalam mengembangakan dan mengintegrasikan budaya
karakter tersebut. Masing-masing etnis dan suku memiliki kearifan lokal
sendiri. Sebagai contoh suku Madura memiliki harga diri yang tinggi, suku Batak
kental dengan keterbukaan, Jawa nyaris identik dengan kehalusan, dan etnis Cina
terkenal dengan keuletan. Masing-masing daerah tersebut memiliki keakraban
dan keramahan dengan lingkungan alam yang mengitari mereka. Kearifan lokal
itu tentu tidak muncul serta-merta, tapi berproses panjang sehingga akhirnya
terbukti, hal itu mengandung kebaikan bagi kehidupan mereka. Budaya di suatu
daerah dinilai baik, belum tentu menjadi baik di daerah lain yang berbeda
kebudayaan, adat istiadat, kebiasaan dan cara pandangnya.

C. nilai karakter yang harus dikembangkan dalam pendidikan karakter. Karakter


tersebut adalah:
1.Akuntabel (accountable);
2.Altruistik (altruistic);
3.Ambisius (ambitious);
4.Peduli (caring);
5.Hati-hati (cautious);
6.Berani (courageous);
7.Kreatif (creative);
8.Adil (fair);
9.Lembut (gentle);
10.Kerja keras (working hard);
11.Bermanfaat (helpful);
12.Inovatif (innovative);
13. Loyal (loyal);
14.Luas pemikiran (minded);
15.Berakal (resourcefull);
16.Rasa hormat (respectful);
17.Bertanggung jawab (responsible);
18.Keyakinan yang kuat (confident);
19.Handal (reliant);
20.Self-disiplin (self-disciplined);

D. Dalam lingkungan keluarga juga harus dibudayakan sikap kasih sayang,


saling menghormati antar sesama anggota keluarga, rukun, dan lain sebagainya.
Untuk lebih jelasnya berikut perilaku-perilaku yang menerapkan nilai-nilai
pancasila dalam lingkungan keluarga :
1.Saling menghormati antar sesama anggota keluarga
2.Saling menyayangi satu sama lain (saling melindungi)
3.Sebagai orang tua harus mendidik anak-anaknya agar selalu patuh terhadap
agama dan hukum
4.Sebagai orang tua juga harus menjadi teladan yang baik bagi anak-anaknya,
dan memberikan contoh perilaku yang sesuai dengan norma agama, norma
kesusilaan, norma kesopanan, norma hukum dan adat.
5.Sebagai orang tua harus mengajarkan/mendidik anak-anaknya untuk selalu
berbuat kebaikan (seperti sedekah kepada orang lain, saling menghormati dll).
6.Sebagai orang tua bersikap adil terhadap anak-anaknya, tidak boleh pilih kasih
7.Sebagai anak harus berbakti kepada orang tua.

E. Strategi dalam penanam karakter ini, diantaranya adalah:

1.Kemampuan dalam bersosialiasasi, baik terhadap peserta didik, orang tua


pesarta didik, masyarakat maupun warga sekolah lainnya untuk saling
mendukung dan melengkapi.
2.Menciptakan lingukangan yang kondusif. Anak akan tumbuh menjadi pribadi
yang berkarakter apabila ia tumbuh dalam lingkungan yang baik pula.
Lingkungan sangat berpengaruh besar dalam optimaalisasi perkembangan
karakter anak. Tiga pihak yang memiliki peran  penting dalam hal ini, yakni,
keluarga, sekolah, masyarakat . masing-masing pihak memiliki peran dalam
mendidik dan membentuk karakter anak. Menyikapi hal ini peran yang paling
penting dalam memilih dan menciptakan suasana yang kondusif untuk
pembentukkan dan pengembangan karakter anak.
Karakter terpuji tercipta apabila adanya strategi yag tepat, misalnya dengan
kegiatan pembelajaran cooperative learning, pengembangan budaya sekolah dan
kegiatan belajar. Untuk menyempurnakannya, kita bisa melibatkan orangtua
dalam setiap program sekolah, semua kegiatan tersebut dikemas dalam penilaian
otentik. Dengan begitu, pengembangan penilaian karakter berbasis penilaian
otentik akan tercapai.

Anda mungkin juga menyukai