Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

“DENGUE HEMORAGIC FEVER ( DHF )”

DI SUSUN OLEH :

NAMA : PRATIWI

NIM : P18011

CI LAHAN CI INSTITUSI

(.................................) (...............................)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

Tahun ajaran 2020/2021


KONSEP DASAR MEDIS

A. DEFINISI

Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

dengue, sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita

melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti (betina). DHF terutama menyerang anak

remaja dan dewasa dan seringkali menyebabkan kematian bagi penderita (Christantie

Effendi, 1995).

B. GAMBARAN KLINIS

Gambaran klinis yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF dengan masa

inkubasi antara 13 – 15 hari. Penderita biasanya mengalami demam akut (suhu

meningkat tiba-tiba) sering disertai menggigil, saat demam pasien composmentis.

(Nelson. 1997)

Gejala klinis lain yang timbul dan sangat menonjol adalah terjadinya perdarahan

pada saat demam dan jarang pula dijumpai saat penderita mulai bebas dari demam.

Perdarahan yang terjadi dapat berupa :

1. Perdarahan pada kulit (ptekie, ekimosis, hematom)

2. Perdarahan lain seperti epistaksis, hematemesis, hematuri dan melena.

Selain demam dan perdarahan yang merupakan ciri khas DHF, gambaran klinis lain

yang tidak khas dan biasa dijumpai pada penderita DHF adalah :

1. Keluhan pada saluran pernafasan seperti batuk, pilek, sakit waktu menelan.
2. Keluhan pada saluran pencernaan : mual, muntah, tidak nafsu makan (Anoreksia),

diare, konstipasi.

3. Keluhan sistem tubuh yang lain : nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot, tulang

dan sendi, (break bone fever), nyeri otot abdomen, nyeri ulu hati, pegal-pegal pada

seluruh tubuh, kemerahan pada kulit, kemerahan (fushing) pada muka,

pembengkakan sekitar mata, kakrimasi dan fotophobia, otot-otot sekitar mata sakit

bila disentuh dan pergerakan bola mata terasa pegal. (Mansjoer, A. 2000)

C. KLASIFIKASI

DHF diklasifikasikan berdasarkan derajat beratnya penyakit, secara klinis dibagi

menjadi (WHO, 1986) :

1. Derajat I

Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan uji torniquet (+),

trombositopenia dan hemokonsentrasi.

2. Derajat II

Derajat I dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau di tempat lain.

3. Derajat III

Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan darah rendah

(hipotensi), gelisah, sianosis sekitar mulut, hidung dan ujung jari (tanda-tanda dini

renjatan).

4. Derajat IV

Renjatan berat (DSS) dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.

D. PATOFISIOLOGI
Fenomena patologis yang utama pada penderita DHF adalah meningkatnya

permeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke

ruang ekstra seluler. Hal pertama yang terjadi setelah masuk ke dalam tubuh

penderita adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit

kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal di seluruh tubuh, ruam atau bintik merah pada

kulit (ptekie), hiperemi tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti

pembesaran getah bening, pembesaran hati (hepatomegali) dan pembesaran limpha

(splenomegali). (Tjokronegoro Arjatmo, Utama Hendra, 1996)

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Untuk menegakkan diagnosa DHF, perlu dilakukan berbagai pemeriksaan Lab,

antara lain pemeriksaan darah dan urine serta pemeriksaan serologi. Pada

pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai:

1. Ig G dengue positif

2. Trombositopenia

3. Hemoglobin meningkat > 20%

4. Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat)

5. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan : hipoproteinemia, hiponatremia,

hipokloremia. (Mansjoer, A. 2000)

F. PENATALAKSANAAN

1. Tirah baring

2. Diet makan lunak


3. Minum banyak (2 - 2,5 liter/24 jam) dapat berupa susu, teh manis, sirup dan

beri penderita oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling penting bagi

penderita DHF.

4. Pemberian cairan intravena (biasanya Ringer Laktat, NaCl faali). Ringer Laktat

merupakan cairan intravena yang paling sering digunakan, mengandung Na +

130 mEg/l, K+ 4 mEg/l, korektor basa 28 mEg/l, Cl - 109 mEg/l, dan Ca++ 3

mEg/l.

5. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernapasan). Jika

kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap jam.

6. Periksa Hb, Ht dan Trombosit setiap hari.

7. Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminofen, eukinin, dan

dipiron (kolaborasi dengan dokter).

8. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.

9. Pemberian antibiotika bila terdapat kekhawatiran infeksi sekunder (kolaborasi

dengan dokter).

10. Monitor tanda-tanda dini renjatan meliputi keadaan umum, perubahan tanda-

tanda vital, hasil-hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk.

11. Bila timbul kejang dapat diberikan diazepam (kolaborasi dengan dokter).
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Identitas pasien

2. Riwayat keluarga

3. Status kesehatan

4. Riwayat penyakit keluarga

5. Pola fungsi kesehatan :

b. Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan

c. Nutrisi metabolic

d. Pola eliminasi

e. Pola aktivitas dan latihan

f. Pola tidur dan istirahat

g. Pola kognitif persepsual

h. Pola persepsi diri/konsep diri

i. Pola seksual dan reproduksi

j. Pola peran-hubungan

k. Pola manajemen koping stress

l. Pola keyakinan-nilai

6. Riwayat kesehatan

7. Pemeriksaan fisik
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan penyakit

(viremia).

2. Potensial terjadinya perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan

trombositopenia.

3. Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh

yang lemah.

4. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan mekanisme

patologis (proses penyakit).

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan penyakit

(viremia).

Tujuan :

setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan Suhu

tubuh pasien menurun,

kriteria hasil :

1. Suhu tubuh normal

2. Pasien bebas dari demam

Intervensi :

1. Mengkaji saat timbulnya demam.


2. Mengobservasi tanda-tanda vital : suhu, nadi, tensi, pernafasan setiap 3

jam / lebih sering.

3. Menganjurkan pasien untuk banyak minum  2,5 liter / 24 jam dan

jelaskan manfaatnya bagi pasien.

4. Memberikan kompres (pada daerah axilla dan lipat paha).

5. Menganjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal.

6. Memberikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai dengan

program (masalah kolaborasi).

2. Potensial terjadinya perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan

trombositopenia.

Tujuan :

Tidak terjadi perdarahan, setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

1x24 jam dengan kriteria hasil :

1. Tidak terjadi tanda-tanda perdarahan lebih lanjut (secara klinis).

2. Jumlah trombosit meningkat.

Intervensi :

1. Memonitor tanda-tanda penurunan trombosit yang disertai dengan tanda-

tanda klinis.

2. Memberikan penjelasan tentang pengaruh trombositopenia pada pasien.

3. Memonitor jumlah trombosit setiap hari.

4. Menganjurkan pasein untuk banyak beristirahat.


5. Memberikan penjelasan pada pasein / keluarga untuk melapor jika ada

tanda-tanda perdarahan lebih lanjut seperti hematemesis, melena, dan

epistaksis.

6. Menjelaskan obat-obatan yang diberikan dan manfaatnya serta akibat

bagi pasien.

3. Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh

yang lemah

Tujuan :

Aktivitas sehari-hari tidak terganggu, setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 1x24 jam dengan kriteria hasil :

1. Kebutuhan aktivitas sehari-hari terpenuhi.

2. Pasien dapat mandiri setelah terbebas dari demam.

Intervensi :

1. Mengkaji keluhan pasien

2. Mengkaji hal-hal yang mampu / tidak mampu dilakukan oleh pasien

berhubungan dengan kelemahan fisiknya.

3. Membantu pasien memenuhi kebutuhan aktivitasnya sehari-hari

berhubungan dengan tingkat keterbatasan pasien seperti mandi, makan,

eliminasi

4. Meletakkan barang-barang ditempat yang mudah dijangkau oleh pasien.

5. Menyiapkan bel di dekat pasien.


4. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan mekanisme

patologis (proses penyakit).

Tujuan :

Rasa nyeri berkurang / hilang, setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 1x24 jam dengan kriteria hasil :

1. Rasa nyaman terpenuhi.

2. Nyeri berkurang atau hilang.

Intervensi :

1. Mengkaji tingkat nyeri yang dialami pasien dengan memberi rentang nyeri

(0 – 10). Biarkan pasien menentukan tingkat nyeri yang dialami pasien,

respon pasien terhadap nyeri yang dialami.

2. Memberikan posisi yang nyaman, usahakan situasi ruangan yang tenang.

3. Menganjurkan pasien untuk membaca buku, mendengarkan musik,

nonton TV (mengalihkan perhatian).

4. Memberikan kesempatan pasien utnuk berkomunikasi dengan teman-

temannya.

5. Memberikan obat-obat analgetik.


DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (1999). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta :

EGC

Effendi, Christantie. (1995). Ensiklopedia Demam Berdarah. Edisi Revisi. Jakarta :

Insan Utama.

Mansjoer, A. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi IV. Jakarta : EGC

Nelson. (1997). Ilmu Kesehatan Anak. Edisi XII. Jakarta : EGC

Tjokronegoro Arjatmo, Utama Hendra. (1996). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.

Jakarta : FKUI

Anda mungkin juga menyukai