Anda di halaman 1dari 3

Pembatasan sosial selama pandemi virus corona (COVID-19) menimbulkan kekhawatiran

dan stres bagi banyak orang. Namun, orang tua dengan bayi dan anak memiliki kekhawatiran
lain terkait perlindungan yang memadai untuk anak mereka.
Saat ini Pemerintah telah mengambil berbagai tindakan untuk menghentikan penyebaran
virus corona dengan menghimbau masyarakat untuk menjaga jarak fisik minimal satu meter
dari orang lain. Yang kami khawatirkan, pesan ini membuat para ibu menjadi takut untuk
menyusui bayi mereka.
Semua bukti menunjukkan bahwa menyusui sangat aman. Faktanya, virus ini belum pernah
ditemukan di dalam ASI. Jadi, kami ingin mendorong para ibu untuk melanjutkan pemberian
ASI kepada bayi dan anak hingga usia tahun. ASI adalah sumber perlindungan dan gizi
terbaik bagi anak karena mengandung antibodi penting dan zat gizi lain yang bisa membantu
sistem daya tahan tubuh bayi melawan infeksi.
Meskipun memiliki gejala virus corona, seperti demam atau batuk, ibu dapat tetap menyusui.
Manfaat pemberian ASI jauh melebihi risiko penularannya. Akan tetapi, tentu Ibu harus
mengikuti seluruh praktik yang direkomendasikan untuk mencegah penularan dari ibu ke
bayi, ataupun orang lain di rumah. Praktik ini termasuk mencuci tangan dengan sabun selama
minimal dua puluh detik, mengenakan masker, dan membersihkan permukaan yang disentuh
orang yang sakit.
Secara umum, risiko mengalami sakit parah di kalangan para ibu dan bayi cukup rendah
karena usia mereka. Akan tetapi, kita tahu bahwa virus bisa membuat tubuh terasa sangat
tidak nyaman, dan beberapa orang dapat menderita sakit yang parah.
Jika seorang ibu merasa terlalu sakit dan lemah sehingga tidak dapat menyusui langsung,
maka sebisa mungkin ia dapat memerah ASI-nya. ASI diberikan kepada bayi, baik oleh si ibu
sendiri atau dengan bantuan orang lain menggunakan cangkir dan sendok bersih. Apabila hal
ini masih tidak memungkinkan, dan jika bisa diterima secara budaya, bayi dapat menerima
donasi ASI. Kalaupun semua pilihan ini tidak ada, maka langkah terbaik adalah meminta
nasihat dan dukungan dari tenaga kesehatan.
Penting untuk diketahui bahwa susu sapi, susu formula atau susu pertumbuhan bukanlah
pilihan yang tepat untuk sebagian besar bayi dan balita. Susu segar tidak cocok untuk bayi
berusia di bawah 12 bulan karena kandungan gizinya yang tidak sesuai dengan kebutuhan
bayi. Sementara itu, susu formula berisiko karena mahal harganya serta butuh penyiapan
khusus agar aman diminum. Ada kalanya keluarga membuat susu lebih encer agar lebih awet,
yang tentunya mengurangi kandungan gizi yang seharusnya dikonsumsi oleh bayi. Selain itu,
banyak keluarga tidak memiliki air bersih untuk menyiapkan susu formula atau susu
pertumbuhan. Hal ini dapat meningkatkan risiko bayi mengalami diare atau gizi buruk. Selain
itu, saat ibu mengurangi atau berhenti memberikan ASI, produksi ASI-nya pun akan turun
drastis sehingga lebih sulit bagi ibu bila ingin meneruskan menyusui. Dengan demikian, susu
formula adalah opsi terakhir saat Ibu dalam masa pemulihan dari COVID-19, sebelum ibu
dapat menyusui kembali hingga bayi berusia enam bulan (ASI eksklusif).
Ibu menyusui sangat perlu untuk terus mendapat dukungan. Pada situasi normal saja,
melahirkan dan merawat bayi bisa menyebabkan stres. Saat ini kecemasan orang tua
bertambah dengan masalah pendapatan, makanan, dan masa depan mereka.
Keberhasilan menyusui akan meningkat jika ibu mendapatkan dukungan dari keluarga,
misalnya dorongan semangat dan bantuan dalam mengerjakan tugas rumah tangga. Selain itu,
jangan lupa untuk menjaga asupan gizi—tanpa adanya pandemi ini pun, ibu menyusui perlu
gizi yang baik. Pada masa ini, tidak sedikit keluarga yang harus berjuang untuk bertahan
hidup. Dalam masa pandemi ini, membeli pangan sehat untuk ibu lebih baik dibandingkan
mengeluarkan uang untuk membeli susu bayi. Pemberian ASI merupakan opsi terbaik untuk
bayi dan anak. Hampir semua ibu, termasuk ibu yang kurang gizi, masih bisa menyusui
bayinya. Jadi, para Ibu harus tahu bahwa mereka mampu memproduksi ASI dengan kualitas
baik untuk bayinya.
ASI eksklusif merupakan sumber makanan terbaik untuk bayi selama enam bulan pertama
kehidupannya. Namun, setelah mencapai enam bulan, bayi dan anak membutuhkan sumber
gizi yang lebih beragam di samping ASI agar bisa tumbuh sehat dan kuat. Telur, daging,
ikan, dan ayam adalah sumber-sumber gizi yang baik untuk anak. Namun demikian, di
beberapa daerah, bahan-bahan tersebut mahal harganya.
Saat ini merupakan masa sulit bagi banyak keluarga. Tidak hanya dari segi keuangan, tetapi
juga dalam hal akses pangan. Bagi keluarga yang masih bisa mendapatkan bahan segar dan
punya banyak pilihan, semua bahan makanan yang disebutkan adalah sumber-sumber gizi
terbaik bagi anak.
Di sisi lain, kita banyak melihat menurunnya konsumsi pangan segar dan banyak keluarga
lebih memilih untuk mengkonsumsi makanan kemasan. Sebagai informasi sebagian makanan
kemasan memiliki kandungan gizi yang rendah, baik untuk keluarga secara maupun untuk
anak-anak. Makanan seperti biskuit, keripik, mie instan, dan makanan kemasan lain biasanya
tinggi garam, gula, dan lemak, tetapi rendah vitamin dan mineral. Begitu pula dengan
minuman berpemanis seperti jus, susu berperisa, dan soda. Sebisa mungkin, jaga agar anak
terhindar dari makanan-makanan itu.
Semua orang tua tahu bahwa anak sering menderita sakit pada tahun-tahun pertama mereka.
Setiap kali mereka sakit, orang tua pasti khawatir. Kabar baiknya, gejala virus corona pada
anak-anak yang tertular sepertinya lebih ringan.
Namun, anak yang sakit berisiko kehilangan berat badan dan menjadi lemah. Untuk pulih,
anak membutuhkan makanan bergizi, baik saat terjangkit virus corona atau penyakit lain.
Bayi bisa pulih lebih cepat jika mendapatkan ASI. Kedekatan antara ibu dan bayi saat proses
menyusui biasanya akan menenangkan bayi yang sedang sakit. Pada anak usia enam bulan ke
atas yang sakit, mereka membutuhkan makanan tambahan yang bergizi.
Ada kemungkinan anak tidak mau makan saat tubuhnya tidak terasa nyaman. Dalam hal ini,
bisa ditawarkan makanan yang menggugah selera makan anak. Pada masa pemulihan, anak
perlu mendapatkan asupan makan bergizi lebih banyak untuk menggantikan berat badan yang
mungkin hilang.
Kami melihat ada banyak informasi keliru mengenai makanan atau suplemen tertentu yang
disebut-sebut dapat mencegah seseorang dari tertular COVID-19. Klaim-klaim itu tidak
benar. Tidak ada makanan atau suplemen yang bisa membuat kita kebal dari COVID-19.
Jangan sampai keluarga, terutama yang berpendapatan rendah, menghabiskan uang untuk
berbelanja produk-produk tersebut.
Perlindungan paling efektif adalah teratur mencuci tangan, menjaga jarak fisik dari orang lain
minimal satu meter jika memungkinkan, dan mengenakan masker, terutama bagi yang sakit.
Inilah langkah-langkah terpenting untuk mencegah penyebaran.
Akan tetapi, gizi yang baik juga penting bagi daya tahan tubuh. Terapkanlah pola makan
sehat dan terus konsumsi makanan bergizi yang bervariasi untuk memperkuat imunitas tubuh
untuk melawan penyakit.
Kebersihan adalah faktor yang paling penting. Ingat saja aturan sederhana berikut.
Mulailah dengan mencuci tangan dengan sabun dan air selama 20 detik, lalu bersihkan
seluruh permukaan yang akan digunakan untuk menyiapkan makanan. Sebelum memberikan
makan, cuci kembali tangan dan tangan anak. Jika bisa, anak menggunakan peralatan
makannya sendiri agar tidak tercampur dengan milik orang lain.
Jika ibu atau orang dewasa lain di rumah menunjukkan gejala sakit, mereka wajib
mengenakan masker saat memberikan makan atau mengasuh anak, dan segera menghubungi
layanan kesehatan.

referensi : Artikel Menyusui pada masa wabah virus corona (COVID-19)


Wawancara dengan ahli gizi UNICEF , 04 Mei 2020

Anda mungkin juga menyukai