Agregat adalah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi
dalam campuran beton atau mortar. Agregat menempati sebanyak kurang lebih 70
% dari volume beton atau mortar. Oleh karena itu sifat-sifat agregat sangat
mempengaruhi sifat-sifat beton yang dihasilkan
Klasifikasi Agregat
a. Agregat alam
Agregat yang menggunakan bahan baku dari batu alam atau penghancurannya.
Jenis batuan yang baik digunakan untuk agregat harus keras, kompak, kekal dan
tidak pipih. Agregat alam terdiri dari :
1. kerikil dan pasir alam, agregat yang berasal dari penghancuran oleh alam
dari batuan induknya. Biasanya ditemukan di sekitar sungai atau di
daratan. Agregat beton alami berasal dari pelapukan atau disintegrasi dari
batuan besar, baik dari batuan beku, sedimen maupun metamorf. Bentukya
bulat tetapi biasanya banyak tercampur dengan kotoran dan tanah liat.
Oleh karena itu jika digunakan untuk beton harus dilakukan pencucian
terlebih dahulu
2. Agregat batu pecah, yaitu agregat yang terbuat dari batu alam yang
dipecah dengan ukuran tertentu.
b. Agregat Buatan
Agregat berat : agregat yang mempunyai berat jenis lebih dari 2,8.
Biasanya digunakan untuk beton yang terkena sinar radiasi sinar X.
Contoh agregat berat : Magnetit, butiran besi
a. Agregat Normal : agregat yang mempunyai berat jenis 2,50 – 2,70.Beton
dengan agregat normal akan memiliki berat jenis sekitar 2,3 dengan kuat
tekan 15 MPa – 40 MPa. Agregat normal terdiri dari : kerikil, pasir, batu
pecah (berasal dari alam), klingker, terak dapur tinggi (agregat buatan).
b. Agregat ringan : agregat yang mempunyai berat jenis kurang dari 2,0.
Biasanya digunakan untuk membuat beton ringan. Terdiri dari : batu
apung, asbes, berbagai serat alam (alam), terak dapur tinggi dg gelembung
udara, perlit yang dikembangkan dengan pembakaran, lempung bekah, dll
(buatan).
Kekuatan Agregat.
Kekuatan Agregat adalah Kemampuan agregat untuk menahan beban dari
luar. Kemampuan agregat meliputi : kekuatan tarik, tekan, lentur,
geser dan elastisitas. Yang paling dominant dan diperhatikan adalah
kekuatan tekan dan elastisitas.
Kekuatan dan elastisitas agregat dipengaruhi oleh :
o jenis batuannya
o susunan mineral agregat
o struktur/kristal butiran
o porositas
o ikatan antar butiran
Berat jenis agregat. Berat jenis adalah perbandingan berat suatu benda
dengan berat air murni pada volume yang sama pada suhu tertentu Berat
jenis agregat tergantung oleh : jenis batuan, susunan mineral agregat,
struktur butiran dan porositas batuan. Berat jenis agregat ada 3, yaitu
a. berat jenis SSD, yaitu berat jenis agregat dalam kondisi jenuh
kering permukaan.
b. Berat jenis semu, berat jenis agregat yang memperhitungkan
berat agregat dalam keadaan kering dan volume agregat dalam
keadaan kering.
c. Berat Jenis Bulk, berat jenis agregat yang memperhitungkan
berat agregat dalam keadaan kering dan seluruh volume agregat.
Bobot Isi (Bulk Density). Bobot isi adalah perbandingan antara berat suatu
benda dengan volume benda tersebut. Bobot isi ada dua : bobot isi padat
dan gembur. Bobot isi agregat pada beton berguna untuk klasifikasi
perhitungan perencanaan campuran beton.
Porositas, kadar air dan daya serap air. Adalah jumlah kadar pori-pori yang
ada pada agregat, baik pori-pori yang dapat tembus air maupun tidak
yang dinyatakan dengan % terhadap volume agregat. Porositas agregat
erat hubungannya dengan : BJ agregat, daya serap air, sifat kedap air dan
modulus elastisitas.
Kadar air agregat adalah banyaknya air yang terkandung dalam
agregat. Ada 4 jenis kadar air dalam agregat, yaitu
a. kadar air kering tungku, yaitu agregat yang benar-benar kering
tanpa air.
b. Kadar air kering udara, yaitu kondisi agregat yang
permukaannya kering tetapi mengandung sedikit air dalam porinya
sehingga masih dapat menyerap air.
c. jenuh Kering Permukaan (saturated surface- dry = SSD), dimana
agregat yang pada permukaannya tidak terdapat air tetapi di dalam
butirannya sudah jenuh air. Pada kondisi ini air yang terdapat
dalam agregat tidak menambah atau mengurangi jumlah air yang
terdapat dalam adukan beton.
d. Kondisi basah, yaitu kondisi dimana di dalam butiran
maupun permukaan agregat banyak mengandung air sehingga
pada adukan beton.
Daya serap air adalah kemampuan agregat dalam menyerap air sampai
dalam keadaan jenuh. Daya serap air agregat merupakan jumlah air yang
terdapat dalam agregat dihitung dari keadaan kering oven sampai dengan
keadaan jenuh dan dinyatakan dalam %. Daya serap air berhubungan
dengan pengontrolan kualitas beton dan jumlah air yang dibutuhkan pada
beton.
Sifat Kekal Agregat, yaitu kemampuan agregat untuk menahan terjadinya
perubahan volumenya yang berlebihan akibat adanya perubahan kondisi
fisik. Penyebab perubahan fisik : adanya perubahan cuaca dari panas-
dingin, beku-cair, basah-kering. Akibat fisik yang ditimbulkan pada
beton adalah : kerutan-kerutan stempat, retak-retak pada permukaan
beton, pecah pada beton yang dapat membahayakan konstruksi secara
keseluruhan. Sifat tidak kekal pada agregat ditimbulkan oleh : adanya sifat
porous pada agregat dan adanya lempung/tanah liat.
Reaksi Alkali Agregat, yaitu reaksi antara alkali (Na2O, K2O) yang
terdapat pada semen dengan silika aktif yang terkandung dalam agregat.
Reaksi alkali hidroksida dengan silika aktif pada agregat akan membentuk
alkali-silika gelembung di permukaan agregat. Gelembung bersifat
mengikat air yg selanjutnya volume gelembung akan mengembang, pada
beton akan timbul retak-retak. Pada konstruksi beton yang selalu
berhubungan dengan air (basah) perlu diperhatikan reaksi alkali agregat
yang aktif.
Sifat Termal, meliputi Koefisien pengembangan linier, panas jenis dan
daya hantar panas. Pengembangan linier pada agregat sebagai
pertimbangan pada konstruksi beton dengan kondisi suhu yang
berubah-ubah. Sebaiknya koefisien Pengembangan linier agregat sama
dengan semen. Panas jenis dan daya hantar panas sebagai pertimbangan
pada beton untuk isolasi panas.
Gradasi Agregat. Pada beton, gradasi agregat berhubungan dengan
kelecakan beton segar, ekonomis dan karakteristik kekuatan beton. Gradasi
agregat adalah distribusi ukuran butiran dari agregat, baik agregat kasar
maupun halus. Agregat yang mempunyai ukuran seragam (sama)
akan menghasilkan volume pori antar butiran menjadi besar. Sebaliknya
agregat yg mempunyai ukuran bervariasi mempunyai volume pori kecil,
dimana butiran kecil mengisi pori diantara butiran besar sehingga
pori-porinya menjadi sedikit (kemampatannya tinggi). Pada beton,
dibutuhkan agregat yg mempunyai kemampatan tinggi sehingga
volume porinya kecil, maka dibutuhkan bahan ikat sedikit ( bahan ikat
mengisi pori diantara butiran agregat). Gradasi agregat akan
mempengaruhi sifat-sifat beton, baik beton segar maupun beton kaku,
yaitu :
o Pada beton segar, gradasi agregatakan
mempengaruhikelecakan (workability), jumlah air pencampur,
sifat kohesif, jumlah semen yang diperlukan, segregasi dan
bleeding.
o Pada beton kaku (beton keras), akan mempengaruhi
kekuatan beton dan keawetannya (durabilitas).
Agregat Halus
Agregat Kasar
Semen Portland
Semen Portland adalah bahan perekat hidrolis yaitu bahan perekat yang dapat
mengeras bila bersenyawa dengan air dan berbentuk benda padat yang tidak larut
dalam air. Semen hidrolis pada mulanya dibuat oleh Joseph Parker th 1796
dengan membakar batu kapur argilasius yaitu batu kapur yg mengandung ± 20 %
oksida silica, alumina dan besi. Tahun 1824 Joseph Aspdin mempatenkan jenis
semen yg dibuat dengan membakar batu kapur yang mengandung tanah liat dari
pulau Portland di Dorset Inggris. Semen jenis inilah yang pertama membawa
nama semen Portland. Tetapi dalam pembuatan semen ini pembakarannya tidak
sampai berbentuk klinker (terak). Tahun 1845 Isaac Johnson menemukan semen
modern dengan cara membakar batu kapur dan tanah liat sampai berbentuk terak,
kemudian menggiling terak tersebut sampai halus. Pada waktu itu untuk
membakar dipergunakan tungku tegak sederhana. Tahun 1895 Murry dan Seamen
dari Amerika menemukan tungku putar modern yang dipergunakan untuk
produksi semen sampai saat ini. Di Indonesia, pabrik semen pertama kali
didirikan di Indarung Sumbar tahun 1911. Pada th 1955 pabrik semen Gresik
mulai menggunakan tungku putar. Th. 1968 dibangun pabrik semen di Tonasa
Ujung Pandang, Th 1970 di Cibinong, kemudian Baturaja, Andalas dan Kupang.
Semen Portland dibentuk dari oksida-oksida utama yaitu : Kapur (CaO), Silika
(SiO2), Alumina ( Al2O3), Besi (Fe2O3).
A I R
Fungsi air di dalam adukan beton adalah untuk memicu proses kimiawi semen
Kualitas air yang digunakan untuk mencampur beton sangat berpengaruh terhadap
kualitas beton itu sendiri. Air yang mengandung zat-zat kimia berbahaya,
mengandung garam, minyak, dll akan menyebabkan kekuatan beton turun. Pada
umumnya air yang dapat diminum dapat digunakan sebagai campuran beton.
Semen dapat berfungsi sebagai perekat apabila ada reaksi dengan air. Oleh karena
itu jumlah air yang dibutuhkan untuk proses hidrasi semen harus cukup. Apabila
terlalu banyak air yang ditambahkan pada beton maka akibat adanya pengeringan
maka air bebas yang terdapat di dalam gel akan cepat menguap sehingga gel
kekuatan gel juga rapuh yang mengakibatkan daya rekat semen rendah.
Sebaliknya apabila jumlah air pencampur pada beton kurang maka proses hidrasi
semen tidak dapat terjadi seluruhnya yang mengakibatkan kekuatan beton akan
turun.
1. Air hujan, air hujan menyerap gas dan udara pada saat jatuh ke
bumi. Biasanya ir hujan mengandung untur oksigen, nitrogen dan
karbondioksida.
2. Air Tanah. Biasanya mengandung unsur kation dan anion. Selain itu juga
kadang-kadang terdapat unsur CO2, H2S dan NH3.
3. Air permukaan, terdiri dari air sungai, air danau, air genangan dan
air reservoir. Air sungai atau danau dapat digunakan sebagai air
pencampur beton asal tidak tercemar limbah industri. Sedangkan air
rawa atau air genangan yang mengandung zat-zat alkali tidak dapat
digunakan.
4. Air laut. Air laut mengandung 30.000 – 36.000 mg/liter garam (3 % - 3,6
%) dapat digunakan sebagai air pencampur beton tidak bertulang. Air laut
yang mengandung garam di atas 3 % tidak boleh digunakan untuk
campuran beton.
Untuk beton pra tekan, air laut tidak diperbolehkan karena akan mempercepat
korosi pada tulangannya.
ADMIXTURE
Secara umum ada dua jenis bahan tambah yaitu bahan tambah yang berupa
mineral (additive) dan bahan tambah kimiawi (chimical admixture). Bahan
tambah admixture ditambahkan pada saat pengadukan atau pada saat pengecoran.
Sedangkan bahan tambah additive ditambahkan pada saat pengadukan.
Bahan tambah admixture biasanya dimaksudkan untuk mengubah perilaku beton
pada saat pelaksanaan atau untuk meningkatkan kinerja beton pada saat
pelaksanaan. Untuk bahan tambah additive lebih banyak bersifat penyemenan
sehingga digunakan dengan tujuan perbaikan kinerja kekuatannya. Menurut
ASTM C.494, admixture dibedakan menjadi tujuh jenis, yaitu :
Jenis bahan tambah lain yang biasa digunakan adalah bahan pembentuk
gelembung udara (Air Entraining Agent/AEA). Ada dua jenis AEA, yaitu jenis
detergent dan bukan deterjent.
Jenis deterjent
AEA pada umumnya adalah dari jenis deterjent, yaitu zat aktif terhadap
permukaan. Zat ini biasanya berupa zat organik sebagai bahan baku sabun,
sehingga bila diaduk dengan air akan menjadi busa dan busa ini akan tersebar di
dalam adukan beton. Gelembung-gelembung ini berada diantara butiran semen
dan agregat yang berfungsi sebagai bola pelincir sehingga adukan beton
menjadi lebih mudah diaduk. Penambahan AEA membuat beton mempunyai
sifat penyusutan yang kecil dan membuat beton lebih kedap air. Bahan yang biasa
digunakan untuk membuat AEA adalah damar vinsol yang merupakan senyawa
asam abiet (abietic acid) atau biasa disebut dengan soda api.
Jenis ini biasanya berupa bubuk aluminium halus. Bubuk ini apabila
bercampur dengan air pada beton akan bereaksi membentuk gelembung udara gas
hidrogen. Biasanya digunakan juga bahan stabilisator (Natrium Stearat) agar
gelembungnya dapat tersebar merata dan stabil.
Admixture atau bahan tambah untuk beton digunakan dengan tujuan untuk
memperbaiki atau menambah sifat beton tersebut menjadi lebih baik. Jadi sifatnya
hanya sebagai bahan penolong saja. Jadi admixture sendiri bukan zat yang dapat
membuat beton yang buruk menjadi baik. Ada beberapa pertimbangan di dalam
pemakaian admixture pada beton, yaitu (Samekto W, et.al, 2001):
BETON
Beton adalah material komposit yang terdiri dari Agregat baik agregat halus,
maupun agregat kasar yang diikat oleh suatu pasta yang terdiri dari semen dan air.
Sifat sifat beton sangat dipengaruhi oleh sifat material penyusunnya sendiri.
1. Kekuatan
2. Berat
3. Keawetan
4. Porositas
Campuran beton segar dapat dikatakan mempunyai sifat yang baik bila
memenuhi persyaratan utama campuran yaitu mampu
memberikan kemudahan pengerjaan (Workability), yaitu bila
campuran tersebut tetap bertahan seragam ketika berlangsung proses
pengangkutan, pengecoran dan pemadatan. Sifat kemudahan pengerjaan
merupakan permasalahan yang kompleks, karena di dalamnya bergabung
pengaruh sifat alami dan faktor-faktor lain yang secara kebetulan terjadi
pada saat pengerjaan. Sebagai contoh, campuran beton yang memberi
kemudahan untuk pekerjaan lantai belum tentu akan mudah bila digunakan
untuk mengerjakan pengecoran balok dengan penampang yang sempit serta
mempunyai penulangan yang rapat.
Pada penggunaan jumlah air yang sama, butiran maksimum agregat yang lebih
besar akan menghasilkan kemudahan yang lebih tinggi.
Jika segregasi, yaitu pemisahan butiran-butiran kasar dari campuran beton terjadi,
hal itu akan menyebabkan terjadinya ketidakseragaman beton dan bahkan
keropos dalam beton. Segregasi dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu,
kurang semen, terlalu banyak air, ukuran agregat maksimum 40 mm,
kekasaran permukaan butir agregat; semakin kasar permukaan butir agregat
semakin mudah terjadi segregasi. Kecenderungan terjadinya segregasi dapat
dicegah jika : tinggi jatuh dibatasi, penggunaan air sesuai dengan yang telah
ditetapkan, cukup ruangan antara batang tulangan dengan acuan, ukuran
agregat sesuai dengan yang telah ditetapkan, dan pemadatan yang baik sesuai
aturan.
Bleeding
Penakaran Bahan
Penakaran bahan baku pada pekerjaan beton dapat dilakukan secara konvensional
maupun masinal. Penakaran yang baik akan menghasilkan kualitas beton yang
seragam di keseluruhan volume pekerjaan. Penakaran bahan-bahan campuran
beton yang dihasilkan dari hasil rancangan campuran dapat dilakukan
berdasarkan penakaran berat atau berdasarkan penakaran volume. Menurut
besarnya volume pekerjaan, untuk pekerjaan kecil ± 500 m3 biasanya
penakaran dilakukan berdasarkan volume karena jika dilakukan secara masinal
menjadi tidak ekonomis. Tetapi jika pertimbangannya adalah mutu, untuk beton
yang mempunyai kekuatan fc’ ≥ 20 Mpa proporsi penakarannya harus
didasarkan atas penakaran berat. Penakaran berdasarkan volume boleh
dilakukan untuk produksi beton dengan mutu fc’ < 20 Mpa dengan teknik
mengkonversikan takaran berat ke takaran volume. Alat penakar harus dibuat
dengan mengetahui secara pasti volumenya dan harus disesuaikan dengan
kapasitas alat pencampur. Khusus untuk semen, penakaran tidak dapat
dilakukan berdasarkan volume, karena semen sangat peka terhadap getaran
atau benturan serta tinggi jatuh selama proses penakaran.
7,6 3 menit
Dalam hal beton segar harus diangkut dari tempat pencampuran ke tempat
penuangannya atau ke lokasi dimanakonstruksi akan dibuat, maka pengangkutan
harus dilakukan sedemikian rupa untuk mencegah terjadinya pemisahan atau
kehilangan material serta keterlambatan yang akan menyebabkan hilangnya
plastisitas sebelum beton segar dituangkan. Alat angkut yang digunakan,
apapun jenisnya apakah manual atau dengan mesin harus mampu
menyediakan beton segar di tempat pengecoran tetap memiliki sifat
kemudahan pengerjaan, tanpa segregasi dan belum terjadi pengikatan.
Pengecoran
Ke crane
Pipa Tremi
Muka Air
Pemadatan
a. Alat getar intern (internal vibrator), yaitu alat getar yang berupa
batang dan digerakkan dengan mesin. Dalammenggunakannya, batang
penggetar ditusukkan ke dalam beton segar selama waktu tertentu tanpa
terjadi segregasi atau bleeding.
b. Alat getar cetakan (external vibrator or form vibrator), yaitu alat
getar yang dipasang pada cetakan untuk menggetarkan cetakan (form
work) sehingga betonnya bergetar dan memadat. Pada pengerjaan beton
dengan kapasitas kecil dapat digunakan alat pemadat sederhana berupa
batang kayu atau batang besi tulangan dengan cara ditusuk-tusukkan.
Untuk pengecoran dengan kapasitas lebih besar, alat pemadat mesin
harus digunakan. Alat pemadat mesin ini lebih dikenal dengan
nama vibrator atau penggetar digetarkan adukan beton akan
mengalir dan memadat, karena rongga-rongga akan terisi butir-butir yang
lebih halus.
Bila pembetonan dikerjakan pada cuaca panas, hal yang utama harus
diperhatikan adalah mengendalikan semaksimal mungkin penguapan air
beton yang bisa terjadi berlebihan bila suhunya tinggi. Keadaan akan
semakin kritis bilamana suhu yang tinggi disertai oleh kelembaban relatif
yang rendah dan oleh tiupan angin kering, sehingga akan terbentuk retak-
retak beton, sebelum maupun setelah pengerasan.
Setelah beton mengeras atau berhentinya proses hidrasi, maka terbentuklah suatu
benda padat dan keras dengan sifat-sifat tertentu. Sifat-sifat tersebut perlu
diketahui untuk dapat digunakan dalam perencanaan, atau untuk
mengevaluasi kekuatan suatu struktur, atau untuk menentukan metode
penanganan masalah. Kekuatan beton merupakan sifat beton keras yang paling
berharga.
Kekuatan Beton
Faktor Air-Semen
Nilai perbandingan air terhadap semen atau yang disebut faktor air-semen
(fas) mempunyai pengaruh yang kuat dan secara langsung terhadap kekuatan
beton. Secara umum diketahui bahwa semakin tinggi nilai fas semakin
rendah mutu kekuatan beton. Namun demikian, nilai fas yang semakin
rendah tidak selalu berarti bahwa kekuatan beton semakin tinggi. Nilai fas yang
terlalu rendah akan membuat adukan beton sulit dipadatkan yang pada
akhirnya akan menghasilkan beton yang kekuatannya kurang, karena
kepadatannya tidak maksimal. Umumnya nilai fas yang digunakan untuk
beton adalah 0,40 - 0,65. Tetapi untuk beton mutu tinggi dapat
digunakan nilai fas yang lebih kecil dengan bantuan bahan tambah
yangberfungsi untuk mencapai kemudahan pengerjaan.
Umur Beton
Pada saat adukan beton dibuat, dalam kondisi plastis beton sama sekali
tidak mempunyai kekuatan. Kekuatan beton mulai terjadi setelah hidrasi dan
selanjutnya kekuatan beton akan bertambah dengan naiknya umur beton.
Perubahan kenaikan kekuatan beton yang cukup berarti/signifikan terjadi
sampai umur beton 28 hari, dan setelah itu kenaikannya kecil
sehingga kekuatan beton dianggap sudah mencapai nilai maksimum pada 28
hari. Jika pada umur 28 hari kekuatan beton dianggap sudah mencapai
100%, kekuatan beton selain pada umur 28 hari umumnya dikonversikan
sebagai berikut :
Durabilitas/Keawetan Beton
Selain harus memenuhi syarat kekuatan, setelah mengeras beton pun harus
mampu mempertahankan kekuatannya selama rentang waktu umur rencana
struktur. Oleh karena itu, beton harus dirancang dan dilaksanakan secara
baik sehingga mempunyai sifat durabilitas yang baik. Ketidak-awetan beton
bisa disebabkan oleh pengaruh sifat-sifat termal agregat, pengaruh serangan-
serangan sulfat, air laut, klorida, pengaruh pengikisan/abrasi, dan lain-lain.
Beton dengan sifat durabilitas tinggi dapat diperoleh jika dipenuhi beberapa
hal berikut :
Terdapat banyak faktor yang dapat berperan dan berpengaruh terhadap baik
buruknya hasil akhir beton yang dikerjakan. Cacat dan kerusakan beton dapat
terjadi pada saat perubahan dari plastis menjadi keras, atau setelah beton
dalam kondisi keras sempurna. Cacat atau kerusakan tersebut dapat
disebabkan oleh faktor-faktor kesalahan berikut.
Cacat Susut
Apabila air terlalu cepat keluar dari beton setelah selesai pemadatan,
terutama pada bagian yang langsung kontak dengan udara luar, maka beton akan
mengalami retak susut. Perbedaan kondisi kelembaban di bagian luar dan
dalam menyebabkan kontraksi pada permukaan. Bagian dalam mengandung air
yang cukup sedangkan bagian luar bebas, akibatnya timbul penyusutan di bagian
permukaan. Penyusutan ini dikenal dengan sebutan susut plastis (plastic
shrinkage). Cacat beton seperti ini bisa dihindarkan atau dikurangi dengan
cara melakukan perawatan yang baik untuk mencegah terjadinya
penguapan air yang berlebihan.
Cacat berupa kasar permukaan yang ditunjukkan oleh agregat yang dominan
terlihat di permukaan dapat disebabkan oleh terlalu cepatnya hilang sifat plastis
beton sebelum selesai finishing, terutama saat menggunakan bahan accelerator
yang tidak dilindungi dari cuaca panas. Selain itu dapat juga terjadi
karena bahan halus terbilas oleh hujan ketika pekerjan sedang berlangsung dan
tidak dilindungi.
Cacat sarang tawon dapat terjadi oleh beberapa sebab, yaitu adanya
kebocoran pada cetakan, terlalu rapatnya besi tulangan, dan pengentalan
adukan beton yang tidak terkendali. Campuran beton terdiri dari gabungan
butiran halus dan kasar yang satu dengan lainnya harus saling mengisi. Bila
cetakan cacat dimana air dapat keluar, maka bahan halus akan keluar
melalui celah yang ada dan akan berakibat beton kecil dan memerlukan
tulangan yang banyak. Jika tulangan terlalu rapat dan ukuran agregat kasar
terlalu besar, maka tulangan yang ada akan menghalangi agregat dalam
beton mengisi bagian penampang di bawah tulangan. Oleh karena itu,
pemilihan ukuran agregat harus lebih kecil dari kriteria 1/5 ukuran penapang
terkecil, atau 1/3 tebal lantai, atau ¾ jarak bersih antar masing- masing
tulangan. Cuaca yang sangat panas dapat menyebabkan adukan cepat
menjadi kaku dan sukar untuk dialirkan. Bila hal ini dipaksakan, maka
akibatnya dapat terjadi rongga-rongga pada bagian yang tidak dapat terisi oleh
adukan.
Cacat Bentuk
Cacat bentuk atau yang dikenal dengan cacat geometris lebih banyak
disebabkan oleh kualitas pekerjaan cetakan yang kurang baik atau
tidak memenuhi persyaratan, misalnya cetakan atau perancah yang kurang kokoh
dapat berubah bentuk oleh tekanan beton segar saat pemadatan berlangsung.
Untuk itu, kekokohan cetakan harus diperhitungkan cukup kuat dan tidak berubah
oleh tekanan beton segar. Demikian juga untuk pekerjaan perancah, walaupun
hanya bersifat struktur sementara namun harus kuat menahan beban saat
pelaksanaan pengecoran.
Cacat Retak
Retak pada beton dapat terjadi setelah beton keras yang disebabkan oleh
beberapa hal, seperti adanya korosi tulangan, karena beban berlebih, dan
karena beton terbakar. Bila korosi tulangan terjadi dalam beton,
volume beton membesar dan mendesak ke bagian luar sehingga timbul
retakan di permukaan. Retakan akibat korosi ini dapat dicegah dengan membuat
beton kedap air dan kedap udara, serta dengan tebal penutup beton yang
cukup sesuai dengan persyaratan untuk daerah yang korosif. Dalam peristiwa
kebakaran dimana temperatur pada beton sangat tinggi, beton akan memuai
dan bila pemuaian yang terjadi melampaui kemampuan tariknya, maka akan
timbul retakan yang biasanya terbentuk merata di seluruh permukaan
beton.
Cacat Pelapukan/Karbonasi
Cacat Patah
Secara kasar perbandingan volume terhadap kuat tekan beton adalah sebagai
berikut (asumsi air cukup untuk mencapai workability)
1:2:3 K175
1:2:2 K225
Pada saat dicampur, setiap m3 bahan beton akan mengalami penyusutan volume
yang diperkirakan sebagai berikut :
a. Sement : 0.76
b. Pasir : 0.675
c. Kerikil : 0.52
d. Berat volume semen : 1250 kg/m3
1
Semen : ×1×1250÷40=8 . 51 sak
3 .67
2
Pasir : ×1=0 .54 m3
3 .67
3
Kerikil : ×1=0 . 82 m3
3 . 67